Share

BAB 3 - Jebakan Spontan

Author: JolaSky
last update Huling Na-update: 2025-02-07 13:21:04

Aroma fruity menyeruak tiap kali seorang wanita yang kini duduk berhadapan dengan Jessica menyibakkan rambut panjangnya. Pakaian wanita itu, terlihat berkelas dengan setelan formal blazer warna biru langit dan sepatu hak tinggi keluaran merek ternama. Di tangannya, wanita bernama Risa itu membawa sebuah dokumen. Sesuatu yang akan membawa nasib Jessica ke depannya.

Sedangkan Jessica sendiri, duduk manis sejak kedatangannya setengah jam lalu. Di ruangan luas nan estetik di dominasi warna biru dan putih ini, Jessica mencoba membaur diri dengan orang-orang yang tidak cukup ramah atas kehadirannya. Ini kali keduanya datang ke kantor Kkumui Haneul. Setelah tiga hari tanpa kepastian, manajer HRD memanggilnya untuk datang kembali tanpa sebuah alasan. 

Tetapi, semua pertanyaan yang muncul di benak Jessica sejak semalam, kini terjawab.

Sebuah map disodorkan Risa padanya. Senyum tipis itu tidak mengurangi kesan tegas yang mengalir kental di air wajahnya. 

“Ini kontrak kerjamu, Jessica. Kamu bisa mempelajarinya nanti.” 

Dahi Jessica mengernyit bingung. Dadanya membuncah setelah mendengar pernyataan tersirat bahwa ia telah diterima bekerja di perusahaan bergengsi ini. “Jadi, saya diterima bekerja di sini, Bu?”

Risa mengangguk. “Ya, kamu bisa mulai hari ini ‘kan?” 

Jessica mengangguk mantap. Tak akan ia sia-siakan kesempatan di depan mata. “Bisa, Bu. Apa saya perlu tanda tangani kontraknya sekarang?” 

Kontras dengan reaksi Jessica, Risa justru nampak datar-datar saja. Paras cantiknya kalah dengan sisi dominan yang ia miliki. “Tidak perlu buru-buru. Kamu pelajari saja dulu karena pekerjaan ini akan menjadi tantangan baru untuk kamu,” ucap Risa, kemudian berdiri dari duduknya. “Ayo, ikut saya.” 

Jessica belum mencerna sepenuhnya kata-kata Risa barusan, namun, Risa sudah menarik tangannya untuk menjauh dari ruangan itu. Membawa Jessica beralih ke sisi lain gedung, berpisah dengan dua orang lain yang datang bersamanya.

Tanpa memberikan Jessica kesempatan untuk bertanya, gestur Risa justru menunjukkan penolakan untuk menjelaskan. Lift membawa mereka menuju satu lantai. Tempat dimana Jessica menyebutnya sebagai lantai keramat. 

Pikirannya mulai bertanya-tanya, tetapi lidah Jessica kelu untuk berucap. Ia tidak memiliki pilihan lain, selain menurut dan mengikuti semua prosedurnya.

Jadi benar, ini adalah hari pertama Jessica bekerja. Seharusnya saat ini ia tengah sibuk mengetik ribuan kata untuk menciptakan sebuah naskah cerita yang apik. Sesuai dengan pekerjaan yang ia lamar, penulis skenario. 

Tetapi, apa yang ada di hadapannya kini justru berbanding terbalik. Meja kerja yang sudah disiapkan untuknya dipenuhi tumpukan dokumen. Melihat itu semua, mendadak perut Jessica nyeri. Berapa banyak obat asam lambung yang harus ia minum tiap hari setelah mengerjakan sederetan daftar kerja yang diberikan sosok pria yang kini duduk tenang di balik meja di sisi lain ruangan ini.

“Kenapa kamu lihat saya begitu?” Pertanyaan itu bagaikan sebilah pisau yang langsung menancap tepat di iris cantik Jessica. Didukung dengan tatapan tajam dari Marco. “Kamu keberatan dengan posisi ini? Kalau begitu kamu bisa ajukan surat pengun–” 

“Nggak, Pak. Saya nggak keberatan jadi sekretaris Bapak,” sela Jessica. Ya, akibat keteledorannya sendiri yang tidak membaca lengkap balasan surel dari HRD semalam, Jessica berakhir di sini. Satu ruangan dengan sosok pria yang ia maki dalam diam tiga hari lalu. Tentu dengan jabatan yang jauh berbeda dari yang Jessica perkirakan. Alih-alih mengisi posisi sebagai penulis skenario, Jessica malah mengisi posisi kosong sebagai sekretaris pribadi Presdir Kkumui Haneul Agensi.

