Home / Young Adult / RENOIR / Bab 1: Prolog

Share

RENOIR
RENOIR
Author: niandez

Bab 1: Prolog

Author: niandez
last update Last Updated: 2021-09-07 16:44:02

"Keparat sialan! Kau yang membuat Ibu meninggal, kan? Aku tahu kau membunuh Ibuku!" pekik Renoir terdengar hingga ke seluruh halaman rumah megah kediamannya.

Ia tengah beradu pandang dengan seseorang yang paling dibenci di dunia, Gerrard Kim—sang ayah, yang berdiri tepat di ujung anak tangga. Mata cokelat indah Renoir seolah mengeluarkan api, hidung tingginya mengendus cepat, rahang tegasnya pun mengeras.

Langit malam berbintang, juga rumput-rumput di halaman jadi saksi betapa sakitnya Renoir tatkala mengetahui kebenaran pahit dan menyesakkan. Kematian ibunya sebulan lalu bukanlah kecelakaan murni. Setelah merasakan kejanggalan atas kejadian nahas bulan lepas, Renoir meminta bantuan seorang teman untuk melakukan penyelidikan mandiri. Tidak mungkin minta bantuan polisi kalau lawannya adalah sang ayah. Bukan tanpa sebab, kekuasaan Gerrard sebagai seorang pesohor di negeri dengan segala materi dan kuasa yang dimilikinya pasti membuat penegak hukum enggan mencolek pria itu.

Setelah berbagai usaha keras yang dikerahkan, kini Renoir mendapatkan kesimpulan. Bahwa kematian ibunda telah diatur sedemikian rupa hingga terlihat alamiah. Orang awam tidak akan menyadari perihal beberapa hal ganjil saat proses penanganan mayat Cherie—ibu Renoir. Jika bukan sebab rasa cinta dan sayang yang menggunung, mata Renoir juga bisa tertutup. Namun berkat rasa itu, ia memiliki pertanggungjawaban untuk mengungkap fakta yang sebenarnya.

Gerrard hanya berekspresi datar—seperti biasa. Pria paruh baya elegan nan congkak itu berdiri tegak tanpa membungkukkan sedikit pun tulang belakangnya. Sorot mata itu tertuju pada sang putra semata wayang yang kelak akan mewarisi seluruh bisnis yang ia pegang. Diamond Grup, sebuah imperium penginapan dan klub malam. Perusahaan yang tersohor bukan hanya di dalam negeri, namun juga mengekspansi hingga negeri seberang.

Bukan hanya Diamond Grup, Gerrard juga memiliki bisnis lain. Bisnis gelap yang ia jalankan dari balik layar. Sebuah bisnis berbondong-bondong, jaringan yang tersebar ke mana-mana. Bukan bisnis sembarangan, ini bisnis penuh resiko menantang. Kelak, Renoir-lah yang akan menangani itu semua. Namun sekarang Renoir bahkan belum tahu soal bisnis 'lain' itu. Gerrard sengaja menyembunyikannya dari Renoir, ia berniat memberitahu sang anak di saat yang tepat.

"Kau tidak mengerti apa pun. Aku melakukannya demi kebaikanmu," balas Gerrard dengan tenang.

"Kebaikan apa?! Kau tidak pernah tahu apa yang baik untukku! Kau hanya memaksakan egomu dengan terus menggunakanku!" Renoir berapi-api.

Gerrard masih beraut tenang. Orang itu memang sudah mati rasa.

"Biar kutunjukkan apa yang baik buatku." Renoir memajukan langkah penuh amarah. Menghampiri sang ayah yang tidak tergugah.

Renoir berniat menghabisi sang ayah. Mengingat kekuatan yang telah ia sempurnakan selama bertahun-tahun, mengalahkan pria tua di hadapan pasti tidaklah sulit. Renoir mengerahkan tinju, Gerrard mengelak dengan mudah.

