Share

SAIMAH LINGLUNG

Author: Citra Rahayu Bening
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
“Kami tadi berunding di dalam. Bagaimana jika sementara waktu berdiam di asrama putri? Tampak keadaannya belum stabil. Agar kami dapat memberi pendampingan sampai benar-benar kembali di kehidupan normal. Keadaannya sangat memprihatinkan, Kiai,” jelas ustazah tersebut dengan kedua mata berkaca-kaca.

“Alhamdulillah, jika sudah paham soal itu. Silakan dipersiapkan segala sesuatunya segera mungkin. Jika ada perlu perlengkapan tambahan, bisa ambil stok di gudang pondok. Buat laporan barang-barang yang diperlukan lalu serahkan bagian perlengkapan,” balas Kiai sambil tersenyum bijak.

Ustazah menganggukkan kepala. Wanita setengah umur tersebut tampak lega. Hal itu dapat dilihat dari sebuah senyuman terukir dari kedua sudut pipi.

Parman yang ikut mendengarkan penjelasan wanita separuh baya dan juga tanggapan dari Kiai semakin dibuat penasaran. Namun, dirinya yakin bahwa pembicaraan keduanya berhubungan dengan kejadian yang sedang dialaminya.

Ustazah pamit kepada kedua pria untuk kembali ke
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    SAIMAH TELAH DIKUASAI

    Tiba-tiba bulu kuduk kedua ustazah meremang. Mereka merasa ada ‘sesuatu’ hadir di antara mereka. Tanpa diketahui dari mana berasal, tiba-tiba sebuah embusan angin kencang menghantam salah satu pilar masjid hingga patah. “Astaghfirullahaladzim!” teriak kedua ustazah karena kaget. Bunyi pilar yang patah sangat keras terdengar sampai aula dan dalam asrama. Tak pelak, beberapa santri berlari mencari sumber suara. Langkah lari mereka berakhir di depan teras masjid. Mereka menyaksikan pilar yang patah dengan mata terbelalak. Mereka heran karena tak ada hujan angin dan juga suatu benda yang bisa membuat pilar patah. Situasi sekitar masjid tampak tenang. Tak ada hal-hal yang mencurigakan. Tak lama kemudian, Kiai dengan didampingi pengurus asrama putra datang menghampiri mereka. “Rupanya kita punya tamu tak diundang,” tutur Kiai setelah mengamati sekeliling. Dua ustaz yang mendampingi Kiai segera paham yang dimaksud pria sepuh tersebut. “Kiai, kami pamit ke belakang untuk menemani Mas Par

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    WANITA MISTERIUS

    “Astaghfirullahaladzim,” ucap lirih Parman seraya mengusap bekas air mata dengan ujung jari. Dua ustaz beranjak menuju ke tempat kesehatan. Tak berapa lama kemudian, kedua pria telah kembali bersama petugas kesehatan dengan mendorong sebuah brankar. Parman yang tak mau lepas dari tubuh Saimah menatap wajah istrinya dengan panik. “Istri saya gak bernapas,” ucap Parman sambil mendekatkan telunjuk pada lubang hidung. Belum puas dengan hasilnya, ia lalu menempelkan telinga ke dada istrinya. Kiai seketika terkejut lalu berucap, “Tolong Mas angkat tubuh Mbak Saimah ke brankar. Biar bisa dilakukan pemeriksaan.” Dengan kedua tangan gemetar, Parman segera mengangkat tubuh istrinya ke brankar. Tenaga medis dengan cekatan mendorong brankar dibantu oleh Parman menuju ruang kesehatan. Sementara Kiai dan kedua ustaz mengikuti sembari melantunkan doa. Saat mereka sampai ruang kesehatan, Parman dan yang lain diminta menunggu di luar. Beberapa saat kemudian, seorang dokter datang. Wanita berjas pu

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    SEBUAH KEJUTAN UNTUK PARMAN

