Share

Bab 70. Menunggu

Author: weni3
last update Last Updated: 2025-01-16 23:49:15

Yang katanya sudah keluar dari masa kritis itu tidak serta merta membuat Zoya segera sadarkan diri. Sudah dua hari masih belum ada perkembangan yang signifikan. Zoya belum terjaga dari tidur panjangnya.

Gama pun masih setia menunggu di sana. Sama sekali Gama tidak meninggalkan Zoya barang sekejap pun. Bahkan Gama juga tidak makan selama dua hari ini. Mana selera makan di saat hati gundah gulana begini. Bisa masuk air saja sudah sangat bersyukur sekali.

Zoya sakit dan Gama merasakan kesakitan yang sama. Hanya saja bukan fisik, karena lapar masih bisa di tahan melainkan hati yang sangat geram dengan apa yang telah terjadi. Mengapa harus Zoya yang menjadi korban?

Setiap harinya Asisten Dion datang membawakan makanan dan itu hanya dibiarkan oleh Gama di atas meja sofa tanpa minat membukanya hingga terpaksa Asisten Dion buang setelah keesokan harinya. Gama diam di samping Zoya dengan terus memperhatikan sang istri yang terbaring lemas..

"Kapan kamu bangun, Sayang? Apa kamu tidak
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Zoya udah sadar yah
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Zoya udah sadar kayaknya tuh senyum
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 71. Permintaan Zoya

    "Mas... " "Ya Tuhan... Sayang kamu sudah sadar?" tanya Gama kemudian beranjak dari sana. Zoya tersenyum tipis mendengar itu. Zoya tersenyum merasakan Gama yang memeluk erat dan tiba-tiba Zoya merasakan pundaknya basah. Apa itu karena air mata Gama? Ya, pria itu kembali menangis. Zoya sampai tak habis pikir, ternyata Gama bisa menangis juga dan yang ditangisi adalah dirinya. "Mas pelan-pelan sakit!" keluh Zoya karena Gama yang yang memeluknya semakin erat. Rasanya tubuh seperti dihimpit sesuatu. Mungkin efek kecelakaan juga membuat Zoya merasakan tubuhnya sakit semua. "Eh iya maaf Sayang. Maaf ya, aku sangat bersyukur kamu sudah bangun. Aku takut, Zoya." Gama tertunduk mengecup tangan Zoya. Tangan pria itu mengusap air mata sebelum kembali menatap Zoya. Zoya mengerti, Gama pasti malu terlihat sedih hingga menangis, tapi Zoya paham, laki-laki tak akan sampai seperti ini jika tidak dengan tulus mencintai. "Mas apa kamu setakut itu?" "Apa yang kamu pikirkan Sayang? M

    Last Updated : 2025-01-20
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 72. Kejutan Untuk Zoya

    Permintaan Zoya tak diabaikan begitu saja oleh Gama. Usai mengatakan demikian, Zoya melihat Gama begitu sibuk sekali menghubungi seseorang. Samar terdengar, Gama meminta orang tersebut untuk mencarikan rumah untuk mereka tinggal. Zoya berpura-pura tidur saja padahal dia mendengar apa saja yang Gama katakan. Dalam hati Zoya merasa Gama sangat menyayanginya. Padahal Zoya sempat tidak yakin Gama mau, mengingat sebelumnya pun Gama menolak. Beberapa hari di rumah sakit, kini tiba saatnya Zoya diperbolehkan pulang oleh dokter. Senang tentunya karena sudah tidak betah lagi berlama-lama di sana. Kasihan Gama juga yang lelah menunggu dan mengurusnya. "Kita pulang kemana, Mas? Apartemen?" tanya Zoya sasaat setelah mereka sudah masuk mobil. Namun saat Zoya memperhatikan Gama, terlihat pria itu hanya diam tak minat menjawab. Jelas hal itu membuat Zoya pun penasaran dan geregetan juga pastinya. Ada apa dengan suaminya? "Mas! Kok kamu diam aja? Lagi mikirin apa? Bingung ya mau ajak ak