"Jangan lakukan ini pada Ayahmu," kata Gerrard tenang.

"Kau— aku tidak ingin melihatmu lagi!" Renoir terus melayangkan tinju tanpa mengenai Gerrard sedikit pun. Orang tua itu bisa membaca serangan si bocah marah dengan gampang.

"Argh!" Renoir mengeluh sebab upayanya percuma. Gerrard masih sulit dikalahkan.

"Kau harus mati!" Serangan Renoir membabi-buta, namun Gerrard bisa menghentikannya dengan sekali gerak.

Buk! Tendangan telak menghempaskan tubuh ringkih anak itu.

"Hiks ... hiks ... arghhh!" Renoir menangis hingga berteriak. Bukan karena sakitnya tendangan yang menghujam ulu hati, melainkan sebab rasa sakit di dalam hati.

Ia menggenggam erat rumput yang jadi alas, menatap gusar sosok yang berjalan malas. Renoir masih terisak-isak meluapkan segala kekesalan. Hidup ini tak henti memberinya penderitaan. Renoir pun mulai berpikir, lantas untuk apa dirinya diciptakan?

"Ayo, berdiri, Nak." Gerrard meraih tangan Renoir. Menarik sang putra untuk bangkit lantas memeluknya.

Momen sentimental yang tidak perlu. Selama bertahun-tahun—mungkin seumur hidupnya, mana pernah Gerrard berlaku seperti ini. Mendekap erat putranya yang tampak kesulitan, berusaha untuk membuat perasaannya tenang. Renoir tidak merasakan apa pun dalam rengkuhan itu, pelukan yang terasa kosong tak berarti.

"Seharusnya kau jangan memelukku. Itu tidak mengubah apa pun." Renoir menekankan ucapannya sambil menghentikan tangis dan air mata.

"Semua ini karena ulahmu. Kau yang membuatku menjadi seperti ini!" Ia menambahkan.

"Cukup, Renoir. Aku sadar kau tidak akan bisa menghentikan kebencian terhadapku. Tapi, aku melakukan semuanya demi kau, Putraku." Gerrard tidak melepas pelukan yang dilawan Renoir.

"Tidak, jangan gunakan aku sebagai alasan tidak masuk akalmu! Kau membunuh Ibu demi aku?!"

Gerrard tidak mampu lagi menahan diri. Ia melepas dekapan, menghadapkan wajah Renoir ke arahnya. Sekarang ia akan mengungkap alasan mengapa dirinya memperlakukan putra kesayangannya dengan kasar selama bertahun-tahun. Inilah waktu yang tepat.

"Dengar, Nak. Aku akan memberitahu sesuatu. Alasan mengapa aku dipandang buruk olehmu."

Sorot mata Renoir penuh benci.

"Ayo, ikut aku. Kita harus pergi."

Tanpa basa-basi, Gerrard menggeret Renoir menuju garasi untuk menggunakan salah satu mobil mahal di sana. Renoir ikut bukan sebab menurut, ia perlu tahu alasan apa yang dikatakan Gerrard.

"Kalau alasannya hanyalah sebuah hal konyol, akan kutembak kepalanya saat tiba di rumah," batin Renoir bergelora.

Keduanya menempuh perjalanan mengarungi gelap malam menuju antah berantah. Renoir tidak bertanya, hanya menanti ke mana arah tujuan mereka. Akhirnya mereka tiba, ternyata tidak jauh tempatnya, masih di tengah kota. Renoir menengadah menyorot tajam ke arah bangunan ruko berlantai dua biasa.

"Kenapa ayah membawaku ke sini?" tanya Renoir pada diri sendiri.

"Ayo, Nak," ajak Gerrard.

Renoir mengikuti jejak Gerrard keluar dari mobil. Membuntuti orangtua berpakaian formal itu menuju pintu kusam di ujung pandangan.

"Tempat apa ini?"

"Kau akan segera tahu," jawab Gerrard tanpa menghentikan langkah.

