Share

Bab 9

Penulis: Zaina Aulia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-31 12:01:18
Mendengar pertanyaan seperti itu, air mata Dianti akhirnya tidak terbendung lagi. Dia menggeleng berulang kali sambil berucap, "Bukan begitu, aku nggak pernah berniat menyakiti Kakak. Dulu memang aku yang memecahkan mangkuk kaca, itu salahku. Tapi yang fitnah Kakak adalah Ratih ...."

Dianti berusaha keras untuk menjelaskan kepada Andini bahwa dia tidak pernah berniat menyakitinya. Namun, Andini hanya bersandar di pintu sambil bertanya dengan suara lembut, "Kalau begitu, kenapa tiga tahun lalu kamu nggak bilang?"

Dianti tertegun. Dia tidak langsung memahami apa maksud Andini. Namun, dia bisa melihat sudut bibir Andini terangkat. Kakaknya itu memperlihatkan senyuman penuh ejekan.

Andini melanjutkan, "Kamu bilang itu salahmu karena memecahkan mangkuk kaca, tapi kenapa tiga tahun lalu kamu nggak mengakuinya di depan Permaisuri dan Putri?"

Dianti seperti kehilangan keseimbangan. Dia melangkah mundur satu langkah sambil tergagap, "Aku ... aku nggak berani .... Itu pertama kalinya aku masuk istana, pertama kalinya aku bertemu dengan begitu banyak orang penting. Aku ... aku sangat takut waktu itu. Aku ...."

Andini lagi-lagi menyela Dianti, "Kalau begitu, sekarang kamu datang ke sini untuk bilang apa?"

Apa sebenarnya yang ingin Dianti katakan agar Andini bisa melupakan apa yang telah terjadi selama tiga tahun terakhir?

Dianti menangis tersedu-sedu. Dia menunduk tanpa berani menatap Andini, lalu berujar, "Selama Kakak mau memaafkanku, aku bersedia mengembalikan semuanya pada Kakak. Aku akan memberi tahu Ayah, Ibu, dan Kakak Abimana bahwa Kakak nggak pernah menindasku."

"Aku juga bersedia mengembalikan Paviliun Persik pada Kakak .... Bahkan Kak Rangga sekalipun, aku ... aku juga bersedia menyerahkannya kembali pada Kakak," tambah Dianti.

Mendengar sampai di sini, Andini akhirnya mengerti tujuan kedatangan Dianti hari ini. Dia menggeleng perlahan sambil mengembuskan napas berat yang terasa menyesakkan dada.

Andini menimpali, "Dianti, aku sudah bilang tadi. Ayah, ibu, dan kakakmu itu nggak ada hubungannya denganku."

"Paviliun Persik memang dibangun karena aku menyukainya, tapi semua itu adalah hasil kerja keras Adipati. Tempat itu seharusnya jadi milikmu. Bahkan kalau menginginkan Paviliun Ayana, kamu cuma perlu bilang kok," jelas Andini.

Mendengar itu, Dianti segera menjelaskan sambil menggeleng, "Aku nggak mau. Aku bukan datang untuk merebut tempat tinggal Kakak."

"Aku tahu." Andini tersenyum, tetapi ada ejekan yang jelas di dalamnya. "Kamu datang karena Rangga, 'kan?"

Apa yang disebut permintaan maaf dan memohon pengampunan, pada akhirnya semuanya hanya berputar-putar demi seorang pria.

Andini langsung menebak isi hati Dianti. Itu membuat wajah Dianti memerah seketika. Namun, dia tetap berbicara, "Aku nggak tahu apa yang kamu khawatirkan. Tiga tahun lalu sebelum aku dihukum masuk ke penatu istana, perjanjian pernikahan itu sudah jatuh padamu."

Andini melanjutkan, "Sekarang, aku masih tinggal di Kediaman Adipati cuma karena Nenek merasa kasihan padaku. Aku bahkan nggak pakai marga Biantara lagi."