    Ia segera menyodorkan map melalui lubang loket lalu beranjak menuju bangku untuk duduk menunggu panggilan. Mata Parman awas memandang ke arah sosok wanita yang tak dikenal sedang tersenyum padanya. Ia duduk berjarak tiga bangku di depan Parman. Pria tersebut serba salah karenanya.Namun, wanita serius tersebut melambaikan tangan seperti menyuruh menghampiri. Parman yang merasa tak mengenal wanita tersebut membalas dengan anggukan kepala demi kesopanan. Beberapa saat kemudian, tampak Kiai sedang menuju ke arah tempat duduk Parman. Pandangan Parman seketika terbelalak karena wanita tersebut menghilang.“Alhamdulillah sepi, Mas. Dapat antrean nomor berapa?” tanya Kiai saat telah duduk di samping Parman.“Alhamdulillah, Kiai. Tinggal tunggu dua orang lagi,” balas Parman dengan kedua mata mencari keberadaan wanita tadi.Kiai yang melihat gelagat aneh Parman akhirnya mengikuti arah pandangan pria tersebut. Namun, tak ada hal apa pun yang mencurigakan. Parman mengetahui bahwa Kiai ikut mengam

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    SURAT PERJANJIAN

    “Baiklah, Kiai, Mas Parman. Kalo begitu, saya pamit kembali ke pondok. Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,” ucap si santri lalu mencium tangan Kiai dan menyalami Parman.“Terima kasih,” ucap Parman sambil memegang erat tangan santri tersebut.“Wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh,” ucap Kiai dan Parman bersamaan mengiringi kepergian santri tersebut.Kedua pria lalu beranjak untuk mencari tempat duduk. Mereka akan mendiskusikan terkait beberapa dokumen penting yang baru saja diterima oleh Parman. Kedua pria tersebut berjalan beriringan menuju ruang tunggu. Begitu sampai tempat yang dituju, mereka mencari bangku paling belakang.“Gimana rencana Mas Parman sekarang?” tanya Kiai setelah mereka duduk berdampingan.“Saya minta pertimbangan dari Kiai saja,” balas Parman dengan ekspresi bingung. Pria ini sesekali menatap amplop yang dibawanya.“Sepintas tadi saya lihat ada surat. Lebih baik dibaca dulu, Mas.”“Oh, ya, Kiai. Baik,” jawab Parman yang lalu mengambil lipatan ker

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    HARTA SIAPA?

    “Nah, sekarang. Silakan Pak Hadi menceritakan awal mula bisa berhubungan dengan Mbak Saimah dan temannya yang bule,” ucap Kiai. Pria sepuh ini memberi ruang agar Parman bisa duduk bersebelahan dengan Hadi. Kiai lalu mengambil tempat duduk di sebelah kanan Parman.“Baik. Saya akan menceritakan semua agar Mas Parman bisa memahaminya. Terlebih dulu, saya ikut prihatin atas kejadian yang sedang dialami Mas dan istri. Saya berdoa semoga ujian ini segera berlalu,” kata Hadi dengan raut wajah sedih.“Aamiin. Terima kasih atas doanya, Pak,” balas Parman dengan perasaan sungkan. Ia merasa minder saat membandingkan diri dengan penampilan pria di sebelahnya. Baru sekarang Parman sadar bahwa lingkaran pertemanan istrinya adalah orang-orang kaya dan berpendidikan tinggi.Pria yang berprofesi sebagai notaris tersebut berwajah tampan dan tampak berkarisma dengan setelan jas yang dikenakannya. Sementara dirinya yang semua orang tahu, sudah pasti si notaris paham hal tersebut. Ia seorang kuli bangun

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    AMBISI ANEH SEORANG NAKES

