Beranda / Rumah Tangga / RANJANG PANAS KAKAK IPAR / Bab 36. Buka mulutnya, Zoya!

Share

Bab 36. Buka mulutnya, Zoya!

Penulis: weni3
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-01 13:29:21

Zoya bingung sendiri menghadapi Gama yang katanya sudah mencintainya. Sejak kapan? Apa waktu bersama membuat mereka terbiasa dan mulai tumbuh rasa.

Zoya menggelengkan kepalanya. Dia menyandarkan tubuhnya di kursi kerja. Niat ingin merampungkan pekerjaannya malah jadi memikirkan sikap Gama dan ucapan Gama tadi di mobil.

Zoya tentu saja berkesan dengan ucapan Gama. Wanita mana yang tak kebawa perasaan, tapi hati kecilnya belum mau terlibat jauh dengan cinta.

Kebersamaan mereka membuatnya ketergantungan tapi untuk cinta, Zoya masih sangat takut. Ada hal yang menyakitkan yang membuatnya enggan mengulangi.

Namun Zoya sadar, tak mungkin tak melibatkan hati. Sekuat-kuatnya dia melawan, jika Gama terus bersikap baik dan manis padanya. Tak mungkin dia bisa bertahan.

Hanya saja untuk sekarang, Zoya belum merasakan ada cinta untuk Gama selain rasa kagum karena kebaikan pria itu.

Entah belum ada atau belum menyadari, tapi pikiran Zoya terlalu banyak yang harus dipertimbangkan dan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (3)
goodnovel comment avatar
weni3
aku pun jatuh cinta dengannya Kak.........
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Kok aku jatuh cinta ma gama ya kak wen hihihi
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Ih ..Gama so sweet deh hihihi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 37. Ancaman

    Zoya pun menerima suapan demi suapan yang Gama berikan. Wajahnya merona melihat tatapan Gama yang begitu lekat padanya dan Gama pun sangat perhatian. Gama terlihat begitu telaten mengurusnya bahkan sisa makanannya dimakan oleh Gama hingga membuat Zoya tercengang melihat itu. "Kak jangan dimakan! Ini bekas aku loh." "Liur kamu saja aku tidak masalah. Lagian mubazir jika di buang, Zoya." Enteng sekali Gama mengatakan demikian. Zoya yang malu sendiri mendengarnya. "Mau kemana?" tanya Gama saat Zoya hendak beranjak dari sana. "Aku mau ke kamar dulu sebentar, Kak. Kakak selesaikan dulu saja makannya. Zoya mau bersih-bersih." Zoya pun masuk kamar. Sebenernya bukan hanya mandi tapi dia ingin menghindari tatapan Gama yang hangat dan perhatian pria itu yang membuatnya resah. Usai mandi dan mengoleskan obat lagi di tangannya, Zoya pun keluar dari kamar untuk kembali menemui Gama. Terlihat pria itu tengah berada di dapur. Zoya yang penasaran pun segera menghampiri. "Kak j

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 38. Sensitif

    "Kak... " Kedua mata Zoya mengerjab kemudian perlahan melepaskan diri dari Gama. Tatapan matanya bertemu dengan sapuan hangat dari kedua mata pria itu. "Kenapa, Zoya?" "Aku... " "Hhmm?" "Aku takut tapi aku ingat apa katamu. Aku melawan rasa takut itu. Semalaman aku berusaha untuk tidur. Apa masih ada darah itu di luar, Kak?" tanya Zoya kala teringat akan apa yang ia lihat semalam. Zoya ingin melihat keluar tapi ditahan oleh Gama. "Hentikan! Sudah tidak ada darah di sana. Aku sudah meminta pihak dari apartemen untuk menjagamu dan juga semalam darah itu dibersihkan segera. Maaf jika aku tidak kembali ke sini dan menemanimu, Zoya. Kebetulan semalam badanku kurang vit tapi aku memantau keadaanmu dari sana." Zoya mengangguk paham. "Terimakasih banyak Kak, tapi apa Kakak tau siapa pelakunya? Apa itu Zein? Maaf jika aku selalu merepotkanmu padahal kamu sedang kurang enak badan. Apa sekarang sudah lebih baik, Kak?" tanya Zoya lagi dan dijawab gelengan kepala oleh Gama. "U

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 39. Kak aku panas. Jangan lanjutkan!