"Di Kediaman Adipati ini, aku cuma orang luar. Perjanjian pernikahan antara Keluarga Maheswara dan Keluarga Biantara nggak akan pernah jatuh kepadaku," jelas Andini.

Andini menegaskan, "Selain itu barusan di hadapan Nenek, aku sudah bilang dengan sangat jelas bahwa aku nggak suka Rangga lagi. Kalau kamu datang ke sini cuma untuk memastikan hal itu, tindakanmu ini sungguh berlebihan."

"Kak, aku bukan datang untuk memastikan apa-apa," jawab Dianti dengan suara cemas. Dia merasa dirinya telah disalahpahami. "Aku benar-benar datang untuk minta maaf pada Kakak. Hanya saja ...."

Hanya saja memastikan sikap Andini memang juga salah satu tujuannya. Akan tetapi, Dianti harus mengakui ada sedikit rasa takut di hatinya.

Sikap Rangga hari ini membuatnya bingung. Dianti benar-benar khawatir bahwa pria itu sebenarnya ingin menikahi Andini sehingga dia merasa perlu segera datang ke tempat Andini.

Andini menimpali, "Bagaimanapun juga, sikapku sudah sangat jelas. Tubuh Nenek sudah jauh melemah dan aku cuma mau merawatnya dengan baik. Selain itu, aku nggak menginginkan apa pun lagi."

Andini mengutarakan sikapnya dengan tegas dan jelas kepada Dianti. Dia berharap wanita itu tidak akan terus mendekatinya lagi di masa depan. Selain Nenek, Andini tidak ingin melihat siapa pun di Kediaman Adipati ini.

Di sisi lain, Dianti berdiri di tempat. Dia menggigit bibir bawahnya tanpa mengatakan apa pun. Air mata masih membekas di wajahnya, bahkan bulu matanya juga menggantungkan butiran air mata yang belum kering.

Andini berpikir jika Abimana datang pada saat ini, kemungkinan besar dia akan melakukan hal yang sama seperti tiga tahun lalu, yaitu mendorongnya ke dalam kolam teratai tanpa ragu-ragu.

Di musim dingin yang begitu dingin ini, siapa pun pasti akan sakit apabila tercebur ke dalam air. Bahkan, mungkin nantinya akan sakit selama beberapa hari.

Hanya dengan membayangkannya saja, Andini sudah merasa pusing. Dia pun menggosok pelipisnya. Kini, Andini hanya ingin segera mengusir pembuat onar ini dari hadapannya.

Andini segera berucap, "Hari ini, aku bangun terlalu pagi dan merasa sangat lelah sekarang. Kalau nggak ada urusan lain, aku nggak akan mengantarmu."

Dianti yang menyadari bahwa dirinya telah diusir, tentu saja tidak bisa tetap tinggal lebih lama lagi. Dia menjawab sambil mengangguk pelan, "Kalau begitu, Kakak istirahatlah dengan baik. Aku ... aku pamit dulu."

Setelah berbicara, Dianti memberi salam sopan lalu berbalik dan berjalan keluar. Tak lama setelah Dianti keluar, Laras masuk ke dalam ruangan.

Pelayan itu terlihat penasaran. Laras terus melirik ke arah punggung Dianti yang pergi sambil berujar, "Nona, apa yang tadi dibicarakan Nona Dianti padamu? Dia terlihat seperti habis menangis. Matanya merah banget."

Andini tidak ingin repot-repot menjawab Laras. Dia langsung berjalan ke dalam ruangan sambil berujar, "Kalau kamu begitu penasaran, kenapa nggak langsung tanya padanya saja?"

Namun, Laras langsung mengikutinya dengan sikap tidak tahu malu. Dia menjelaskan, "Aku ini pelayan Nona. Mana mungkin aku tanya langsung pada Nona Dianti?"

Begitu Laras selesai berbicara, langkah Andini langsung berhenti. Dia berbalik dan menatap Laras dengan serius. Di sisi lain, Laras terkejut. Matanya berkedip beberapa kali sambil bertanya, "Nona, ada apa?"

