Share

Bab 3 - Pedang Sihir Roso

Raul menutup dirinya didalam kamar selama seharian penuh dan melatih tubuhnya, dia menahan tubuhnya dengan satu jarinya dan mencapai konsentrasi tertinggi dalam penguatan tubuh dan Indra. Kotoran didalam tubuhnya disaring dan keluar melalui pori-porinya, secara bertahap ototnya mulai terbentuk dan Raul menjadi lebih tinggi.

Raul menghentikan gerakannya dan segera duduk untuk bermeditasi, dia memasuki keadaan spiritual dan memahami bentuk sejati tubuhnya. Indranya sama sekali tidak tumpul namun tubuhnya benar-benar sangat lemah.

Untuk mempraktekan Seni Beladiri Api Biru Raul harus berhati-hati, jika dia salah sedikit saja maka Qi akan menghancurkan Meridian miliknya dan membuatnya meledak menjadi gumpalan daging. Tentunya setelah dilahirkan kembali dan mendapatkan ingatan penuh Raul tidak akan menerima jika dia harus mati ketika saat dia berlatih.

"Hah." Raul membuka matanya dan bergumam, "Aku harus berlatih dan meningkatkan stamina."

Setelah mengganti pakaiannya Raul memutuskan untuk pergi melihat Gudang Harta Keluarga Roso, namun sampainya dia didepan pintu gerbang kediamannya Raul melihat seorang Penjaga Pintu yang menarik tangan Nuna.

"Pelayan kecil... kau sudah tumbuh dengan baik dan tidak ada gunanya kau merawat sampah didalam, lebih baik kau menjadi Istriku saja dan aku akan memberikanmu kenikmatan setiap malamnya !" Kata Penjaga itu dengan mata yang melihat kearah dada Nuna dengan mesum.

"Tidak jangan lakukan ini !" Nuna terlihat panik dan takut.

*Krak.*

Raul menarik rambut Penjaga pintu gerbang dari belakang dan menahannya. Sorot matanya dipenuhi kebencian dan Penjaga itu mengerang kesakitan.

"Lepaskan !" Teriak Penjaga itu dengan marah.

"Tuan Muda ?" Nuna akhirnya bebas dan masih gemetar.

"Tutup matamu." Raul meminta Nuna untuk menutup mata dan dia memejamkan matanya.

Raul tersenyum dengan penuh kebencian, "Menghina Bangsawan akan dikucilkan tapi sayangnya aku tidak sebaik itu. Kau berani menyentuhnya didepanku dan itu artinya kau meminta kematianmu, kau harus tahu jika milikku tidak bisa diambil siapapun tanpa ijin dariku."

"Tidak tolong ampun." Penjaga itu berusaha melawan namun dia tidak bisa melepaskan cengkraman Raul.

Raul mendorongnya kedinding dan membenturkan kepala Penjaga Gerbang berkali-kali, beberapa Penjaga mulai berdatangan mendengar keributan dan Raul menunjukan rasa haus akan membunuh. Penjaga itu diam ditempat dan tidak ada yang berani menolongnya.

Kebrutalan Raul membuat mereka semua terkejut dan kepala Penjaga gerbang terus dibenturkan, Nuna yang tidak tahan memegang tangan Raul dan menghentikannya.

"Cukup Tuan Muda.... jika tidak ini akan menjadi masalah !" Nuna memegang lengan Raul dengan erat.

Raul menghela nafas dan melempar Penjaga itu kesamping, "Ini yang terakhir kalinya... jika ada dari kalian yang berusaha bersikap kurang ajar maka aku jamin kepala kalian akan terlepas dari tubuh kalian."

Raul membersihkan tangannya yang penuh dengan darah dan berjalan membawa Nuna pergi. Raul tidak peduli kepada pandangan orang lain mengingat reputasinya sudah buruk, namun satu hal yang pasti dia pelajari sampai sekarang rasa hormat akan muncul dalam kekaguman atau ketakutan.

Jika ingin melakukan sesuatu maka lakukan dengan penuh keyakinan, dengan kejadian ini mereka akan berpikir dua kali untuk berurusan dengannya ataupun Nuna. Raul memberikan teror kepada mereka dan melawanpun itu semua akan percuma.

"Tolong maafkan saya Tuan Muda !" Nuna meminta maaf dan berjalan dibelakang Raul.

