"Apa kamu serius?" Odelyn membereskan barang-barang yang ada di rumahnya untuk dibawa pergi. Ini memang gila tapi dirinya dan Michael sudah sepakat untuk pergi jauh dari keluarga mereka masing-masing."Meskipun ini semua gila aku tetap pada pendirianku. Aku gak mungkin main-main Odelyn." Michael saat ini sedang menggendong Maura yang masih dalam keadaan tertidur. Michael datang ke rumah ini untuk menjemput Odelyn karena kebetulan orang tua Odelyn sedang pergi ke luar kota untuk suatu pekerjaan. Tentunya kesempatan semacam itu tidak akan disia-siakan oleh Michael."Aku juga lebih gila karena mau-maunya mengikuti ide kamu." Odelyn berkata dengan suara yang sinis. Odelyn benar-benar merasa bahwa yang dia lakukan ini adalah sesuatu yang akan memicu hal buruk lainnya, terutama berkaitan dengan keluarganya sendiri. Tapi berbagai bujuk rayu yang Odelyn katakan rupanya tak ada mempan pada orang tuanya. Orang tuanya juga sudah mengambil langkah keliru dengan melibatkan Maura di dalamnya. Odely
"Hah?" Bukankah mereka sedang berfokus pada pelarian dari keluarga Odelyn. Kenapa sekarang Michael malah mengatakan sesuatu yang berkaitan dengan balas dendam?"Maksud kamu apa Michael?" Odelyn tidak mengerti saat ini Michael mengatakan apa. Harusnya saat ini mereka fokus dalam pelarian bukannya malah membicarakan soal balas dendam."Kamu pikir orang tua Edelyn akan diam saja? Mereka sudah mulai meneror." Wajah Michael langsung menunjukkan ketakutan yang begitu kental."Loh, kata kamu tadi kan mereka gak mungkin balas dendam, Michael. Kata kamu tadi mereka masih punya Laura yang kini sudah ada di penjara sehingga kecil kemungkinan kan mereka mau melakukan balas dendam ini. Kamu bilang pasti mereka memikirkan Laura yang sudah ada di penjara kalau tetap nekat melakukan aksi balas dendam ini." Kenapa ucapan Michael tidak konsisten seperti ini? Tadi Michael bilang orang-orang itu tidak mungkin melakukan balas dendam. Sekarang Michael malah mengatakan bahwa orang-orang itu akan segera meng
Pemandangan di depan mata Odelyn sangatlah tidak terduga. Dua orang asing itu Odelyn mengenalinya sebagai orang tua Edelyn. Wajah mereka sama seperti di foto, seperti wajah orang baik. Nyatanya tampilan wajah itu hanya tipuan semata. Kenyataannya adalah mereka orang yang sangat jahat. Saking jahatnya Odelyn harus terlibat hal-hal gila semenjak menikah dengan Michael. Hal gila kali ini adalah adanya orang tua Odelyn yang bersama dengan orang tua Edelyn. Sebenarnya apa lagi ini? Bukankah orang tua Odelyn sedang bekerja di luar kota? Kenapa sekarang mereka malah bersama dengan orang tua Edelyn?"KELUAR KAMU!" Ayah menggedor pintu mobil tempat Michael menyetir. Odelyn yang duduk di barisan kursi tengah sangat kebingungan harus melakukan apa sekarang ini. Apalagi ini ditambah dengan Maura yang tak berhenti menangis karena gedoran dan bentakan ayah pada pintu mobil."Gakpapa, sayang. Tidur lagi ya." Odelyn berusaha bersuara setenang mungkin agar anaknya bisa merasakan bahwa dia tidak panik.