Renoir mengambil napas lebih dalam kemudian membuangnya dengan keras. Apapun itu firasatnya mengatakan tidak baik. Sudah pasti, mana ada hal baik yang berkaitan dengan kematian yang disengaja. Gerrard cuma memberitahu penyebab pembunuhan terhadap Cherie. Dengan dalih apa pun, tetap saja Renoir tidak akan memaafkan Gerrard bahkan hingga sampai ke kehidupan berikutnya.

Gerrard mendorong pintu berdebu, Renoir melangkah ragu-ragu. Sesaat melewati ambang pintu, Renoir dapat menangkap pemandangan kumuh di sepanjang mata memandang. Tempat yang sama sekali bukan gaya hidupnya.

"Ayo!" Gerrard mengajak Renoir yang terpaku untuk beralih ke lantai dua bangunan itu.

Tangga menuju atas tampak suram. Sebenarnya tempat apa ini? Mengapa Gerrard tahu tempat macam ini? Renoir tidak habis pikir pria congkak yang kerap menyombongkan harta bisa-bisanya datang ke tempat kumuh penuh debu dan kuman, astaga.

Tiba saat kaki Renoir menginjak lantai dua, terlihat beberapa orang bertampang garang dengan pakaian serupa. Mereka tampak terkesiap begitu melihat Gerrard kemudian membungkuk takzim tepat membentuk sudut 90 derajat. Renoir bingung.

Lantas ada seseorang keluar dari balik pintu sebuah ruangan. Seorang pria berkulit pucat dengan rambut yang tidak kalah pucat. Pria itu juga membungkuk hormat. Renoir semakin bingung.

"Renoir, maaf, baru mengatakannya sekarang."

Renoir mendengarkan dengan seksama. Gerrard menoleh, memusatkan atensi kepada anaknya.

"Perkenalkan, mereka adalah anggota Geng Intan. Kelompok gengster pimpinan Ayah."

***

Welcome di cerita pertama aku di GoodNovel. Semoga kalian suka dengan ceritanya. Silakan tinggalkan review dan vote kalian. Thx

Related chapters

  • RENOIR   Bab 2: Criminal Undercover

    "Geng ... ?" Alis Renoir hampir menyatu tatkala Gerrard mengungkap satu fakta yang tidak pernah Renoir ketahui sebelumnya. "Apa maksudmu?""Kau terkejut?" Gerrard memegang kedua bahu sang putra sebelum menjelaskan lebih rinci, "bagaimana pun, kau harus menerima kenyataan ini. Sejujurnya aku berencana mengungkapkannya padamu setelah kau lulus kuliah dan mulai sedikit banyak mengurus perusahaan. Tapi—"Tatapan Renoir belum berubah."Bisakah turunkan tensimu sedikit?""Tidak bisa. Kau baru saja mengatakan sebuah hal besar. Mana bisa aku santai begitu tahu kalau kau adalah bos gengster?!" geram Renoir.Gerrard berdecak pelan sambil menarik napas dari mulut. Ya, ia memang menutupinya dengan baik, bukan hanya dari publik bahkan dari anaknya sendiri."Bisnis keluarga kita bukan hanya Diamond Grup—sejak lama. Aku hanya meneruskannya dari kakekmu, Renoir. Awalnya aku juga terkejut saat mengetahui takdirku, menjadi pimpinan kelompok amoral