"Jangan meminta maaf karena kau tidak bersalah... jika kau mendapatkan perlakuan yang sama katakan saja kepadaku. Aku akan mendisiplinkan mereka satu persatu, kau itu milikku dan tanpa ijin dariku tidak ada yang boleh menyakitimu." Raul tersenyum dan membawa Nuna pergi bersama dengannya.

Nuna merasa sangat senang mendengar perkataan Raul, dia memberikan perasaan yang nyaman dan dapat diandalkan. Sejak Nuna berumur sepuluh tahun dan harus melayani Raul dia hanya fokus dengan pengabdian saja, tapi sekarang Tuan Mudanya sudah berubah kearah yang lebih baik.

Raul sampai digudang penyimpanan dan Pengawas disana sudah mendengar laporan tentangnya, dia membuka mekanisme jalan bawah tanah dan mempersilahkan Raul masuk.

"Hanya satu item tidak lebih !" Kata Pengawas itu sambil membenarkan kacamatanya.

"Aku mengerti." Raul masuk kedalam dan menuruni tangga.

Setelah beberapa langkah dia menemukan sebuah ruangan dan didalamnya berisi banyak item, kumpulan Senjata disana sangat lengkap namun perhatian Raul langsung tertuju kepada sebuah Pedang Hitam.

Sarung Pedang dan pegangannya berwarna emas dengan corak yang bagus. Namun apa yang menarik perhatian Raul bukan desain melainkan Aura mematikan dari Pedang itu.

Raul melihat sebuah kertas dan membacanya, "Pedang Roso milik Pendiri Keluarga... Pedang yang hampir mustahil dipakai karena kutukan. Omong kosong !"

Sebagai Ahli Pedang Sejati Raul tidak akan percaya dengan omong kosong itu. Alasan mengapa Pedang ini tidak bisa dikendalikan adalah karena Pedang ini mewarisi kehendak pengguna sebelumnya, sebagai ganti menyerap Mana maka daya hidup penggunanya akan diserap.

Raul mengambilnya dan membuka menarik Pedang dari sarungnya, bilah hitam yang tipis memancarkan energi yang menakutkan. Qi Sejati diserap dan Raul dapat mengetahui kemampuan sejati dari potensi Pedang ini. Lapisan hitam menunjukan gelombang dan Raul tersenyum melihatnya, dia tidak menyangka akan mendapatkan barang bagus yaitu Pedang Sihir.

Pelepasan Aura Pedang akan menjadi jauh lebih kuat dan Raul samar-samar merasakan mana gelap yang hebat. Namun Pedang ini sangat rakus karena menyerap banyak energi, tapi dengan kekuatan seperti ini Pedang ini layak untuknya.

"Sudah aku putuskan jika aku akan mengambilmu." Raul menyarungkan Pedangnya dan memasangnya didekat pinggangnya.

Raul keluar dan melaporkannya kepada Pengawas, terlalu banyak hal menarik didalam sana dan sayangnya hanya satu hal yang bisa dia ambil. Pengawas itu terkejut setengah mati dan setelah Raul pergi dia bergegas untuk melaporkan ini kepada kepala Keluarga.

Pengawas itu masuk kedalam ruangan Rain dan melapor, "Kepala Keluarga... Tuan Muda kedua mengambil Pedang terkutuk Roso, apakah saya harus mengambilnya kembali demi keselamatan Tuan Muda kedua ?"

Rain membuka matanya lebar-lebar dan terkejut, "Apakah ada reaksi tertentu ?"

"Tidak ada." Jawab Pengawas itu dengan panik.

"Maka biarkan saja dia memilikinya dan kau bisa pergi." Rain berpikir sebentar dan Pengawas itu mematuhi keputusan akhir.

Pedang Sihir Roso adalah Pedang yang sudah menelan banyak korban dengan unsur kegelapan. Bahkan menurut legenda Pedang itu menyaingi Pedang Sihir Raja, Pedang Sihir itu sempat dicuri namun ketika pencurinya memegangnya mereka langsung mati seketika. Pusaka dari Keluarga Roso hanya untuk mereka yang ditakdirkan, dia akan melihat lebih jauh apakah Putranya akan bisa mengendalikannya atau mati karena kegilaan.

"Sungguh menarik... perubahan sikap dan mata yang penuh semangat itu sepertinya akan membawa Keluarga Roso kembali. Sayangnya dia tidak punya takdir untuk menjadi kepala Keluarga selanjutnya." Rain sedikit kecewa dan melihat pemandangan diluar.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Man Luk
alurceritanya kren
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status