Share

Bab 7

Penulis: Zaina Aulia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-31 12:01:18
Abimana memandang Andini dengan ekspresi tak percaya. Dia ingin segera menuduh Andini berbohong, tetapi ketika matanya menangkap ibunya yang hanya duduk di sana dengan kepala tertunduk tanpa memberikan tanggapan apa pun, dia segera memahami kebenarannya.

Namun, bagaimana ini mungkin? Sejak kecil, Kresna selalu paling menyayangi Andini. Bagaimana mungkin ayahnya membiarkan dia mengubah marganya?

Rasa seperti jantungnya sedang disobek oleh sesuatu kembali membuat Abimana sulit bernapas. Hatinya terasa kacau balau. Ketika dia memandang orang-orang di dalam ruangan, tidak ada satu pun yang membuatnya merasa nyaman.

Dengan emosi yang tak terkendali, Abimana akhirnya membalikkan badan dan pergi dengan mengibaskan lengan bajunya.

Kepergian Abimana membuat Rangga merasa canggung. Dia melangkah maju dan memberi hormat, "Hormat pada Nyonya Ainun."

Ainun bersikap ramah terhadapnya. Sebagai seorang jenderal muda yang mencapai prestasi besar, Rangga terkenal berani sekaligus cerdas. Selain itu, sikapnya selalu lembut dan sopan. Ini membuatnya sangat disukai oleh para orang tua.

"Jenderal Rangga, duduklah. Kamu bawa begitu banyak bahan obat yang berharga kemarin. Seharusnya aku yang datang langsung untuk mengucapkan terima kasih," ujar Ainun sambil tersenyum ramah.

Rangga duduk di depan Dianti dan membalas dengan sopan, "Ayah dan ibuku masih sehat, jadi nggak membutuhkan semua itu. Ginseng dan tanduk rusa yang dihadiahkan Kaisar lebih cocok untuk kesehatan Nyonya Ainun."

Mendengar itu, Ainun tertawa gembira. Dia menimpali, "Kamu benar-benar berbakti. Hari ini, kamu datang tepat waktu."

"Kirana barusan membicarakan tentang menetapkan tanggal pernikahanmu dengan Dianti. Gimana kalau kamu tanyakan pada orang tuamu nanti? Kapan mereka punya waktu luang, biar kedua keluarga kita bisa duduk bersama untuk mendiskusikannya," ujar Ainun.

Setelah mendengar kata-kata itu, Rangga melirik Dianti sekilas. Lantaran merasa dilirik olehnya, Dianti buru-buru menunduk. Wajahnya bahkan langsung memerah. Dia terlihat seperti sedang malu-malu.

Pemandangan itu membuat Kirana tertawa. Dia segera meledek, "Gadis ini masih saja malu-malu!" Kemudian, Kirana menoleh pada Rangga sambil menambahkan, "Rangga, kamu tahu sendiri, kalian sudah nggak muda lagi. Sudah waktunya menetapkan pernikahan ini."

Rangga mengangguk, seolah-olah setuju dengan ucapan Kirana. Namun, dia tiba-tiba menoleh ke arah Andini sambil bertanya, "Nona Andini, gimana menurutmu?"

Pertanyaan itu membuat Andini terkejut. Dia memandang Rangga dengan tatapan bingung dan penasaran. Apa hubungannya dengan dia?

Tidak hanya Andini yang kebingungan, Kirana dan Dianti pun terkejut. Dianti menatap Rangga, lalu menoleh ke arah Andini seakan-akan menyadari sesuatu. Perlahan, matanya mulai memerah. Apakah orang yang sebenarnya disukai Rangga adalah Andini? Akan tetapi, dia adalah tunangannya.

Kirana segera menangkap perubahan ekspresi Dianti. Mengingat status Rangga sebagai orang kepercayaan Kaisar, bahkan dia pun tidak berani berbicara keras kepadanya. Itu sebabnya, dia hanya bisa coba menjaga sikap ramah.

Kirana bertanya, "Rangga, kenapa pernikahanmu dengan Dian harus ditanyakan pada Andin?"

Andini memiliki pertanyaan yang sama dalam pikirannya. Namun, sikap Rangga tetap tenang seperti biasa. Dia bahkan penuh tata krama ketika membalas, "Nyonya Kirana, harap jangan salah paham."