    Last Updated : 2025-01-28
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 73. Menegang di Balik Kain Segitiga

    Zoya kagum melihat kamarnya yang sangat luas dengan desain modern dan benar-benar nyaman sekali. Dia dibuat terperangah sampai tidak sadar jika masih berada dalam gendongan Gama. "Ya Tuhan... Rasanya aku seperti mimpi." Zoya sampai tak berkedip melihat kamar utama yang akan menjadi tempat ternyamannya. Dia yang lupa jika masih berada di dalam gendongan Gama pun hendak melangkah menuju kamar mandi untuk melihat keadaan di dalam sana tapi baru saja bergerak, dia tersadar jika masih berada dalam gendongan Gama. "Astaga Mas! Aku mau lihat-lihat. Ini gimana caranya? Sampai lupa aku kalau masih kamu gendong begini," ujar Zoya yang membuat Gama terkekeh mendengar itu. "Kamu terlalu serius Sayang, atau malah kamu menikmati gendonganku?" tanya Gama dengan kedua alis terangkat. "Mas kamu jangan ngarang! Aku mau turun. Penasaran banget sama kamar mandinya. Boleh aku lihat, Mas?" "Boleh, Sayang." Zoya yang masih mengalungkan kedua tangannya di leher Gama pun perlahan mengendurk

    Last Updated : 2025-02-03
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 74. Mas Jangan dilepas!

    Suara desahan saling bersahutan begitu menghiasi kamar mewah yang belum ada 24 jam mereka huni. Di sini, di kamar ini, kedua insan saling melebur menjadi satu menggumamkan kalimat cinta yang membuat permainan semakin panas. Gama tentu tidak bisa menolak ajakan Zoya terlebih sudah melihat tubuh sang istri tanpa busana seperti ini. Niat hati nanti dulu tapi istri malah merayu. Hajar tipis-tipis dengan ritme yang lembut mengimbangi Zoya yang baru pulih. Gama begitu menikmati sesapan, lumatan dan goyangan yang Zoya berikan. Rasanya sungguh luar biasa dan dari moment bercinta yang pernah mereka lakukan, hari inilah yang sangat panas hingga membuat Gama geleng-geleng kepala melihat lincahnya Zoya. "Pelan-pelan saja, Sayang! Kamu baru sembuh," ucap Gama mengingatkan tapi Zoya justru menyerang bibirnya, membungkamnya dan tak membiarkannya melarang apa yang menjadi kesenangan sang istri. Rupanya bahagia membuat Zoya agresif sekali. Tentu saja Gama sangat senang hati mendapatkan itu.

    Last Updated : 2025-02-04
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 75. Nakal

    Gimana konsepnya, sudah mandi malah diajak mandi lagi. Apa tidak nakal itu namanya. Begitulah Zoya mengajak Gama mandi lagi. Mereka pun menikmati moment itu sampai sayang sekali ingin mengakhiri tapi jemari mereka sudah terlihat mengkerut karena dingin. Gama pun tak ingin Zoya sakit lagi. Usai mandi lanjut makan. Keduanya begitu menikmati hingga makanan mereka pun habis tak tersisa. Zoya menyandarkan tubuhnya di kursi setelah semua masuk ke dalam perut. "Habis sakit kok banyak makan ya, Mas? Ini aku doyan atau memang kelaparan? Sampai habis begini. Perut aku penuh banget rasanya." Laper ngeluh, kenyang juga tambah berisik. Namun memang benar, perut Zoya penuh sekali. Tak biasanya dia menghabiskan makan dengan porsi banyak. "Bagus dong Sayang. Memang kamu harus banyak makan karena kita akan segera melangsungkan acara pernikahan. Kamu harus sehat terus karena aku akan mengadakan acara yang mewah, Sayang." "Mas ini pernikahan kedua loh. Nggak perlu megah-megah juga nggak m