    Last Updated : 2021-09-07
  • RENOIR   Bab 3: Rentetan Masa Lalu

    “Aku? Akan jadi pemimpin gengster?”Setelah pertengkaran semalam dan pengungkapan yang dilakukan Gerrard, Renoir tidak merasa lebih baik. Sekarang ia mengerti, mengapa sang ayah kerap bertindak keras padanya. Renoir diharuskan untuk tidak memiliki rasa takut, tidak punya hati, persis seperti Gerrard.Selepas membawa pulang mobil Gerrard semalam, orangtua itu malah tidak pulang ke rumah. Renoir sudah bisa tebak, “Paling-paling dia pergi ke tempat wanita sialan itu lagi,” ucapnya disertai seringai."Aku tidak mengerti dengan jalan pikiran tua bangka itu. Menikahi seorang wanita, tidak memberinya rasa cinta sedikit pun, menghabisi nyawanya tanpa ampun bahkan bisa-bisanya berkumpul dengan jalang dan anak haram itu dengan tenang.""... dia benar-benar bukan manusia."Deru mesin pemotong rumput memekak telinga. Renoir tengah duduk di tepian selasar rumah merenungi hidup. Entah dari mana titik mula kisah hidup ini. Orang b

    Last Updated : 2021-09-07
  • RENOIR   Bab 4: Pria yang Mengancam

    Tatapan Renoir bergetar memandang ayahnya yang berwajah tenang. Meski tenang, keberadaannya tetap mengancam. Atmosfer di ruangan menjadi kelam. Renoir masih bungkam dengan pertanyaan Gerrard. Apa yang terjadi padanya, sebaiknya tidak perlu diungkap."Siapa yang mengajarimu mengabaikan pertanyaan orangtua?" sambung Gerrard sebab Renoir tak kunjung menjawab."Aku terjatuh waktu main sepak bola di sekolah," jawab Renoir spontan.Gerrard mengangkat sebelah alis. "Kau terjatuh? Katuh dari lantai berapa? Jangan coba-coba membodohiku. Kecuali kau mendapat luka-luka itu dari bola yang dihantamkan ke wajahmu berkali-kali, aku akan percaya.""Ehh ..." Renoir kehabisan kata-kata untuk membalas pernyataan sang ayah."Katakan yang jujur, kenapa wajahmu bisa seperti itu?"Renoir meremas ujung celana pendeknya."Kau berani membohongi Ayahmu, Renoir?" Tatapan Gerrard semakin tajam.Renoir tidak sanggup men

    Last Updated : 2021-09-07
  • RENOIR   Bab 5: Gerbang Kebebasan

    Satu tahun sembilan bulan kemudian, Renoir lagi-lagi bertanding di halaman belakang. Sudah hampir dua tahun dan belum sekali pun ia menjatuhkan Gerrard. Bukan lawan yang setimpal. Keyakinan Renoir akan kemampuan bela dirinya kini meningkat hingga akhirnya untuk pertama kali, Gerrard berhasil dibanting di atas rumput empuk yang selalu tertata rapi.Gerrard terperangah di pembaringan seolah tak percaya bahwa inilah harinya. Hari di mana Renoir telah berubah menjadi sosok yang diinginkannya."Ayah bisa bangun?" Renoir mengulurkan tangan.Gerrard menggenggamnya tanpa ragu. Untuk pertama kalinya ia tersentuh dengan sang putra."Renoir ..." Sampai-sampai Gerrard menyentuh bahu Renoir dan mengulas senyum tipis, "kau harus mengikuti ujian sabuk hitam!"Dan Renoir pun mengikutinya beberapa hari kemudian. Ia masuk ke arena pertandingan memakai seragam bela diri lengkap dengan sabuk merah melingkar di pinggang, juga kehadiran kedua orangtu

    Last Updated : 2021-09-07
  • RENOIR   Bab 6: M.C. of Heaven

    Gagasan pembentukan geng telah disetujui. Sekarang Renoir, Ivan, Niguel dan Sebastian sedang berdebat menyoal penamaan kelompok mereka."Heaven's Crew?" saran Ivan."Terdengar seperti kelompok malaikat." Renoir kurang setuju."Killer Angels!" Nama itu mungkin terdengar garang bagi Niguel, namun terlalu ekstrem."Kita bukan pembunuh, paham?" sanggah Renoir.Desahan keras Renoir menyiratkan kebuntuan. Nama adalah identitas, geng ini perlu nama yang menggambarkan ciri anggotanya."Bagaimana kalau M.C.—Master of Charm? Kita ini ahli pesona, bukan?" Sebastian bertutur pelan.Bukan hanya Renoir, mata Ivan dan Niguel juga sontak menyorot ke arah Sebastian."Ah, ide yang bagus!" Niguel menggebu-gebu.Renoir pun merasa setuju. "Nama yang bagus. Aku setuju.""Kurasa itu nama yang tepat," tambah Ivan.M.C. akhirnya resmi terbentuk oleh empat