    Semakin hari semakin tubuhnya mengkhianati hati yang menolak untuk kembali menjalin hubungan. Bukan atas kehendaknya tapi pengkhianatan sungguh masih membekas di jiwa. Bahkan terkadang Zoya masih merasakan sakit atas tamparan dan perlakuan kasar Zein yang kembali masuk dalam. ingatan. Tubuhnya tak bisa menolak saat sentuhan yang Gama berikan semakin membuat tubuhnya merespon dengan baik. Tubuh Zoya menerima dan membalas sentuhan itu hingga tanpa sadar Zoya kembali membalas kecupan mesra Gama untuk yang kedua kalinya. Kecupan yang berawal dari kening dan perlahan turun ke bibirnya yang mungkin sudah menjadi candu untuk pria itu. Terasa hangat dan membuat Zoya semakin tak berdaya. Pagutan Gama membuat syaraf-syarafnya terjaga dan mengajak untuk bisa mengimbangi. Deru nafas pun semakin tak terkendali. Kedua tangan Zoya mencengkeram ujung jas Gama saat gejolak semakin ia rasakan. Lidahnya membalas setiap gerakan lembut Gama hingga suara decapan mulai terdengar manja di tel

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 40. Wangi Sayang, aku suka.

    Zoya pun mengikuti apa yang Gama perintahkan. Kedua matanya semakin rapat terpejam dan mendadak dia tak merasakan apa-apa. Semua seakan hilang. Rasa yang Gama berikan pun tak lagi ia rasakan. Bayangan akan dirinya yang sendiri membuat batinnya semakin terasa sesak hingga tersiksa. Kebersamaan yang mereka lalui beberapa bulan ini tak bisa dipungkiri jika sudah menimbulkan hal yang biasa hingga tumbuh rasa yang sulit didefinisikan. Zoya meraba tubuhnya dan tak ia rasakan keberadaan Gama yang tadi mulai nakal menyentuh dirinya. Rasa panas itu berangsur normal dan semakin lama semakin dingin. Suhu AC ruangan kembali Zoya rasakan. Hilang, Gama tak ada dan hanya aroma maskulin dari pria itu yang masih tertinggal. Zoya menarik nafas dalam. Dia membayangkan jika benar-benar tak ada Gama. Perlahan kepalanya menggeleng tak mau. Tak mau jika pria itu pergi. Tak bisa ia sendiri, tapi apa itu cinta? Apa dia sudah mulai membuka hati untuk Gama? Cintanya dengan Zein sudah mati sejak melih

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 41. Menggoda

    Zoya melenguh dan mendesah kala Gama terus saja menyerang leher jenjangnya. Hasrat pria itu agaknya terbakar karena keduanya yang sudah sama-sama dekat. Kedua tangan Zoya meraih rambut Gama dan menjambaknya dengan kuat. Reflek saja karena tubuhnya yang juga sudah serasa panas. Sama-sama sendiri dan sudah lama tak memuaskan diri tentunya mereka sangat ingin. Terlebih Gama yang sudah lama menduda meskipun pria itu hanya mengecup leher Zoya dan menggoda dengan lidah yang tak bisa diam, tapi Zoya yakin Gama sudah bergairah saat ini. "Kak kamu... " Zoya merasakan benda keras yang begitu mendesak. Ya, Gama sudah mulai on. Zoya yang menahan diri agar tidak melakukan lebih pun kalang kabut sendiri karena Gama semakin menjadi. Tangan pria itu sudah tak bisa diam dan lumrahnya seorang pria pasti akan mengincar benda kesukaannya dan itu jelas semakin membuat Gama tegang. "Kak sudah... Ssssttt... " Zoya kembali mendongak. Hisapan itu mampu membuat tubuhnya menggeliat seolah kena set