Andini memberi tahu, "Aku tahu majikanmu mengutusmu ke sini untuk melayaniku pasti dengan tujuan tertentu. Aku nggak akan mempersulitmu, tapi kamu juga nggak perlu terus mengingatkanku bahwa kamu adalah pelayanku. Karena aku tahu kamu bukan."

Andini yang telah bertahan tiga tahun di penatu istana, tahu bahwa di tempat itu, semua orang di sekitarnya adalah musuh. Itu sebabnya, dia sudah terbiasa berbicara dengan nada sedingin itu bahkan cenderung tajam.

Andini sama sekali tidak menyangka bahwa ucapannya akan menyakiti hati seorang pelayan. Mata besar Laras tiba-tiba dipenuhi air mata.

Berbeda dengan Dianti, entah kenapa hati Andini agak melunak ketika melihat Laras seperti ini. Namun, dia tidak tahu apakah sebaiknya dia menghiburnya atau tidak.

Akhirnya, Andini hanya berujar sambil mengernyit, "Aku mau tidur sebentar. Kamu lakukan saja pekerjaanmu!"

Setelah mengatakan itu, Andini berbalik dan masuk ke dalam kamar. Sementara itu, Laras hanya berdiri di tempat. Dia memandang Andini yang menghalangi dirinya dari luar. Akhirnya, air matanya pun jatuh.

Tidak lama kemudian, Laras menyeka air matanya. Wajah yang sebelumnya penuh dengan rasa sedih, kini kembali dihiasi ekspresi tidak peduli.

Laras berpikir, Andini telah mengalami banyak penderitaan di penatu istana selama tiga tahun. Jika sikapnya menjadi sedikit dingin, itu sebenarnya wajar. Luka Andini begitu banyak. Kalau dia tidak sedikit keras hati, mungkin dia tidak akan bisa bertahan hidup.

Meskipun telah disalahpahami, Laras tetap percaya bahwa selama dia tulus terhadap Andini, suatu hari nanti nonanya pasti akan melihat ketulusannya.

Dengan semangat baru, Laras berujar ke arah kamar, "Kalau begitu, Nona istirahatlah dengan baik. Aku akan berjaga di luar. Kalau ada apa-apa, panggil aku saja."

Mendengar kata-kata itu, langkah Andini sedikit terhenti. Di suatu tempat di hatinya, mengalir kehangatan yang lembut. Dia tidak tahu apa perasaan itu, tetapi kekesalan di hatinya karena Dianti tadi berangsur-angsur mereda.

Andini menarik napas panjang, lalu menuju ranjang untuk beristirahat. Namun, tiba-tiba terdengar teriakan panik dari luar. "Gawat! Cepat datang, Nona Dianti jatuh ke dalam air!"

Bab terkait

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 10

    Andini menyampirkan luaran yang belum sempat dilepaskannya dan bertanya, "Ada apa? Siapa yang berteriak?"Laras yang cemas menggeleng. Dia mengikuti Andini dan menjawab, "Hamba juga nggak tahu. Hamba baru dengar ada yang teriak. Nona, pakai bajumu. Di luar dingin!"Namun, Andini tidak sempat memikirkan hal itu lagi. Dianti pasti jatuh ke kolam teratai di Paviliun Ayana. Dulu, Andini disiksa selama 3 tahun karena Dianti memecahkan mangkuk. Jika terjadi sesuatu pada Dianti di Paviliun Ayana, takutnya Abimana akan menghabisi Andini.Saat Andini sampai di kolam teratai, Dianti sedang bergerak-gerak di kolam. Air kolam sudah membeku dan sekarang muncul sebuah lubang besar. Para pelayan di jembatan batu melihat Dianti.Andini bergegas menghampiri mereka dan menegur, "Apa kalian semua nggak bisa berenang? Kenapa kalian nggak selamatkan dia?"Beberapa pelayan pria menyahut dengan ekspresi ragu, "Kami bisa berenang, tapi ... bagaimana kalau kami merusak reputasi Nona Dianti?""Apa reputasi lebi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 11