Pagi tadi, dengan penuh percaya dirinya ia datang ke kantor pusat agensi ini untuk melakukan pelatihan kerja. Ketika dua orang lain masuk ke ruang divisi kreatif, hanya dirinya yang dibawa menuju ruang Presdir. 

“Dengan kamu menginjakkan kaki di ruangan saya sekarang, artinya kamu sudah menyetujui untuk mengisi posisi sebagai sekretaris. Dan saya tidak menerima pembatalan keputusan apapun setelahnya,” ucap Marco tadi pagi. 

“Bagus! Setelah semua dokumen itu selesai kamu periksa. Tolong kamu bereskan lemari buku saya itu.” Pandangan Jessica mengikuti kemana arah jari telunjuk Marco tertuju. Pria berdarah Korea - Amerika itu menunjuk sebuah lemari buku di sudut ruangan. Jessica mengernyitkan dahinya. Tidak yakin dengan apa yang ia lihat dan apa yang dimaksud oleh Marco dengan membereskan lemari itu. 

“A-apa yang harus saya bereskan, Pak?” tanyanya. Pasalnya, tidak ada satu hal pun yang perlu dibereskan dari lemari itu. Semua buku berjejer rapi di tempatnya. 

Marco mendesah kesal. “Kamu tidak lihat posisi buku paling ujung di kanan atas lemari itu, miring?” kata Marco. 

Jessica kembali memicingkan kedua matanya, berusaha fokus dengan objek yang dimaksud bosnya. Namun, seberapa keras pun ia meneliti, di matanya, tidak ada yang salah dengan buku-buku itu. “Saya rasa nggak, Pak,” jawabnya. 

“Itu miring, Jessica. Cepat benarkan posisinya sekarang,” titah Marco. Jessica sungguh penasaran. Apa penglihatannya belakangan ini tidak bekerja dengan baik? Ia mendekati lemari itu, ketika sampai di depannya, buih-buih amarah di dadanya mulai memberontak. Perlahan naik sampai keubun-ubun. 

“Pak, ini cuma sedikit menjorok keluar posisinya. Bukan miring,” protes Jessica sambil menahan kesal di dada. Sungguh, mati-matian ia mencari kesalahan yang dimaksd Marco, sampai matanya sakit, kesalahan itu hanya bisa ia lihat ketika sudah berdiri tepat di depan lemari. 

“Dari sini kelihatannya posisi buku itu tidak sejajar dengan buku lainnya. Kembalikan ke tempatnya semula. Saya tidak suka dengan hal-hal yang tidak presisi,” kata Marco datar kemudian beralih lagi pada pekerjaannya. 

Jessica mendengus kesal, jelas saja bagi Marco posisi buku itu tidak sejajar karena posisi meja kerjanya sejurus dengan posisi lemari. Sial! Pria ini sepertinya memang berniat menguji kesabaran Jessica. Ia kembali ke meja kerjanya, di balik tumpukkan kertas mengelus dada demi memupuk sabar meski sambil menggerutu. 

“Sabar, Jes. Lo butuh duitnya. Perbanyak sabar..” 

Dari pagi sampai menjelang jam makan siang tiba, Marco tidak henti-hentinya meminta Jessica untuk membenahi barang-barang yang tidak sesuai dengan pandangan mata pria itu. Marco benar-benar seorang maniak untuk kebersihan dan keteraturan namun bagi Jessica hal itu adalah sebuah petaka. 

“Pak, semua barang di sini sudah presisi. Bapak mau ngerjain saya, ya?” ucap Jessica sambil mengatur napasnya yang megap-megap. 

“Sepertinya matamu yang harus dicek ke Optometri. Sebagai sekretaris pribadi saya, kamu harus mulai terbiasa dengan hal itu.” 

“Mati lah gue..” gumam Jessica. 

“Apa kamu bilang?” 

Jessica menggeleng cepat, senyum seindah bidadari ia persembahkan untuk Marco. Peduli setan jika pria itu akan menganggapnya sebagai penjilat. “Oh, nggak. Saya nggak ngomong apa-apa, Pak.” 

Di saat Marco hendak membuka mulutnya lagi, suara ketukan sepatu hak tinggi menginterupsi. Pintu ruang kerja Marco terbuka. Seorang wanita paruh baya muncul dari balik pintu dengan senyum lebarnya. Namun, Marco yang melihat kedatangan wanita itu malah pucat pasi. 

“Marco, kamu kenapa masih di sini? Seharusnya kamu udah berangkat dari tadi,” kata wanita itu. Penampilannya elegan, mengenakan dres satin premium warna putih dengan model A-line selutut. Kelas sosialnya ditunjukkan dari seberapa besar liontin berlian dan cincin yang ia kenakan, menyilaukan mata. 

