"Benarkah?""Hu-uhm, dia terus memperhatikan kamu," jawab Mbak Rimbi."Aku jadi risih," keluhku."Gak perlu risih, orang dia pernah ada di hidup kamu," jawab Mbak Rimbi."Tapi, tetap saja, dia suami orang sekarang ini.""Cintanya masih untukmu," ujar Mbak Rimbi tergelak, aku hanya mengangkat bahu dan pura pura gak mengerti padahal aku tahu persis perasaan Mas Fendi padaku.Kulanjutkan tugasku, berdagang dan melayani pembeli dengan baik, kutimbang gula dan minyak lalu merapikan lapak.Pukul tiga sore kututup kiosku, bersiap pulang sambil mengenakan jaketku, musim hujan masih berlanjut, di luar sana rinai gerimis terdengar bernyanyi menciptakan suasana tertentu di hatiku."Bang, motor saya tolong keluarkan," pintaku pada Abang parkir."Iya, Mbak Fat." Petugas parkir yang sudah sepuluh tahun menjaga pasar ini sigap mengeluarkan motorku dari barisan padat kendaraan yang berjejer."Terima kasih Bang.""Sama sama.""Ini uangnya.""Gak usah lah, Mbak Fat sudah sering ngasih saya uang.""Ga
Saat aku hendak pergi pria itu mendekat dan menarik tanganku, menahan langkahku dengan mengetatkan genggaman tangannya. Aku yang merasa makin tidak habis pikir dan heran sekali segera membalikan badan dengan tatapan penuh kekesalan padanya. "Apa yang kau inginkan?""Aku hanya ingin memandangmu sedikit lebih lama.""Jangan konyol lepaskan aku orang-orang bisa melihat kita. Bukannya aku akan menyukaimu, kau malah membuatku makin tak nyaman."Bukannya melepaskan, semakin menahan pergelangan tanganku. Bisa ku katakan kalau dia sedang tidak waras saat ini."Aku tidak ingin menimbulkan fitnah, jadi tolong lepaskan aku. Aku juga mau pulang karena ini sudah sore dan hujan.""Akan kutanyakan kepada anak-anak, apakah aku masih boleh kembali padamu atau tidak! Alih-alih menikahi dokter itu kau sebaiknya kembali padaku karena kita memiliki buah hati yang akan bahagia kalau kita bisa bersama lagi.""Kau belum sadar juga setelah kupukuli?" ucapku heran."Tidak, aku malah makin mencintaimu.""Ya
Karena Pak RT sudah mendesak Yulisa untuk memanggil Mas Fendi maka 10 menit kemudian Mas Fendi kemudian datang untuk menemui kami semua. Kebetulan karena keadaan riuh sekali dan tetangga sudah terlanjur mendengar pertengkaran kami maka terjadilah kerumunan warga dan tetangga kanan kiri, juga depan belakang yang penasaran dengan apa saja yang terjadi.Mereka seakan teralihkan dan percaya dengan kalimat yang diucapkan yulisa lalu memandang sinis padaku, ada beberapa yang tidak percaya namun tetap seperti menyalahkanku.Tidak lama kemudian motor Mas Fendi tiba dan diparkirkan di depan teras ku dia yang seperti biasa selalu mengenakan jaket dan peci di malam hari nampak terlihat segar dan wangi habis mandi."Ada apa ini pak RT Kenapa memanggil saya?""Sudah terjadi keributan antara istrimu dan Mbak Fatimah, masalahnya di tengah raya lantaran sebuah foto di mana Mas Fedi dan Mbak Fatimah terlihat berpegangan tangan, Apakah Mas Pendi mau mengakui bahwa Mas Pendi masih punya hubungan dengan
"Ti-tidak, aku hanya....""Saya tahu suamimu yang suka berlindung di bawah pengaruh dan harta bendamu itu, masih tergila gila pada Fatimah. Saya tahu kabar dari beberapa orang yang sering melihat dia memperhatikan Fatimah." Mas Rudi menatap yulisa dengan serius."Juga kau .... Orang-orang yang meminta saya berhati-hati atas pengaruh yang sedang kau lancarkan kepada mantan istrimu, Fendi, kau sadar kan kalau Fatimah adalah calon istri saya?" ujar Mas Rudi."Hmm." Mas Fendi hanya berdecut tak senang."Akui saja, kau masih tergila gila.""Hei maaf ya...""Aku tahu diam-diam kau sering mengunjungi Fatimah, seseorang yang kuminta untuk memastikan dia baik baik saja, melihatmu kerap datang berkunjung dan mengajaknya bicara di teras. Apa itu semua diketahui istrimu?"Yulisa ternganga mendengar ucapan Mas Rudi pada Mas Fendi, wanita itu langsung mendelik pada suaminya dengan penuh kemarahan."Benar itu Mas?""Aku datang padanya untuk memastikan keadaan anak anak," jawab Mas Fendi membela dir
