Odelyn merasakan kehampaan yang begitu besar saat ini. Anak itu sudah keluar bersama pengasuh dan ibu pun masih menyisir rambut Odelyn dengan penuh ketelatenan."Bu, aku mohon ibu keluar dulu ya." Bahkan dari suaranya pun sudah bisa terdengar betapa hampa dan kosongnya perasaan Odelyn saat ini.Ibu yang mendengar permintaan Odelyn hanya tersenyum tipis namun tidak keluar, ibu masih menyisir rambut Odelyn. "Nak, justru kalau kamu sendirian ibu yang akan sedih. Ibu sedih kalau kamu masih terus menyembunyikan kesedihan kamu. Kesedihan itu kan sudah seharusnya dibagi bersama keluarga kan? Apa ibu yang salah persepsi?" Ibu menolak permintaan Odelyn dengan halus agar Odelyn tidak merasa bahwa permintaannya bukanlah hal yang penting."Aku cuma mau ibu keluar kok. Itu bukan berarti aku gak membagikan kesedihan yang aku rasakan kepada ibu. Aku dengan nyaman mau membagikan kesedihan dengan ibu. Tapi yang saat ini aku rasakan cuma ingin menyendiri dan tidur. Ibu bisa kan mengabulkan permintaan k
Sedari tadi Maura hanya terus memandangi Odelyn dengan tatapan yang kebingungan. Bukan hanya itu sesekali ketika Odelyn ingin mendekat ke arah Maura maka Maura langsung saja menjauh dari Odelyn. Tentu saja hal itu membuat Odelyn merasa sedih bukan main. Rupanya ketidakhadiran dirinya dalam satu tahun terakhir telah membuat Maura asing dengan sosok ibunya. Maura memang sering mengatakan kata mama tapi rupanya hal itu tidak menghilangkan rasa asing yang dia rasakan terhadap Odelyn.Ibu dan Michael yang tahu bahwa saat ini Odelyn merasakan kehampaan dan kesedihan karena penolakan Maura langsung saja menyerahkan Maura kepada pengasuh lalu kemudian ibu menyusul. Saat ini tersisa Michael dan Odelyn di dalam ruangan ini."Di mata Maura kamu adalah orang yang baru bagi dirinya. Menurutku malah bagus ketika anak sulit akrab dengan orang lain yang jarang dia temui karena hal itu akan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan kan. Aku tahu kamu sedih dengan penolakan Maura. Tapi kamu harus percaya
Suara ibu yang menginterupsi pembicaraan antara Michael dan Odelyn jelas membuat mereka berdua terkejut."Odelyn, maaf ibu menyela pembicaraan kalian. Tapi apapun yang Michael katakan ibu harap kamu tidak terlalu ambil hati. Michael mungkin ikhlas dan akan mengusahakan apapun agar orang tua kamu bisa bebas. Tapi saya selaku ibunya Michael tentu tidak bisa ikhlas seperti itu. Michael yang sudah saya besarkan dengan baik-baik walaupun pada akhirnya ada saja kehidupan buruk dan rintangan yang menerjang dirinya, ibu tetap merupakan ibunya Michael, seseorang yang tidak rela jika terjadi sesuatu yang buruk pada Michael, seseorang yang tidak rela jika Michael disakiti oleh siapapun itu termasuk orang terdekatnya. Jadi ibu mohon maaf Odelyn, ibu tidak bisa dan tidak ingin membebaskan kedua orang tua kamu. Hati ibu tidak akan sanggup untuk itu." Ibu menghela nafasnya secara perlahan. Ibu kemudian memandang Odelyn dan memberikan senyum seseorang yang telah tersakiti, seseorang yang mencoba ikhl
"Odelyn mau kerja lagi?" Saat ini ibu, Michael, dan Odelyn sedang berkumpul santai. Maura sudah tidur sehingga ini adalah saat yang tepat untuk mengobrol dengan santai."Iya, ibu. Aku pikir ini saatnya untuk aku kerja lagi. Ya walaupun sebelumnya aku cuma kerja dari rumah gitu." Odelyn merasa minder dengan pekerjaannya sebelumnya. Gaji yang Odelyn dapatkan di bawah Michael, tidak setara, dan itu membuat Odelyn menjadi beban bagi Michael. Apalagi setelah itu Odelyn benar-benar tidak memiliki penghasilan sama sekali karena sudah berhenti bekerja."Loh, kok cuma gitu bilangnya? Apa yang Odelyn lakukan kan tetap bekerja. Kita gak boleh loh merendahkan pekerjaan kita sendiri Odelyn, itu gak baik, nak." Ibu mulai mengerti kenapa kini Odelyn ingin bekerja lagi. Odelyn merasa menjadi beban karena kehidupannya ditanggung oleh Michael dan saat ini dia tinggal di rumah ibu. Odelyn mungkin saja merasa bahwa sebagai orang dewasa sudah seharusnya dia bisa bertanggung jawab dengan kehidupannya sendi