    Ucapan Andini membuat Abimana tersentak. Dia membayangkan Andini bergerak-gerak di kolam dan sekelompok pelayan istana mentertawakannya.Hati Abimana terasa sakit. Dia hendak bicara, tetapi suaranya tercekat. Setelah pintu rumah Andini tertutup, Abimana baru tersadar."Nona Dianti," panggil Ratih seraya menangis. Suara tangisannya membuat orang makin gusar.Dianti memelototi Ratih sambil menegur, "Jangan menangis lagi! Cepat panggil tabib kediaman!"Ratih baru tersadar. Dia buru-buru memanggil tabib. Abimana membawa Dianti kembali ke Paviliun Persik. Tabib kediaman datang bersama Kirana.Saat tabib kediaman memeriksa Dianti, Kirana menarik Abimana ke luar dan berucap, "Ada apa? Kenapa adikmu tiba-tiba jatuh ke dalam kolam? Apa Andin ...."Abimana menyergah sambil mengernyit, "Bu! Andin yang menyelamatkan Dian!"Kemudian, Abimana yang teringat sesuatu melihat Ratih dan berujar, "Kamu kemari dulu."Wajah Ratih membengkak. Sudah jelas Laras menampar Ratih dengan kuat. Ratih langsung berlu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 12

    Orang yang datang adalah sahabat Kirana, Haira. Melihat Haira berhasil mengendalikan Abimana, para pelayan di kolam memohon seraya menangis, "Selir Agung Haira ... bantu kami tegakkan keadilan."Suara pelayan yang menangis secara bersamaan benar-benar berisik. Haira mengernyit dan melihat pelayan pribadinya.Pelayan pribadi Haira langsung paham maksud majikannya. Dia membentak, "Cepat pergi ganti baju! Kalau kalian sakit dan urusan para selir terbengkalai, apa kalian mau dipenggal?"Semua pelayan itu baru berhenti menangis, lalu buru-buru keluar dari kolam dan kembali ke kamar masing-masing.Setelah semua pelayan pergi, Haira baru melihat tongkat yang dipegang Abimana. Dia bertanya dengan dingin, "Abimana, apa kamu juga mau pukul aku?"Abimana baru melempar tongkat ke samping, lalu memberi hormat kepada Haira dan menyahut, "Saya nggak berani."Haira yang marah menimpali, "Kamu berani pukul pelayan istana. Apa lagi yang nggak berani kamu lakukan?"Haira merasa Abimana terlalu gegabah. P

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 13

    Bahkan Kresna juga melihat Andini. Hanya saja, dia berkata kepada Abimana, "Untung saja, hari ini Selir Agung Haira turun tangan. Kalau nggak, bukan hanya kamu, kemungkinan aku juga nggak bisa keluar dari istana!"Andini melihat lantai dan tersenyum sinis. Sepertinya ucapan Kresna ini ditujukan kepadanya. Tiba-tiba, terdengar suara Dianti. "Ayah ...."Dianti terlihat lemah dan juga cemas, seolah-olah kondisinya sudah sekarat. Andini mengernyit. Dia melihat Ratih memapah Dianti.Air mata Dianti langsung mengalir sewaktu melihat dahi Abimana berdarah. Kemudian, Dianti berlutut di samping Abimana dan berucap, "Ayah, jangan marah lagi ...."Sebelum menyelesaikan ucapannya, Dianti batuk-batuk. Kresna yang merasa kasihan pada Dianti menegur Ratih, "Cepat papah Dianti!"Bahkan, Kirana yang awalnya sibuk membela Abimana juga segera memapah Dianti. Dia bertanya, "Kamu lagi sakit. Kenapa kamu keluar?"Dianti menjawab sembari berlinang air mata, "Aku ... dengar Ayah mau hukum Kak Abimana. Aku tah