    “Gak usah merasa seperti itu, Mas. Mungkin ini nanti yang bisa menjadi jalan bagi Mbak Saimah segera pulih kesehatannya. Allah masih sayang kalian.”“Aamiin. Terima kasih, Kiai,” balas Parman dengan raut wajah sendu. Dalam hati pria ini tertanam sebuah tekad untuk membawa istrinya kembali ke jalan yang benar.Ketiga pria tak menyadari kehadiran sesosok misterius sedang tersenyum sinis ke arah mereka. Ia berada di antara para tenaga medis yang sedang berbincang di ruangan tak jauh dari tempat tunggu.“Saimah adalah milikku. Akan kupastikan itu,” ucap sosok ini sambil mendesis.“Hei, ngapain kamu?” tanya seorang tenaga medis sambil memukul punggung si teman dengan map yang dibawanya.Teman yang ditegur adalah seorang pria muda bertubuh jangkung dengan perawakan sedang. Pria ini berwajah manis dengan kaca mata melekat di pangkal hidung."Lis, nanti malam ikut aku. Ada warung seblak yang baru dibuka," balas pria berkaca mata."Kok tahu?" tanya Lisa sambil menatap ke pria sebelahnya dengan

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    ADA YANG TERSEMBUNYI

    "Saya tinggal jemput dokter dulu, Pak," pamit si perawat sambil menutup pintu ruangan."Silakan, Sus."Perawat beranjak pergi dan kini, tinggal kedua pria berdiri berhadapan. Parman memandang Aldi tanpa prasangka apa pun. Namun, beda jauh dengan pria muda di depannya.Ia punya ambisi besar. Sesaat setelah menatap tubuh Saimah yang terbujur dari balik kaca, ada sensasi berbeda yang dirasakannya. Meski, Aldi menepis sekuat mungkin, tetapi rasa aneh tersebut semakin menjadi-jadi."Maaf, ada yang harus saya bayar?" Parman mengulang pertanyaan kembali kepada Aldi.Pria muda berkaca mata tersebut masih terlihat termenung sambil memegang map. Parman menepuk bahu pria di sebelahnya. Aldi pun seketika tersadar dari lamunan. Saat itu pula dirinya sadar sedang diawasi oleh Parman.Ia segera menunduk pura-pura mengecek berkas di dalam map. Hal tersebut untuk menutupi perasaan gugup yang sedang dialaminya. Setelah sedikit tenang, Aldi mulai mengeluarkan suara."Ya, Pak. Maaf. Ini ada beberapa tagi

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    KESELAMATAN SAIMAH TERANCAM

    "Sepertinya doa Mas Parman terkabul.""Maksud Kiai, mereka yang ditemukan di hutan?""Insyaallah, Mas. Semoga sesuai harapan kita. Biar nanti beberapa penghuni pondok kemari untuk beristighosah di masjid. Kebetulan kami sudah beberapa kali melakukannya," kata Kiai dengan jemari sibuk memilin biji-biji tasbih. Dari bibir pria sepuh tersebut terdengar doa-doa wirid. Parman ikut berdoa dalam hati. Pria ini sangat berharap ucapan Kiai benar-benar terwujud agar bisa segera menata rencana masa depan kembali."Mau saya temani ke depan, Kiai?" tanya Parman sambil memandangi orang-orang yang berlarian menuju arah luar lobby."Mas Parman di sini saja. Jagain Mbak Saimah. Ingat, yang baru saja terjadi," tegur Kiai yang langsung membuat Parman menundukkan kepala."Baik, Kiai."Pria sepuh tersebut mengucapkan salam lalu dibalas oleh Parman. Tak lama setelah kepergian Kiai, datang rombongan wartawan menuju arah ruang ICU. Namun, satpam segera menghalangi mereka. Bahkan seorang di antaranya memangg