    Last Updated : 2025-02-07
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 76. Mas Suami Meresahkan

    Pagi ini di rumah baru, Zoya tidak terlalu sibuk karena memang tidak ada yang harus diurus selain Gama. Belum ada bahan masakan yang harus dimasak dan kebetulan akan dipersiapkan nanti. Zoya yang terjaga lebih dulu pun segera beranjak dari saat. Namun bangun tidur badan agak ngilu, mungkin karena saking semangatnya main terus sama Mas suami. Begitu nikmat sampai nagih dan tidak memikirkan bagaimana tubuhnya setelah itu. Hawa rindu menggebu, jadi inginnya sayang-sayangan terus. Padahal tubuh juga butuh istirahat. Namun pagi ini harus berkegiatan seperti biasanya. Zoya memutuskan untuk lebih dulu mandi sebelum Gama bangun. Niatnya mau cari sarapan tapi masih asing di sini. Mana ada yang jualan pinggir jalan di dalam kompleks yang mewah seperti ini? Alhasil Zoya order saja yang penting suami bangun sarapan sudah ada. "Sayang... " Zoya terkejut saat tiba-tiba merasakan pelukan dari seseorang yang tentunya itu adalah Mas suami. Ya, siapa lagi jika bukan Gama. Mereka hanya be

    Last Updated : 2025-02-07
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 77. Pewaris

    "Kamu..." "Maaf, kita bicara di ruangan saya saja. Mari!" ujar Gama yang kemudian mengatur jarak dan meraih tangan Zoya. Zoya pun melangkah mengikuti Gama yang kini menuju lift sedangkan wanita tua itu melangkah perlahan mengejar mereka. "Mas jangan buru-buru! Apa kamu tidak kasihan dengan nenek itu? Lihatlah Mas! Beliau jalannya pelan sekali. Jangan gitu, Mas! Kita yang muda harusnya membantu bukan malah ditinggal begitu." " Antisipasi, Sayang! Kita tidak tau tujuan orang itu datang. Jangan terlalu baik dengan seseorang yang belum dikenal sekalipun orang itu sudah bau tanah!" Efek kejahatan yang datang dari mana saja arahnya dan beragam caranya, membuat Gama lebih berhati-hati lagi dengan siapa pun yang datang pada pria itu. Namun kalau musuhnya nenek tua apa mungkin? Entahlah tapi Zoya iba melihatnya. "Iya tapi kasihan banget, Mas. Aku nggak tega lihatnya. Nggak bisa Mas, biar aku saja yang membantu. Kamu tunggu sini!" Zoya pun nekat, mana bisa dia membiarkan

    Last Updated : 2025-02-09
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 78. Kelembutan

    "Nenek ingin minta tolong sama kamu, tolong bantu nenek membujuk Gama, Nak! Gama masih sangat marah sama Nenek. Mungkin dengan kamu yang membujuknya, hati Gama akan luluh." "Nenek harap Gama mau pulang. Jika masih tidak percaya silahkan datang dan buktikan sendiri. Banyak bukti yang menunjukkan jika Papahnya benar anak sulung Nenek." "Nenek sudah tua, Nak. Tugas Nenek saat ini adalah memberikan apa yang sudah ditetapkan sejak awal. Gama harus mengurus perusahaan karena dia pewaris utama." " Gama juga harus tau semuanya. Jangan sampai setelah Nenek pun berpulang, harta itu menjadi rebutan karena masih ada paman Gama yang sebenarnya sudah mendapatkan jatah tapi untuk sementara menggantikan tugas Gama dulu." "Jika Gama mau, itu semua pun akan menguntungkan kamu sebagai istri Gama. Kamu pun akan mendapatkan penghidupan yang lebih terjamin nantinya. Bukan hanya kamu, anak-anak kamu juga, Nak." "Maaf Nek, untuk harta kekayaan, Zoya tidak sama sekali kepikiran. Begini saja Zoya

