Home / Rumah Tangga / RANJANG PANAS KAKAK IPAR / Bab 71. Permintaan Zoya

Share

Bab 71. Permintaan Zoya

Author: weni3
last update Last Updated: 2025-01-20 00:52:34

"Mas... "

"Ya Tuhan... Sayang kamu sudah sadar?" tanya Gama kemudian beranjak dari sana.

Zoya tersenyum tipis mendengar itu. Zoya tersenyum merasakan Gama yang memeluk erat dan tiba-tiba Zoya merasakan pundaknya basah.

Apa itu karena air mata Gama? Ya, pria itu kembali menangis. Zoya sampai tak habis pikir, ternyata Gama bisa menangis juga dan yang ditangisi adalah dirinya.

"Mas pelan-pelan sakit!" keluh Zoya karena Gama yang yang memeluknya semakin erat. Rasanya tubuh seperti dihimpit sesuatu. Mungkin efek kecelakaan juga membuat Zoya merasakan tubuhnya sakit semua.

"Eh iya maaf Sayang. Maaf ya, aku sangat bersyukur kamu sudah bangun. Aku takut, Zoya." Gama tertunduk mengecup tangan Zoya. Tangan pria itu mengusap air mata sebelum kembali menatap Zoya.

Zoya mengerti, Gama pasti malu terlihat sedih hingga menangis, tapi Zoya paham, laki-laki tak akan sampai seperti ini jika tidak dengan tulus mencintai.

"Mas apa kamu setakut itu?"

"Apa yang kamu pikirkan Sayang? M
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Pindah ke tempat baru aja biar aman
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Ya sebaiknya pindah aja daripada disitu bahaya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 72. Kejutan Untuk Zoya

    Permintaan Zoya tak diabaikan begitu saja oleh Gama. Usai mengatakan demikian, Zoya melihat Gama begitu sibuk sekali menghubungi seseorang. Samar terdengar, Gama meminta orang tersebut untuk mencarikan rumah untuk mereka tinggal. Zoya berpura-pura tidur saja padahal dia mendengar apa saja yang Gama katakan. Dalam hati Zoya merasa Gama sangat menyayanginya. Padahal Zoya sempat tidak yakin Gama mau, mengingat sebelumnya pun Gama menolak. Beberapa hari di rumah sakit, kini tiba saatnya Zoya diperbolehkan pulang oleh dokter. Senang tentunya karena sudah tidak betah lagi berlama-lama di sana. Kasihan Gama juga yang lelah menunggu dan mengurusnya. "Kita pulang kemana, Mas? Apartemen?" tanya Zoya sasaat setelah mereka sudah masuk mobil. Namun saat Zoya memperhatikan Gama, terlihat pria itu hanya diam tak minat menjawab. Jelas hal itu membuat Zoya pun penasaran dan geregetan juga pastinya. Ada apa dengan suaminya? "Mas! Kok kamu diam aja? Lagi mikirin apa? Bingung ya mau ajak ak

    Last Updated : 2025-01-28
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 73. Menegang di Balik Kain Segitiga

    Zoya kagum melihat kamarnya yang sangat luas dengan desain modern dan benar-benar nyaman sekali. Dia dibuat terperangah sampai tidak sadar jika masih berada dalam gendongan Gama. "Ya Tuhan... Rasanya aku seperti mimpi." Zoya sampai tak berkedip melihat kamar utama yang akan menjadi tempat ternyamannya. Dia yang lupa jika masih berada di dalam gendongan Gama pun hendak melangkah menuju kamar mandi untuk melihat keadaan di dalam sana tapi baru saja bergerak, dia tersadar jika masih berada dalam gendongan Gama. "Astaga Mas! Aku mau lihat-lihat. Ini gimana caranya? Sampai lupa aku kalau masih kamu gendong begini," ujar Zoya yang membuat Gama terkekeh mendengar itu. "Kamu terlalu serius Sayang, atau malah kamu menikmati gendonganku?" tanya Gama dengan kedua alis terangkat. "Mas kamu jangan ngarang! Aku mau turun. Penasaran banget sama kamar mandinya. Boleh aku lihat, Mas?" "Boleh, Sayang." Zoya yang masih mengalungkan kedua tangannya di leher Gama pun perlahan mengendurk

    Last Updated : 2025-02-03
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 74. Mas Jangan dilepas!