Latest chapter

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    SAAT SEMUA BERAKHIR

    "Dapat foto dari mana?"tanya Kesi yang mengambil alih ponsel. Kini kedua matanya menatap foto dalam ponsel lalu mengangguk-anggukkan kepala. Ia yakin akan yang dipikirkannya."Mas Parman dapat cincin dari mayat di belakang toko Pak Trenggono.""Serius, Im?"tanya Kesi dengan mata membulat."Serius. Aku dan Mas Parman sempat liat Pak Trenggono datang bareng Kuncen,"ungkap Saimah yang semakin membuat kedua mata Kesi semakin terbelalak."Pak Trenggono pelaku ritual juga?"tanya Kesi dengan bola mata menatap lekat foto cincin di ponsel yang dipegangnya.Wanita berkulit hitam manis ini tampak mengerutkan dahi. Beberapa saat kemudian, Kesi meneteskan air mata. Ia ingat sesuatu. Saimah yang melihat hal tersebut langsung bertanya,"Punya siapa?"Kesi mendongak lalu mengusap buliran bening dengan ujung jari. Wanita hitam manis ini menarik napas panjang lalu mengembuskan pelan-pelan. Tampak sekali, ada beban berat yang sedang ingin ia lepaskan. Kesi menatap Saimah dengan kedua bola mata masih berk

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    ADA CINCIN LISA

    "Bisa terbuka, Dek!"seru Parman dengan raut wajah lega."Syukurlah, Mas. Kita bisa keluar lagi," balas Saimah dengan kedua mata berbinar-binar.Parman kembali mundur lalu memukul permukaan pohon dengan keras. Seketika terdengar.'Braaakk!'Pasangan suami istri tersebut saling berpandangan dengan raut wajah senang. Keduanya segera balik badan lalu beranjak semakin masuk. Mereka berada dalam sebuah lorong panjang dengan cahaya terang di ujung. Mereka melangkah hati-hati sembari mata awas mengamati sekeliling. Mereka khawatir bahwa lorong yang dilewati terpasang jebakan.Setelah mereka melewati lorong sepanjang dua puluh meter, akhirnya sampai di ujung lorong. Saat pasangan suami istri ini menginjakkan kaki di tanah selepas lorong, betapa terkejut keduanya. Ternyata, mereka berada di area halaman belakang toko Pak Trenggono. Dari kejauhan mereka bisa melihat gundukan tanah yang diduga sebagai kuburan.Ujung bawah gamis Saimah tersangkut sesuatu. Wanita ini langsung menghentikan langkah l

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    TEKA-TEKI POHON

    "Mobilnya ada di mana?"tanya polisi lagi."Sudah pergi, Pak," ucap Kesi.Badrun yang tahu kondisi labil yang sedang dialami oleh Kesi dengan segera memeluk istrinya. Dengan nada lirih, pria tersebut mengungkap,"Maaf, Pak. Istri saya melihat penampakan seperti bayangan.""Begitu rupanya,"balas polisi yang lalu menutup wadah berisi kedua benda. "Sebaiknya Bapak dan Ibu membuat laporan ke kantor polisi. Ini bisa sebagai barang bukti.""Baik, Pak," ucap Kesi yang langsung direspons anggukan kepala oleh Badrun.Tak berapa lama empat orang polisi datang dari arah tempat pemulasaran jenazah dengan membawa kontainer box berisi barang-barang bukti. Akhirnya para polisi tersebut berpamitan kepada Kiai Ahmad untuk kembali ke kantor. Saimah dan Kesi bersama pasangan mereka ikut serta berpamitan. Keempatnya akan membuat laporan ke polisi.Empat orang tersebut menumpangi taksi menuju ke kantor polisi. Saat di tengah perjalanan, tiba-tiba Saimah meminta berhenti. Ia dan Parman ada suatu keperluan. A