    Last Updated : 2021-09-07
  • RENOIR   Bab 7: Keluhan—Terabaikan

    Beban ransel hitam mahal milik Renoir terasa bertambah berkat 17 bungkus cokelat yang diterimanya hari ini. Padahal seingatnya, ia sudah mendonasikan berbatang-batang cokelat kepada teman-temannya, tapi ternyata yang tersisa masih sekian banyak. Plus setangkai mawar merah digenggamannya. Renoir berencana untuk memberikan bunga itu kepada ibunya.Mobil mewah produksi negeri The Black Country melewati gerbang tinggi yang terbuka otomatis, membelah halaman istana megah hunian Tuan Muda yang tengah melamun di kursi belakang. Sang sopir menghentikan mobil dengan mulus di tepian tangga akses menuju pintu utama rumah besar itu. Kendati telah menepi, Tuan Muda masih belum beranjak. Sang sopir menengok ke belakang, entah mengapa pemuda rupawan itu hanya diam, sepertinya sedang banyak pikiran.“Tuan,” tegur sang sopir.Renoir mengerjap beberapa kali tatkala seruan sopirnya menyadarkan ia dari lamunan.“Sudah sampai,

    Last Updated : 2021-09-07
  • RENOIR   Bab 8: Impian Sederhana

    Renoir berusaha keras mengalihkan perhatian Cherie dari sikap yang diterimanya dari Gerrard. Ia sengaja mengajak sang ibu bermain agar benaknya melupakan kesedihan itu. Renoir meminta bantuan Cherie untuk menyusun set Lego pesawat Millenium Falcon, terdiri dari 5.174 butir dan seingat Renoir, baru tersusun sekitar 100 butir.“Ibu tolong susun Lego-nya. Aku mau ganti baju dulu,” pintanya tanpa berpikir kalau permintaan yang ia sebutkan bukanlah hal mudah.Cherie mengankat alis tatkala melihat bongkahan-bongkahan kecil yang berserakan di meja. Anak itu memang gemar dengan kerumitan, tapi tidak perlu mengajak-ajak ibunya untuk ikut. Ia lebih suka mencampur adonan daripada menyusun rangkaian seperti yang satu ini. Namun, sulit baginya menolak permintaan putra kesayangannya. Alhasil tangan Cherie meraih satu-satu balok kecil untuk disusun.Di dalam lemari, Renoir melepas setelan seragam sekolah kemudian dikumpulkan pakaian kotor itu ke dala

    Last Updated : 2021-09-07
  • RENOIR   Bab 9: Kali Pertama

    Empat sekawan tengah berkumpul di markas mereka, masing-masing berbaring di tengah-tengah lapangan basket yang sudah tidak terpakai dengan bantalan tas mengganjal kepala. Gawai menyibukkan tangan dari setiap pemuda, tidak ada pembicaraan untuk sekian lama—sampai Sebastian mengubah posisi. Ia duduk bersila lantas menarik sesuatu dari dalam tas. Sebuah lintingan yang tampak seperti rokok, namun begitu dibakar menimbulkan aroma khas.Indera penciuman Ivan terpancing, aroma ini membuatnya sontak menegakkan posisi. Ia melihat Sebastian menghisap benda yang diapit jarinya dengan santai, sementara Ivan masih melongo.“Hei, kau membawa barang itu ke sekolah?” sontak Ivan.“Tidak masalah. Tidak ada pemeriksaan juga,” balas Sebastian santai.Niguel sebenarnya tahu apa yang Ivan dan Sebastian ributkan, namun ia memilih tidak ikut-ikutan seperti Renoir.“Benar juga. Lagipula tidak ada yang berani menyentu