    Suara desahan saling bersahutan begitu menghiasi kamar mewah yang belum ada 24 jam mereka huni. Di sini, di kamar ini, kedua insan saling melebur menjadi satu menggumamkan kalimat cinta yang membuat permainan semakin panas. Gama tentu tidak bisa menolak ajakan Zoya terlebih sudah melihat tubuh sang istri tanpa busana seperti ini. Niat hati nanti dulu tapi istri malah merayu. Hajar tipis-tipis dengan ritme yang lembut mengimbangi Zoya yang baru pulih. Gama begitu menikmati sesapan, lumatan dan goyangan yang Zoya berikan. Rasanya sungguh luar biasa dan dari moment bercinta yang pernah mereka lakukan, hari inilah yang sangat panas hingga membuat Gama geleng-geleng kepala melihat lincahnya Zoya. "Pelan-pelan saja, Sayang! Kamu baru sembuh," ucap Gama mengingatkan tapi Zoya justru menyerang bibirnya, membungkamnya dan tak membiarkannya melarang apa yang menjadi kesenangan sang istri. Rupanya bahagia membuat Zoya agresif sekali. Tentu saja Gama sangat senang hati mendapatkan itu.

    Last Updated : 2025-02-04
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 75. Nakal

    Gimana konsepnya, sudah mandi malah diajak mandi lagi. Apa tidak nakal itu namanya. Begitulah Zoya mengajak Gama mandi lagi. Mereka pun menikmati moment itu sampai sayang sekali ingin mengakhiri tapi jemari mereka sudah terlihat mengkerut karena dingin. Gama pun tak ingin Zoya sakit lagi. Usai mandi lanjut makan. Keduanya begitu menikmati hingga makanan mereka pun habis tak tersisa. Zoya menyandarkan tubuhnya di kursi setelah semua masuk ke dalam perut. "Habis sakit kok banyak makan ya, Mas? Ini aku doyan atau memang kelaparan? Sampai habis begini. Perut aku penuh banget rasanya." Laper ngeluh, kenyang juga tambah berisik. Namun memang benar, perut Zoya penuh sekali. Tak biasanya dia menghabiskan makan dengan porsi banyak. "Bagus dong Sayang. Memang kamu harus banyak makan karena kita akan segera melangsungkan acara pernikahan. Kamu harus sehat terus karena aku akan mengadakan acara yang mewah, Sayang." "Mas ini pernikahan kedua loh. Nggak perlu megah-megah juga nggak m

    Last Updated : 2025-02-07
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 76. Mas Suami Meresahkan

    Pagi ini di rumah baru, Zoya tidak terlalu sibuk karena memang tidak ada yang harus diurus selain Gama. Belum ada bahan masakan yang harus dimasak dan kebetulan akan dipersiapkan nanti. Zoya yang terjaga lebih dulu pun segera beranjak dari saat. Namun bangun tidur badan agak ngilu, mungkin karena saking semangatnya main terus sama Mas suami. Begitu nikmat sampai nagih dan tidak memikirkan bagaimana tubuhnya setelah itu. Hawa rindu menggebu, jadi inginnya sayang-sayangan terus. Padahal tubuh juga butuh istirahat. Namun pagi ini harus berkegiatan seperti biasanya. Zoya memutuskan untuk lebih dulu mandi sebelum Gama bangun. Niatnya mau cari sarapan tapi masih asing di sini. Mana ada yang jualan pinggir jalan di dalam kompleks yang mewah seperti ini? Alhasil Zoya order saja yang penting suami bangun sarapan sudah ada. "Sayang... " Zoya terkejut saat tiba-tiba merasakan pelukan dari seseorang yang tentunya itu adalah Mas suami. Ya, siapa lagi jika bukan Gama. Mereka hanya be

    Last Updated : 2025-02-07
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 77. Pewaris

    "Kamu..." "Maaf, kita bicara di ruangan saya saja. Mari!" ujar Gama yang kemudian mengatur jarak dan meraih tangan Zoya. Zoya pun melangkah mengikuti Gama yang kini menuju lift sedangkan wanita tua itu melangkah perlahan mengejar mereka. "Mas jangan buru-buru! Apa kamu tidak kasihan dengan nenek itu? Lihatlah Mas! Beliau jalannya pelan sekali. Jangan gitu, Mas! Kita yang muda harusnya membantu bukan malah ditinggal begitu." " Antisipasi, Sayang! Kita tidak tau tujuan orang itu datang. Jangan terlalu baik dengan seseorang yang belum dikenal sekalipun orang itu sudah bau tanah!" Efek kejahatan yang datang dari mana saja arahnya dan beragam caranya, membuat Gama lebih berhati-hati lagi dengan siapa pun yang datang pada pria itu. Namun kalau musuhnya nenek tua apa mungkin? Entahlah tapi Zoya iba melihatnya. "Iya tapi kasihan banget, Mas. Aku nggak tega lihatnya. Nggak bisa Mas, biar aku saja yang membantu. Kamu tunggu sini!" Zoya pun nekat, mana bisa dia membiarkan

