Share

Bab 8

Penulis: Zaina Aulia
Di sisi lain, Andini baru saja membantu Ainun kembali ke kamar. Tiba-tiba, neneknya jatuh sakit. Seperti yang Kirana katakan sebelumnya, kondisi tubuh Ainun memang tidak sebaik dulu.

Meskipun hari ini Ainun sudah berusaha mengendalikan emosinya, kegembiraan dan kesedihan yang bertubi-tubi masih terlalu berat baginya. Setelah berbaring, napasnya langsung terdengar berat dan terengah-engah.

Untungnya pelayan Ainun, Farida, sudah mempersiapkan segalanya. Dia sebelumnya telah memanggil tabib kediaman untuk berjaga di luar kamar.

Begitu Ainun berbaring, tabib segera mulai memberikan terapi akupunktur dan pijatan. Setelah 30 menit, kondisi Ainun perlahan stabil kembali.

Meski tidak terlalu berbahaya, Andini tetap merasa panik melihat situasi itu. Dia berdiri di sisi ranjang dengan bingung dan tak tahu harus berbuat apa.

Melihat wajah Andini yang penuh rasa cemas, Ainun yang sedang bersandar di kepala ranjang memanggilnya dengan lembut.

Hidung Andini memerah. Dia khawatir jika terlalu emosional, hal itu akan membuat Ainun kembali sakit. Dengan sekuat tenaga, dia menahan air matanya dan berjalan mendekat ke sisi ranjang.

Ainun bertanya sambil tersenyum lembut, "Takut ya?"

Andini menarik napas dalam-dalam. Dia menggenggam tangan Ainun erat-erat sambil berujar, "Nenek sudah berjanji akan panjang umur." Bagi Andini, kini hanya Ainun yang dia miliki.

Ainun memandang cucunya dengan tatapan penuh kasih sayang, lalu menimpali, "Nenek juga ingin panjang umur agar selalu bisa melindungi Andin ...."

Namun, Ainun sadar dirinya mungkin tidak akan mampu melindunginya lebih lama. Memikirkan hal itu, dia tiba-tiba bertanya, "Andin, gimana kalau Nenek mencarikanmu pasangan yang baik?"

Ainun ingin memanfaatkan sisa waktu ketika dirinya masih cukup sehat dan punya pengaruh di keluarga ini untuk mencarikan pasangan yang baik bagi Andini. Dengan begitu, dia bisa merasa tenang untuk meninggalkannya nanti.

Andini mengerti maksud Ainun, tetapi dia tetap menggeleng dan menunduk. Dia menjelaskan, "Aku cuma mau jaga Nenek."

Tiga tahun ini, Andini telah melihat banyak hal dengan jelas. Bahkan keluarga yang telah bersamanya selama 15 tahun bisa meninggalkannya dalam semalam. Bagaimana mungkin dia bisa memercayakan hidupnya pada seseorang yang asing, apalagi kepada seseorang yang disebut sebagai suami?

Andini berpikir, sepanjang hidupnya dia hanya ingin menemani Ainun. Ketika Ainun telah tiada, dia akan meninggalkan Kediaman Adipati. Bahkan jika dia harus menjalani hidup sendirian di biara, itu jauh lebih baik daripada terus terlibat dengan orang-orang di keluarga ini.

Ainun tahu bahwa Andini memiliki sifat keras kepala sejak kecil. Apa yang tidak dia inginkan, tidak ada yang bisa memaksanya. Akhirnya, dia hanya bisa menghela napas ringan dan tidak membicarakan hal itu lagi.

Andini terus menemani Ainun sampai dia tertidur, barulah dia meninggalkan kamar. Tidak lama setelah dia kembali ke Paviliun Ayana, Laras datang melapor, "Nona, Nona Dianti ingin bertemu denganmu."

Mendengar itu, alis Andini sedikit berkerut. Sebelum dia sempat menjawab, Laras melanjutkan, "Nona Dianti datang seorang diri."