    Last Updated : 2021-09-07

Latest chapter

  • RENOIR   Bab 31: Janji Seluruh Jiwa

    Renoir menekan tombol penyiram di toilet. Barusan buang hajat besar, perutnya terasa sedikit lapar. Dia membuka pintu beralih menuju wastafel, kebetulan ada murid yang bisa disuruh-suruh.Belum cuci tangan, Renoir merangkul bahu Fermin yang terlihat jengkel dari cermin. "Sudah selesai cuci tangan? Belikan aku soda dan cemilan, ya. Bawakan ke markas," perintah Renoir ringan kemudian menepuk-nepuk punggung siswa yang kerap jadi mainan anggota gengnya.Tidak mampu mengelak, Fermin pasrah disuruh-suruh oleh sang ketua geng. Renoir menyalakan keran, membasahi kedua tangan lalu menuang sabun cair."Tunggu apa lagi? Kau ingin aku mati kelaparan?" katanya sedikit membentak. Fermin pun pergi setelah ditegur.Nikmat betul hari-hari sang ketua seolah punya pelayan pribadi meskipun di sekolah, bukan di rumah. Bedanya, pelayan ini tidak mendapat bayaran sepeser pun. Cuma-cuma, lebih tepatnya terpaksa. Takut kalau melawan bakal dijadikan bulan-bulanan lagi oleh antek-a

  • RENOIR   Bab 30: Kecemasan Gara-Gara Perempuan

    Renoir membaca pesan di tengah aktivitas makan siangnya. "Renoir, kurasa aku sedang tidak baik-baik saja." Tangan kirinya memegang ponsel erat-erat, matanya menyorot lamat-lamat, sementara tangan kanan masih setia mengantar makanan, sedang mulutnya terus mengunyah. Ekspresinya selalu lucu saat makan, bibirnya mirip Donald Duck, terasa ingin menarik bibir itu saking gemasnya. Renoir berpikir, apa Natalia cemas gara-gara tiramisu semalam? Atau karena, ah ... Renoir menyeringai. Pasti karena hal ini. "Kenapa, sayang? Kurasa kau butuh tiramisu lagi agar perasaanmu membaik," balas Renoir tidak ragu menyebut Natalia dengan 'sayang'. Renoir terus tersenyum ke arah ponselnya dan itu membuat atensi Niguel di sebelah tertarik. Penasaran apa yang dilakukan sang ketua dengan gawainya sampai sumringah begitu. Niguel mengintip dan melihat layar diisi kolom chat. Na-ta-li-a, Niguel mengeja dalam hati. Hmm, siapa Natalia? "

  • RENOIR   Bab 29: Bukan Lagi Rahasia

    Natalia belum pernah terhanyut dalam sesuatu yang membuatnya sangat terbuai. Ia hampir saja lupa kalau mereka berada di depan rumah, bisa saja orangtua Natalia memergokinya bermesraan dengan seorang lelaki di dalam mobil dan itu bisa berakhir tidak menyenangkan. Namun Natalia hampir tidak peduli, ia sudah terlanjur dibawa terbang tinggi oleh Renoir dan membuatnya lupa daratan. Kalau bukan karena pemuda itu yang menghentikan momen mendebarkan tersebut, mungkin Natalia tidak akan berhenti, tidak tahu caranya. Mengapa Natalia terkesan begitu mudah bagi Renoir padahal sebelumnya ia kerap menolak keras setiap usaha lelaki yang berniat mendekatinya? Ini tidak biasa, Renoir terlalu berbeda. Entah apa yang dimiliki lelaki itu sehingga membuat Natalia tidak ragu bertindak di luar batas yang dibangunnya sendiri. Seolah Renoir memiliki daya pikat yang begitu kuat menariknya tanpa bisa terlepas. Natalia membenamkan wajahnya dalam kedua telapak tangan setelah menceritakan rincian

  • RENOIR   Bab 28: Hmm, Manis?