    Last Updated : 2025-02-09
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 78. Kelembutan

    "Nenek ingin minta tolong sama kamu, tolong bantu nenek membujuk Gama, Nak! Gama masih sangat marah sama Nenek. Mungkin dengan kamu yang membujuknya, hati Gama akan luluh." "Nenek harap Gama mau pulang. Jika masih tidak percaya silahkan datang dan buktikan sendiri. Banyak bukti yang menunjukkan jika Papahnya benar anak sulung Nenek." "Nenek sudah tua, Nak. Tugas Nenek saat ini adalah memberikan apa yang sudah ditetapkan sejak awal. Gama harus mengurus perusahaan karena dia pewaris utama." " Gama juga harus tau semuanya. Jangan sampai setelah Nenek pun berpulang, harta itu menjadi rebutan karena masih ada paman Gama yang sebenarnya sudah mendapatkan jatah tapi untuk sementara menggantikan tugas Gama dulu." "Jika Gama mau, itu semua pun akan menguntungkan kamu sebagai istri Gama. Kamu pun akan mendapatkan penghidupan yang lebih terjamin nantinya. Bukan hanya kamu, anak-anak kamu juga, Nak." "Maaf Nek, untuk harta kekayaan, Zoya tidak sama sekali kepikiran. Begini saja Zoya

    Last Updated : 2025-02-11
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 79. Berenang Bersama

    Mereka pun makan dan lanjut bekerja. Tak ada lagi drama akan apapun yang menganggu konsentrasi keduanya. Mereka pun pulang tepat waktu dengan Zoya yang mengajak Gama singgah terlebih dulu ke supermarket untuk membeli kebutuhan rumah tangga. Jelas rumah baru masih kosong. Persabunan saja belum lengkap. Zoya pun ingin sekalian membeli bahan makanan untuk mengisi kulkas. Senangnya Gama mau menemani dan santai jalan-jalan berdua tanpa takut ketahuan ada yang melihat dan menaruh curiga akan kedekatan mereka. Sudah go public dan santai menyikapi tanggapan orang lain. Hanya saja memang kabar pernikahan itu masih tersimpan rapat. Orang-orang taunya pacaran saja dan Gama akan menyebar undangan untuk mengadakan pesta pernikahan yang megah. Gama membuntuti kemana pun langkah Zoya. Pria itu begitu sabar menunggu istri memilih apa saja yang ingin dibeli. Tidak ada keluh kesah padahal sudah memutari lorong yang ada di sana sampai dua atau tiga kali putaran.. Definisi cinta memang sepert

    Last Updated : 2025-02-13

Latest chapter

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 143. Senyuman

    "Kak... " "Jangan mengatakan apapun, Sena! Pengganti, kamu mengerti apa yang disebut dengan pengganti? Apa kamu masih kurang paham? Tentu sana seharusnya kamu sangat paham." Gama tersenyum menatap Sena. Senyuman pertama yang dia berikan setelah beberapa saat tiba di pelaminan. Senyuman yang bagi semua orang itu adalah senyum bahagia. Bahkan karena senyuman yang Gama berikan, semua karyawan Gama khususnya yang benar-benar mengenal Zoya, sangatlah miris melihatnya. Mereka mengira jika Gama sedang sangat bahagia sekali. Gama tidak mengingat akan Zoya dan apa yang sudah diucapkannya hanyalah dusta. "Pengganti di pelaminan, bukan pengganti di hatiku, Sena. Aku harap kamu paham akan itu!" ujar Gama dengan tegas. "Tapi Kak, semua taunya jika aku ini adalah istrimu! Setelah acara ini pun yang mereka tau itu, aku adalah istrimu! Sekali pun aku hanya pengganti tapi yang mereka tau, aku istrimu, Kak! Aku, bukan Zoya!" sahut Sena dengan kedua mata nampak sengit tapi penuh dengan

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 142. Zoya yang Utama

    Gama dan Sena melangkah menuju tempat acara yang mana di sana sudah banyak tamu yang datang. Ballroom hotel ternama yang sudah disulap menjadi tempat yang sangat berkesan untuk wanita itu. Tempat acara yang mewah dan didominasi dengan warna putih sesuai inginnya Zoya. Keduanya pun melangkah memasuki ruangan tersebut hingga menarik perhatian banyak tamu yang datang dan juga mengundang banyak pertanyaan para karyawan Gama sendiri. Mereka datang membawa rasa penasaran yang tinggi. Dari awal masuk, sampai berdiri di tempat acara, semua tamu dibuat bertanya-tanya karena nama yang tak sesuai dengan yang tertera dalam undangan. Sementara para karyawan Gama yang sudah mengenal Zoya dan tau akan kejadian yang menimpa Zoya jelas bertanya-tanya siapa yang menjadi penggantinya. Mereka tak percaya jika Gama akan tega menggantikan Zoya dengan wanita lain yang mana, menurut info yang mereka gali jika Zoya masih sakit dan kabarnya koma di rumah sakit. Miris sekali bukan? Tentu hal itu men

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 141. Keterlaluan!