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 42. Dito

    Gama menatap nyalang Dito yang masuk ke ruangannya. Tak biasa-biasanya dia begitu, entah mengapa menyangkut Zoya, Gama tak bisa santai. Padahal jelas tadi Dito dan Zoya hanya berkomunikasi tak lebih dari dua menit tapi rasanya sudah membuat Gama ingin menggaruk wajah Dito. Terlebih Zoya tak membalas pesannya. Entah Zoya sengaja atau memang tak suka dia berubah posesif seperti ini. Namun ini begitu saja dia rasakan setelah cintanya mulai berbalas. "Ada apa?" tanya Gama. Dia sadar suaranya terdengar membuat salah paham dan sikapnya dingin menatap Dito yang kini pun memperhatikan. Tatapan Dito seolah sedang mengingat sesuatu dan mencocokologi apa yang dilihat hingga kedua mata Dito menyipit menatap Gama. "Ada apa, Dito? Kenapa kamu melihatku seperti itu? Ada yang salah denganku?" tanya Gama lagi. Dia cukup geregetan dengan Dito yang begitu aneh dalam memperhatikannya. "Dito!" "Eh iya maaf, Pak. Saya... " Dito menggaruk kepalanya. Dito terlihat bingung untuk menjelask

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 43. Micu

    "Aku ajak ke rumah nggak mau," ujar Gama kemudian membuka pintu. "Apa sich, Kak? Mau apa? Jangan kemana-mana pikirannya! Aku marah nich!" sahut Zoya yang lama-lama geregetan juga. Ajakan Gama membuatnya negatif thinking saja. "Apa sich, Sayang? Pikiran kamu saja yang kemana-mana. Aku hanya mengajak kamu main ke rumah. Ada Bibi juga di rumah. Mau apa memangnya? Barang-barang kamu masih banyak di rumahku. Apa kamu tidak ingin membereskannya dari kamar Zein atau mau dipindahkan ke kamarku juga boleh?" tanya Gama yang kemudian duduk di sofa. Keduanya sampai di apartemen beberapa menit perjalanan dari kantor. Zoya menolak keras ajakan Gama yang tadi sangat ingin sekali dirinya berkunjung ke rumah pria itu. "Aku sudah tidak minat dengan barang-barangku yang masih tertinggal, Kak. Kamu bisa membuangnya saja. Terlalu buruk kenangan di sana." Zoya melangkah menuju dapur untuk membuatkan Gama kopi. "Jadi kamu tidak mau berkunjung ke rumahku lagi?" "Tidak minat juga. Rumah itu me

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 44. Harga Diri Ani-ani

    Sampai di kantor tak ada lagi tambahan sarapan seperti yang Gama inginkan tadi. Yang ada adalah pekerjaan harus segera dijamah terlebih ada meeting dengan klien tempo hari. Zoya sendiri sibuk merapikan semua berkas yang akan dibawa dan mengemas semuanya sebelum mereka berangkat bersama. Ada Dito juga yang akan menyetir mobil nantinya dan mendampingi Gama juga. "Duduk di belakang, Zoya!" perintah Gama saat mereka sudah berada di depan mobil. Dito sudah membukakan pintu mobil untuk Gama tapi pria itu masih mempermasalahkan tempat duduk Zoya. "Tapi Pak, lebih baik saya di depan saja," tolak Zoya yang kemudian melirik Dito. Apa-apaan Gama ini, sudah tau ada Dito malah memintanya untuk duduk berdua. Bukan tak percaya mereka bisa bersikap profesional tapi Zoya takut Dito curiga. "Dito, apa kamu masih menyimpan rapat semuanya?" tanya Gama Dito karena mengerti alasan Zoya menolak duduk di belakang. Zoya tertegun mendengar pertanyaan Gama pada Dito. Sontak Zoya menoleh ke ara

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09

Bab terbaru

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 152. Mau Aku Puaskan?