Rangga menjelaskan, "Nona Andini masih dianggap sebagai putri sah di keluarga ini. Dian juga memanggilnya Kakak. Dalam aturan adat, seharusnya kakak menikah lebih dulu."

Alasan Rangga cukup masuk akal. Dalam keluarga yang memegang teguh adat istiadat, jika anak tertua belum menikah, adik-adik di bawahnya pun tidak boleh menikah lebih dulu.

Namun, Keluarga Adipati sebenarnya tidak terlalu ketat dalam memegang aturan ini. Bahkan, Keluarga Maheswara juga bukan tipe keluarga yang terlalu peduli pada tradisi semacam itu.

Andini berpikir, Rangga mungkin hanya ingin mendorongnya untuk segera menikah. Apakah dia khawatir bahwa dia masih akan mengejarnya seperti dulu?

Pikiran itu membuat Andini ingin tertawa. Namun, dia hanya berujar sambil tersenyum, "Kalau menurut ucapan Jenderal Rangga, seharusnya Tuan Abimana yang nikah lebih dulu, 'kan?"

Bagaimanapun, Abimana adalah kakaknya. Hanya saja, masih belum ada tanda-tanda pembicaraan tentang pernikahan Abimana. Jika menunggu Abimana menikah, lalu Andini menikah, barulah giliran Dianti dan Rangga, mungkin akan memakan waktu satu atau dua tahun.

Meski Rangga tidak terburu-buru, orang tuanya mungkin tidak akan sependapat dengannya. Sementara itu, Rangga tampaknya tidak menyadari sindiran Andini. Dia malah berujar sambil mengangguk dengan serius, "Memang seharusnya begitu."

Mendengar itu, mata Dianti yang semula sudah memerah, kini makin basah. Dia memandang Rangga dengan penuh kesedihan, seolah-olah ingin menanyakan alasan dia melakukan ini.

Dianti merasa dirinya sudah terlalu tua untuk menjadi seorang gadis. Bahkan jika Rangga bisa menunggu, bagaimana dengan dirinya?

Meski merasa tidak nyaman, Kirana hanya bisa menahan diri dan tetap bersikap ramah. Berhubung tidak ada jawaban jelas dari siapa pun, akhirnya topik itu pun dibiarkan berlalu.

Setelah berbasa-basi beberapa saat, Ainun mengaku lelah dan meminta Andini untuk membantunya kembali ke kamar. Sementara itu, Kirana membawa Dianti dan Rangga pergi meninggalkan tempat tersebut.

Tak lama setelah Rangga keluar dari halaman paviliun Ainun, dia mendengar suara lembut memanggilnya. "Kak Rangga."

Suara itu membuat Rangga terhenti sejenak. Untuk sesaat, dia berpikir bahwa itu adalah suara Andini. Namun, suara itu terlalu lembut, tidak seperti Andini yang biasanya berbicara dengan nada tajam.

Rangga menghela napas pelan sebelum akhirnya berbalik. Ketika matanya menangkap Kirana yang berjalan di kejauhan, dia kembali menoleh pada Dianti. Pria itu bertanya dengan suara rendah tetapi masih hangat, "Ada apa?"

Dianti selalu merasa bahwa cara Rangga berbicara padanya sangat lembut. Itu sangat berbeda dari bagaimana dia berbicara pada orang lain dengan sikap yang formal dan penuh tata krama. Itu sebabnya, Dianti selalu mengira dirinya memiliki tempat istimewa di hati Rangga.

Namun hari ini, untuk pertama kalinya Dianti merasakan jarak dalam kelembutan itu. Dia menyadari bahwa selama ini mungkin hanya dirinya yang salah paham.

Mata Dianti mulai basah dan memerah. Dia menggigit bibirnya dan menggenggam ujung bajunya dengan gelisah. Setelah mengumpulkan keberanian, dia akhirnya bertanya, "Kak Rangga, apa ... kamu nggak mau nikah denganku?"

Pertanyaan itu membuat Rangga terkejut. Setelah beberapa saat, dia membalas sambil tersenyum, "Kenapa kamu berpikir seperti itu?"