Mendengar itu, Andini berujar sambil tersenyum sinis, "Dia yang menyuruhmu bilang begitu?"

Laras mengedipkan matanya dengan polos, lalu mengangguk sebelum menambahkan, "Kalau Nona nggak mau menemuinya, aku bisa langsung menolak."

Pelayan Andini bahkan tahu bahwa dia tidak ingin bertemu Dianti. Sayangnya, Dianti sendiri tidak menyadarinya. Bahkan, dia sengaja menyuruh Laras menekankan bahwa pelayan yang pernah memfitnah Andini menghancurkan mangkuk kaca tidak ikut datang kali ini. Sungguh konyol.

Memang benar bahwa pelayan yang memfitnahnya dulu adalah pelayan Dianti. Namun, orang yang benar-benar memecahkan mangkuk kaca itu tetapi tidak berani mengakuinya. Orang yang diam-diam menyetujui pelayannya untuk memfitnah dirinya adalah Dianti sendiri.

Jadi, Andini benar-benar tidak mengerti. Apa yang membuat Dianti berpikir bahwa dia akan mau menemuinya?

Andini pun berujar dengan nada dingin, "Bilang saja aku sudah tidur."

"Baik!" Laras segera keluar. Setelah beberapa saat, dia kembali dengan ekspresi ragu dan sedikit merasa tidak enak.

Laras melaporkan, "Nona, Nona Dianti bilang dia datang khusus untuk minta maaf padamu. Kalau kamu nggak mau menemuinya, dia akan terus berdiri di luar sampai kamu bersedia. Tapi, sepertinya sebentar lagi akan turun salju."

Sebenarnya, Laras sendiri tidak tahu alasan Dianti begitu bersikeras ingin menemui Andini. Namun mengingat bahwa dia adalah kesayangan Keluarga Adipati, jika dia benar-benar terkena salju di luar, entah bagaimana gosip akan beredar di keluarga ini. Yang pasti, itu hanya akan merugikan Andini.

Andini mengernyit, lalu menghela napas lelah sebelum akhirnya berucap, "Ya sudah, suruh dia masuk."

"Baik." Laras segera pergi. Tidak lama kemudian, Dianti memasuki ruangan.

Saat itu, Andini sedang duduk di dekat meja teh di ruang luar sambil mengoleskan salep untuk radang dingin pada punggung tangannya.

Dianti langsung melihat tangan Andini yang membiru dan membengkak. Hatinya seketika merasa tidak nyaman. Dia maju beberapa langkah dan memberi salam dengan sopan, "Salam pada Kakak."

Andini bahkan tidak mengangkat matanya. Dia hanya membalas, "Duduklah." Nadanya terdengar lembut, tetapi ada dingin yang tajam di dalamnya.

Dianti tidak duduk. Sebaliknya, dia melangkah maju sambil berujar, "Aku akan bantu Kakak mengoleskan salep."

Sambil berbicara, Dianti mengambil salep dari meja dan hendak mengoleskannya pada tangan Andini. Namun, Andini menarik tangannya dan menyembunyikannya di dalam lengan baju.

Akhirnya, Andini mendongak untuk menatap Dianti. Dia mengejek sambil tersenyum, "Di tengah cuaca sedingin ini, Nona Dianti bukannya menetap di kamar sendiri, malah datang ke tempatku. Ada keperluan apa?"

Mungkin karena sikap dingin Andini, Dianti terlihat agak tertekan. Matanya sedikit memerah. Dia berdiri di tempat sambil berbicara dengan lembut, "Aku datang untuk minta maaf pada Kakak. Semua kesalahan di masa lalu adalah kesalahanku."

"Kalau aku nggak memecahkan mangkuk kaca itu, Kakak nggak akan mengalami begitu banyak penderitaan. Kakak boleh memarahi atau memukulku sesuka hati. Yang penting amarahmu bisa mereda," tambah Dianti.

Dianti terlihat seolah-olah ingin bersujud untuk memohon maaf. Kata-katanya begitu tulus dan penuh rasa penyesalan.

