Share

BAB 2 - Ditolak Mentah-Mentah

Author: JolaSky
last update Huling Na-update: 2025-02-07 11:04:29

Masih jelas membekas di hati Jessica, bagaimana hidupnya jungkir balik 180 derajat semenjak kejadian seminggu lalu dimana ia menemukan sebuah fakta menyakitkan. Selama seminggu pula Jessica memutar otak untuk menyelesaikan masalah finansial yang harus ia tanggung sendirian sebab, dalang dari masalah ini justru sibuk mencari pembelaan publik alih-alih bertanggung jawab. 

Belum usai urusan finansial, Jessica juga harus terbiasa untuk berdiri sendirian. Di saat dulu ia selalu mengandalkan Teddy untuk menemaninya, kali ini ia dituntut untuk menata ulang masa depan dan kisah cintanya dari nol lagi. 

Seperti pepatah, uang bisa dicari, sakit hati tak mudah diobati. 

Kalimat itu terus berseliweran di kepala Jessica. Rasanya mau pecah dan mati saja tiap kali Jessica teringat pada momen kelam itu.

Tetapi, satu hal yang patut Jessica syukuri. Di tengah kondisi finansial yang morat-marit, malaikat tanpa sayap berwujud sahabat, Tita, membantunya mendapatkan solusi terbaik untuk salah satu masalah peliknya. 

Hingga di sinilah Jessica sekarang. Di sebuah ruang kerja seluas rumah tinggalnya, Jessica duduk dengan jantung yang bergetar. Ruangan itu hening, hanya terdengar deru napas sosok pria di depannya yang naik turun disusul suara serak kertas yang dibolak-balik halamannya.

Masa bodoh dengan istilah titipan orang dalam. Jessica tidak munafik, ia menerima tawaran pekerjaan ini dari Tita, sebab ia membutuhkan pekerjaan tambahan untuk segera melunasi hutang dan membalas sakit hati yang Teddy torehkan.

“Apa yang bikin kamu yakin akan diterima bekerja di sini?” 

Pertanyaan itu mengalun di telinga Jessica begitu saja. Sejak sepuluh menit lalu matanya tidak beralih sedikitpun dari bibir tebal nan cipokable milik pria di depannya. Sosok pria itu mengenakan setelan jas abu-abu dengan model rambut Comma yang menawan, semakin mempertegas garis wajahnya. 

“Saya punya keahlian di bidang yang saya lamar, Pak. Dengan pengalaman selama lima tahun sebagai penulis, saya yakin bisa kasih kontribusi terbaik saya untuk perusahaan ini,” jawabnya. Meski dalam dada rasanya cenat-cenut, Jessica berusaha memberikan senyum terbaiknya. 

“Begitu?” balas pria di depannya dengan ekspresi skeptis sambil mencondongkan dada bidang yang tertutupi kemeja ketatnya ke sisi meja kerja. 

Jessica mengangguk mantap. 

“Perusahaan ini punya work pace  super cepat. Apa kamu yakin bisa menyesuaikan ritme kerja kami? Dan saya juga mau kasih tahu kamu, beban kerja di sini sangat berat. Kamu akan dituntut untuk berpikir kreatif, tanpa mengaitkan urusan personal sebagai inspirasi dalam tulisan.”

Diam-diam Jessica menghela napas pelan. Mengurai gelisah yang mendadak singgah dalam batinnya. Butuh waktu beberapa detik untuk menyusun jawaban. Ia pikir, Psikotes adalah tes wawancara tersulit dalam melamar pekerjaan ini. Tetapi nyatanya salah. Sirin hazel gelap milik pria itu menyorot setiap gelagat Jessica secara seksama. Seolah sedang mengulitinya dengan keraguan yang begitu besar hanya untuk mengatakan ‘ya, kamu diterima bekerja di sini.’

Cukup lama Jessica terdiam, hingga kelihatannya, sang penguasa itu tak cukup sabar untuk mendapat jawaban. 

“Bagaimana? Apa kamu mulai goyah sama keputusan kamu?” tanya pria bernama Marco ini. 

Ekspresi wajahnya tidak menampakkan minat terhadap kemampuan yang dimiliki oleh Jessica. Sedang Jessica, menaruh harapan besar dirinya bisa mengisi posisi penulis di divisi kreatif Agensi Kkumui Haneul. Sebuah perusahan agensi digital sekaligus rumah produksi film-film terbaik yang berpusat di Korea. Dan pria tampan berwajah maskulin ini adalah pemilik agensi ini. 