"Tadi ... kamu tadi ...." Dianti tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Berbicara terlalu banyak hanya akan membuatnya terkesan terlalu ingin menikah. Sebagai seorang wanita, Dianti tetap ingin menjaga martabatnya.

Melihat keraguan di wajah Dianti, Rangga sudah memahami apa yang ingin dia katakan. Hanya saja, dia tetap menjawab dengan santai, "Jangan berpikir terlalu banyak. Pernikahan kita adalah keputusan para orang tua, itu nggak akan berubah."

Setelah itu, Rangga menambahkan seraya tersenyum, "Aku akan mengunjungimu lagi beberapa hari ke depan."

Tanpa menunggu tanggapan, Rangga segera berbalik dan pergi. Kata-kata terakhirnya mungkin seperti memberi jaminan untuk menenangkannya. Namun ... Rangga tidak menjawab pertanyaannya dengan pasti.

Sementara itu di aula leluhur Keluarga Biantara, Abimana sedang berlutut di lantai. Di hadapannya, terdapat buku silsilah Keluarga Biantara yang sudah agak kusut karena terlalu sering dibolak-balik.

Kata-kata Andini sebelumnya tidak dapat dipercayainya. Bagaimana mungkin Kresna benar-benar sekejam itu hingga membiarkan Andini mengubah marganya?

Namun setelah membolak-balik buku silsilah itu belasan kali, Abimana tidak menemukan nama Andini di mana pun. Nama Andini Biantara tidak ada, bahkan nama Andini pun tidak ada. Abimana tidak bisa mengerti.

Bukankah hanya sebuah mangkuk kaca yang pecah? Kenapa harus sampai menghapus nama Andini dari buku silsilah? Itu hanya sebuah mangkuk, bukan?

Apakah setelah nama Andini dihapus, orang lain akan lupa bahwa Andini adalah bagian dari Keluarga Biantara yang dibesarkan di sini?

Meskipun Andini bukan anak kandung Keluarga Biantara, mereka telah merawatnya selama 15 tahun. Apakah hubungan selama 15 tahun itu tidak lebih berarti dibandingkan sebuah mangkuk?

Pantas saja setelah tiga tahun, Andini sama sekali tidak terlihat bahagia ketika melihatnya. Pantas saja Andini tidak mau memanggil Karina dengan sebutan Ibu, juga tidak mau memanggilnya Kakak.

Abimana menarik napas dalam-dalam. Ada momen singkat di mana dia merasa dirinya bisa memahami Andini. Namun tak lama kemudian, rasa marah yang aneh kembali membara di dalam hatinya.

Pada akhirnya, buku silsilah itu hanyalah beberapa lembar kertas. Jika nama Andini tidak ada di sana, apakah itu berarti bisa menghapus semua kasih sayang mereka selama 15 tahun?

Bahkan jika mereka hanya memelihara seekor anjing, memberinya makan makanan terbaik selama 15 tahun, merawatnya dengan baik, bukankah anjing itu akan tetap mengibaskan ekornya sebagai tanda kasih? Namun, bagaimana dengan Andini?

Pada akhirnya, masalahnya adalah Andini terlalu pendendam. Padahal mereka sudah membawanya kembali. Kirana bahkan sudah berkata dengan jelas bahwa semuanya akan tetap sama seperti dulu.

Bukankah mereka bisa kembali hidup seperti sebelumnya? Kenapa Andini harus membuat hubungan mereka menjadi sekaku ini?

Mengingat sikap Andini yang dingin dan berjarak, Abimana merasa sangat kesal. Dia berpikir, mungkin sudah saatnya memberikan pelajaran kepadanya.

Bab terkait

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 8

    Di sisi lain, Andini baru saja membantu Ainun kembali ke kamar. Tiba-tiba, neneknya jatuh sakit. Seperti yang Kirana katakan sebelumnya, kondisi tubuh Ainun memang tidak sebaik dulu.Meskipun hari ini Ainun sudah berusaha mengendalikan emosinya, kegembiraan dan kesedihan yang bertubi-tubi masih terlalu berat baginya. Setelah berbaring, napasnya langsung terdengar berat dan terengah-engah.Untungnya pelayan Ainun, Farida, sudah mempersiapkan segalanya. Dia sebelumnya telah memanggil tabib kediaman untuk berjaga di luar kamar.Begitu Ainun berbaring, tabib segera mulai memberikan terapi akupunktur dan pijatan. Setelah 30 menit, kondisi Ainun perlahan stabil kembali.Meski tidak terlalu berbahaya, Andini tetap merasa panik melihat situasi itu. Dia berdiri di sisi ranjang dengan bingung dan tak tahu harus berbuat apa.Melihat wajah Andini yang penuh rasa cemas, Ainun yang sedang bersandar di kepala ranjang memanggilnya dengan lembut.Hidung Andini memerah. Dia khawatir jika terlalu emosion