Namun, Andini hanya menatapnya dengan dingin. Baru setelah Dianti selesai berbicara, dia bertanya, "Menurutmu, kesalahanmu cuma karena memecahkan mangkuk kaca itu?"

Satu kalimat itu langsung membuat Dianti terdiam. Andini perlahan berdiri, lalu berjalan menuju pintu. Dia menatap ke arah kolam teratai yang sudah membeku di luar. Hanya ada beberapa batang kering yang tersisa berdiri di atasnya.

Andini menarik napas dalam-dalam. Udara dingin yang menusuk langsung masuk ke paru-parunya dan membuat auranya menjadi makin dingin.

Andini menjelaskan, "Kamu adalah putri sah Keluarga Adipati. Lima belas tahun sebelumnya, aku sudah rebut semua kemewahan dan kebahagiaanmu. Aku sadar akan hal itu dan merasa bersalah. Aku tahu bahwa Adipati dan Nyonya Kirana seharusnya menyayangimu."

"Aku tahu bahwa Tuan Abimana seharusnya melindungimu. Bahkan paviliun yang paling aku sukai, Paviliun Persik, seharusnya milikmu. Dianti, saat kamu kembali ke kediaman ini, aku merasa sangat bersalah padamu," ujar Andini.

Andini melanjutkan, "Aku bahkan berpikir untuk kembali ke tempat orang tua kandungku. Tapi, Adipati bilang orang tua kandungku sudah meninggal dan memintaku untuk tinggal di sini. Karena itu, aku sangat berterima kasih padanya."

"Aku berjanji dalam hati untuk hidup berdamai denganmu. Meski merasa nggak adil, aku tetap berusaha ...." Berbicara sampai di sini, Andini berbalik dan menatap Dianti. Dia menambahkan, "Coba tanya dirimu sendiri, apa aku pernah menyakitimu?"

Mata Dianti memerah, seolah-olah air matanya bisa jatuh kapan saja. Untuk sesaat, Andini merasa lelah. Apabila anggota keluarga Adipati yang lain melihat ini, mereka pasti akan berpikir bahwa dia telah menindas Dianti.

Sebelumnya, Abimana langsung menendangnya hingga jatuh dari tangga hanya karena sikap Dianti yang seperti ini. Padahal, Andini sama sekali tidak melakukan apa-apa.

Hati Andini pun terasa makin dingin. Dia memandang wanita yang hampir menangis itu dengan tatapan dingin, lalu bertanya dengan tegas, "Kalau begitu, kenapa kamu harus menyakitiku?"

Bab terkait

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 9

    Mendengar pertanyaan seperti itu, air mata Dianti akhirnya tidak terbendung lagi. Dia menggeleng berulang kali sambil berucap, "Bukan begitu, aku nggak pernah berniat menyakiti Kakak. Dulu memang aku yang memecahkan mangkuk kaca, itu salahku. Tapi yang fitnah Kakak adalah Ratih ...."Dianti berusaha keras untuk menjelaskan kepada Andini bahwa dia tidak pernah berniat menyakitinya. Namun, Andini hanya bersandar di pintu sambil bertanya dengan suara lembut, "Kalau begitu, kenapa tiga tahun lalu kamu nggak bilang?"Dianti tertegun. Dia tidak langsung memahami apa maksud Andini. Namun, dia bisa melihat sudut bibir Andini terangkat. Kakaknya itu memperlihatkan senyuman penuh ejekan.Andini melanjutkan, "Kamu bilang itu salahmu karena memecahkan mangkuk kaca, tapi kenapa tiga tahun lalu kamu nggak mengakuinya di depan Permaisuri dan Putri?"Dianti seperti kehilangan keseimbangan. Dia melangkah mundur satu langkah sambil tergagap, "Aku ... aku nggak berani .... Itu pertama kalinya aku masuk i