Jessica sadar diri akan posisinya, sehingga ia memberikan ruang khusus untuk kehadiran wanita itu. 

“Berangkat kemana lagi, Ma? Aku sibuk. Banyak pekerjaan yang harus diselesaikan,” blas Marco terlihat jengah. Jessica bisa melihat keengganan yang begitu besar di mata Marco atas tuntutan yang diberikan wanita paruh baya itu padanya. Mendadak ia merasa iba namun, tiap kali mengingat bagaimana perlakuan Marco padanya, Jessica kembali kesal. 

“Mama udah bilang, hari ini kamu ada kencan buta sama anak kolega Mama. Kamu pasti lupa lagi. Kali ini mau cari alasan apalagi?” 

Marco menghela napas berat. Kancing jasnya ia kendurkan untuk membuat dirinya lebih leluasa dalam bereaksi. “Aku tidak mau pergi ke acara konyol seperti itu. Sudah berulang kali aku bilang.”

Wanita yang Marco panggil Mama itu melirik putranya tajam. “Kalau kamu menolak terus, kapan kamu nikahnya? Sudah kepala tiga masih jomblo begini. Anaknya teman-teman Mama udah pada kasih menantu. Kamu memang suka lihat Mama diejek teman-teman arisan Mama, ya?”

“Bukan begitu, Ma.” Marco berusaha meluruskan. Ia bangkit dari kursinya, mendekati sang ibu seraya menggenggam tangannya. “Pernikahan itu bukan mainan atau ajang memenuhi standar orang lain.” 

“Kalau begitu, penuhi saja standar Mama. Mama cuma minta kamu menemukan wanita yang baik kok. Kalau kamu menolak pertemuan kali ini, Mama nggak akan segan buat jodohin kamu sama anaknya Tante Jelita.” 

Melawan ras terkuat di muka bumi ini, perlu mental yang tangguh. Dari balik meja kerjanya Jessica diam-diam menikmati perdebatan ibu dan anak itu. Sesekali mengejek Marco dalam hatinya. 

“Hahaha, jomblo bangkotan ternyata,” batin Jessica. Hatinya sedikit terhibur setelah seharian ini dibuat kesal. Melihat Marco menjadi bulan-bulanan ibunya, Jessica tertawa puas. 

“Tidak, apalagi ide konyol itu. Aku tidak akan datang ke pertemuan apapun, atau jenis perjodohan apapun, titik,” putus Marco. “Lagipula aku sudah punya pacar,” ujar Marco lagi. Ide itu mendadak muncul di kepalanya dan terucap begitu saja. Demi meredam tuntutan dari Joanna, Marco tidak berpikir panjang sebelum bicara. 

Mata Joanna berbinar terang setelah mendengar kalimat terakhir yang diucapkan putranya. “Jadi selama ini kamu punya pacar? Kenapa nggak bilang sama Mama dari awal?” 

Marco tersenyum kikuk. Baru sadar akan kecerobohan yang baru ia lakukan. “Aku.. hanya tidak suka privasiku diumbar.”

Plak! Jawaban Marco sontak dihadiahi dengan pukulan telak dari Joanna. “Kamu anggap Mama apa sampai punya pacar kamu anggap privasi? Sekarang kasih tahu Mama, siapa pacar kamu? Suruh dia datang ke sini dan bilang kalau Mama mau bertemu sama dia.” 

Jeder!

Napas Marco tercekat di tenggorokan hingga membuatnya terbatuk-batuk. “A-apa?” 

“Iya, Mama mau ketemu pacar kamu. Telepon dia sekarang. Mama mau ketemu calon menantu Mama.” 

Dari balik mea Jessica menahan tawa. Dari reaksi Marco barusan tentu terlihat jelas Marco sedang berusaha untuk mengelabui ibunya sendiri. “Dasar bodoh! Kenapa nggak mengaku saja kalau dia jomblo abadi? Itu sama saja menjebloskan diri ke kandang singa.” 

“Kenapa melamun? Cepat telepon dia, Marco! Kamu ini suka sekali menguji kesabaran Mama,” perintah Joanna lagi. Kali ini lebih tegas. Marco yang gelagapan berusaha memaksa kepalanya untuk memproduksi ide. 

Sungguh, pengakuan tentang pacar tadi tidak lebih dari sekedar skenario belaka yang diharapkan mampu meredam kehebohan Joanna saja. Tetapi, kini skenario itu justru berbalik menyerang Marco. Dipaksa bekerja keras, otak Marco tak terima. Ia beralih pada Jessica yang sedang sibuk–pura-pura–mengetik. Tiba-tiba, sesuatu dalam dirinya mendorong kuat untuk mengatakan satu hal. 