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 9

    Mendengar pertanyaan seperti itu, air mata Dianti akhirnya tidak terbendung lagi. Dia menggeleng berulang kali sambil berucap, "Bukan begitu, aku nggak pernah berniat menyakiti Kakak. Dulu memang aku yang memecahkan mangkuk kaca, itu salahku. Tapi yang fitnah Kakak adalah Ratih ...."Dianti berusaha keras untuk menjelaskan kepada Andini bahwa dia tidak pernah berniat menyakitinya. Namun, Andini hanya bersandar di pintu sambil bertanya dengan suara lembut, "Kalau begitu, kenapa tiga tahun lalu kamu nggak bilang?"Dianti tertegun. Dia tidak langsung memahami apa maksud Andini. Namun, dia bisa melihat sudut bibir Andini terangkat. Kakaknya itu memperlihatkan senyuman penuh ejekan.Andini melanjutkan, "Kamu bilang itu salahmu karena memecahkan mangkuk kaca, tapi kenapa tiga tahun lalu kamu nggak mengakuinya di depan Permaisuri dan Putri?"Dianti seperti kehilangan keseimbangan. Dia melangkah mundur satu langkah sambil tergagap, "Aku ... aku nggak berani .... Itu pertama kalinya aku masuk i

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 10

    Andini menyampirkan luaran yang belum sempat dilepaskannya dan bertanya, "Ada apa? Siapa yang berteriak?"Laras yang cemas menggeleng. Dia mengikuti Andini dan menjawab, "Hamba juga nggak tahu. Hamba baru dengar ada yang teriak. Nona, pakai bajumu. Di luar dingin!"Namun, Andini tidak sempat memikirkan hal itu lagi. Dianti pasti jatuh ke kolam teratai di Paviliun Ayana. Dulu, Andini disiksa selama 3 tahun karena Dianti memecahkan mangkuk. Jika terjadi sesuatu pada Dianti di Paviliun Ayana, takutnya Abimana akan menghabisi Andini.Saat Andini sampai di kolam teratai, Dianti sedang bergerak-gerak di kolam. Air kolam sudah membeku dan sekarang muncul sebuah lubang besar. Para pelayan di jembatan batu melihat Dianti.Andini bergegas menghampiri mereka dan menegur, "Apa kalian semua nggak bisa berenang? Kenapa kalian nggak selamatkan dia?"Beberapa pelayan pria menyahut dengan ekspresi ragu, "Kami bisa berenang, tapi ... bagaimana kalau kami merusak reputasi Nona Dianti?""Apa reputasi lebi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 11

    Ucapan Andini membuat Abimana tersentak. Dia membayangkan Andini bergerak-gerak di kolam dan sekelompok pelayan istana mentertawakannya.Hati Abimana terasa sakit. Dia hendak bicara, tetapi suaranya tercekat. Setelah pintu rumah Andini tertutup, Abimana baru tersadar."Nona Dianti," panggil Ratih seraya menangis. Suara tangisannya membuat orang makin gusar.Dianti memelototi Ratih sambil menegur, "Jangan menangis lagi! Cepat panggil tabib kediaman!"Ratih baru tersadar. Dia buru-buru memanggil tabib. Abimana membawa Dianti kembali ke Paviliun Persik. Tabib kediaman datang bersama Kirana.Saat tabib kediaman memeriksa Dianti, Kirana menarik Abimana ke luar dan berucap, "Ada apa? Kenapa adikmu tiba-tiba jatuh ke dalam kolam? Apa Andin ...."Abimana menyergah sambil mengernyit, "Bu! Andin yang menyelamatkan Dian!"Kemudian, Abimana yang teringat sesuatu melihat Ratih dan berujar, "Kamu kemari dulu."Wajah Ratih membengkak. Sudah jelas Laras menampar Ratih dengan kuat. Ratih langsung berlu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 12