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 10

    Andini menyampirkan luaran yang belum sempat dilepaskannya dan bertanya, "Ada apa? Siapa yang berteriak?"Laras yang cemas menggeleng. Dia mengikuti Andini dan menjawab, "Hamba juga nggak tahu. Hamba baru dengar ada yang teriak. Nona, pakai bajumu. Di luar dingin!"Namun, Andini tidak sempat memikirkan hal itu lagi. Dianti pasti jatuh ke kolam teratai di Paviliun Ayana. Dulu, Andini disiksa selama 3 tahun karena Dianti memecahkan mangkuk. Jika terjadi sesuatu pada Dianti di Paviliun Ayana, takutnya Abimana akan menghabisi Andini.Saat Andini sampai di kolam teratai, Dianti sedang bergerak-gerak di kolam. Air kolam sudah membeku dan sekarang muncul sebuah lubang besar. Para pelayan di jembatan batu melihat Dianti.Andini bergegas menghampiri mereka dan menegur, "Apa kalian semua nggak bisa berenang? Kenapa kalian nggak selamatkan dia?"Beberapa pelayan pria menyahut dengan ekspresi ragu, "Kami bisa berenang, tapi ... bagaimana kalau kami merusak reputasi Nona Dianti?""Apa reputasi lebi

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 11

    Ucapan Andini membuat Abimana tersentak. Dia membayangkan Andini bergerak-gerak di kolam dan sekelompok pelayan istana mentertawakannya.Hati Abimana terasa sakit. Dia hendak bicara, tetapi suaranya tercekat. Setelah pintu rumah Andini tertutup, Abimana baru tersadar."Nona Dianti," panggil Ratih seraya menangis. Suara tangisannya membuat orang makin gusar.Dianti memelototi Ratih sambil menegur, "Jangan menangis lagi! Cepat panggil tabib kediaman!"Ratih baru tersadar. Dia buru-buru memanggil tabib. Abimana membawa Dianti kembali ke Paviliun Persik. Tabib kediaman datang bersama Kirana.Saat tabib kediaman memeriksa Dianti, Kirana menarik Abimana ke luar dan berucap, "Ada apa? Kenapa adikmu tiba-tiba jatuh ke dalam kolam? Apa Andin ...."Abimana menyergah sambil mengernyit, "Bu! Andin yang menyelamatkan Dian!"Kemudian, Abimana yang teringat sesuatu melihat Ratih dan berujar, "Kamu kemari dulu."Wajah Ratih membengkak. Sudah jelas Laras menampar Ratih dengan kuat. Ratih langsung berlu

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 12

    Orang yang datang adalah sahabat Kirana, Haira. Melihat Haira berhasil mengendalikan Abimana, para pelayan di kolam memohon seraya menangis, "Selir Agung Haira ... bantu kami tegakkan keadilan."Suara pelayan yang menangis secara bersamaan benar-benar berisik. Haira mengernyit dan melihat pelayan pribadinya.Pelayan pribadi Haira langsung paham maksud majikannya. Dia membentak, "Cepat pergi ganti baju! Kalau kalian sakit dan urusan para selir terbengkalai, apa kalian mau dipenggal?"Semua pelayan itu baru berhenti menangis, lalu buru-buru keluar dari kolam dan kembali ke kamar masing-masing.Setelah semua pelayan pergi, Haira baru melihat tongkat yang dipegang Abimana. Dia bertanya dengan dingin, "Abimana, apa kamu juga mau pukul aku?"Abimana baru melempar tongkat ke samping, lalu memberi hormat kepada Haira dan menyahut, "Saya nggak berani."Haira yang marah menimpali, "Kamu berani pukul pelayan istana. Apa lagi yang nggak berani kamu lakukan?"Haira merasa Abimana terlalu gegabah. P