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 14

    Sebenarnya Andini enggan masuk ke istana. Dia merasa gelisah begitu sampai di halaman istana Haira.Andini berada di penatu istana selama 3 tahun, tetapi dia tidak pernah masuk ke istana Haira. Andini merasa suasana di istana Haira sama dengan di penatu istana. Kedua tempat itu membuat Andini merasa tidak tenang.Andini takut dirinya tidak bisa pulang lagi setelah masuk ke istana, sama seperti 3 tahun yang lalu. Andini berdiri di halaman istana Haira cukup lama. Saat kakinya sudah mati rasa karena kedinginan, seseorang baru datang untuk membawanya menemui Haira.Begitu pintu ruangan dibuka, Andini baru merasa hangat. Dia menghela napas. Sebelum masuk ke ruangan, Andini mendengar Haira berkata, "Aku sudah lihat pakaiannya, bersih sekali."Andini baru melihat Haira. Dia segera berlutut dan menyapa, "Salam, Selir Agung Haira. Hamba berterima kasih atas pujian Selir Agung Haira."Andini sudah terbiasa menjadi pelayan di penatu istana. Biarpun sekarang Andini telah dijemput kembali ke Kedia

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 15

    Andini sangat kaget. Bahkan dayang itu juga sempat mendongak dengan terkejut. Dia melirik Andini dan Rangga dengan cepat sebelum menjawab, "Baik."Tak lama kemudian, dayang itu segera meninggalkan mereka. Sementara itu, Rangga dengan santai mengulurkan tangannya ke arah Andini sambil berujar, "Nona Andini, silakan."Andini tak punya pilihan selain memaksakan diri dan berjalan bersama Rangga menuju gerbang istana. Namun, perjalanan keluar istana hari ini terasa luar biasa panjang. Andini beberapa kali memandang ke depan, tetapi dua daun pintu besar itu tetap tak terlihat di pandangannya.Tak ada satu pun dari mereka yang berbicara. Keheningan di antara mereka begitu mencekam. Hanya terdengar suara sepatu yang bergesekan dengan lantai. Situasi seperti ini sangat jarang terjadi sebelumnya.Dalam ingatan Rangga, Andini adalah gadis yang sangat cerewet. Dia selalu berbicara tanpa henti, seperti burung kecil yang berkicau sepanjang hari. Keheningan seperti ini justru membuat Rangga merasa ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 16

    Andini tidak menyangka bahwa Ainun akan tiba-tiba menanyakan hal seperti itu. Melihat sorot mata penuh harap di wajahnya, Andini mendadak menyadari bahwa dia ingin menjodohkannya dengan Rangga.Meskipun kemarin Andini sudah dengan jelas mengatakan bahwa dirinya sama sekali tidak memiliki perasaan apa-apa terhadap Rangga, mereka berdua adalah teman masa kecil yang tumbuh bersama di mata Ainun.Selain itu, Rangga saat ini juga sangat dipercaya oleh Kaisar. Menurut Ainun, dialah orang terbaik yang bisa Andini andalkan.Hanya saja, hubungan antara Andini dan Rangga sejak awal memang cukup rumit. Kini, Rangga dan Dianti juga sudah saling mencintai. Andini sama sekali tidak punya posisi maupun niat untuk menyelipkan dirinya di antara mereka.Andini menolak sambil menggeleng, "Nek, hari ini Jenderal Rangga bahkan menitipkan kue untuk Dianti. Mereka adalah pasangan sejati. Nenek nggak perlu memikirkan hal-hal seperti ini lagi."Ainun bukanlah orang yang keras kepala. Mendengar ucapan itu, dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 17