    Orang yang datang adalah sahabat Kirana, Haira. Melihat Haira berhasil mengendalikan Abimana, para pelayan di kolam memohon seraya menangis, "Selir Agung Haira ... bantu kami tegakkan keadilan."Suara pelayan yang menangis secara bersamaan benar-benar berisik. Haira mengernyit dan melihat pelayan pribadinya.Pelayan pribadi Haira langsung paham maksud majikannya. Dia membentak, "Cepat pergi ganti baju! Kalau kalian sakit dan urusan para selir terbengkalai, apa kalian mau dipenggal?"Semua pelayan itu baru berhenti menangis, lalu buru-buru keluar dari kolam dan kembali ke kamar masing-masing.Setelah semua pelayan pergi, Haira baru melihat tongkat yang dipegang Abimana. Dia bertanya dengan dingin, "Abimana, apa kamu juga mau pukul aku?"Abimana baru melempar tongkat ke samping, lalu memberi hormat kepada Haira dan menyahut, "Saya nggak berani."Haira yang marah menimpali, "Kamu berani pukul pelayan istana. Apa lagi yang nggak berani kamu lakukan?"Haira merasa Abimana terlalu gegabah. P

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 13

    Bahkan Kresna juga melihat Andini. Hanya saja, dia berkata kepada Abimana, "Untung saja, hari ini Selir Agung Haira turun tangan. Kalau nggak, bukan hanya kamu, kemungkinan aku juga nggak bisa keluar dari istana!"Andini melihat lantai dan tersenyum sinis. Sepertinya ucapan Kresna ini ditujukan kepadanya. Tiba-tiba, terdengar suara Dianti. "Ayah ...."Dianti terlihat lemah dan juga cemas, seolah-olah kondisinya sudah sekarat. Andini mengernyit. Dia melihat Ratih memapah Dianti.Air mata Dianti langsung mengalir sewaktu melihat dahi Abimana berdarah. Kemudian, Dianti berlutut di samping Abimana dan berucap, "Ayah, jangan marah lagi ...."Sebelum menyelesaikan ucapannya, Dianti batuk-batuk. Kresna yang merasa kasihan pada Dianti menegur Ratih, "Cepat papah Dianti!"Bahkan, Kirana yang awalnya sibuk membela Abimana juga segera memapah Dianti. Dia bertanya, "Kamu lagi sakit. Kenapa kamu keluar?"Dianti menjawab sembari berlinang air mata, "Aku ... dengar Ayah mau hukum Kak Abimana. Aku tah

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 14

    Sebenarnya Andini enggan masuk ke istana. Dia merasa gelisah begitu sampai di halaman istana Haira.Andini berada di penatu istana selama 3 tahun, tetapi dia tidak pernah masuk ke istana Haira. Andini merasa suasana di istana Haira sama dengan di penatu istana. Kedua tempat itu membuat Andini merasa tidak tenang.Andini takut dirinya tidak bisa pulang lagi setelah masuk ke istana, sama seperti 3 tahun yang lalu. Andini berdiri di halaman istana Haira cukup lama. Saat kakinya sudah mati rasa karena kedinginan, seseorang baru datang untuk membawanya menemui Haira.Begitu pintu ruangan dibuka, Andini baru merasa hangat. Dia menghela napas. Sebelum masuk ke ruangan, Andini mendengar Haira berkata, "Aku sudah lihat pakaiannya, bersih sekali."Andini baru melihat Haira. Dia segera berlutut dan menyapa, "Salam, Selir Agung Haira. Hamba berterima kasih atas pujian Selir Agung Haira."Andini sudah terbiasa menjadi pelayan di penatu istana. Biarpun sekarang Andini telah dijemput kembali ke Kedia