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 13

    Bahkan Kresna juga melihat Andini. Hanya saja, dia berkata kepada Abimana, "Untung saja, hari ini Selir Agung Haira turun tangan. Kalau nggak, bukan hanya kamu, kemungkinan aku juga nggak bisa keluar dari istana!"Andini melihat lantai dan tersenyum sinis. Sepertinya ucapan Kresna ini ditujukan kepadanya. Tiba-tiba, terdengar suara Dianti. "Ayah ...."Dianti terlihat lemah dan juga cemas, seolah-olah kondisinya sudah sekarat. Andini mengernyit. Dia melihat Ratih memapah Dianti.Air mata Dianti langsung mengalir sewaktu melihat dahi Abimana berdarah. Kemudian, Dianti berlutut di samping Abimana dan berucap, "Ayah, jangan marah lagi ...."Sebelum menyelesaikan ucapannya, Dianti batuk-batuk. Kresna yang merasa kasihan pada Dianti menegur Ratih, "Cepat papah Dianti!"Bahkan, Kirana yang awalnya sibuk membela Abimana juga segera memapah Dianti. Dia bertanya, "Kamu lagi sakit. Kenapa kamu keluar?"Dianti menjawab sembari berlinang air mata, "Aku ... dengar Ayah mau hukum Kak Abimana. Aku tah

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 14

    Sebenarnya Andini enggan masuk ke istana. Dia merasa gelisah begitu sampai di halaman istana Haira.Andini berada di penatu istana selama 3 tahun, tetapi dia tidak pernah masuk ke istana Haira. Andini merasa suasana di istana Haira sama dengan di penatu istana. Kedua tempat itu membuat Andini merasa tidak tenang.Andini takut dirinya tidak bisa pulang lagi setelah masuk ke istana, sama seperti 3 tahun yang lalu. Andini berdiri di halaman istana Haira cukup lama. Saat kakinya sudah mati rasa karena kedinginan, seseorang baru datang untuk membawanya menemui Haira.Begitu pintu ruangan dibuka, Andini baru merasa hangat. Dia menghela napas. Sebelum masuk ke ruangan, Andini mendengar Haira berkata, "Aku sudah lihat pakaiannya, bersih sekali."Andini baru melihat Haira. Dia segera berlutut dan menyapa, "Salam, Selir Agung Haira. Hamba berterima kasih atas pujian Selir Agung Haira."Andini sudah terbiasa menjadi pelayan di penatu istana. Biarpun sekarang Andini telah dijemput kembali ke Kedia

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 15

    Andini sangat kaget. Bahkan dayang itu juga sempat mendongak dengan terkejut. Dia melirik Andini dan Rangga dengan cepat sebelum menjawab, "Baik."Tak lama kemudian, dayang itu segera meninggalkan mereka. Sementara itu, Rangga dengan santai mengulurkan tangannya ke arah Andini sambil berujar, "Nona Andini, silakan."Andini tak punya pilihan selain memaksakan diri dan berjalan bersama Rangga menuju gerbang istana. Namun, perjalanan keluar istana hari ini terasa luar biasa panjang. Andini beberapa kali memandang ke depan, tetapi dua daun pintu besar itu tetap tak terlihat di pandangannya.Tak ada satu pun dari mereka yang berbicara. Keheningan di antara mereka begitu mencekam. Hanya terdengar suara sepatu yang bergesekan dengan lantai. Situasi seperti ini sangat jarang terjadi sebelumnya.Dalam ingatan Rangga, Andini adalah gadis yang sangat cerewet. Dia selalu berbicara tanpa henti, seperti burung kecil yang berkicau sepanjang hari. Keheningan seperti ini justru membuat Rangga merasa ti