    "Bagaimana kencanmu kemarin?" Syeena terdengar antusias. Ketiga gadis; Natalia, Eireen dan Syeena sedang berkumpul di bangku panjang halaman sekolah sambil berbincang. Jam istirahat baru saja dimulai, alih-alih makan mereka malah asyik mengobrol. Topik hangat yang ditunggu-tunggu Eireen dan Syeena sejak meninggalkan gerbang sekolah kemarin sore, Natalia pergi berdua dengan Renoir. Pasti ada hal seru yang harus didengar. "Kencan apa? Itu bukan kencan!" Natalia menyanggah namun wajah meronanya tidak dapat berbohong. "Hmm, coba lihat wajahmu. Bilang saja itu kencan, kenapa malu?" Eireen mendorong sahabatnya untuk blak-blakan. "Apa saja yang kalian lakukan?" Syeena teramat penasaran. "Um ...." Natalia agak ragu untuk menceritakannya, tapi setelah dipikir-pikir tidak ada salahnya juga kalau dua sahabatnya ini tahu. "Kemarin ...." Selepas dari perpustakaan, Natalia dan Renoir pergi ke tempat lain. Renoir bilang ingin mengajak sang gadis maka

  • RENOIR   Bab 27: Kekesalan Hingga Siang

    Gerrard berdiri menghadang Renoir yang hendak keluar kamar. Ia mengisi ruang kosong di antara daun pintu dengan tubuh besarnya. Tampangnya tak terlihat senang, ia butuh penjelasan dari sang putra mengenai ucapannya di ruang makan. "Minggir, aku mau pergi sekolah," ucap Renoir. "Sudah berani macam-macam denganku, ya, jagoan?" Gerrard tersenyum miring. "Kau pikir setelah pencapaian yang kau raih selama ini bisa menjadi alasan untuk membangkang dariku?" "Kau hanya bagian dari teritoriku. Sekalipun dirimu telah berubah menjadi lebih kuat, aku tetap pengendali di tempat ini, paham?" Gerrard mengacungkan telunjuk ke depan muka Renoir. "Aku tidak peduli," balas Renoir ketus. "Hahaha, astaga ... jadi begini balasan atas tindakan baikku padamu, Renoir?" Renoir menatap jengkel. Tindakan baik apanya? Selama ini yang dilakukan Gerrard hanya menambah beban di punggungnya. "Ayolah, tunjukkan sikap baik di depan ayahmu." Gerrard sungguh berha

  • RENOIR   Bab 26: Akibat Seteko Teh Hangat

    Pagi di rumah keluarga Kim tampak normal. Para pelayan menyiapkan hidangan untuk sarapan, ada yang bersih-bersih dan tugas lainnya. Sedang, para tuan rumah dengan rutinitas pagi mereka; Gerrard berendam setelah berolahraga sebentar, Renoir buang air besar dan nyonya rumah membantu menyiapkan hidangan untuk anak dan suaminya. Cherie mendirikan cangkir dengan sempurna di atas piring kecil cantik lalu menuangkan teh hangat dari teko. Teh hangat untuk Gerrard, dituangnya perlahan disertai senyuman juga lamunan. Teringat suatu hal yang terjadi semalam, kejutan dari Gerrard hadiah perayaan ulang tahun pernikahan mereka. Bibir Cherie merekah menampakkan gigi. Ah, dia terkesan seperti pasangan baru menikah atau gadis yang baru pertama kali disentuh oleh lelaki. Cherie tidak bisa melupakan pengalaman melelahkan semalam, sudah terlalu lama ia tidak dimanjakan oleh Gerrard. Saking lamanya, bahkan lupa kapan terakhir kali mereka melakukannya. Gerrard hanya peduli soal pekerjaan dan ambi

