Mirna langsung menoleh ke arah suara yang memanggilnya. ternyata seorang pria paruh baya sudah berdiri di hadapan Mirna. entah kapan masuknya pria itu, tahu-tahu sudah berdiri di belakang Mirna. saat itu Mirna sedang berdiri di balkon atas."Mas Seno!" pekik Mirna dengan wajah berbinar. karena lelaki pujaan hatinya, tiba-tiba muncul di hadapan Mirna. ternyata laki-laki yang memanggil nama Mirna tadi tak lain, Pakde Seno kakaknya Ayah Zahra. Pakde Seno langsung mendekat ke arah Mirna, mereka berdua lalu berpelukan. "kamu berani sekali datang ke sini Mas," ucap Mirna sambil melepaskan pelukannya. "aku tahu suami kamu sudah pergi, makanya aku berani datang ke sini," tukas Pakde Seno sambil menoel hidung Mirna, Pakde Seno langsung mengedipkan matanya genit. "tahu saja Aku sedang merindukan kamu," ucap Mirna sambil menarik tangan Pakde Seno, lalu mereka berdua duduk di atas tempat tidur. "sama sayang, Aku sangat merindukan dirimu," balas Pakde Seno sambil memeluk Mirna.ternyata us
Ahmad dan Hanum langsung bergegas keluar dari kamar, mendengar suara teriakan Bude Wati. "ada apa dengan Bude Wati ya?" tanya Hanum.mereka berdua terus berjalan menuju pintu depan. Ahmad langsung buru-buru membuka pintu, begitu pintu dibuka. Bude Wati langsung menerobos masuk, hampir saja Hanum tertabrak oleh tubuh gempal Bude Wati.Ahmad menautkan kedua alisnya melihat tingkah kakak iparnya yang tidak biasa. Bude Wati langsung menatap ke sekeliling rumah adik iparnya. "kamu tidak sedang menyembunyikan Mas Seno kan?" tanya Bude Wati sambil menoleh ke arah Ahmad. "Mas Seno tidak ada di sini, Memangnya tadi mau bilang ke mana?" jawab Ahmad. "dia bilang mau ke sini, Kamu jangan bohong Ahmad! setelah mendapatkan telepon, langsung bergegas pergi, dan saat ku tanyakan dia bilang mau ke sini," cerocos Bude Wati.Ahmad dan Hanum kembali saling berpandangan, karena memang Pakde Seno tidak datang ke rumahnya. "buat apa kami bohong Mbak, Mas Seno tidak ke sini sudah lama. coba telepon dulu
Zahra terkejut saat melihat postingan di sebuah sosial media. terlihat Mirna dan Pakde Seno sedang duduk mesra di sebuah restoran. rupanya Mirna mengambil foto mereka berdua. mata Zahra kembali melebar, Mirna kembali memposting foto dirinya. dimana Mirna sedang disuapi sama Pakde Seno. "apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Zahra dalam hati, matanya terus memperhatikan foto-foto Mirna dan Pakde Seno. bahkan dengan tidak tahu malu, Pakde Seno mencium pipi Mirna. "astagfirullah!" pekik Zahra. Nazar yang saat itu sedang terkantuk-kantuk, langsung membuka matanya, terus menatap ke arah Zahra. "ada apa sih Yang?" tanya Nazar heran. "mas, coba lihat ini. apa penglihatan aku yang salah ya?" tanya Zahra sambil menyodorkan ponselnya. Nazar langsung duduk setengah berbaring.Nazar menerima ponsel istrinya, lalu memperbaiki posisi duduknya. mata Nazar hampir meloncat keluar setelah melihat foto di ponsel Zahra. "hah! apa ini!" teriak Nazar tidak sadar.jari-jari tangan Nazar langsung mens
perselingkuhan antara Pakde Seno dan Mirna menjadi trending topik saat ini. semua keluarga besar benar-benar tidak menyangka.sedangkan Bude Wati masih meratapi nasibnya. kedua anaknya juga belum pulang, Bude Wati duduk di kamar sendirian, matanya menatap kosong ke arah luar. sepintas kasihan juga melihat kondisi Bude Wati. tapi harus bagaimana lagi, Pakde Seno sudah tidak nyaman hidup bersama dengan Bude Wati.penampilan budek Wati kalah dengan penampilan Mirna. Mirna masih terlihat modis di usianya yang tidak mudah lagi. malah rambutnya memakai cat merah bagaikan burung merak. apalagi dalam cara berpakaian, Mirna mengikuti mode, sedangkan Bude Wati memakai baju daster sehari-harinya. karena memang postur tubuhnya yang besar itu. "ayah, sebaiknya kita menengok Bude Wati. kita lihat keadaannya bagaimana, baik buruknya Bude Wati tetap saudara kita. Ibu tidak bisa berpihak kemanapun, Ibu tidak bisa menyalahkan siapapun. cobalah Ayah bicara baik-baik dengan Mas Seno. kita juga tidak s