    "Ayo mandi! Pak Gama meminta kamu untuk datang ke rumah sakit." Dito mendekati Sena setelah panggilan dari atasannya dimatikan. Langkahnya membawa pada wanita itu yang bergelung selimut di lantai. Masih tanpa busana jika dilepas selimutnya. Dito pun membongkar selimut itu membuat tubuh Sena terguling sedikit menjauh. "Kamu ini!" pekik Sena tidak terima. "Tidak mungkin kamu ke rumah sakit dengan menggunakan selimut seperti ini, atau mau telanjang saja, hhm?" tanya Dito santai tapi dia bergerak membuka ikatan di kaki Sena dan membantu wanita itu untuk beranjak dari sana. "Mau apa?" tanya Sena dengan selidik. "Mau memandikan kamu," jawab Dito kemudian meraih lengan Sena agar segera masuk ke dalam kamar mandi. "Lepas! Aku bisa sendiri!" sentai Sena dengan suara bernada kesal. Sena benar-benar masih tidak terima karena semalam dia sempat dibuat tersiksa oleh Dito. "Aku nggak mau kamu siksa lagi! Aku tau di dalam sana pasti kamu akan kembali menyentuhku!" "Percaya di

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 151. Cairan Surgawi

    Sejenak Dito membiarkan dulu Sena menggatal dengan miliknya. Tak juga melepaskan tangannya yang kini masih menempel mengerjai Sena. "Buka Kak!" "Apanya?" tanya Dito yang kini menunduk memperhatikan Sena. Wanita itu sangat liar dan tatapannya sangat menggoda. Belum lagi lidahnya yang menjulur membuat Dito semakin ingin merasakannya. "Celananya." Dito tersenyum miring mendengar itu kemudian meraih pipi Sena dan mengapitnya hingga membuat wanita itu mengerang kesakitan. "Kamu minta milikku, kamu mengemis padaku hanya ingin dipuaskan oleh Kacung sepertiku? Sayangnya Kacung ini tidak suka denganmu. Wanita jahat yang tega menyakiti wanita lain. Kacung ini lebih suka dengan wanita baik-baik yang masih lugu, sekali pun kamu sangat menggoda imanku!" "Jangan sok jual mahal! Milikmu sudah berdiri dengan kencang." "Ya, aku sudah katakan tadi. Jika aku tergoda denganmu, tapi aku tidak akan menyentuhmu lebih dalam jika kamu belum mengakui kesalahanmu di depan keluar dan orang b

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 150. Masukkan dan Puaskan Aku!

    "Jangan!" Sena kembali melarang tetapi Dito membuat wanita itu semakin belingsatan dan tak bisa diam. Sena kewalahan merasakan gejolak yang menggebu meminta dituntaskan. Dito benar-benar gila malam ini. Sisi kalemnya tertutup karena Sena yang kurang ajar dan licik tentunya. Namun sebagai pria normal tentu dia merasakan tubuhnya bereaksi dengan sempurna. Hanya saja Dito mampu menahan dan terus saja dia mengerjai Sena. Tangan Dito bergerak semakin menyiksa dan lidahnya ikut serta memberikan sapuan di tubuh Sena yang membuat wanita itu semakin bergairah. "Ampun, Kacung!" "Panggil namaku dengan benar! Aku bukan kacungmu!" sahut Dito dengan suara mendesis pada Sena yang kini sudah tak lagi mengenakan apapun. Dito sempat terpanah kembali melihat bagian inti Sena yang mulus terurus. Sepertinya memang Sena merawatnya dengan baik sama seperti Sena merawat tubuhnya hingga terlihat seksi begini. "Aku nggak kuat! Sudah! Jangan buat aku... " "Apa? Sange? Kamu sange parah? M