“Tidak perlu di telepon. Pacarku ada di sini,” ucap Marco. Pandangan Joana beralih mengikuti arah pandang putranya. “Namanya Jessica.” 

Dua pasang mata kini tengah menatap Jessica dengan sorot yang bertolak belakang. Jessica mengangkat kepalanya dari tumpukan dokumen yang menjadi tempat persembunyiannya selama ini. Tatapan Marco seperti tanda bahaya, sedangkan Joana justru menampakkan sisi antusia. Sedetik kemudian jessica melihat Marco melangkah mendekatinya. Dengan tangan kekarnya yang terjulur, pria itu berkata, “Sayang, kemarilah. Sudah waktunya aku mengenalkanmu pada Mama.”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • ROMANSA AGENSI : Pernikahan Kontrak Dengan Mr. Lee   Bab 4

    “W-what?” Jessica bergumam pelan. Ekspresinya bingung sekaligus tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar. Ia mematung di tempatnya berdiri, salah tingkah ketika sepasang ibu dan an menatapnya dengan dua sorot mata yang kontras. Waktu berjalan begitu lama bagi Jessica, hingga sentuhan di tangan kanannya membuat pikiran Jessica teralihkan kembali ke alam nyata. “Jessica?” Itu suara Marco. Jessica hampir terjerembab mundur ketika menyadari pria dengan postur tubuh tinggi dan wajah perpaduan bule asia itu sudah berdiri di depannya. “Mama sudah menunggu. Ayo, beri salam padanya,” kata Marco. Seulas senyum semakin menambah tingkat ketampanan Marco. Jantung Jessica berdetak keras dibuatnya. “A-apa maksudnya?” tanya Jessica pelan. Menjawab kebingungan Jessica, Marco mencondongkan tubuhnya ke hadapan Jessica. Kini wajah tampan itu kian melekat di depan wajah Jessica yang menegang. Aura aroma musk dari kolon yang Marco pakai, menyapa penciuman Jessica malu-malu. Sudut bibir Marco mem

    Huling Na-update : 2025-02-12
  • ROMANSA AGENSI : Pernikahan Kontrak Dengan Mr. Lee   BAB 5

    Di dalam sebuah kafe tak jauh dari kantor, Jessica dan Marco duduk berhadapan. Suasana canggung menyelimuti mereka karena tidak ada satupun yang berniat untuk buka suara. “Pak Marco mau pesan apa?” tanya Jasper. Asisten pribadi yang khusus menangani semua hal personal tentang pemilik agensi Kkum Haneul ini. Sepasang mata sipitnya menatap Marco jeli, diam-diam memperhatikan setiap detail penampilan Marco adalah sebagian besar dari tugas Jasper sebagai Aspri. “Bapak mau makan siang?”Marco mengangguk pelan, tatapannya masih lurus menerobos dinding kepercayaan diri Jessica yang duduk dengan kepala tertunduk lesu. Seakan sedang memindai isi pikiran wanita itu. “Berikan saya seporsi Jjampong,” jawab Marco.Jasper mengangguk patuh, kemudian ia beralih pada Jessica di sebelah kanannya. “Jes, kamu mau makan apa?” Jessica menggigit sudut bibirnya ragu. Tempat yang ia sambangi saat ini adalah kafe khusus menjual menu-menu masakan rumahan ala Korea. Sesungguhnya ia tidak terlalu familiar denga

    Huling Na-update : 2025-02-15
  • ROMANSA AGENSI : Pernikahan Kontrak Dengan Mr. Lee   BAB 6

    Keberadaan sebuah Maserati Cielo warna biru di ujung jalan menarik perhatian orang-orang yang tinggal di sisi perbatasan kota Jakarta. Marco memarkirkan mobil itu tepat di depan sebuah kafe yang ramai disambangi pengunjung. Melihat dunia luar lewat kaca film mobilnya yang hitam pekat, semakin menenggelamkan niat Marco untuk keluar dari tempat persembunyian sementaranya. Ini ketiga kalinya Marco melirik Richard Millienya sekilas. Sudah sepuluh menit ia menunggu di titik pertemuannya dengan Jessica namun wanita itu tidak kunjung menunjukkan batang hidungnya. “Apakah dia selalu terlambat seperti ini?” Marco mendengus kesal. Ia menyibukkan diri menyoroti aktivitas orang-orang yang berlalu lalang di sekitar. Jika biasanya ada Jasper yang akan setia mengantar Marco kemanapun, khusus malam ini, Jasper menjadi pengecualian. Joanna terang-terangan meminta Marco untuk menjemput Jessica seorang diri hingga pria yang dijuluki Mister Presisi itu, berakhir mengenaskan dalam kesendirian. Klek.