Jessica tidak pernah meragukan kemampuannya dalam menulis berbagai naskah cerita selama ini. Ia pun cukup optimis dengan pengalaman yang ia miliki. Rasa percaya dirinya terus berkobar tanpa sedikitpun tersentuh keangkuhan hingga hari ini, Jessica bertemu dengan Marco. Seorang Presiden Direktur yang akan mengambil keputusan atas nasib surat lamaran kerja yang Jessica ajukan. 

Menghirup napas dalam-dalam, Jessica kembali membangun kepercayaan diri yang sempat porak-poranda dengan membalas tatapan Marco. “Tidak, Pak. Saya sangat yakin kemampuan saya akan memberikan pengaruh besar untuk agensi ini. Pengalaman yang saya punya memenuhi kriteria yang diminta perusahaan. Selain itu, kepribadian saya yang mudah beradaptasi akan membantu saya untuk menyesuaikan diri lebih cepat dengan lingkungan kerja baru nantinya,” jawab Jessica percaya diri. 

Ia sudah melewati banyak rintangan untuk sampai di sini. Mulai dari menerobos padatnya kota Jakarta dan berperang dengan polusi yang mengudara bebas hingga mengganggu pernapasan. Tentu Jessica tidak akan menyerah begitu saja. Setelah lima tahun melalang buana sebagai pekerja lepas, Jessica memutuskan untuk keluar dari zona nyaman, lebih tepatnya, karena tuntutan hutang yang mencekik leher saat ini. 

Sekali lagi, Marco membaca selembar kertas curriculum vitae milik Jessica. Ekspresinya tak mudah dibaca oleh Jessica membuat wanita berusia 25 tahun itu geram. 

“Sampai saat ini saya belum merasa tertarik sama kamu. Padahal ini adalah tahap interview user terakhir. Seharusnya kamu bisa membuat saya yakin dengan kemampuan kamu. Tapi kalau cuma pengalaman lima tahun dan..” Marco menggantungkan kalimatnya. Melirik CV milik Jessica lagi, “kemampuan mudah beradaptasi, fresh graduate pun bisa.” 

Deg!

“Saya rasa interview hari ini cukup, ya. Kamu boleh pulang sekarang,” ucap Marco dingin. Ia mengangkat sebelah tangannya ke udara, menunjuk dimana posisi pintu ruangan berada. Jessica masih mencerna ucapan Marco. Tidak percaya semudah itu pria kharismatik ini mengusirnya tanpa mempertimbangkan lebih jauh. 

“Um, apa Bapak tidak ingin mencoba mempertimbangkannya lagi? Saya lihat Bapak menolak saya bukan karena saya tidak memenuhi kualifikasi. Tapi karena-” 

“Terima kasih atas waktunya hari ini ini, Mbak Jessica Aozora. Senang bertemu dengan Anda dan hati-hati di jalan.” Belum usai Jessica menyelesaikan kalimatnya, Marco sudah menyela. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama sesi interview ini berlangsung pria kharismatik itu tersenyum padanya. Meski Jessica tahu senyuman Marco bukanlah senyum yang benar ia berikan sebagai penghormatan. Melainkan sebuah sinyal untuk merendahkan. 

“Baik kalau begitu, Pak. Terima kasih juga atas waktunya,” balas Jessica. Dengan perasaan kesal yang membulat di dadanya ia berbalik. Tanpa di sadari, ujung blazer yang ia kenakan menyenggol dokumen di atas meja kerja Marco. 

Melihat itu, sesuatu dalam diri Marco lantas bergejolak. Emosinya seakan ditarik sampai ke ubun-ubun. Sedangkan Jessica, melangkah menuju pintu dengan perasaan dongkol. Bibirnya tidak henti meracau dengan suara rendah. 

“Dasar om-om tua bangka. Ketahuan banget kalau dia ada sentimen sama aku. Lihat aja, kalau aku ketemu sama dia lagi, aku bakal buktiin sentimen dia itu nggak beralasan. Aku akan buat dia mohon-mohon buat jadi timnya,” gumam Jessica seraya mengulurkan tangannya hendak membuka pintu. 

Tetapi…

“Hey, tunggu!” Langkah Jessica terhenti tepat di ambang pintu. Ia kemudian memutar tubuhnya menghadap Marco yang memandangnya dengan sorot tajam sekaligus menaikkan sebelah alisnya. 