    Mereka sudah bicara sampai sejauh ini. Jika memungkinkan, Andini ingin sekali berbalik dan pergi. Namun, dia tidak punya uang sepeser pun. Di luar sana, tidak ada seorang pun yang bisa dia sebut sebagai teman. Jika pergi begitu saja, dia tidak tahu harus ke mana.Terlebih lagi, Ainun masih ada di sini. Bagaimana mungkin Andini tega meninggalkan neneknya dalam kecemasan? Jadi, tidak peduli seburuk apa pun kata-kata Kresna dan Abimana, untuk saat ini Andini hanya bisa mendengarkan dan menahan diri.Pandangan Andini tertuju pada mangkuk yang diletakkan di tengah meja. Dia pun menyadari inti dari konflik ini. Matanya berlinang air mata, tetapi dia memaksa diri untuk menahannya. Andini pun mengambil sumpit dan menjepit potongan ikan di mangkuk, lalu memakannya.Terdengar suara tawa dingin penuh ejekan dari Abimana yang duduk di samping. Dia meledek, "Sekarang, kamu akhirnya mau makan juga? Sepertinya status Nona Besar Kediaman Adipati cukup menarik bagimu ya!"Andini memandang Abimana denga

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31

Bab terbaru

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 50

    Andini berani bersikap arogan kepada anggota Keluarga Adipati yang lain, tetapi dia merasa bersalah kepada Ainun. Andini takut Ainun akan memarahinya tidak tahu aturan setelah tahu dia mengambil semua hadiah dari Kaisar dan Haira.Seharusnya sekarang Ainun sudah bangun. Sesuai dugaan, Ainun sedang minum obat saat Andini datang.Andini menarik napas dalam-dalam, lalu berjalan masuk dan menyapa Ainun. Andini berusaha bersikap santai agar Ainun tidak tahu tubuhnya terluka.Ainun sangat senang begitu melihat Andini. Dia melambaikan tangan kepada Andini dan berujar, "Kudengar, titah Kaisar sudah diantar?"Andini duduk di samping Ainun dan meraih tangannya. Dia mengangguk sembari membalas, "Iya. Kaisar dan Selir Agung Haira memberiku banyak hadiah. Aku ... mengambil semua hadiah itu."Andini merasa malu. Dia takut Ainun menganggapnya serakah. Di dunia ini, Ainun adalah satu-satunya keluarga Andini.Siapa sangka, Ainun malah tertawa dan menanggapi, "Bagus! Kali ini, Andin kesayanganku sangat

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 49

    Luka di punggung Andini masih terasa sakit. Abimana memang pingsan setelah dipukul, tetapi sapunya tidak patah. Bahkan, luka di punggung Abimana tidak terlalu parah sehingga hari ini dia bisa turun dari tempat tidur.Sementara itu, sapu yang digunakan Abimana untuk memukul Andini patah. Dia pasti mengerahkan seluruh tenaganya. Ujung sapu yang patah juga menggores punggung Andini. Sudah jelas kemarin Abimana berniat menghabisi Andini!Andini tidak mengatakan dengan jelas, tetapi Abimana merasa dipermalukan. Abimana hendak meninju Andini. Dia mengancam, "Aku rasa pukulanku kemarin terlalu ringan makanya sekarang kamu masih bisa melawanku!"Kirana segera memeluk Abimana dan berseru, "Abimana, jangan gegabah!"Siapa sangka, Andini mendekati Abimana dan menantang, "Apa kamu masih mau pukul aku? Hari ini kamu mau pukul bagian mana? Wajah bagian kiri atau kanan? Apa perlu aku menyodorkan diriku padamu?"Amarah Abimana memuncak melihat sikap Andini yang arogan. Dia hampir melepaskan diri dari

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 48

    Luka di punggung Andini masih terasa sakit. Abimana memang pingsan setelah dipukul, tetapi sapunya tidak patah. Bahkan, luka di punggung Abimana tidak terlalu parah sehingga hari ini dia bisa turun dari tempat tidur.Sementara itu, sapu yang digunakan Abimana untuk memukul Andini patah. Dia pasti mengerahkan seluruh tenaganya. Ujung sapu yang patah juga menggores punggung Andini. Sudah jelas kemarin Abimana berniat menghabisi Andini!Andini tidak mengatakan dengan jelas, tetapi Abimana merasa dipermalukan. Abimana hendak meninju Andini. Dia mengancam, "Aku rasa pukulanku kemarin terlalu ringan makanya sekarang kamu masih bisa melawanku!"Kirana segera memeluk Abimana dan berseru, "Abimana, jangan gegabah!"Siapa sangka, Andini mendekati Abimana dan menantang, "Apa kamu masih mau pukul aku? Hari ini kamu mau pukul bagian mana? Wajah bagian kiri atau kanan? Apa perlu aku menyodorkan diriku padamu?"Amarah Abimana memuncak melihat sikap Andini yang arogan. Dia hampir melepaskan diri dari