    Last Updated : 2025-02-11

Latest chapter

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 112. AIB

    "Mas sudah! Jangan membahas masalah pribadi Gama. Semua memiliki masa lalu yang tidak perlu diungkit-ungkit. Kita tidak tau alasan dari mereka itu apa dan apa yang terjadi sebenarnya. Jadi jangan membuat Ibu berpikir buruk pada mereka." "Loh aku mengatakan yang sesungguhnya. Memang benar, kalau kamu tidak percaya, maka tanyakan pada mereka. Mereka tidak akan menyangkal jika mereka adalah mantan ipar." "Mas ya ampun, sudah! Tidak enak pada mereka. Kamu ini kenapa?" Santi terlihat gemas sekali pada Bara. Ya bagaimana tidak jika sikap Bara seperti sedang membuka aib seseorang secara terang-terangan seperti itu sedangkan orang itu sangat sulit untuk mau datang dan ini perdana. Zoya melirik Bara yang terlihat cuek saja. Ya Tuhan kenapa Zoya pun ikut gemas jadinya. Bisa-bisanya orang itu membuka semuanya di saat makan malam. perdana untuk Gama. "Kamu itu kalau dikasih tau malah nyalahin aku. Aku cuma mengatakan faktanya agar Ibu dan kamu tau." "Lantas salahnya mereka dimana

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 111. Makan Malam

    Gama menatap tajam ke arah Bara, pamannya yang nampak santai saja. Paman macam apa yang berlaku seperti saingan. Gama jelas harus berhati-hati akan itu. Pria membentengi dirinya sendiri untuk melindungi diri dan juga Zoya. "Mas..." "Menurutlah apa kataku Sayang! Dia tidak memiliki etika dalam menyambut tamu. Kamu harus bisa membedakan itu!" sahut Gama yang tak ingin ucapannya dibantah. Zoya pun mengangguk berusaha untuk mengerti. "Nek, aku ke sini karena undangan dari Nenek," ucap Gama pada Nenek yang terkesan menegaskan setelah kedatangan mereka seperti tidak diharapkan oleh salah satu keluarga Atmanegara. Nenek nampak prihatin dengan situasi sekarang ini. Mungkin inginnya semua keluarga baik-baik saja. Hanya saja pertemuan Bara dan Gama sebelumnya yang sudah ada perdebatan membuat mereka jadi kurang akur. "Makasih, Nak. Nenek sangat senang sekali kalian mau menyempatkan diri datang ke rumah ini. Jangan sungkan! Ini rumah kamu juga dan kelak akan menjadi rumah milik ka

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 110. Pulang

    "Mas kira-kira respon Mas Zein gimana ya? Aku nggak nyinggung 'kan, Mas?" tanya Zoya. Kini keduanya sudah ada di dalam mobil menuju kantor dan akan menjenguk Nenek sore setelah pulang kantor. Gama lebih dulu menyelesaikan pekerjaannya sebelum bertemu dengan Nenek. "Jangan terlalu dipikirkan Sayang. Niatnu sudah baik saja, aku sudah senang. Jangan lagi sedih ya! Kita lanjutkan hidup kita. Sudah cukup masa lalunya. Dengan niat mendamaikan saja itu sudah lebih dari cukup. Biarkan jika Zein belum mau membuka pintu maaf. Bukan tugas kita memaksa atau memikirkan itu terlalu dalam." "Iya, Mas." Gama segera melajukan mobilnya menuju kantor dengan Zoya yang memilih mengistirahatkan hati dan pikirannya terlebih dahulu. Zoya memejamkan kedua mata bersandar pada jok mobil. Hari ini sungguh luar biasa untuknya. Beruntung Gama mengerti dan tak menuntut apapun. Zoya merasa bersyukur memiliki Gama. Kegiatan mereka lanjut di kantor. Banyaknya pekerja membuat mereka cukup sibuk hari in