“Ya, Pak. Ada apa?” 

Ketika pandangannya kembali bertemu dengan Marco. Sebagian ruh dalam diri Jessica seolah melayang. Terbawa daya magis yang menguar dari wibawa Marco sebagai seorang pimpinan. 

“Kemarilah,” ucap Marco. Lebih terdengar seperti sebuah perintah dari pada permintaan. Sial! Jessica baru saja ia tolak mentah-mentah sebagai karyawan tapi pria itu bersikap seolah dirinya adalah atasannya. 

Sambil mendengus dengan keterpaksaan, Jessica mendekat. “Apa lagi, Pak? Apa Bapak mulai berubah pikiran dan memutuskan terima saya sekarang?” tanya Jessica malas. Masa bodoh dengan sikap hormat, sejak awal Marco yang sudah tidak menunjukkan respek terhadapnya. 

Marco menggeleng pelan. “Tidak, kamu menyenggol dokumen saya itu,” katanya. Menunjuk sebuah map yang posisinya melenceng diantara map lain di bawahnya. “Kembalikan lagi posisinya seperti semula.” 

Mendengar itu, syaraf-syaraf di kepala Jessica memanas. “Bapak bercanda?” balasnya dengan emosi yang siap meledak. Kedua matanya memicing tak percaya.

“Kenapa?” 

“Masa panggil saya balik cuma buat benarkan posisi dokumen yang tergeser begini? Memangnya Bapak tidak bisa benahi sendiri?” 

“Kamu yang geser, kenapa saya yang harus bertanggung jawab? Lakukan saja, itu kan salahmu. Saya nggak suka barang-barang saya terusik. Jadi kamu harus kembalikan ke posisi semula.” 

Ruang kerja berukuran besar dengan model interior minimalis itu mendadak diselimuti ketegangan. Auranya mengalahkan ketegangan saat interview tadi karena dua orang dengan kepribadian yang bertolak belakang kini berperang dengan harga dirinya masing-masing. 

“Astaga!” Jessica mendengus. “Oke-oke, ini udah saya balikin ke posisi semula. Sudah, ya. Jangan panggil saya lagi untuk hal konyol seperti ini.” Menggunakan ujung jarinya Jessica menggeser ujung map hingga berada pada posisi yang presisi. Marco mengangguk puas sambil bersedekap. 

“Bagus! Kamu boleh pergi sekarang,” katanya. Tanpa menyahut lagi, Jessica langsung berbalik. Kali ini benar-benar meninggalkan ruangan tanpa pamit. Hatinya dongkol bukan main. Sepanjang lorong lantai dua belas, mulutnya tidak berhenti mengutuk.

“Dasar cowok gila! Bisa-bisanya perusahaan sekelas Kkumui Haneul memilih dia sebagai Presdir agensi sebagus ini!” Jessica menggerutu kesal. Harapannya untuk membangun karir di Kkumui Haneul kandas sudah hanya karena tingkah konyol seorang Presdir gila seperti Marco. 

Sedangkan pria itu, di ruangannya masih duduk diam menatap pintu yang tadi dibanting sedikit keras oleh Jessica. Tatapannya menyorot penuh arti menggambarkan isi kepala yang semrawut dihadapkan pada sosok wanita bar-bar dengan kesabaran setipis tisu. Ketika teringat sesuatu, pandangan Marco beralih ke arah telepon interkom. Tangannya menjangkau benda itu dan memencet satu nomor. Nomor telepon divisi HRD. 

“Kandidat terakhir tadi tidak bisa saya terima untuk mengisi posisi penulis skenario..” ujarnya dari balik telepon. 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • ROMANSA AGENSI : Pernikahan Kontrak Dengan Mr. Lee   BAB 3 - Jebakan Spontan

    Aroma fruity menyeruak tiap kali seorang wanita yang kini duduk berhadapan dengan Jessica menyibakkan rambut panjangnya. Pakaian wanita itu, terlihat berkelas dengan setelan formal blazer warna biru langit dan sepatu hak tinggi keluaran merek ternama. Di tangannya, wanita bernama Risa itu membawa sebuah dokumen. Sesuatu yang akan membawa nasib Jessica ke depannya. Sedangkan Jessica sendiri, duduk manis sejak kedatangannya setengah jam lalu. Di ruangan luas nan estetik di dominasi warna biru dan putih ini, Jessica mencoba membaur diri dengan orang-orang yang tidak cukup ramah atas kehadirannya. Ini kali keduanya datang ke kantor Kkumui Haneul. Setelah tiga hari tanpa kepastian, manajer HRD memanggilnya untuk datang kembali tanpa sebuah alasan. Tetapi, semua pertanyaan yang muncul di benak Jessica sejak semalam, kini terjawab. Sebuah map disodorkan Risa padanya. Senyum tipis itu tidak mengurangi kesan tegas yang mengalir kental di air wajahnya. “Ini kontrak kerjamu, Jessica. Kamu b