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 16

    Andini tidak menyangka bahwa Ainun akan tiba-tiba menanyakan hal seperti itu. Melihat sorot mata penuh harap di wajahnya, Andini mendadak menyadari bahwa dia ingin menjodohkannya dengan Rangga.Meskipun kemarin Andini sudah dengan jelas mengatakan bahwa dirinya sama sekali tidak memiliki perasaan apa-apa terhadap Rangga, mereka berdua adalah teman masa kecil yang tumbuh bersama di mata Ainun.Selain itu, Rangga saat ini juga sangat dipercaya oleh Kaisar. Menurut Ainun, dialah orang terbaik yang bisa Andini andalkan.Hanya saja, hubungan antara Andini dan Rangga sejak awal memang cukup rumit. Kini, Rangga dan Dianti juga sudah saling mencintai. Andini sama sekali tidak punya posisi maupun niat untuk menyelipkan dirinya di antara mereka.Andini menolak sambil menggeleng, "Nek, hari ini Jenderal Rangga bahkan menitipkan kue untuk Dianti. Mereka adalah pasangan sejati. Nenek nggak perlu memikirkan hal-hal seperti ini lagi."Ainun bukanlah orang yang keras kepala. Mendengar ucapan itu, dia

Bab terbaru

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 349

    Tidak lama kemudian, Farida mengetuk pintu rumah kecil itu.Begitu melihat siapa yang datang, Laras langsung terkejut sekaligus gembira. Dia segera meraih tangan Farida dan mengajaknya masuk.Sebelum memasuki halaman, Laras bahkan sudah berseru, "Nona, lihat siapa yang datang!"Mendengar suara Laras yang begitu bersemangat, Andini merasa penasaran. Dia segera melirik ke arah pintu.Andini melihat Farida yang mengenakan pakaian rakyat biasa, rambutnya disanggul sederhana, serta membawa sebuah tas kecil di tangannya. Dia langsung menyambut, "Bibi, kenapa tiba-tiba ke sini?""Saya datang menjenguk Nona." Farida tersenyum dengan mata menyipit. "Saya ingin menginap di sini beberapa hari. Semoga Nona nggak keberatan."Andini langsung menggeleng dan membalas, "Kenapa aku harus keberatan? Aku justru sangat senang!"Sambil berkata demikian, Andini menggandeng Farida masuk ke rumah. Setelah menuangkan segelas air untuknya, dia baru bertanya, "Bibi, dilihat dari pakaianmu ini, apakah kamu ingin p

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 348

    Kirana memeluk Dianti dan berjalan kembali ke dalam. "Sekarang kamu akan menjadi satu-satunya istri Rangga, jadi jangan nangis lagi. Kalau terus nangis, matamu bisa bengkak di hari bahagiamu!"Kresna yang berjalan di belakang mereka menambahkan, "Keluarga Maheswara mungkin akan menikahkan Rangga dan saudaranya di hari yang sama. Titah Kaisar sudah turun, jadi pernikahan nggak akan lama lagi. Kirana, kamu harus mulai menyiapkan mas kawin untuk kedua putri kita!"Kirana tersenyum dan mengangguk berkali-kali. "Tentu saja! Meskipun Andin sudah pindah, dia adalah putri angkat Keluarga Adipati. Terlebih lagi, pernikahannya adalah titah Kaisar. Aku nggak berani menyepelekannya."Mendengar itu, tatapan Dianti menjadi agak suram. Entah Kirana menyadarinya atau tidak, dia melanjutkan, "Tapi, Dian adalah putri kandung Keluarga Adipati. Apalagi sekarang Rangga sangat disayangi oleh Kaisar.""Dalam hal mas kawin, kita nggak boleh membuat Rangga kehilangan muka, juga nggak boleh mempermalukan Keluar

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 347

    Dianti tertegun mendengar pertanyaan yang mendadak itu. Dia jelas tidak menyangka bahwa Abimana bisa berpikir begitu jernih sampai mempertanyakan dirinya!Untuk sesaat, dia tidak bisa langsung menjawab, hanya merespons dengan bingung, "Hah?"Abimana tetap sabar. "Tadi kamu bilang, pelayan di paviliunmu bicara sembarangan. Bagaimana kamu tahu aku pergi menemui Andini karena mendengar ucapan mereka?"Abimana mengakui hatinya dipenuhi kecurigaan terhadap Dianti saat ini. Seandainya tadi Jabal tidak datang tepat waktu, dia pasti sudah salah paham terhadap Andini dan entah kekacauan apa yang akan ditimbulkan di sana.Andini sudah memutus hubungan dengan Keluarga Adipati, bahkan sudah pindah. Jika Abimana membuat masalah lagi hari ini, hubungan mereka sebagai saudara benar-benar akan putus untuk selamanya.Tentunya, dia tidak ingin menuduh Dianti dengan pikiran buruk seperti itu. Namun, bukankah semuanya terlalu kebetulan? Kenapa saat dia berada di depan pintu, tiba-tiba ada pelayan yang ber