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 149. Milikmu Sudah Basah

    "Kamu pikir aku perempuan gampangan?" sahut Sena tak terima dengan apa yang Dito katakan. "Bukannya seperti itu? Kamu gampang terpikat hanya karena paras yang tampan hingga membuat kamu menjadi gila dan menyakiti sesama wanita." "Tapi bukan kamu yang hanya kacung!" sahut Sena menciptakan seringai tipis di wajah Dito. Begini membuat penilaian Dito pada Sena bertambah semakin buruk saja. "Aku kacung tapi aku bukan kriminal seperti kamu! Sekarang waktunya mandi, sudah selesai makannya, Njing?" tanya Dito yang semakin membuat Sena marah. "Sialand kamu! Pergi kamu dari sini! Aku bukan binatang!" sentak Sena tidak terima. Tatapan wanita itu semakin tajam pada Dito yang tertawa melihat kemarahan Sena dengan mulut wanita itu yang kotor. "Ya kamu memang bukan binatang tapi kelakuan kamu sudah seperti binatang yang bisa mencabik sesamanya. Mandi sekarang!" Dito tidak minat walaupun Gama memberikannya kebebasan. Awalnya dia terpesona melihat Sena apalagi postur tubuh wanita itu

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 148. Ampun Kak!

    "Akh! Ampun Kak!" teriak Sena setelah ikat pinggang Gama melingkar di kedua tangan wanita itu dan Gama menariknya hingga tangan Sena terasa sakit. Tak cukup sampai di situ, Gama pun menarik kedua kaki Sena dan mengikatnya dengan dasi yang ia kenakan hingga wanita itu tidak lagi bisa melakukan apapun. "Kamu pikir aku akan sudi menyentuhmu lebih dalam lagi, hmm? Menyentuhmu sama saja aku menyentuh seorang pembunuh. Najis!" ujar Gama dengan sinis. Tangan Gama mengalir kedua pipi Sena dan menariknya hingga wanita itu mendongak kesakitan. Kedua mata Sena pun basah dan menggeleng meminta dilepaskan. "Kak aku mohon, lepaskan aku! Ampun Kak." "Permohonanmu sudah terlambat Sena. Aku akan menyiksamu sebelum memasukkanmu ke dalam penjara. Kamu, tanganmu, dan otakmu, aku pastikan akan lumpuh!" Kedua mata Sena terbelalak mendengar itu. Gurat ketakutan semakin nyata terlihat. Sena kembali menggelengkan kepala dan mencoba memberontak. tetapi tidak bisa. Gama meraih selimut dan m

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 147. Menjadi Jalang Untukmu

    Sena tersentak saat Gama menarik gaun tepat di punggung belakang wanita . Kedua mata Sena terbelalak saat jarak mereka sangatlah dekat, bahkan hembusan nafas Gama begitu terasa menyapu tengkuknya. Hangat, membuat tubuh meremang. Seketika seringai tipis di wajah Sena terlihat saat ini. Kena! Sena yang memasang perangkap dan Gama yang terjebak. Sena hanya diam saat Gama terindikasi menikmati aroma tubuh wanita itu. Cengkraman tangan Gama begitu kuat tapi kali ini tidak membuat Sena ketakutan. Justru ingin mendapatkan sentuhan yang lebih dari ini. Mungkin, tak hanya luarnya saja melainkan lebih dalam lagi juga bisa. Tunggu saja! Gama pasti tergoda. Kucing mana ada yang mengabaikan umpannya. "Buka Kak!" pinta Sena dengan suara yang manja. Sengaja sekali memang wanita ini. Mendapati Gama yang justru mengikis jarak bahkan mendekap erat, justru membuat Sena semakin menjadi. Wanita itu seperti di atas awan saat ini. "Mau dibuka, hhm?" "Iya, Kak. Aku mau bersih-bersih dulu.