    Huling Na-update : 2025-02-07
  • ROMANSA AGENSI : Pernikahan Kontrak Dengan Mr. Lee   Bab 4

    “W-what?” Jessica bergumam pelan. Ekspresinya bingung sekaligus tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar. Ia mematung di tempatnya berdiri, salah tingkah ketika sepasang ibu dan an menatapnya dengan dua sorot mata yang kontras. Waktu berjalan begitu lama bagi Jessica, hingga sentuhan di tangan kanannya membuat pikiran Jessica teralihkan kembali ke alam nyata. “Jessica?” Itu suara Marco. Jessica hampir terjerembab mundur ketika menyadari pria dengan postur tubuh tinggi dan wajah perpaduan bule asia itu sudah berdiri di depannya. “Mama sudah menunggu. Ayo, beri salam padanya,” kata Marco. Seulas senyum semakin menambah tingkat ketampanan Marco. Jantung Jessica berdetak keras dibuatnya. “A-apa maksudnya?” tanya Jessica pelan. Menjawab kebingungan Jessica, Marco mencondongkan tubuhnya ke hadapan Jessica. Kini wajah tampan itu kian melekat di depan wajah Jessica yang menegang. Aura aroma musk dari kolon yang Marco pakai, menyapa penciuman Jessica malu-malu. Sudut bibir Marco mem

    Huling Na-update : 2025-02-12
  • ROMANSA AGENSI : Pernikahan Kontrak Dengan Mr. Lee   BAB 5

    Di dalam sebuah kafe tak jauh dari kantor, Jessica dan Marco duduk berhadapan. Suasana canggung menyelimuti mereka karena tidak ada satupun yang berniat untuk buka suara. “Pak Marco mau pesan apa?” tanya Jasper. Asisten pribadi yang khusus menangani semua hal personal tentang pemilik agensi Kkum Haneul ini. Sepasang mata sipitnya menatap Marco jeli, diam-diam memperhatikan setiap detail penampilan Marco adalah sebagian besar dari tugas Jasper sebagai Aspri. “Bapak mau makan siang?”Marco mengangguk pelan, tatapannya masih lurus menerobos dinding kepercayaan diri Jessica yang duduk dengan kepala tertunduk lesu. Seakan sedang memindai isi pikiran wanita itu. “Berikan saya seporsi Jjampong,” jawab Marco.Jasper mengangguk patuh, kemudian ia beralih pada Jessica di sebelah kanannya. “Jes, kamu mau makan apa?” Jessica menggigit sudut bibirnya ragu. Tempat yang ia sambangi saat ini adalah kafe khusus menjual menu-menu masakan rumahan ala Korea. Sesungguhnya ia tidak terlalu familiar denga

    Huling Na-update : 2025-02-15
  • ROMANSA AGENSI : Pernikahan Kontrak Dengan Mr. Lee   BAB 6

    Keberadaan sebuah Maserati Cielo warna biru di ujung jalan menarik perhatian orang-orang yang tinggal di sisi perbatasan kota Jakarta. Marco memarkirkan mobil itu tepat di depan sebuah kafe yang ramai disambangi pengunjung. Melihat dunia luar lewat kaca film mobilnya yang hitam pekat, semakin menenggelamkan niat Marco untuk keluar dari tempat persembunyian sementaranya. Ini ketiga kalinya Marco melirik Richard Millienya sekilas. Sudah sepuluh menit ia menunggu di titik pertemuannya dengan Jessica namun wanita itu tidak kunjung menunjukkan batang hidungnya. “Apakah dia selalu terlambat seperti ini?” Marco mendengus kesal. Ia menyibukkan diri menyoroti aktivitas orang-orang yang berlalu lalang di sekitar. Jika biasanya ada Jasper yang akan setia mengantar Marco kemanapun, khusus malam ini, Jasper menjadi pengecualian. Joanna terang-terangan meminta Marco untuk menjemput Jessica seorang diri hingga pria yang dijuluki Mister Presisi itu, berakhir mengenaskan dalam kesendirian. Klek.