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    KAIN BERLUMURAN DARAH

    "Lisa, kamu harus bisa bertahan. Bulek akan mengeluarkan kamu!" teriak Kesi histeris.Teriakan wanita berkulit hitam manis tersebut tak urung menarik perhatian semua orang yang ada di dalam toko. Badrun yang pertama kali menghampiri Kesi lalu memeluknya."Dek, sabar. Pak Trenggono sedang menelepon karyawannya," ucap Badrun yang berusaha menenangkan istrinya.Sesaat kemudian, Saimah dan Parman menyusul keluar. Kedua orang tersebut mendekat dengan ekspresi heran. Pak Trenggono pun ikut keluar masih dengan keadaan menelepon. Pria pemilik toko seketika kaget melihat perilaku Kesi yang sedang mengintip dalam mobil. Ia segera mengakhiri hubungan telepon lalu mendekat ke arah mobil."Ada apa ini?"tanya Pak Trenggono sambil memandang ke arah Kesi dengan tatapan tak wajar."Maaf, Pak. Barusan istri saya liat keponakannya ada dalam mobil," jawab Badrun sambil merangkul Kesi untuk menjauh dari kaca."Keponakan? Siapa?"tanya Pak Trenggono sambil mengusap sisi kaca yang barusan diintip oleh Kesi.

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    MISTERI GUNDUKAN BARU

    "Kes, ada apa?"tanya Saimah saat sudah berdiri dekat Kesi."Aku lihat bayangan Lisa menghilang di sini, Im. Kamu dengar, dia berteriak kesakitan. Di bawah sini," jawab Kesi sambil menepuk-nepuk gundukan tanah tersebut.Saimah ikut berjongkok lalu mengamati tanah basah yang dipenuhi taburan berbagai macam bunga yang telah layu. Wanita ini tak mendengar suara apa pun. Namun, dirinya tak menyangkal bahwa bagi mereka yang terbiasa berhubungan dengan hal-hal gaib akan bisa merasakan sebuah kejanggalan dengan kasus ini.Ia yakin Lisa telah meninggal dunia dan jasadnya masih tersembunyi. Saimah menoleh ke arah Kesi lalu bertanya,"Kes, kamu dengar apa?""Lisa kesakitan, Im. Dia ada di sini," jawab Kesi sambil menepuk-nepuk tanah di depannya. Ia menangis terisak-isak lalu mengais tanah tersebut.Saimah yang melihat hal tersebut segera memegang kedua tangan Kesi. "Kes, ini tanah orang. Kita harus minta izin ke pemiliknya dulu," ucap Saimah sambil membersihkan kedua tangan Kesi yang belepotan d

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    LISA TERTUKAR

    "Ke mana Lisa? Baru saja aku suruh duduk situ. Bantu aku mencarinya, Im. Kasian dia!"Saimah yang mendengar ucapan Kesi, tak bisa menahan rasa haru. Ia memeluk erat tubuh Kesi. "Kamu yang tabah! Ada aku, Mas Parman, suamimu dan para penghuni pondok yang sayang kamu.""Aneh, kamu, Im! Yang perlu disemangati itu Lisa. Bukan aku. Tolong, bantu cari Lisa!" pinta Kesi dengan nada jengkel.Tampak Badrun berlari menghampiri kedua wanita. Pria tersebut segera memeluk tubuh Kesi erat lalu mengecup kening istrinya."Dek, ayo buruan ke pemulasaran jenazah. Ditunggu ustazah dan santriwati," ucap Badrun.Kesi yang tak mengerti masalahnya, semakin bingung dengan perilaku suaminya. Ia memandang wajah Badrun dan ada raut kesedihan di kedua mata."Tadi Saimah. Sekarang Mas. Pada kenapa kalian? Ada kejadian apa?" tanya Kesi sambil memandang kedua orang bergantian."Mas, temani Kesi ke sana. Aku mau bersiap dengan yang lain," ucap Saimah seraya menepuk bahu Kesi pelan."Ya, Mbak. Kami segera menyusul," b