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 146. Ayo, Kak!

    "Aku sungguh-sungguh, Pah. Kak Gama baik dan nanti akan menjadikan aku istri sah juga. Bukan hanya pengantin pengganti di pelaminan. Papah tenang saja!" tutur Sena. Jawaban yang membuat Bara lega. Setidaknya sudah mendengar dari Sena langsung dan jawaban itu juga yang menciptakan seringai tipis di wajah Gama. Memang ini yang Gama mau. Akhirnya bisa membuat Sena menurut dan sebentar lagi bisa mengendalikan Sena, menyiksa wanita itu sampai benar-benar dia puas. Gama tidak takut dengan tuntutan dari mana pun sekalipun dari keluarga. Dia akan menuntut balik atas bukti pembunuhan yang hendak Sena lakukan. Sayangnya Zoya cukup kuat bertahan meskipun masih koma. "Bagaimana, Paman? Sudah mendengar sendiri bukan jawaban dari putri anda. Kadang kecemasan itu tercipta karena adanya kesalahan yang diperbuat, karena kesalahan besar hingga membuat orang tersebut merasakan tingkat tertinggi dari kecemasan itu sendiri." " Hati-hati Paman, terlalu cemas bisa masuk rumah sakit!" ujar Gama

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 145. Katakan Sena!

    Kedua mata indah dengan riasan yang begitu elok dipandang tak seirama dengan kelopak yang sudah menampung banyak air di sana. Terlihat jelas tatapan penuh ketakutan dan kekecewaan itu dari mata Sena tapi kedua bibir wanita itu semakin merapat tak mengatakan apa-apa. Sena yang dikenal sangat berani dan lantang dalam berbicara, kini hanya bisa diam tanpa menjawab pertanyaan sang Papah yang mendekat. Bukankah ini waktunya untuk mengatakan yang sesungguhnya? Mengatakan apa yang terjadi dan apa yang Gama lakukan pada wanita itu? Namun ancaman dari Gama mampu membuat Sena bungkam. Tangan Sena mencengkeram kedua sisi gaun yang dikenakan. Gama pun menunduk melirik tajam dan meraih tangan Sena saat Bara begitu memperhatikan. gerak gerik putrinya. "Ada apa ini, Gama? Paman tunggu dari tadi tidak ada acara ijab Kabul yang harusnya sudah diselenggarakan di awal acara. Sudah berjam-jam bahkan sampai tiba petang tidak ada acara itu," tanya Bara dengan wajah bingung dan tidak terima kar

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 144. Membela Zoya

    "Selamat ya, Pak. Saya tidak menyangka jika Bapak akan menikah dengan wanita lain. Saya pikir Bapak akan sangat setia dengan satu wanita, tapi ternyata Bapak... Maaf ya, Pak. Sekali lagi selamat atas pernikahannya." "Iya Pak, istri anda cantik, tapi kasihan Zoya. Maaf ya, Pak. Jangan pecat kami! Kami hanya mengeluarkan uneg-uneg kami atas apa yang kami lihat. Bapak keterlaluan! Kasihan Zoya, Pak. Tapi saya ucapkan selamat." "Iya, kami mengucapkan selamat dan kami pamit pulang karena tidak ingin bersenang-senang di atas penderitaan Zoya. Andai tetap Zoya, pasti kami akan menikmati sajian yang ada. Sayangnya bukan Zoya. Jadi kami. memutuskan untuk segera pamit." "Iya Pak, kami akan menjenguk Zoya. Maaf Pak, kami pamit. Permisi, di sini hati kami seperti tercabik-cabik. Sama halnya dengan hati Zoya saat ini andai tau kalau Bapak ternyata mencari pengantin pengganti. Padahal gagalkan saja gampang." "Eh jangan begitu! Pemikiran orang kaya itu beda. Mereka tidak bisa dianggap ga

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status