    Huling Na-update : 2025-02-18
  • ROMANSA AGENSI : Pernikahan Kontrak Dengan Mr. Lee   BAB 7

    “Teddy, tolong ambilkan bingkisan yang aku minta tadi pagi.”Ketika nama itu terucap dari bibir merah Joanna, sensasi menggila menjalar di sepanjang syaraf tubuh Jessica. Makan malam ini terasa bagaikan neraka yang tidak akan berhenti menyeret Jessica untuk masuk ke alamnya. Jessica pikir, disaat ia fokus dengan masalah dan mencari solusi untuk menyelesaikan semua hutang, masa lalu akan berhenti menghantui. Namun, siapa sangka, takdir berkata lain. Takdir yang tertulis untuk Jessica tidak semudah itu untuk ditaklukan. Sudah jatuh tertimpa tangga. Bagi Jessica, hidupnya saat ini sudah diambang batas antara hidup dan mati. Sebelah tangannya menggenggam pisau steak gemetar. Teddy–pria itu–datang menghampiri Joanna dengan dua buah kotak berhiaskan pita di permukaannya. Ketika Teddy menyerahkan bingkisan yang diminta sang nyonya besar, matanya tertuju pada Jessica. “Berikan pada Marco dan Jessica,” perintah Joanna lagi. Sigap Teddy menghampiri dua orang itu dan menyodorkan bingkisannya

    Huling Na-update : 2025-02-19
  • ROMANSA AGENSI : Pernikahan Kontrak Dengan Mr. Lee   BAB 8

    Air kolam renang memantulkan cahaya putih dari lampu di sekitarnya. Riak air berhembus pelan mengikuti ritme angin. Beratapkan langit malam, dua orang yang baru saling mengenal itu, berdiri di pinggir kolam renang membawa pikirannya yang mengawang jauh entah kemana. Marco memandang lurus pada hamparan taman di depannya, tak jauh dari kolam. Sesekali menarik napas dalam untuk mengurai perasaan tak nyaman di dada. Sedangkan, Jessica, sibuk memainkan sebelah kakinya yang bergesekan dengan granit bibir kolam. Ia sadar keputusannya untuk menyeret Marco ke sini adalah keputusan yang tepat setelah melakoni peran sebagai sepasang kekasih idaman.“Saya tidak menyangka Ibu Joanna akan mengambil keputusan ekstrim seperti itu.” Marco buka suara setelah lima belas menit lamanya hening mencekik leher mereka. Tanpa mengalihkan pandangannya, ia kembali berkata. “Saya rasa, kita perlu membuat perjanjian ulang. Saya tidak akan menuntut imbalan apapun dari kamu. Dan saya akan membayarmu dengan jumlah

    Huling Na-update : 2025-02-21
  • ROMANSA AGENSI : Pernikahan Kontrak Dengan Mr. Lee   BAB 9

    Ruang kerja itu terasa pengap, sebab keseriusan Marco membawa suasana di sana menjadi lebih tegang. Dari mejanya, Jessica mengintai awas bosnya yang kini nampak frustasi. Kerutan semakin jelas di wajah Marco, setiap lembar naskah skrip yang dibanyanya semakin mempertegas keraguannya.“Jessica,” panggilnya. Memecah keheningan yang sejak tadi menemani Jessica kikuk. Mendongak dari balik layar komputer yang besar, Jessica menyahut. “Ya, Pak? Ada yang bisa saya bantu?” Marco bergeming. Sedikitpun sorot awas di matanya tidak bergeser. “Kamu yakin bisa mengurus naskah film tahun ini?” Senyum Jessica semakin cerah. Lantas ia berdiri dari kursi, memamerkan raut wajah penuh keyakinan meski Marco tak beralih. “Saya yakin dengan potensi saya, Pak,” jawabnya. “Bukan karena kamu mau lari dari tanggung jawab sebagai sekretaris ‘kan?” Itu salah satunya, batin Jessica. “Nggak, Pak. Saya yakin karena tema film itu sesuai dengan..” Saat Jessica sengaja menjeda ucapannya, Marco baru tertarik meng

    Huling Na-update : 2025-02-22
  • ROMANSA AGENSI : Pernikahan Kontrak Dengan Mr. Lee   BAB 10

