Share

Adu Mulut

    Tidak ada yang bisa Kiana lakukan selain terduduk di ranjang. Dalam diamnya, tampak air mata menetes melewati pipinya yang bersih. Luka akibat goresan sudah ditutup, namun justru luka di hatinya kembali terbuka. Kiana telah memaafkan segala kesalahan Rafael, tapi dengan kesalahan terakhir laki-laki itu, dia sangat amat berat memaafkannya. Bagaimana mungkin Rafael bisa setega itu padanya? Membunuh calon anaknya hanya karena membencinya? Apa jadinya jika laki-laki itu tahu kalau dia tengah hamil? Apakah calon anaknya yang sekarang, juga akan bernasib sama?

    "Kiana, makan siang sudah siap. Ayo kita makan!" seru Garry yang berjalan masuk ke kamar Kiana. Menyentak Kiana dari lamunannya. Posisi Kiana yang memang sedang membelakangi, sama sekali tidak bisa membuat Garry melihatnya menangis. Sampai saat Garry mendekat, barulah dia menyadari kalau putrinya tengah bersedih. 

    "Ya, Ayah."

    "Kamu baik-baik saja?"

   
Koran Meikarta

Karena cerita ini bentar lagi tamat, untuk bulan depan akan slow update. Terima kasih buat kalian yang udah vote cerita ini dan kasih dukungan dengan komentar, itu sangat berharga. Koran jadi tambah semangat. Semoga, cerita ini bisa menghibur untuk kalian. Lupa mulu dan kemarin mau bikjn catatan.

| 1
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status