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 346

    Selain itu, dengan betapa besarnya kasih sayang Kaisar terhadap Keluarga Maheswara, meskipun Kalingga hanya seorang pria cacat, dia tetap bisa melindungi Andini!Kalaupun Kalingga tidak bisa melindunginya, apakah Rangga akan diam saja melihat kakak iparnya ditindas?Semakin dipikirkan, Abimana merasa semakin gembira dan senyumannya semakin lebar.Melihat Abimana begitu bahagia, Kresna pun mulai percaya dan ikut merasa senang. Dia perlahan mengangguk. "Meskipun Kalingga cacat, dulu dia sangat dipercaya oleh Kaisar. Selain itu, alasan dia terluka juga karena Kaisar bersikeras mengirim pasukan.""Kaisar pasti merasa bersalah kepadanya. Bisa jadi, Kaisar memang berniat menjodohkan Andini dengan Kalingga. Itulah sebabnya titah pernikahan ditulis dengan cara yang samar."Namun, Kirana tetap terlihat khawatir. "Tapi, bukankah kamu bilang Rangga mendapatkan titah pernikahan ini sebagai hadiah atas jasanya menumpas para perampok? Sekarang, Andini malah menikah dengan kakaknya. Apa Rangga akan m

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 345

    Sepanjang perjalanan kembali, Abimana terus memikirkan semuanya, tetapi tetap tidak bisa memahaminya.Jelas-jelas kemarin Rangga mengatakan dengan sangat jelas bahwa Andini dan Dianti akan menjadi istri sederajat. Namun, baru satu malam berlalu, kenapa tiba-tiba Andini malah menjadi kakak ipar Rangga?Dengan kebingungan, Abimana kembali ke Kediaman Adipati. Begitu masuk, dia langsung bertemu dengan Kresna, Kirana, dan Dianti. Dia tertegun. "Ayah, Ibu, kalian mau ke mana?"Kresna mengerutkan alis, nada suaranya penuh amarah. "Ke mana lagi? Tentu saja mencari kamu! Katakan, kamu tadi pergi menemui adikmu, 'kan?"Kirana tampak sangat cemas, bahkan menangis. "Dia akhirnya mau tinggal di ibu kota, kenapa kamu malah memaksanya pergi lagi?"Dianti juga menangis. "Kak, para pelayan di kamarku hanya asal bicara, jangan dimasukkan ke hati. Aku yakin Kak Andini nggak mungkin melakukan hal seperti itu!""Dia bahkan hampir meninggalkan ibu kota kemarin. Kita yang dengan susah payah menahannya. Baga

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 344

    "Aku dengar Nona Andini bahkan sempat menjelek-jelekkan Keluarga Adipati di gerbang kota. Jangan-jangan semua itu dilakukan agar Tuan Abimana merasa bersalah dan nggak berani menghalangi pernikahannya dengan Jenderal Rangga?"Abimana tak lagi mendengar kelanjutan percakapan itu. Dia sudah tidak bisa menahan amarahnya. Dengan langkah lebar, dia keluar dari Kediaman Adipati.Semuanya masuk akal sekarang. Pantas saja, Andini tiba-tiba ingin meninggalkan ibu kota. Dua perempuan seperti dia dan Laras melakukan perjalanan jauh sendirian. Mereka tidak takut?Ternyata semua ini hanyalah sandiwara!Begitu Abimana pergi, para pelayan yang tadi bergosip langsung mengintip dari balik pintu. Saat melihat bahwa dia sudah pergi cukup jauh, mereka segera kembali ke kamar Dianti. "Nona, Tuan Abimana sudah pergi."Dianti yang tengah menyeka air matanya pun bertanya, "Apa Kakak mendengar semuanya?""Nona tenang saja, Tuan Abimana mendengar semuanya. Kami melihat betapa marahnya beliau. Pasti sekarang dia