"Odelyn." Suara tangis menyapa pendengaran Odelyn. Saat ini Odelyn berada di lapas tempat ibunya sedang ditahan."Mama gak bisa jenguk ayah. Mama pengen banget jenguk ayah tapi gak dibolehin sama petugas lapas." Odelyn benar-benar terkejut melihat wajah dan badan mama yang sangat berbeda dengan mama yang Odelyn kenal. Sekarang ini mama terlihat sangat kurus dan juga kusam. Odelyn jadi bertanya-tanya apakah benar orang yang ada di hadapannya ini adalah mama. Apakah jangan-jangan Odelyn sedang berhalusinasi? Tidak, pastinya tidak begitu. Hanya saja Odelyn merasa sangat sedih melihat keadaan mama saat ini. Kenapa mama sangat berbeda sekarang ini? Apakah lapas ini tidak memberikan mama makanan yang seharusnya? Ah, entahlah. Odelyn pun tidak bisa memikirkan soal itu."Ayah baik-baik saja, ma. Ayah sudah melewati masa krisis jadi semuanya baik-baik saja." Odelyn berusaha untuk menenangkan mama. Menjadi mama pasti sangatlah berat karena tidak bisa menjenguk suaminya sendiri. Selain itu Odely
"Sayang, apa maksud kamu? Tadi pertemuan kalian gak berjalan dengan baik ya?" Ibu sudah mempunyai dugaan kalau pertemuan antara Odelyn dan mamanya pasti tidak berjalan dengan baik. Atau apa mungkin ayah Odelyn sebenarnya sudah sadar lalu mengatakan hal-hal yang menyakiti Odelyn? Ah, entahlah. Ibu merasa pusing dalam menghadapi masalah ini. Semua masalah seakan bertumpuk menjadi satu dan menganggu pikiran Odelyn."Nggak kok, bu. Pertemuan aku tadi berjalan dengan baik sama mama. Kalau sama ayah aku gak tahu gimana ke depannya karena memang ayah belum sadar. Tapi kalaupun ayah nanti sudah sadar aku gak akan menjenguk beliau. Aku hanya akan menjenguk ayah saat beliau belum sadar." Odelyn merasa sakit hati dengan kenyataan yang terucap dari mulutnya. Odelyn justru ingin melihat wajah ayahnya saat sudah sadar. Namun nyatanya tidak semudah itu. Kalau Odelyn nekat untuk menjenguk ayah saat beliau sudah sadar bisa-bisa serangan jantung yang ayah derita akan kambuh lagi dan itu akan membuat O
"Kamu bahagia dengan hidup kamu sekarang?" Sekarang ayah dan Odelyn sedang berada di dalam ruangan yang sama. Odelyn merasakan hawa berat dan dingin di dalam ruangan ini. Ya mungkin karena ada ac di dalam ruangan ini sehingga akhirnya hawanya kurang bisa diterima oleh Odelyn."Kenapa..." Odelyn kebingungan. Bagaimana dia harus menyebut orang yang sedang berbaring lemah ini? Apakah boleh Odelyn memanggil ayah? Apakah itu tidak akan menyinggung? Mau bagaimanapun juga kan Odelyn sudah tidak diakui sebagai anak. Odelyn kesulitan sekali dalam keadaan ini."Apanya yang kenapa? Masih ada lanjutan kalimat kan dari ucapan kamu?" Suara ayah terdengar sangat lirih. Seharusnya ayah memang masih harus berisitirahat agar pulih seutuhnya. Tapi kata petugas medis yang berjaga dan juga para polisi disini, ayah ingin menemui Odelyn. Keinginan itu sudah mutlak dan tidak bisa diganggu gugat. Karena sudah seperti itu maka Odelyn bisa apa memangnya. Odelyn tidak mungkin tidak menuruti keinginan ayahnya. Ha
Maura celingukan kesana kemari. Michael yang ada di depan pintu memilih untuk tidak masuk ke dalam kamar rawat inap ayah mertuanya karena sudah mendengar kalau ayah mertuanya tidak bisa menganggapnya sebagai menantu. Kalau sudah begitu Michael lebih memilih untuk tetap berdiam disini saja. Setidaknya Michael sudah menunjukkan attitude yang baik dengan mengantarkan Maura ke dalam ruangan ini.Odelyn yang masih larut dalam keterkejutannya langsung berusaha sadar dan segera menghampiri Maura. "Sini Maura." Odelyn memegang tangan Maura dengan perlahan. Sebenarnya Odelyn sangat takut karena bisa jadi hubungannya dengan Maura yang tidak dekat akan diketahui oleh ayah karena Maura yang menolak tangan Odelyn. Benar saja, ketakutan Odelyn benar-benar terjadi. Maura menolak uluran tangan Odelyn dengan kasar sehingga ayah yang melihat itu tidak bisa untuk tidak terkejut."HUWAAAA." Tak lama dari tangannya yang dipegang oleh Odelyn, Maura menangis dengan sangat kencang. Tangisan Maura jelas saja