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 47

    Entah sejak kapan Andini merasa gusar setiap mendengar suara Abimana. Andini melihat Abimana mendorong pelayan yang memapahnya.Abimana menghampiri Andini dengan terpincang-pincang seraya menegaskan, "Minta maaf pada Ibu!"Andini mengamati Abimana. Mungkin karena luka di punggungnya, Abimana tidak bisa berdiri tegak. Dahinya juga berkeringat. Sudah jelas tadi Abimana sangat kesakitan saat menghampiri Andini.Biarpun begitu, Abimana tetap bersikeras menyalahkan Andini. Sebenarnya, ini memang sifat Abimana sejak kecil. Hanya saja, dulu Abimana berusaha keras melindungi Andini. Setelah Dianti kembali, Abimana mulai melawan dan memfitnah Andini.Andini yang merasa kecewa menimpali, "Kemarin kamu memukulku setelah menyuruhku minta maaf. Jadi, hari ini kamu menyiapkan hukuman apa untukku?"Abimana menarik napas begitu mengungkit masalah kemarin. Namun, dia tetap menganggap Andini yang bersalah.Abimana bertanya seraya mengernyit, "Apa kamu menyimpan dendam kepadaku setelah aku memukulmu? Jad

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 46

    Respons Dianti ini lebih lucu daripada ucapannya tadi. Andini menggeleng dan tertawa. Kirana juga tahu ucapan Dianti tadi kurang pantas.Kirana menyela, "Beberapa hari ini Pangeran Baskoro sedang istirahat. Dia mengutus orang untuk menyampaikan nanti dia baru bawa kamu ke tempat yang sudah dia janjikan."Andini mengernyit. Dia baru teringat kemarin Baskoro mengatakan akan membawanya ke suatu tempat setelah selesai. Namun, Baskoro pergi sebelum Andini menyetujuinya.Dianti mendekati Andini lagi dan bertanya, "Pangeran Baskoro mau bawa Kak Andini ke mana? Tempatnya menyenangkan, nggak?"Melihat ekspresi Dianti yang gembira, Andini tiba-tiba teringat sesuatu. Dia memandang Dianti seraya bertanya, "Apa kemarin kamu yang beri tahu Pangeran Baskoro bahwa aku pergi ke Kuil Amnan?"Andini ingat Dianti pernah mengatakannya. Dianti tertegun sejenak, lalu mengangguk. Andini bertanya lagi sambil mengernyit, "Kenapa kamu berbuat begitu?"Kalau bukan karena Dianti mengundangnya, Andini tidak akan te

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 45

    Andini hendak mencari Ainun setelah kembali ke Kediaman Adipati. Ternyata, Ainun sudah tidur. Jika Ainun bisa tidur, itu berarti dia tidak mendengar masalah yang terjadi di Kuil Amnan. Andini baru merasa tenang.Sesampainya di Paviliun Ayana, Laras menunggu Andini dengan wajah pucat pasi. Andini merasa sedih begitu teringat tendangan Abimana sebelumnya.Namun, Laras tampak tenang seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Dia hendak membantu Andini mengganti baju.Andini berpikir sejenak, lalu bertanya, "Laras, apa kamu ingin pergi ke tempat lain?"Laras tertegun sesaat sebelum menyahut, "Apa Nona mau usir hamba?"Andini menggeleng dan menimpali, "Aku bukan mau usir kamu. Aku hanya ... takut mempersulitmu."Hari ini, Laras tidak akan disakiti jika bukan karena Andini. Siapa sangka, Laras tiba-tiba menjadi emosional. Dia menanggapi, "Hamba nggak takut! Nona, jangan usir hamba karena hamba ingin melindungi Nona!"Mungkin karena terlalu emosional, Laras batuk-batuk setelah selesai bicara. Bahkan,