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 343

    Rangga akhirnya melepaskan cengkeramannya pada Kalingga, tetapi amarah di hatinya tetap membara. Bahkan, suaranya dipenuhi kekecewaan. "Kupikir kamu akan memahamiku."Dia tahu, permohonannya kepada Kaisar untuk menikahi Andini sebagai istri bukanlah hal yang mudah dipahami oleh orang lain. Itu sebabnya, meskipun Kaisar akhirnya mengabulkan permintaannya, titah itu tetap dibuat kurang jelas.Hanya dengan satu kalimat dari Kalingga, ayah dan ibu langsung menyerahkan pernikahan ini kepadanya. Padahal, Kalingga tahu betul apa saja yang telah dirinya lakukan demi Andini.Seluruh dunia boleh mengkhianatinya, tetapi tidak dengan Kalingga. Bagaimanapun, Rangga adalah adik kandungnya.Melihat kekecewaan yang jelas tergambar di mata Rangga, tatapan Kalingga menjadi suram. Nada suaranya dipenuhi dengan ketidakberdayaan. "Kalau begitu, anggap saja hari itu dia nggak pernah keluar dari halaman rumahku."Anggap saja rencana yang disusun Rangga dan Abimana telah berhasil. Anggap saja Andini sudah keh

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 342

    Tiga tahun, persis dengan waktu yang dia habiskan di penatu istana. Tiga tahun di sana telah membuatnya membayar lunas budi Keluarga Adipati yang telah membesarkannya selama 15 tahun.Maka, pernikahan tiga tahun dengan Kalingga ini juga akan menjadi caranya untuk membalas semua bantuan yang telah diberikan Kalingga kepadanya. Dia akan merawat Kalingga dengan sepenuh hati.Namun, tiga tahun kemudian, dia harus pergi. Dia harus menyambut hidup barunya. Jika tidak, dia tidak akan sanggup bertahan.Mendengar itu, Kalingga hanya tersenyum tipis dan dingin seperti biasa. Tanpa banyak bicara, dia meletakkan surat yang Andini kirimkan kemarin di atas meja.Andini tidak mengerti maksudnya, tetapi melihat Kalingga memberi isyarat dengan matanya, dia pun mengulurkan tangan dan mengambil surat itu.Tanpa disangka, sebuah mata panah yang telah berkarat tiba-tiba jatuh dari dalam amplop, menimpa meja dengan suara berat.Andini terkejut. Kemudian, terdengar suara Kalingga yang tidak sedingin biasanya

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 341

    Tuan Kalingga?Laras terkejut, buru-buru membawa pelayan itu masuk.Saat ini, di sisi Kalingga hanya ada seorang pelayan yang selalu mengikutinya. Itu adalah orang kepercayaannya.Andini sempat bertemu dengan pelayan ini pagi tadi saat pergi menemui Kalingga. Melihatnya datang berkunjung malam ini, Andini tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Dia langsung bertanya, "Apa ada masalah dengan surat dari Byakta?"Pelayan itu memberi hormat, lalu pandangannya jatuh ke atas meja, tepat pada titah Kaisar yang diletakkan secara asal-asalan. "Tuan dengar Kaisar telah memberikan titah. Beliau secara khusus mengutus hamba untuk mengingatkan Nona. Hal ini bukan hal sepele, jadi jangan ceroboh. Harus hati-hati."Kata terakhir diucapkannya dengan sangat perlahan. Andini sedikit bingung, tetapi Laras langsung menangkap maksudnya dan segera bergerak untuk mengambil titah tersebut."Ya, ya! Kami akan memperlakukannya dengan hati-hati. Aku akan segera menyimpannya di tempat yang layak!" Dari tadi, dia

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status