  • RENOIR   Bab 25: Rangkaian Anniversary

    Lampu gantung kristal menggantung di langit, meja-kursi tersusun rapi, para pengunjung berkelas sudah biasa dilihat Cherie di restoran yang ia sambangi. Namun kali ini berbeda, hiasan lilin dan mawar merah di meja serta alunan biola terkesan sangat romantis. Hatinya merasa teramat bahagia berkat ini semua. Menu makan malam dan wine sudah sangat biasa, tapi terasa istimewa berkat Gerrard di hadapannya juga makan malam yang telah disiapkan untuk merayakan hari jadi mereka. Sebuah hal istimewa yang jarang didapat. Cherie mencoba menelaah isi kepala Gerrard, apa yang dipikirkan suaminya itu hingga melakukan sesuatu yang sama sekali bukan kebiasaannya? Barangkali ini yang dinamakan keajaiban. Sesuatu di dalam dada Cherie terasa ingin meledak saking merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Tidak dapat digambarkan dengan kata-kata. Alunan biola terus menghiasi malam mereka. Satu-dua pasang mata kadang melirik ke arah keduanya. Gerrard tidak menyewa seluruh restoran u

  • RENOIR   Bab 24: Apakah Ini Termasuk Kencan?

    Hari ini akhirnya Renoir bisa menghabiskan waktu dengan Natalia. Seperti yang dikatakan dalam pesan dini hari tadi, Renoir siap siaga di depan gerbang SMA Nirvana untuk menjemput sang permaisuri, beserta kendaraan kerennya yang membuat mata para murid sekolah itu tak bisa melepaskan pandangan darinya. Renoir merapikan tatanan rambutnya sambil bercermin menggunakan spion tengah, sedikit-sedikit menengok kalau-kalau gadis yang ditunggunya sudah keluar dari gerbang. Lima menit lewat dari pukul setengah tiga, Natalia terlihat bersama kedua temannya. Mata tuan muda Kim berkilau, bibirnya tertarik membentuk senyuman, ia segera keluar dari tempat persembunyian sejuknya menuju hawa panas bumi demi menghampiri sang putri. "Natalia!" Seruan Renoir terdengar lantang. Bukan hanya Natalia yang menengok, beberapa murid yang tengah lewat dan berdiri di sekitar pun ikut menoleh. Natalia berpamitan dahulu pada dua sahabat sebelum menghampiri pemuda yang ditunggunya. Pemuda ta

  • RENOIR   Bab 23: Pukul Tiga Pagi

    Suasana begitu gelap, tidak ada penerangan dari lampu ataupun pencahayaan lain. Renoir berada di gubuk reot di tengah lahan luas, sebuah alat pemecah es digenggam tangan dominan. Meski bergidik, ia melangkah mengendap-endap melewati tangga kayu yang berdecit ketika diinjak, sendirian. Sesuatu membuat Renoir terus melangkah, naik menuju lantai dua lalu berhenti tepat di sebuah pintu terbuka. Petir menggelegar tatkala ia memandang ke dalam ruangan, cahaya kilat membuatnya bisa melihat eksistensi seseorang di sana. Seseorang yang tangan dan kakinya terikat di kursi dengan kepala tertutup kain hitam, bertelanjang dada, dia berontak-ontak, teriakannya teredam, mungkin mulutnya tersumpal sesuatu.Renoir mengernyit saat kilat menerangi ruangan sekali lagi. "Untuk apa aku di sini?" Pertanyaan ini malah membawanya melangkah kian mendekat. Namun tiba-tiba pintu tertutup keras hingga membuatnya terlonjat. Sesosok pria muncul dari balik pintu. "A-ayah ...."Gerrard muncul dengan s

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status