Mendengar bahwa Mas Rudi akan melaporkan perbuatannya pada anak kami, Mas fendi langsung pucat dan berubah mimik wajahnya dia menelan ludah degan penuh kekhawatiran dan rasa takut, sambil melirik aku dan istrinya secara bergantian.“Apa kau mau aku memberi tahu Yunadan Yudi?”“Ti-tidak usah.”“Baiklah kalau begitu katakan yang sebenarnya!”“aku sudah mengatakan yang sebenarnya bahwa fatimah lah ….”“Cukup! kau masih saja ingin berbohong dan memfitnah, cukup sudah!”“Baiklah, aku minta maaf, aku tidak mengulangi dan ini tak akan terjadi," jawabnya.“Apa lagi, kalimatmu masih ambigu dan belum jelas,” desak Mas rudi.“Ehm, saya minta maaf sudah menyakiti fatimah dan menyudutkan dia,” lanjutya.“Lalu apa lagi?”“Maaf karena fotoitu menjadi bahan kesalah pahaman isri saya.”“Lalu?” Mas Rudi menatap tajam sambil mengangkat alisnya dengan tegas.“Maaf karena sudah menjadikan Fatimah….”“Tolong jangan bertele-tele, katakan bahwa kamu berbohong kalau Fatimah yang mengejar dan menggodamu, ayo
Lega sekali atas kejadian tadi malam, buktinya tidurku nyenyak dan saat terbangun aku sangat bersemangat dengan energi yang seakan terisi penuh. Luar biasa sekali.Aku penasaran juga tentang apa yang terjadi di sudut lain kecamatan, ada dua sejoli yang semalam saling berdebat dan mungkin sudah retak hubungannya. Aku yakin mereka bertengkar hebat, yulisa tak akan terima harga dirinya jatuh dan pasti kesal sekali karena berhasil dikalahkan, dia mungkin sangat marah pada Mas Fendi karena tidak dibela sedemikian rupa, lebih sesak lagi, gelang emas lima belas gram hilang begitu saja.Hahaha Kulirik di meja dekat lampu tidur, gelang itu masih di sana, berkilau dan menyiratkan kebecianku pada yulisa dan kekecewaan pada Mas Fendi. Kalau dipikir, cocok saja mereka berjodoh, yang satunya mudah dipengaruhi dan mudah dipanasi, sedang yang satunya tukang fitnah, suka iri dan merebut hak orang lain. Sungguh benar, Tuhan maha adil.Lalu bagaimana denganku, apakah dr. Rudi sudah sesuai dengan keing
Tanpa terasa air mataku jatuh begitu saja tumpah di sepanjang lorong rumah sakit sampai aku menaiki lift untuk turun ke lantai dasar.Entah kenapa hati ini seakan ditikam belati beracun yang seakan ingin mengambil nyawaku dalam waktu beberapa detik saja. Aku tidak meletakkan ekspektasi untuk belajar terluka karena kau pikir bahwa kami akan baik-baik saja. Mengingat bagaimana dia membelaku semalam aku benar-benar yakin bahwa dia adalah calon jodoh yang tepat. Tapi apa yang terjadi hari ini, keadaannya berubah 180 derajat karena ayahnya sakit dan meminta dia untuk dijodohkan dengan kerabatnya sendiri. Entah ini takdir yang sudah berlaku atas diriku atau hanya alasan klise, orang tuanya sakit dan harus menjodohkan anaknya dengan salah satu keluarga, ya Allah, sungguh besar cobaan yang harus aku hadapi.Kutarik nafasku perlahan lalu membuangnya pelan, Aku berusaha untuk ikhlas sambil mengucapkan istighfar, kupandangi wajahku yang terpantul di kaca lift, mungkin benar aku tidak pantas ber
Tring....Ponselku berdenting dengan satu bunyi notifikasi yang menandakan bahwa sebuah pesan sudah masuk ke dalam wa.Ku buka pesan itu dan mendapati sebuah pesan pendek dari nomor asing, bunyinya.(Aku mungkin rugi kehilangan gelang emas tapi kau kehilangan hal yang lebih besar dari itu, aku benar-benar puas mendengar bahwa adik sepupuku itu akan menikah dengan kerabat jauh kami, sepertinya aku harus membuat syukuran atas apa yang terjadi.) Tidak perlu ditanya aku sudah tahu itu adalah pesan dari Santi yulisa. Dia mengejekku dan berbahagia di atas penderitaan ini.(Ya, terima kasih, aku juga turut bahagia untuk Mas Rudi aku mendukung apapun yang membuat dia dan keluarganya senang.)(Hahahaha, aku yakin hatimu sangat hancur.) Kenyataannya memang iya tapi aku tidak akan menunjukkannya.(Tidak aku tidak pernah meletakkan harapan di atas manusia, karena aku tahu aku akan kecewa. Karenanya aku selalu punya persiapan mental untuk kemungkinan yang akan terjadi. Aku baik-baik saja.)(Sep