    Gama melangkah menuju kamar yang ditempati oleh Sena. Terlihat wanita itu sangat senang akan kedatangannya. Pipi Sena pun merona saat melihat Gama benar-benar datang. Binar di wajah Sena terlihat terang padahal tadi sempat bermuram durja karena Gama tak ada kejelasan, tak kunjung memberikan kabar dan tidak juga mau menghubungi atau membalas pesan serta panggilan dari wanita itu. Apalagi saat ini Gama terlihat sangat mempesona, gagah dan berkharisma. Hal yang sangat membuat wanita tergila-gila begitu pun dengan Sena. Wanita itu langsung menghampiri Gama. Pangeran yang sejak tadi Sena tunggu-tunggu bahkan wanita itu sangat menggebu-gebu ingin bertemu dan kini sudah ada di depan mata menjemput dengan tampannya. Terlihat sekali Sena semakin tertarik akan pesona dari Gama. Sementara Gama sendiri hanya bersikap datar tanpa menyapa bahkan sorot matanya biasa saja melihat Sena yang sudah menebar senyuman dan aura kecantikan yang maksimal. Sena begitu manja terlihat, aura pengant

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 140. Aku Kembalikan

    "Besok hari pernikahan kita, tidak inginkan kamu memberikan kejutan untukku, Sayang? Atau memang aku benar-benar harus merelakan hari itu untuk wanita lain dan membiarkan dia menari di atas kesakitanmu?" Gama mengusap pipi Zoya yang terasa dingin. Tak ada pergerakan sama sekali dari Zoya. Terhitung sejak diambilnya peluru dari dalam tubuh Zoya, wanita itu dinyatakan koma. Pertanyaannya sampai kapan? Gama rasanya ingin membakar rumah sakit ini setelah mendengar penjelasan yang baginya sangat menghancurkan harapan dan impian yang sudah ia bangun sejak lama. Gama mendongak menahan air mata yang kembali ingin terjun bebas. Dia tak ingin air mata itu jatuh membasahi Zoyanya. Tak ingin juga Zoya tau jika si pria mesum ini bisa berubah menjadi pria cengeng yang tak bertahan hanya karena keadaan. Nyatanya, Zoya tetap menjadi pengaruh utama dalam hidupnya. Tak ada yang lain selain Zoya. Namun adanya keadaan yang seperti ini, menjadikan Gama goyah. Benar kata orang, dibalik pria k

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 139. Bagaimana

    "Sudah aku katakan. Bersiaplah! Kamu yang akan menjadi pengantin pengganti." Kedua sudut bibir Sena tertarik ke atas. Wanita itu terlihat sangat bahagia. Bahagia di balik musibah yang terjadi. Tentu saja akan sangat menyakitkan karena seharusnya Zoya yang ada di sana. "Berarti aku yang akan bersama Kakak? Sebenarnya tidak harus begitu, Kak. Aku tadi hanya mengingatkan saja. Bukan berarti aku yang akan menggantikan posisi pengantin di sana, tapi jika Kakak meminta dan memaksa maka aku akan lakukan." "Ini sementara atau selamanya? Karena aku juga harus mempertimbangkan akan itu. Aku akan menjadi pengantin dan aku ingin menikah sekali seumur hidup. Bisa atau memang hanya menggantikan di saat sakit saja?" Sena melangkah mendekati Gama kemudian mengalungkan tangannya di lengan Gama tapi dengan perlahan Gama melepaskan. "Yang seharusnya kamu tanyakan itu kedua orang tuamu. Boleh tidak kamu menikah besok tanpa ada persiapan sebelumnya. Mereka mengijinkan atau tidak. Bukan berta

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 138. Bersiaplah!