    Dari belakang, pundak lebar itu menegang dalam balutan jas mahal kesayangannya. Sambil berkacak pinggang pertanda penolakan begitu besar siap terlontar bagaikan bom waktu yang siap meledak. Tak jauh dari tempat Marco berdiri, Jessica diam mematung di balik meja kerja. Diam-diam menghitung mundur menunggu bom yang ia serahkan pada Marco beberapa menit lalu. Ketika tubuh kokoh bak tembok China itu berbalik, sorot mata menghujam penuh penghakiman tertuju pada Jessica. Seakan wanita pemilik surai pendek coklat gelap itu adalah mangsa yang nikmat untuk dilahap. “Saya memang memintamu menjadi kekasih, tapi bukan berarti kamu bisa mengatur saya!” tegas Marco. Iris Hazel gelapnya berkilat tajam. Seperti mata pisau yang baru diasah. “Sampai kapanpun saya tidak akan pernah datang kesana!” tegasnya lagi. Kembali memutari meja kerja dengan langkah penuh hentakan kemudian duduk di kursi kebesarannya. “Maaf, tapi saya sudah janji akan bawa Bapak ke sana. Lagipula, tempat itu adalah pembaringan

    Huling Na-update : 2025-02-23
  • ROMANSA AGENSI : Pernikahan Kontrak Dengan Mr. Lee   BAB 11

    Tinggal satu hari pernikahan putra mahkota Agensi Kkum Haneul akan diselenggarakan. Di dalam sebuah ballroom hotel tim perencana acara berlalu lalang melangkah berpacu dengan hitungan waktu. Peluh di wajah mereka menjadi pertanda betapa keras merek berjuang menahan kantuk dan lelah demi menghadirkan acara dengan konsep Royal Wedding termegah tahun ini. Di tengah lalu lalang orang-orang itu, Marco berdiri di depan pelaminan yang sudah berdiri sempurna dengan sentuhan dekorasi bunga di dominasi warna biru langit yang menyegarkan dan putih yang melambangkan kesucian. Pelaminan dipenuhi oleh dekorasi bunga mawar biru dan lily berbentuk gapura di bagian tengah tepat di belakang sofa mewah pengantin warna beige. Lampu LED berkelap-kelip di balik rangkaian bunga itu. Kontras dengan latar belakang pelaminan yang didominasi warna putih. Diantara sofa pengantin, dua pasang kursi khusus orang tua bersanding rapi. Pikiran Marco mulai bermain, membayangkan Joanna mengisi salah satu sisi kursi i

    Huling Na-update : 2025-03-03

Pinakabagong kabanata

  • ROMANSA AGENSI : Pernikahan Kontrak Dengan Mr. Lee   Bab 19 - Kolaborasi Dengan Mantan

    Langit sore menua, semburat jingga di ufuk barat mulai meredup, tenggelam perlahan di balik gedung-gedung pencakar langit. Ruangan luas dengan interior modern terasa senyap, meski hawa panas ketegangan menguar di antara dua wanita yang berdiri berhadapan.Jessica menatap lurus ke arah Sisil, wajahnya tetap tenang, meski amarah telah merayapi hatinya. Sudut bibirnya melengkung tipis, tetapi bukan dalam bentuk senyuman ramah."Maaf, Mbak Sisil," katanya, suaranya jernih dan tegas. "Aku datang kemari untuk menjalankan tugas dari Pak Marco, bukan untuk mendengarkan masalah personal Mbak. Aku juga nggak peduli kalau Mbak berniat melamar Pak Marco jadi kekasih. Tapi kalau aku jadi Mbak Sisil, dengan cara murahan seperti itu, aku akan lebih tahu diri untuk menjaga sikap."Ucapannya meluncur tajam, setajam pisau yang mengiris harga diri Sisil.Sisil membeku. Matanya membelalak, bibirnya yang sedari tadi terbuka hendak berucap kini tertutup rapat. Seumur hidupnya, belum pernah ada yang berbica

  • ROMANSA AGENSI : Pernikahan Kontrak Dengan Mr. Lee   Bab 18 - Penghinaan

    Sebelah sudut bibir Sisil berkedut samar. Matanya yang berkilat penuh harap perlahan meredup saat Marco, pria yang sudah lima tahun menjadi incarannya, menolak mentah-mentah permintaannya untuk bicara secara personal.Bukan hanya menolak, Marco bahkan mengalihkan pembicaraan itu pada Jessica, sekretarisnya yang selalu berdiri setia di sisinya.Jessica menatap Sisil dengan sorot mata yang sulit dibaca. Ia tersenyum tipis, ekspresinya tetap tenang, seperti biasa. “Mbak Sisil bisa sampaikan padaku. Aku akan meneruskan pesan Mbak ke Pak Marco.”Suasana di ruangan Sisil terasa hampa. Udara yang tadinya hanya berisi ketegangan kini berubah pekat, seakan menyimpan bara yang bisa menyala kapan saja. Sisil masih duduk di kursinya, jari-jarinya mencengkeram pinggiran meja dengan kuat. Pandangannya beralih sekilas ke sudut ruangan, tempat tumpukan naskah yang hampir setinggi pinggangnya berserakan tanpa arah.Jessica juga melihatnya. Dalam pikirannya, tumpukan itu mirip benteng Takeshi—hanya sa