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 109. Maaf dan Berdamai

    "Jangan terlalu angkuh, Zein! Aku tau kamu kesepian." Gama terus memperhatikan Zein. "Aku hanya ingin melihat kondisi kamu bukan ingin membuat kamu malu. Aku berharap kondisimu pun segera pulih." Gama menarik nafas dalam berusaha untuk tetap bersabar menghadapi Zein. Jangan sampai terpercik emosi yang mengakibatkan kegaduhan di sana. Namun Zein hanya diam saja tak menjawab. Zein juga enggan menoleh ke arah Gama dan Zoya. Masih betah dengan diamnya setelah mengusir keduanya. Melihat itu pun, Zoya melepaskan genggaman tangan Gama hingga membuat sang suami menoleh ke arahnya. Zoya yang masih membawa buah tangan tadi pun membuka suara. Dia lebih dulu menarik nafas dalam sebelum mengajak Zain bicara. "Mas, kami datang dengan niat baik. Rencana ini kami persiapkan dari kemarin setelah mendapat kabar jika kamu masuk rumah sakit." "Aku belikan buah untukmu. Ini buah kesukaan kamu, Mas. Semoga kamu suka dan cepat sembuh. Dimakan ya, Mas." Zoya dengan lembut mengatakan itu. Dia

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 108. Menjengukmu

    Zoya tercengang mendengar Gama yang mencecarnya. Baru masuk sudah diberondong banyak pertanyaan seperti itu. Oh Astaga Gama Prasetyo. Kok bikin gemas ya. "Mas ini masih pagi loh. Aku beli itu nggak semua buat Mas Zein tapi untuk kamu juga. Kamu nggak mau makan buah? Nggak bosen makan buah dada terus? Jangan cemburu akh!" ujar Zoya santai. Menanggapinya kudu santai, kalau tidak malah ribut pagi-pagi di mobil. Lagi pula Zoya tak merasa menjadi tersangka. Gama saja yang sedang mode ugal-ugalan. Mungkin cinta pria itu yang sudah tumpah-tumpah makanya jadi sangat posesif sekali. Sementara Zoya tidak terlalu ingin menanggapi. "Serius buat aku?" tanya Gama kemudian kembali melirik kantong belanjaan yang ada di jok belakang. Dia tidak tau kalau isinya ada dua kantong yang mana salah satunya adalah untuk dia. "Hhmm... Jangan marah begitu, Mas! Sudah aku katakan kalau cintaku sudah mentok untuk Mas Gama Prasetyo. Apa masih kurang validasi?" tanya Zoya yang dijawab decakan oleh Gama

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 107. Cemburu Buta

    "Sayang!" Gama pun meraih tangan Zoya setelah tadi mengejar sang istri yang terindikasi sedang merajuk. Begini kalau menghadapi wanita yang sedang PMS. Emosinya tidak bisa terkontrol. Bentar-bentar ngamuk, bentar-bentar ngambek, lebih parahnya membuat orang cemburu. "Apa sich, Mas? Lepas! Kamu juga curigaan aja jadi suami. Aku mau jelasin nggak di bolehin. Minggir Mas! Aku mau masuk kamar." Zoya pun melepaskan diri dari Gama kemudian masuk kamar. Dia bergerak cepat kemudian menutup pintu tapi kaki Gama sudah lebih dulu menahan hingga pintu sulit tertutup dan Zoya menyerah. "Mas!" "Mau apa, Sayang? Mau ngunciin aku di luar, hhm? Nggak bisa Sayang! Kamu nggak boleh nakal!" Gama segera masuk dan Zoya pun memilih menghindari. Zoya berlari menjauh tapi dari Gama tapi dengan mudahnya Gama bergerak cepat kemudian menangkapnya. "Mas turunkan aku!" pekik Zoya. "Kamu nggak tau aku mencarimu tadi, tapi kamu malah enak-enakan ngobrol sama Dito." Gama membawa Zoya ke ranjang d