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 44

    Abimana merasa kasihan pada Dianti, sedangkan Kirana buru-buru menarik Dianti. Dia berkata dengan ekspresi cemas, "Aduh, cepat ikut Ibu. Biar Ibu obati lukamu dulu."Namun, Dianti tidak ingin mengikuti Kirana. Dia berujar sembari menangis, "Aku nggak mau pergi. Ayah pasti mau menghukum Kakak. Aku harus melindunginya."Hati Kresna luluh begitu melihat ekspresi Dianti yang sedih. Abimana mengernyit. Dia teringat Andini yang mengatakan kakaknya sudah mati 3 tahun lalu.Kenapa perbedaan Andini dan Dianti begitu jauh? Mereka berdua adalah adik Abimana. Andini bersikap kejam kepada Abimana, sedangkan Dianti tidak memedulikan lukanya sendiri demi Abimana.Kresna membentak, "Apa dia nggak pantas dihukum? Dia memukul adiknya di depan umum sampai terluka parah! Dia benar-benar nggak berperikemanusiaan!"Hari ini, sudah jelas Abimana bukan menghukum Andini. Dia mempermalukan Keluarga Adipati. Sekarang semua orang di ibu kota tahu Andini yang dibesarkan Keluarga Adipati selama 15 tahun mempunyai

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 43

    Ekspresi Rangga menjadi dingin. Dia bertanya, "Kamu yakin mau menikah dengan Pangeran Baskoro?"Andini menatap Rangga seraya menjawab dengan tenang, "Iya."Rangga bertanya lagi, "Kamu tetap mau menikah dengannya biarpun dia cacat?"Ucapan Rangga membuat Andini terdiam. Melihat respons Andini, Rangga mengira Andini tidak tahu hal ini. Dia berkata, "Kamu tahu dia ....""Aku tahu," sergah Andini. Dia tahu apa yang akan dikatakan Rangga selanjutnya.Tadi pelayan yang mengantar Andini bernama Ambar. Pelayan itu sudah diam-diam menceritakan rahasia yang tidak diketahui Andini sebelumnya.Rangga tertegun. Dia tidak menyangka Andini tetap bersikeras menikah dengan Baskoro setelah tahu hal itu.Rangga yang teringat sesuatu berucap, "Kalau kamu membuat keputusan ini karena ucapanku sebelumnya, aku bisa mencari Nyonya Kirana ...."Rangga pernah mengatakan dia baru bisa menikahi Dianti setelah Andini menikah. Jadi, Rangga mengira Andini setuju menikah dengan Baskoro karena hal itu.Siapa sangka, A

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 42

    Rangga melihat kepanikan Andini. Entah kenapa, hati Rangga tergerak. Namun, emosinya tersulut begitu teringat dengan kemesraan Andini dan Baskoro di aula tadi. Rangga bertanya, "Setelah 3 tahun, kenapa kamu masih tetap nggak jeli?"Akhirnya, Andini berhasil menenangkan dirinya. Dia berusaha mendorong Rangga. Akan tetapi, gua sangat sempit sehingga usahanya sia-sia.Hanya saja, Andini berhasil melepaskan tangan Rangga yang menutup mulutnya. Dia memelototi Rangga dan bertanya balik, "Jadi, Jenderal Rangga menarikku ke sini hanya untuk membicarakan hal ini?"Tatapan Rangga menjadi muram. Dia menegur, "Masa kamu nggak tahu masalah hari ini sudah direncanakan Selir Agung Haira? Luka di punggungmu memang parah, tapi nggak mungkin bisa berdarah hanya karena kamu berlari sebentar."Kecuali, sebelumnya luka Andini memang tidak diobati. Namun, Andini tahu hal ini. Bagaimanapun, rasanya sangat berbeda setelah lukanya diobati tadi.Andini tidak mempermasalahkannya. Dia malah tertawa sinis dan bert

DMCA.com Protection Status