  • ROMANSA AGENSI : Pernikahan Kontrak Dengan Mr. Lee   Bab 17 - Diantara Dua Wanita

    Maserati milik marco berhenti tepat di depan lobi kantor. Petugas valet yang berjaga sigap menghampiri kedatangan sang bos besar pewaris Haneul Grup. Marco melepaskan sabuk pengaman yang melingkar di tubuhnya secepat kilat. Mengedar pandang ke sekitar, demi memastikan seluruh barang pribadinya tak ada yang tertinggal. Di sebelahnya, Jessica ikut melakukan hal yang sama. Rambut pendek warna almondnya dikibaskan sebelah, menguarkan aroma bunga yang langsung menyapa indera penciuman Marco. Kekesalan Jessica pada sang suami kini berlapis-lapis. Sepanjang perjalanan Jessica membatin, apa yang ada di pikirannya waktu itu sampai berniat untuk menjalin kerja sama dan menyetujui pernikahan kontrak dengan Tuan Lee ini? Setelah pagi harinya dikejutkan dengan kelakuan Marco yang berani menyentuhnya, amarah tertahan di dada Jessica semakin gencar memprotes saat pria itu kembali berulah. Memutuskan untuk langsung terjun ke dalam proyek film yang akan Jessica tulis naskahnya. Padahal, Jessica men

  • ROMANSA AGENSI : Pernikahan Kontrak Dengan Mr. Lee   Bab 16 - Mertua Menaruh Curiga

    Dari jendela besar yang mengelilingi restoran di lantai enam puluh tiga ini, mata pengunjung akan dimanjakan dengan pemandangan kepul awan tipis yang berarak. Jika mereka sedikit menurunkan pandangannya, mereka akan menemukan deretan gedung yang menjulang tak kalah tinggi di sekitar gedung hotel ini. Begitu juga dengan pemandangan hiruk pikuk kota Jakarta yang mulai padat. Mobil-mobil di bawah sana, hanya nampak sebesar ruas jari. Berjajar rapi membentuk garis lurus yang panjang tanpa akhir. Kontras dengan pemandangan kehidupan di kaki gedung ini, keluarga konglomerat bermarga Lee baru saja masuk ke dalam restoran. Langkah mereka dipimpin oleh Joanna yang berjalan paling depan. Di belakangnya, Marco dan Jessica mengekori. Para pelayan sudah berbaris rapi di pintu masuk, kompak membungkuk memberi salam hormat ketika langkah keluarga itu sudah mencapai bibir pintu restoran. Ini pertama kalinya Jessica memasuki area kelas naratama. Dimana sosok yang berasal dari kalangan menengah

  • ROMANSA AGENSI : Pernikahan Kontrak Dengan Mr. Lee   Bab 15 - Adiknya Marco

    “Jessica, bangun.” Seuntai kalimat itu mampir di telinga Jessica, namun kesadarannya belum pulih sempurna ketika dua kata yang keluar dari suara berat seseorang itu, kembali melantun lembut namun tetap terdengar tegas. “Jessica,” panggil suara itu lagi. Kali ini lebih menuntut. Jessica, masih berkelit dengan selimut tebal yang menutupi seluruh tubuhnya. Semakin lama dibiarkan matanya terpejam, semakin sulit lepas dari jeratan ranjang nyaman ini. Jessica baru bisa terlelap subuh tadi. Masih sempat berguling ke sana-kemari menguasai permukaan empuk ranjang itu. Sempat terlintas di pikirannya, jika ia berbaring dengan sosok yang ia cintai di sana, pasti malam itu akan terasa lebih istimewa. Sayangnya, itu hanya ilusi belaka. Nyatanya kini Jessica hidup di bawah kuasa seorang pria keturunan konglomerat. Menghamba pada sosok itu demi sebuah pembalasan dendam. Sedangkan, kesabaran Marco pagi ini hanya setipis tisu. “Jessica, bangunlah!” Suaranya lebih keras. Ia tarik sedikit selimut ya