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    KESI YANG LINGLUNG

    "Ya, Allah! Saya kenapa di sini?"tanya Badrun dengan ekspresi bingung."Assalammu'alaikum," ucap salam oleh santri yang langsung dibalas Badrun dengan buliran bening menyembul dari dua sudut mata."Alhamdulillah! Sampeyan masih dilindungi oleh Allah, Mas," ucap santri sambil tersenyum.Parman langsung memeluk tubuh Badrun yang berguncang hebat karena terharu sekaligus rasa syukur. Ketiga pria berjalan menuju masjid. Santri tersebut membantu membersihkan tubuh Badrun dari gangguan setan dengan rukiah.Sementara itu tubuh pasangan mesum yang berada di atas brankar segera dibawa ke tempat tertutup di belakang aula. Para santri dengan dipimpin oleh Ustaz Hamid membacakan doa untuk memulihkan keadaan pasangan tersebut. Di saat yang sama, Kiai Ahmad mengikat tubuh Kuncen dengan doa khusus lalu membawanya ke arah asrama putra."Aku senang Mas Badrun cepat tertolong. Kita ini adalah target dari Ratu,"ucap Kesi sambil fokus memandang satu arah.Ia melihat beberapa para santri yang berjalan dar

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    PASANGAN GENCET

    "Maaf, Kiai dan Ustaz. Kami barusan melihat ...."Akhirnya meluncur cerita Parman tentang aktivitas Aldi dan Lisa dalam ruang persemayaman jenazah."Astaghfirullahaladzim!" seru kedua pria bersamaan."Bagaimana mungkin mereka bisa di sana?" tanya Kiai Ahmad sambil memilin biji-biji tasbih."Saya pikir Lisa terkena hipnotis, Kiai. Jika dalam keadaan sadar, tak mungkin dia mau melakukan hal tersebut. Apalagi Aldi adalah pelaku ritual pesugihan. Ini salah satu ritual penutup baginya. Kenapa Lisa yang jadi target? Kasian dia," urai Saimah dengan ekspresi yang tampak kesal. Dia harus segera kasih tahu hal ini kepada Kesi."Maaf, saya harus ke Kesi dulu. Assalammu'alaikum," ucap Saimah yang segera berlalu tanpa mendengarkan jawab salam ketiga pria.Saimah berlari sekencang mungkin. Insiden yang terjadi terhadap Lisa adalah benar-benar darurat. Pada saat wanita berparas ayu khas Jawa ini sampai, terlihat Kesi sedang bersiap akan keluar ruangan. "Kebetulan kamu datang, Im. Ayo, ikut aku!"aja

  • RITUAL GUNUNG KEMUKUS    KECOLONGAN YANG MEMALUKAN

    "Assalammu'alaikum!""Wa'alaikumussalam!" jawab kedua wanita dengan suara kencang.Saimah yang mendengarkan suara familer tersebut bergegas bangkit lalu berjalan ke arah pintu. Ia segera membuka gerendel pintu. Begitu terbuka, Parman tersenyum ke arah istrinya.Saimah buru-buru bertanya, "Gimana, berhasil?""Alhamdulillah. Berhasil bawa pergi Dokter Anita dan ponakan Mbak Kesi," balas Parman sambil mengulurkan sebuah botol kecil berisi cairan hitam ke Saimah."Dapat dari mana, Mas?"tanya Saimah dengan ekspresi terkejut. Ia segera menyimpan botol dalam saku."Dapat dari santri depan aula. Katanya dari Kiai buat penjagaan diri," balas Parman dengan wajah datar."Cuma Mas yang dikasi, kan?""Enggak. Mas Badrun juga dapat. Bilangnya, diusapkan ubun-ubun dan telapak kaki."Saimah segera menoleh ke arah Kesi lalu berucap,"Kesi, kamu sendirian, gak apa?""Mau ke mana, Im?""Mas Parman dan suamimu dapat cairan setan lagi. Aku mau lapor ke Kiai.""Tolong, buruan kasih tahu Mas Badrun, Im!"Sai

DMCA.com Protection Status