Kepala Michael pusing sekali. Botol wine yang dipukulkan pada kepalanya benar-benar berat dan membuat Michael langsung sempoyongan."Ayah!" Odelyn yang melihat bagaimana kepala Michael dipukul oleh ayah Edelyn jelas merasa tidak terima. Apakah orang-orang ini benar-benar akan menghabisi Michael?"Jangan berani turun kamu, Odelyn!" Ayah rupanya langsung masuk ke dalam mobil ini dan disusul oleh mama."Kenapa ayah duduk di kursi supir?" Odelyn tidak mengerti dengan ayahnya yang berada di tempat itu dan juga sekarang mamanya juga ikut masuk dan duduk di bangku penumpang yang depan.Ayah tidak menjawab apapun dan malah melajukan mobil itu untuk segera pergi dari sana. Odelyn yang tidak menduga dengan manuver ayah yang seperti ini jelas langsung berteriak-teriak. Odelyn bahkan lebih memilih mengabaikan tangisan Maura yang merasa terkejut dengan teriakan Odelyn."Ayah ngapain?! BALIK AYAH! AYO KITA BALIK!" Orang tua Edelyn pasti akan menghabisi Michael. Kenapa ayahnya sampai tega berbuat se
"Odelyn, sekarang semuanya sudah berakhir. Gimana perasaan kamu sekarang?" Michael memandang wajah Odelyn yang terlihat kosong."Aku sudah mati rasa." Odelyn bahkan tidak mau menatap ke arah Michael.Michael yang mendengar itu hanya bisa tersenyum sedih. Hubungan ini rupanya benar-benar di ambang kehancuran. Michael jadi teringat kejadian satu tahun yang lalu. Kejadian dimana Michael dihabisi secara membabi buta dan entah keberuntungan apa yang menyelimuti Michael tapi dirinya masih bisa selamat. Hanya saja semua bermula dari sana, termasuk keadaan Odelyn yang seperti ini. Tentu saja ibu Michael tidak terima putranya diperlakukan seperti itu hingga akhirnya dia melaporkan kejadian tersebut kepada polisi, memastikan bahwa orang-orang yang terlibat akan mendapatkan hukuman, termasuk orang tua Odelyn. Yah, saat itu Odelyn rupanya memilih putar balik dan dia juga yang dengan sigap mencarikan pertolongan untuk Michael yang sudah sekarang. Setelah Michael sadar itu jugalah dia baru tahu bah
Odelyn merasakan kehampaan yang begitu besar saat ini. Anak itu sudah keluar bersama pengasuh dan ibu pun masih menyisir rambut Odelyn dengan penuh ketelatenan."Bu, aku mohon ibu keluar dulu ya." Bahkan dari suaranya pun sudah bisa terdengar betapa hampa dan kosongnya perasaan Odelyn saat ini.Ibu yang mendengar permintaan Odelyn hanya tersenyum tipis namun tidak keluar, ibu masih menyisir rambut Odelyn. "Nak, justru kalau kamu sendirian ibu yang akan sedih. Ibu sedih kalau kamu masih terus menyembunyikan kesedihan kamu. Kesedihan itu kan sudah seharusnya dibagi bersama keluarga kan? Apa ibu yang salah persepsi?" Ibu menolak permintaan Odelyn dengan halus agar Odelyn tidak merasa bahwa permintaannya bukanlah hal yang penting."Aku cuma mau ibu keluar kok. Itu bukan berarti aku gak membagikan kesedihan yang aku rasakan kepada ibu. Aku dengan nyaman mau membagikan kesedihan dengan ibu. Tapi yang saat ini aku rasakan cuma ingin menyendiri dan tidur. Ibu bisa kan mengabulkan permintaan k
Sedari tadi Maura hanya terus memandangi Odelyn dengan tatapan yang kebingungan. Bukan hanya itu sesekali ketika Odelyn ingin mendekat ke arah Maura maka Maura langsung saja menjauh dari Odelyn. Tentu saja hal itu membuat Odelyn merasa sedih bukan main. Rupanya ketidakhadiran dirinya dalam satu tahun terakhir telah membuat Maura asing dengan sosok ibunya. Maura memang sering mengatakan kata mama tapi rupanya hal itu tidak menghilangkan rasa asing yang dia rasakan terhadap Odelyn.Ibu dan Michael yang tahu bahwa saat ini Odelyn merasakan kehampaan dan kesedihan karena penolakan Maura langsung saja menyerahkan Maura kepada pengasuh lalu kemudian ibu menyusul. Saat ini tersisa Michael dan Odelyn di dalam ruangan ini."Di mata Maura kamu adalah orang yang baru bagi dirinya. Menurutku malah bagus ketika anak sulit akrab dengan orang lain yang jarang dia temui karena hal itu akan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan kan. Aku tahu kamu sedih dengan penolakan Maura. Tapi kamu harus percaya
Suara ibu yang menginterupsi pembicaraan antara Michael dan Odelyn jelas membuat mereka berdua terkejut."Odelyn, maaf ibu menyela pembicaraan kalian. Tapi apapun yang Michael katakan ibu harap kamu tidak terlalu ambil hati. Michael mungkin ikhlas dan akan mengusahakan apapun agar orang tua kamu bisa bebas. Tapi saya selaku ibunya Michael tentu tidak bisa ikhlas seperti itu. Michael yang sudah saya besarkan dengan baik-baik walaupun pada akhirnya ada saja kehidupan buruk dan rintangan yang menerjang dirinya, ibu tetap merupakan ibunya Michael, seseorang yang tidak rela jika terjadi sesuatu yang buruk pada Michael, seseorang yang tidak rela jika Michael disakiti oleh siapapun itu termasuk orang terdekatnya. Jadi ibu mohon maaf Odelyn, ibu tidak bisa dan tidak ingin membebaskan kedua orang tua kamu. Hati ibu tidak akan sanggup untuk itu." Ibu menghela nafasnya secara perlahan. Ibu kemudian memandang Odelyn dan memberikan senyum seseorang yang telah tersakiti, seseorang yang mencoba ikhl