  • ROMANSA AGENSI : Pernikahan Kontrak Dengan Mr. Lee   Bab 14 - Terlalu Agresif

    Debat panas tadi, cukup menguras emosi Jessica. Tak terasa waktu sudah beranjak pagi dan Jessica baru bisa merebahkan tubuhnya di ranjang. Matanya menatap langit-langit kamar yang kosong. Sekosong hati dan pikirannya saat ini. Kedua kaki Jessica menjuntai di sisi tempat tidur. Berayun pelan mengiringi gumaman merdu dari mulutnya. Ranjang empuk ini, adalah salah satu dari bagian mimpinya di masa depan. Hidup bergelimang harta tanpa perlu mengkhawatirkan hari esok adalah impian Jessica semenjak hidupnya berubah 180 derajat lima belas tahun lalu. Alih-alih sukses lewat jalannya sendiri, siapa sangka takdir menariknya ke dalam lingkar kehidupan yang semrawut. Jessica tumbuh dengan beban berat di pundaknya setelah ibunya, meninggal tepat setelah melahirkan Thania, adiknya. Sedang, sang Ayah, yang digadang-gadang menjadi garda terdepan, justru mengecewakan. Kecanduan main perempuan dan judi daring membuat Jessica kehilangan sosok orang tua satu-satunya. Masa kecil penuh beban menjadikan

  • ROMANSA AGENSI : Pernikahan Kontrak Dengan Mr. Lee   Bab 14 - Komitmen Kerja Sama

    Deru napas Jessica semakin cepat, dadanya bergejolak ketika wajah pria pemilik rahang tegas dan mata elang itu terpampang di depan matanya. Kurang dari sepuluh senti, aroma woody dari tubuh Marco, dan aroma bunga sakura dari Jessica berbaur menciptakan sebuah harmoni aroma yang sialnya.. memabukkan! Jessica masih mematung di sana, meski Marco berusaha mengungkungnya dengan senyum penuh intimidasi yang kuat. Kedua tangan Jessica menggantung bebas di sisi gaun, terkepal erat menahan canggung yang berusaha menenggelamkannya pada sebuah ilusi. Sempat terlintas di pikiran Jessica, mungkinkah, malam ini akan menjadi malam dimana Jessica benar-benar diperlakukan sebagai istri meski, statusnya hanya istri bayaran. Melihat bagaimana Marco menunjukan reaksi atas ucapannya tadi, dengan tidak tahu dirinya Jessica menaruh harapan. Marco tersenyum miring, melihat Jessica yang menahan napas disambutnya dengan kekehan rendah. Jessica seperti anak itik yang kehilangan induknya. “Kenapa? Kamu takut?

  • ROMANSA AGENSI : Pernikahan Kontrak Dengan Mr. Lee   Bab 12 - Fantasi Liar

    “Pengantin baru, harus diantar sampai ke kamar.” “Tidak perlu, Ma. Aku dan Jessica bisa balik ke kamar berdua saja.” Kerumunan yang semula dipadati oleh para tamu undangan, kini mulai terpecah belah tepat etika jam pesta telah dinyatakan selesai. Di dalam ballroom hotel tempat resepsi pernikahan putra pewaris Haneul Group itu mulai lengang. Hanya beberapa orang yang masih sibuk dengan urusannya masing-masing. Sedang begitu, dua pilar utama pesta ini tengah sibuk berdebat untuk masalah yang menurut Jessica, sepela. Perdebatan ibu dan anak ini entah sampai kapan bergaung memenuhi telinga Jessica. “Eh! Kamu paham pamali, nggak? Pengantin baru itu harus didampingi sampai kamar.” Joanna berusaha mempertahankan lagi argumennya. Namun, karena sikapnya, Wanita dengan rambut Kundai alias Konde simpul khas Korea dipadukan dengan Binyeo–tusuk konde–justru terkesan terlalu memaksakan kehendaknya. Lagi-lagi, Jessica harus menjadi penengah. Terlebih, saat ini dirinya sudah resmi menjadi istri

  • ROMANSA AGENSI : Pernikahan Kontrak Dengan Mr. Lee   BAB 11

    Tinggal satu hari pernikahan putra mahkota Agensi Kkum Haneul akan diselenggarakan. Di dalam sebuah ballroom hotel tim perencana acara berlalu lalang melangkah berpacu dengan hitungan waktu. Peluh di wajah mereka menjadi pertanda betapa keras merek berjuang menahan kantuk dan lelah demi menghadirkan acara dengan konsep Royal Wedding termegah tahun ini. Di tengah lalu lalang orang-orang itu, Marco berdiri di depan pelaminan yang sudah berdiri sempurna dengan sentuhan dekorasi bunga di dominasi warna biru langit yang menyegarkan dan putih yang melambangkan kesucian. Pelaminan dipenuhi oleh dekorasi bunga mawar biru dan lily berbentuk gapura di bagian tengah tepat di belakang sofa mewah pengantin warna beige. Lampu LED berkelap-kelip di balik rangkaian bunga itu. Kontras dengan latar belakang pelaminan yang didominasi warna putih. Diantara sofa pengantin, dua pasang kursi khusus orang tua bersanding rapi. Pikiran Marco mulai bermain, membayangkan Joanna mengisi salah satu sisi kursi i

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status