    Huling Na-update : 2025-02-18
  • ROMANSA AGENSI : Pernikahan Kontrak Dengan Mr. Lee   BAB 7

    “Teddy, tolong ambilkan bingkisan yang aku minta tadi pagi.”Ketika nama itu terucap dari bibir merah Joanna, sensasi menggila menjalar di sepanjang syaraf tubuh Jessica. Makan malam ini terasa bagaikan neraka yang tidak akan berhenti menyeret Jessica untuk masuk ke alamnya. Jessica pikir, disaat ia fokus dengan masalah dan mencari solusi untuk menyelesaikan semua hutang, masa lalu akan berhenti menghantui. Namun, siapa sangka, takdir berkata lain. Takdir yang tertulis untuk Jessica tidak semudah itu untuk ditaklukan. Sudah jatuh tertimpa tangga. Bagi Jessica, hidupnya saat ini sudah diambang batas antara hidup dan mati. Sebelah tangannya menggenggam pisau steak gemetar. Teddy–pria itu–datang menghampiri Joanna dengan dua buah kotak berhiaskan pita di permukaannya. Ketika Teddy menyerahkan bingkisan yang diminta sang nyonya besar, matanya tertuju pada Jessica. “Berikan pada Marco dan Jessica,” perintah Joanna lagi. Sigap Teddy menghampiri dua orang itu dan menyodorkan bingkisannya

    Huling Na-update : 2025-02-19
  • ROMANSA AGENSI : Pernikahan Kontrak Dengan Mr. Lee   BAB 8

    Air kolam renang memantulkan cahaya putih dari lampu di sekitarnya. Riak air berhembus pelan mengikuti ritme angin. Beratapkan langit malam, dua orang yang baru saling mengenal itu, berdiri di pinggir kolam renang membawa pikirannya yang mengawang jauh entah kemana. Marco memandang lurus pada hamparan taman di depannya, tak jauh dari kolam. Sesekali menarik napas dalam untuk mengurai perasaan tak nyaman di dada. Sedangkan, Jessica, sibuk memainkan sebelah kakinya yang bergesekan dengan granit bibir kolam. Ia sadar keputusannya untuk menyeret Marco ke sini adalah keputusan yang tepat setelah melakoni peran sebagai sepasang kekasih idaman.“Saya tidak menyangka Ibu Joanna akan mengambil keputusan ekstrim seperti itu.” Marco buka suara setelah lima belas menit lamanya hening mencekik leher mereka. Tanpa mengalihkan pandangannya, ia kembali berkata. “Saya rasa, kita perlu membuat perjanjian ulang. Saya tidak akan menuntut imbalan apapun dari kamu. Dan saya akan membayarmu dengan jumlah

    Huling Na-update : 2025-02-21
  • ROMANSA AGENSI : Pernikahan Kontrak Dengan Mr. Lee   BAB 9

    Ruang kerja itu terasa pengap, sebab keseriusan Marco membawa suasana di sana menjadi lebih tegang. Dari mejanya, Jessica mengintai awas bosnya yang kini nampak frustasi. Kerutan semakin jelas di wajah Marco, setiap lembar naskah skrip yang dibanyanya semakin mempertegas keraguannya.“Jessica,” panggilnya. Memecah keheningan yang sejak tadi menemani Jessica kikuk. Mendongak dari balik layar komputer yang besar, Jessica menyahut. “Ya, Pak? Ada yang bisa saya bantu?” Marco bergeming. Sedikitpun sorot awas di matanya tidak bergeser. “Kamu yakin bisa mengurus naskah film tahun ini?” Senyum Jessica semakin cerah. Lantas ia berdiri dari kursi, memamerkan raut wajah penuh keyakinan meski Marco tak beralih. “Saya yakin dengan potensi saya, Pak,” jawabnya. “Bukan karena kamu mau lari dari tanggung jawab sebagai sekretaris ‘kan?” Itu salah satunya, batin Jessica. “Nggak, Pak. Saya yakin karena tema film itu sesuai dengan..” Saat Jessica sengaja menjeda ucapannya, Marco baru tertarik meng

    Huling Na-update : 2025-02-22
  • ROMANSA AGENSI : Pernikahan Kontrak Dengan Mr. Lee   BAB 10