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 106. Mencari

    "Hilang? Hilang kemana, Bos? Bukankah tadi sama Tuan? Apa ada yang culik Bu Zoya?" tanya Asisten Dito yang nampak terkejut. "Kalau saya tau nggak mungkin saya tanya sama kamu, Dito. Nggak mungkin saya minta kamu mencari istri saya!" sentak Gama geregetan. Salah siapa disuruh cari malah banyak tanya. Andai tau, tak mungkin Gama memerintah untuk mencari. Ini Dito malah nyari gara-gara saja. "Baik, Bos. Saya akan segera mencarinya." Asisten Doni pun bergerak cepat beranjak dari sana untuk mencari istri yang hilang. Yang pertama tentu saja mengecek cctv kantor. Asisten Dito dengan diawasi oleh Gama melihat kemana Zoya pergi. Gama menyilangkan kedua tangannya di dada. Tatapan Gama terpusat pada Zoya yang berjalan keluar gerbang perusahaan. "Coba cctv luar!" perintah Gama saat Zoya tak lagi terlihat. "Sudah, tapi ini sudah tidak bisa lagi menjangkau lebih dari ujung pagar sini, Pak. Bu Zoya berjalan menuju para pedagang makanan yang ada di samping kantor kita. Mungkin saja

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 105. Posesif

    "Ini minumnya, Pak. Bapak kasihan sekali. Maafkan Pak Gama ya, Pak. Bapak sudah bekerja dengan baik untuk kami. Bulan ini Bapak akan mendapatkan bonus tambahan," ujar Zoya yang kemudian menyodorkan botol minum pada Dito. Gama tercengang mendengar itu. Bonus tambahan? Tanpa acc dulu dari pemilik perusahaan? Aish... Tentu saja itu membuat Gama pusing karena yang akan mengeluarkan dana itu dia sedangkan Gaji Dito itu besar. "Dia sudah menerima bonus setiap bulan, Sayang. Nggak usah! Jangan dimanja karena aku membayarnya sesuai apa yang ia kerjakan," sahut Gama tak terima. Sementara Asisten Dito masih diam menyimak. Asisten Dito terkejut dengan apa yang terjadi. Apalagi melihat Zoya datang tiba-tiba dan menyodorkan minum dengan sangat perhatian. Tidak cukup sampai di situ. Ternyata Gama pun menyusul dengan sangat tak terima akan apa yang Zoya lakukan. Ada apa dengan pasutri ini? "Ya tapi kamu nggak boleh semena-mena juga, Mas. Kasih hukuman itu ya kalau memang benar-benar sa

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 104. Cantik

    Setelah Zoya masuk ke dalam sana untuk berganti pakaian. Ponsel Gama berdering. Dia segera meraihnya untuk melihat siapa yang menghubungi. "Kantor polisi," gumam Gama. Segera Gama menerima panggilan tersebut. Dalam hati Gama bertanya-tanya. Ada apa gerangan menghubungi? Apa Asisten Dito sibuk hingga pihak yang berwajib menghubungi ke nomornya? "Selamat siang." "Siang Pak, sebelumnya maaf jika kami menganggu Bapak. Kami dari pihak kepolisian ingin memberikan kabar untuk Bapak mengenai Saudara Zain yang saat ini sedang sakit. Kami sudah memindahkan Saudara Zain ke rumah sakit khusus dengan pengawasan dibawah naungan kepolisian." "Baik, terimakasih atas perhatiannya Pak. Saya juga terimakasih anda sudah mengabari. Mungkin besok atau lusa saya akan datang untuk menjenguk. Saya minta tolong untuk penjagaan jangan sampai lengah ya, Pak." "Baik, Pak Gama. Kalau begitu kami matikan panggilannya. Selamat siang." "Siang." Gama meletakkan kembali ponselnya kemudian menyandark

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status