mereka menoleh ke arah sumber suara, tidak menyangka kalau adik Zahra sudah berdiri di depan pintu masuk. Zia dengan gaya centilnya berjalan mendekati kakak dan kedua orang tuanya, bajunya terlihat agak seksi.mata Zahra sedikit melebar saat melihat penampilan Zia, yang memakai make up menor, juga baju yang atasannya tanpa lengan. roknya dibelah sampai setengah paha."kenapa penampilan Zia seperti itu ya?" tanya Zahra dalam hati heran. "selamat pagi semuanya, bagaimana kabar kalian hari ini?" tanya Zia yang sikapnya tiba-tiba berubah. ke-4 orang yang ada di dalam ruangan itu saling melempar pandangan, sedangkan Hanum langsung membuang muka ke samping. hatinya masih kesal dengan tingkah Zia yang mengambil uang dari lemari pakaiannya. "Maaf aku datang ke sini ingin menengok kakak iparku yang tampan ini," ucap Zia asal."hah!" tapi Zahra hanya bisa terpekik di dalam hati. bisa-bisanya seorang adik memuji ketampanan suaminya. "ah, jangan-jangan ini ada sesuatu dengan si Zia. aku tida
"lho, Memangnya ayah dan ibu mau ke mana?" tanya Zia."ada urusan yang lebih penting!" jawab Ahmad tegas. "nanti saja Nazar kirimkan lewat pesannya," ucap Nazar.akhirnya kedua orangtuanya Zahra berpamitan, mereka berdua rencananya akan mencari keberadaan Pakde Seno. setidaknya masalah yang sedang dihadapi keluarga Pakde Seno cepat terselesaikan dengan baik. walaupun harus menerima kenyataan sepahit apapun. "Zia sebaiknya kamu pulang," ucap Zahra tiba-tiba. "lho, Kok kakak tega banget sih mengusir aku?" Zahra tidak terima dengan ucapan kakaknya. "sekarang ada kunjungan dari dokter, kakak juga suka menunggu di luar. sebaiknya kamu pulang, apa kamu tidak menyiapkan makanan buat suami kamu?" tanya Zahra. "memangnya kunjungan dokter suka lama ya?" tanya dia tanpa menghiraukan ucapan kakaknya. "iya, yang namanya pemeriksaan dan lama," jawab Zahra ketus. sengaja Zahra merubah sikap terhadap adiknya, karena makin lama makin ngelunjak Zia."oke, Aku pulang dulu ya Mas fajar. boleh do
"pak Dilan, Maaf sebelumnya saya menegur anda. saya mendapatkan laporan kalau Pak Dilan kemarin memakai uang perusahaan," kata direktur perusahaan."iya, Memangnya kenapa? ini perusahaan milik kakak iparku. jadi tidak masalah Aku menggunakan uang perusahaan kan," Dilan sepertinya tidak terima ditegur. "Maaf bukannya begitu Pak, masalah perusahaan jangan disangkut pautkan dengan masalah pribadi. saya sebagai pimpinan di sini, tentunya harus memberikan laporan yang akurat terhadap pimpinan tertinggi perusahaan. Saya hanya direktur, yang menjalankan perintah dari atasan saya," tukas direktur itu lagi."iya, saya tahu. Bapak di sini direktur, Tapi bapak bukan tidak ada hubungan kekeluargaan dengan pimpinan tertinggi perusahaan. siap-siap saja Bapak dicopot dari jabatan bapak. karena sebentar lagi saya akan menggeser kedudukan bapak," ucap Dilan percaya diri sekali. sang direktur masih tersenyum ramah, direktur sudah tahu karakter Dilan itu bagaimana, bahkan Dilan sempat meminjam uang ke
Hanum benar-benar gerah melihat keduanya. mereka berdua tidak tahu malu, sampai berciuman di depan Hanum dan Ahmad. "dasar tidak punya akhlak dan Adab!" geram Hanum. usia mereka sudah tua, tingkah laku bagaikan ABG. mungkin inilah yang disukai pak dek Seno dari Mirna. yang selalu tampil modis dan selalu mengikuti mode. "baiklah kalau begitu kami pulang dulu, kami sudah tenang bisa menemukan Pakde Seno di sini," ucap Ahmad langsung berpamitan. "ayo bu kita pulang," ajak Ahmad. Hanum langsung mengekor di belakang suaminya, emang sejak tadi Hanum ingin buru-buru cepat pulang. karena sudah tidak nyaman melihat tingkah Mirna dan Pakde Seno. "dasar tua-tua keladi, sungguh tidak tahu malu mereka berdua itu," Hanum ngomel-ngomel di dalam mobil. Ahmad tersenyum geli melihat tingkah istrinya. mulut Hanum tidak berhenti ngomel. "kenapa sih ayah senyam senyum?" tanya Hanum kesal. "lucu saja melihat tingkah ibu, dari tadi ngomel-ngomel terus," jawab Ahmad. "habisnya kakak kamu it