    Dari belakang, pundak lebar itu menegang dalam balutan jas mahal kesayangannya. Sambil berkacak pinggang pertanda penolakan begitu besar siap terlontar bagaikan bom waktu yang siap meledak. Tak jauh dari tempat Marco berdiri, Jessica diam mematung di balik meja kerja. Diam-diam menghitung mundur menunggu bom yang ia serahkan pada Marco beberapa menit lalu. Ketika tubuh kokoh bak tembok China itu berbalik, sorot mata menghujam penuh penghakiman tertuju pada Jessica. Seakan wanita pemilik surai pendek coklat gelap itu adalah mangsa yang nikmat untuk dilahap. “Saya memang memintamu menjadi kekasih, tapi bukan berarti kamu bisa mengatur saya!” tegas Marco. Iris Hazel gelapnya berkilat tajam. Seperti mata pisau yang baru diasah. “Sampai kapanpun saya tidak akan pernah datang kesana!” tegasnya lagi. Kembali memutari meja kerja dengan langkah penuh hentakan kemudian duduk di kursi kebesarannya. “Maaf, tapi saya sudah janji akan bawa Bapak ke sana. Lagipula, tempat itu adalah pembaringan

    Huling Na-update : 2025-02-23

Pinakabagong kabanata

  • ROMANSA AGENSI : Pernikahan Kontrak Dengan Mr. Lee   Bab 19 - Kolaborasi Dengan Mantan

    Langit sore menua, semburat jingga di ufuk barat mulai meredup, tenggelam perlahan di balik gedung-gedung pencakar langit. Ruangan luas dengan interior modern terasa senyap, meski hawa panas ketegangan menguar di antara dua wanita yang berdiri berhadapan.Jessica menatap lurus ke arah Sisil, wajahnya tetap tenang, meski amarah telah merayapi hatinya. Sudut bibirnya melengkung tipis, tetapi bukan dalam bentuk senyuman ramah."Maaf, Mbak Sisil," katanya, suaranya jernih dan tegas. "Aku datang kemari untuk menjalankan tugas dari Pak Marco, bukan untuk mendengarkan masalah personal Mbak. Aku juga nggak peduli kalau Mbak berniat melamar Pak Marco jadi kekasih. Tapi kalau aku jadi Mbak Sisil, dengan cara murahan seperti itu, aku akan lebih tahu diri untuk menjaga sikap."Ucapannya meluncur tajam, setajam pisau yang mengiris harga diri Sisil.Sisil membeku. Matanya membelalak, bibirnya yang sedari tadi terbuka hendak berucap kini tertutup rapat. Seumur hidupnya, belum pernah ada yang berbica

  • ROMANSA AGENSI : Pernikahan Kontrak Dengan Mr. Lee   Bab 18 - Penghinaan

    Sebelah sudut bibir Sisil berkedut samar. Matanya yang berkilat penuh harap perlahan meredup saat Marco, pria yang sudah lima tahun menjadi incarannya, menolak mentah-mentah permintaannya untuk bicara secara personal.Bukan hanya menolak, Marco bahkan mengalihkan pembicaraan itu pada Jessica, sekretarisnya yang selalu berdiri setia di sisinya.Jessica menatap Sisil dengan sorot mata yang sulit dibaca. Ia tersenyum tipis, ekspresinya tetap tenang, seperti biasa. “Mbak Sisil bisa sampaikan padaku. Aku akan meneruskan pesan Mbak ke Pak Marco.”Suasana di ruangan Sisil terasa hampa. Udara yang tadinya hanya berisi ketegangan kini berubah pekat, seakan menyimpan bara yang bisa menyala kapan saja. Sisil masih duduk di kursinya, jari-jarinya mencengkeram pinggiran meja dengan kuat. Pandangannya beralih sekilas ke sudut ruangan, tempat tumpukan naskah yang hampir setinggi pinggangnya berserakan tanpa arah.Jessica juga melihatnya. Dalam pikirannya, tumpukan itu mirip benteng Takeshi—hanya sa

  • ROMANSA AGENSI : Pernikahan Kontrak Dengan Mr. Lee   Bab 17 - Diantara Dua Wanita