    "Aku tidak mengharapkan itu. Aku sadar posisiku tapi kalau Kakak mau menarikku sebagai pengantin pengganti, aku tidak keberatan. Aku mau dan akan menjalankan peran dengan baik," jawab Sena dengan lugas. "Kalau begitu bersiaplah!" sahut Gama membuat ketiga orang tua yang ada di sana menoleh menatapnya. Mereka terlihat sangat terkejut setelah mendengar penuturan dari Gama. "Gama apa kamu yakin, Nak? Lantas bagaimana dengan Zoya?" tanya Nenek pada Gama yang diam tak menjawab. Gama hanya menatap datar ke arah lain tanpa mengeluarkan suara. "Gama ini terlalu beresiko," ujar Nenek lagi. "Bukankah akan sangat merugi jika aku mundur? Banyak orang juga yang akan aku rugikan sekalipun aku mengadakan konferensi pers yang mana itu mendadak sekali. Tentu akan ada saja yang tidak tau dan akan tetap datang ke acara besok." "Mereka akan kecewa karena kabar itu belum mereka ketahui sebelumnya. Sementara sudah banyak waktu dan tenaga bahkan uang yang mereka keluarkan. Jika seperti itu, a

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 137. Pengganti

    Gama tidak sama sekali mengatakan apapun. Gama memilih diam dan tak menimpali ucapan Sena. Tatapan iba wanita itu pun tidak Gama pedulikan. Gama kembali menundukkan kepalanya tak lagi menghiraukan ucapan Sena. Namun wanita itu mendekatinya dan duduk di samping Gama dengan tangan yang mengusap lengannya. "Kak, aku benar-benar prihatin akan musibah ini tapi aku harap kamu pun bijak. Jangan terus menangis dan merasa dirimu sedang sangat hancur! Aku tau musibah ini memang sangat menyakitimu tapi kamu harus bijak." "Apa maksudmu, Sen?" tanya Gama. Kali ini Gama terpancing untuk menanggapi ocehan Sena yang membuatnya sedikit bingung. "Maksudku, sedih boleh, tapi kamu pun harus tetap memikirkan acara besok, Kak. Bukankah undangan sudah tersebar? Bagaimana jika mereka hadir dan pengantinnya tidak ada? Bukankah kamu butuh pengganti untuk tetap melaksanakannya? Acara itu tidak mungkin batal Kak." Benar kata Sena, memang acara itu tidak mungkin batal, apalagi undangan sudah terseba

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 136. Sabar!

    Untuk kedua kalinya, Gama merasakan ketakutan yang sama karena Zoya mengalami musibah tak terduga. Apa yang terjadi saat ini seperti sesuatu yang terulang kembali. Hal pait yang mengancam nyawa sang istri dan lagi-lagi karena kelalaiannya. Gama merasa bersalah karena semua terjadi saat Zoya tidak bersamanya. "Andai aku tidak meninggalkan dia sendirian. Ya Allah berikan aku kesempatan untuk menjaga titipanmu sekali lagi." Gama terduduk di depan pintu ruangan Zoya. Dia menekuk kaki dengan tatapan nanar ke depan. Sudah habis rasa penyesalan yang begitu banyak hingga seorang Gama kembali menangis. Diam Gama menunduk dengan menyembunyikan wajahnya. Namun kedatangan nenek dan juga Sinta membuatnya mendongak menatap keduanya. "Gama... Nak?" Nenek langsung berjongkok dan memeluk Gama. Rapuh Gama tak ada penolakan hingga nenek memberikan sentuhan untuk menguatkan. "Sabar, Nak! Sabar! Ini ujian untuk kalian. Kamu harus kuat, Nak! Zoya butuh doa dari kamu. Zoya butuh dukungan. Insy

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 135. Tidak Mati

    Gama belum diperbolehkan masuk oleh Dokter karena alasan medis. Masih butuh waktu untuk ke tahap dimana Zoya bisa dijenguk. Sampai dimana Gama hanya bisa melihat dari celah jendela. Terdiam Gama memperhatikan dengan kedua mata yang basah. "Sayang... " Gama mengepalkan kedua tangannya kemudian memukul tembok tanpa mengalihkan pandangannya pada Zoya. Di sana, wanitanya tengah berjuang dalam kesakitan. "Ya Tuhan, kembali aku meminta padamu untuk keselamatan istriku." Gama menunduk dan menitikkan air mata. Dadanya bergemuruh setelah tau apa yang terjadi pada Zoya. Emosi Gama kembali menyala kala teringat penyebab Zoya mengalami musibah ini. "Dito, kamu pasti tau apa yang harus kamu lakukan. Cepat pergi sekarang dan jangan lepaskan pelakunya. Kalau perlu habiskan nyawanya sekalian!" perintah Gama. Kedua mata pria itu tajam menatap ke arah Dito yang mengangguk menyanggupi. "Baik, Tuan. Akan segera saya kerjakan." Dito pun bergegas pergi dari sana. Gama diam memperhatikan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status