    Maserati milik marco berhenti tepat di depan lobi kantor. Petugas valet yang berjaga sigap menghampiri kedatangan sang bos besar pewaris Haneul Grup. Marco melepaskan sabuk pengaman yang melingkar di tubuhnya secepat kilat. Mengedar pandang ke sekitar, demi memastikan seluruh barang pribadinya tak ada yang tertinggal. Di sebelahnya, Jessica ikut melakukan hal yang sama. Rambut pendek warna almondnya dikibaskan sebelah, menguarkan aroma bunga yang langsung menyapa indera penciuman Marco. Kekesalan Jessica pada sang suami kini berlapis-lapis. Sepanjang perjalanan Jessica membatin, apa yang ada di pikirannya waktu itu sampai berniat untuk menjalin kerja sama dan menyetujui pernikahan kontrak dengan Tuan Lee ini? Setelah pagi harinya dikejutkan dengan kelakuan Marco yang berani menyentuhnya, amarah tertahan di dada Jessica semakin gencar memprotes saat pria itu kembali berulah. Memutuskan untuk langsung terjun ke dalam proyek film yang akan Jessica tulis naskahnya. Padahal, Jessica men

  • ROMANSA AGENSI : Pernikahan Kontrak Dengan Mr. Lee   Bab 16 - Mertua Menaruh Curiga

    Dari jendela besar yang mengelilingi restoran di lantai enam puluh tiga ini, mata pengunjung akan dimanjakan dengan pemandangan kepul awan tipis yang berarak. Jika mereka sedikit menurunkan pandangannya, mereka akan menemukan deretan gedung yang menjulang tak kalah tinggi di sekitar gedung hotel ini. Begitu juga dengan pemandangan hiruk pikuk kota Jakarta yang mulai padat. Mobil-mobil di bawah sana, hanya nampak sebesar ruas jari. Berjajar rapi membentuk garis lurus yang panjang tanpa akhir. Kontras dengan pemandangan kehidupan di kaki gedung ini, keluarga konglomerat bermarga Lee baru saja masuk ke dalam restoran. Langkah mereka dipimpin oleh Joanna yang berjalan paling depan. Di belakangnya, Marco dan Jessica mengekori. Para pelayan sudah berbaris rapi di pintu masuk, kompak membungkuk memberi salam hormat ketika langkah keluarga itu sudah mencapai bibir pintu restoran. Ini pertama kalinya Jessica memasuki area kelas naratama. Dimana sosok yang berasal dari kalangan menengah

  • ROMANSA AGENSI : Pernikahan Kontrak Dengan Mr. Lee   Bab 15 - Adiknya Marco

    “Jessica, bangun.” Seuntai kalimat itu mampir di telinga Jessica, namun kesadarannya belum pulih sempurna ketika dua kata yang keluar dari suara berat seseorang itu, kembali melantun lembut namun tetap terdengar tegas. “Jessica,” panggil suara itu lagi. Kali ini lebih menuntut. Jessica, masih berkelit dengan selimut tebal yang menutupi seluruh tubuhnya. Semakin lama dibiarkan matanya terpejam, semakin sulit lepas dari jeratan ranjang nyaman ini. Jessica baru bisa terlelap subuh tadi. Masih sempat berguling ke sana-kemari menguasai permukaan empuk ranjang itu. Sempat terlintas di pikirannya, jika ia berbaring dengan sosok yang ia cintai di sana, pasti malam itu akan terasa lebih istimewa. Sayangnya, itu hanya ilusi belaka. Nyatanya kini Jessica hidup di bawah kuasa seorang pria keturunan konglomerat. Menghamba pada sosok itu demi sebuah pembalasan dendam. Sedangkan, kesabaran Marco pagi ini hanya setipis tisu. “Jessica, bangunlah!” Suaranya lebih keras. Ia tarik sedikit selimut ya

  • ROMANSA AGENSI : Pernikahan Kontrak Dengan Mr. Lee   Bab 14 - Terlalu Agresif

    Debat panas tadi, cukup menguras emosi Jessica. Tak terasa waktu sudah beranjak pagi dan Jessica baru bisa merebahkan tubuhnya di ranjang. Matanya menatap langit-langit kamar yang kosong. Sekosong hati dan pikirannya saat ini. Kedua kaki Jessica menjuntai di sisi tempat tidur. Berayun pelan mengiringi gumaman merdu dari mulutnya. Ranjang empuk ini, adalah salah satu dari bagian mimpinya di masa depan. Hidup bergelimang harta tanpa perlu mengkhawatirkan hari esok adalah impian Jessica semenjak hidupnya berubah 180 derajat lima belas tahun lalu. Alih-alih sukses lewat jalannya sendiri, siapa sangka takdir menariknya ke dalam lingkar kehidupan yang semrawut. Jessica tumbuh dengan beban berat di pundaknya setelah ibunya, meninggal tepat setelah melahirkan Thania, adiknya. Sedang, sang Ayah, yang digadang-gadang menjadi garda terdepan, justru mengecewakan. Kecanduan main perempuan dan judi daring membuat Jessica kehilangan sosok orang tua satu-satunya. Masa kecil penuh beban menjadikan

  • ROMANSA AGENSI : Pernikahan Kontrak Dengan Mr. Lee   Bab 14 - Komitmen Kerja Sama

    Deru napas Jessica semakin cepat, dadanya bergejolak ketika wajah pria pemilik rahang tegas dan mata elang itu terpampang di depan matanya. Kurang dari sepuluh senti, aroma woody dari tubuh Marco, dan aroma bunga sakura dari Jessica berbaur menciptakan sebuah harmoni aroma yang sialnya.. memabukkan! Jessica masih mematung di sana, meski Marco berusaha mengungkungnya dengan senyum penuh intimidasi yang kuat. Kedua tangan Jessica menggantung bebas di sisi gaun, terkepal erat menahan canggung yang berusaha menenggelamkannya pada sebuah ilusi. Sempat terlintas di pikiran Jessica, mungkinkah, malam ini akan menjadi malam dimana Jessica benar-benar diperlakukan sebagai istri meski, statusnya hanya istri bayaran. Melihat bagaimana Marco menunjukan reaksi atas ucapannya tadi, dengan tidak tahu dirinya Jessica menaruh harapan. Marco tersenyum miring, melihat Jessica yang menahan napas disambutnya dengan kekehan rendah. Jessica seperti anak itik yang kehilangan induknya. “Kenapa? Kamu takut?

  • ROMANSA AGENSI : Pernikahan Kontrak Dengan Mr. Lee   Bab 12 - Fantasi Liar

    “Pengantin baru, harus diantar sampai ke kamar.” “Tidak perlu, Ma. Aku dan Jessica bisa balik ke kamar berdua saja.” Kerumunan yang semula dipadati oleh para tamu undangan, kini mulai terpecah belah tepat etika jam pesta telah dinyatakan selesai. Di dalam ballroom hotel tempat resepsi pernikahan putra pewaris Haneul Group itu mulai lengang. Hanya beberapa orang yang masih sibuk dengan urusannya masing-masing. Sedang begitu, dua pilar utama pesta ini tengah sibuk berdebat untuk masalah yang menurut Jessica, sepela. Perdebatan ibu dan anak ini entah sampai kapan bergaung memenuhi telinga Jessica. “Eh! Kamu paham pamali, nggak? Pengantin baru itu harus didampingi sampai kamar.” Joanna berusaha mempertahankan lagi argumennya. Namun, karena sikapnya, Wanita dengan rambut Kundai alias Konde simpul khas Korea dipadukan dengan Binyeo–tusuk konde–justru terkesan terlalu memaksakan kehendaknya. Lagi-lagi, Jessica harus menjadi penengah. Terlebih, saat ini dirinya sudah resmi menjadi istri

  • ROMANSA AGENSI : Pernikahan Kontrak Dengan Mr. Lee   BAB 11

    Tinggal satu hari pernikahan putra mahkota Agensi Kkum Haneul akan diselenggarakan. Di dalam sebuah ballroom hotel tim perencana acara berlalu lalang melangkah berpacu dengan hitungan waktu. Peluh di wajah mereka menjadi pertanda betapa keras merek berjuang menahan kantuk dan lelah demi menghadirkan acara dengan konsep Royal Wedding termegah tahun ini. Di tengah lalu lalang orang-orang itu, Marco berdiri di depan pelaminan yang sudah berdiri sempurna dengan sentuhan dekorasi bunga di dominasi warna biru langit yang menyegarkan dan putih yang melambangkan kesucian. Pelaminan dipenuhi oleh dekorasi bunga mawar biru dan lily berbentuk gapura di bagian tengah tepat di belakang sofa mewah pengantin warna beige. Lampu LED berkelap-kelip di balik rangkaian bunga itu. Kontras dengan latar belakang pelaminan yang didominasi warna putih. Diantara sofa pengantin, dua pasang kursi khusus orang tua bersanding rapi. Pikiran Marco mulai bermain, membayangkan Joanna mengisi salah satu sisi kursi i

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status