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 15

    Andini sangat kaget. Bahkan dayang itu juga sempat mendongak dengan terkejut. Dia melirik Andini dan Rangga dengan cepat sebelum menjawab, "Baik."Tak lama kemudian, dayang itu segera meninggalkan mereka. Sementara itu, Rangga dengan santai mengulurkan tangannya ke arah Andini sambil berujar, "Nona Andini, silakan."Andini tak punya pilihan selain memaksakan diri dan berjalan bersama Rangga menuju gerbang istana. Namun, perjalanan keluar istana hari ini terasa luar biasa panjang. Andini beberapa kali memandang ke depan, tetapi dua daun pintu besar itu tetap tak terlihat di pandangannya.Tak ada satu pun dari mereka yang berbicara. Keheningan di antara mereka begitu mencekam. Hanya terdengar suara sepatu yang bergesekan dengan lantai. Situasi seperti ini sangat jarang terjadi sebelumnya.Dalam ingatan Rangga, Andini adalah gadis yang sangat cerewet. Dia selalu berbicara tanpa henti, seperti burung kecil yang berkicau sepanjang hari. Keheningan seperti ini justru membuat Rangga merasa ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31

Bab terbaru

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 50

    Andini berani bersikap arogan kepada anggota Keluarga Adipati yang lain, tetapi dia merasa bersalah kepada Ainun. Andini takut Ainun akan memarahinya tidak tahu aturan setelah tahu dia mengambil semua hadiah dari Kaisar dan Haira.Seharusnya sekarang Ainun sudah bangun. Sesuai dugaan, Ainun sedang minum obat saat Andini datang.Andini menarik napas dalam-dalam, lalu berjalan masuk dan menyapa Ainun. Andini berusaha bersikap santai agar Ainun tidak tahu tubuhnya terluka.Ainun sangat senang begitu melihat Andini. Dia melambaikan tangan kepada Andini dan berujar, "Kudengar, titah Kaisar sudah diantar?"Andini duduk di samping Ainun dan meraih tangannya. Dia mengangguk sembari membalas, "Iya. Kaisar dan Selir Agung Haira memberiku banyak hadiah. Aku ... mengambil semua hadiah itu."Andini merasa malu. Dia takut Ainun menganggapnya serakah. Di dunia ini, Ainun adalah satu-satunya keluarga Andini.Siapa sangka, Ainun malah tertawa dan menanggapi, "Bagus! Kali ini, Andin kesayanganku sangat

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 49

    Luka di punggung Andini masih terasa sakit. Abimana memang pingsan setelah dipukul, tetapi sapunya tidak patah. Bahkan, luka di punggung Abimana tidak terlalu parah sehingga hari ini dia bisa turun dari tempat tidur.Sementara itu, sapu yang digunakan Abimana untuk memukul Andini patah. Dia pasti mengerahkan seluruh tenaganya. Ujung sapu yang patah juga menggores punggung Andini. Sudah jelas kemarin Abimana berniat menghabisi Andini!Andini tidak mengatakan dengan jelas, tetapi Abimana merasa dipermalukan. Abimana hendak meninju Andini. Dia mengancam, "Aku rasa pukulanku kemarin terlalu ringan makanya sekarang kamu masih bisa melawanku!"Kirana segera memeluk Abimana dan berseru, "Abimana, jangan gegabah!"Siapa sangka, Andini mendekati Abimana dan menantang, "Apa kamu masih mau pukul aku? Hari ini kamu mau pukul bagian mana? Wajah bagian kiri atau kanan? Apa perlu aku menyodorkan diriku padamu?"Amarah Abimana memuncak melihat sikap Andini yang arogan. Dia hampir melepaskan diri dari

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 48

    Luka di punggung Andini masih terasa sakit. Abimana memang pingsan setelah dipukul, tetapi sapunya tidak patah. Bahkan, luka di punggung Abimana tidak terlalu parah sehingga hari ini dia bisa turun dari tempat tidur.Sementara itu, sapu yang digunakan Abimana untuk memukul Andini patah. Dia pasti mengerahkan seluruh tenaganya. Ujung sapu yang patah juga menggores punggung Andini. Sudah jelas kemarin Abimana berniat menghabisi Andini!Andini tidak mengatakan dengan jelas, tetapi Abimana merasa dipermalukan. Abimana hendak meninju Andini. Dia mengancam, "Aku rasa pukulanku kemarin terlalu ringan makanya sekarang kamu masih bisa melawanku!"Kirana segera memeluk Abimana dan berseru, "Abimana, jangan gegabah!"Siapa sangka, Andini mendekati Abimana dan menantang, "Apa kamu masih mau pukul aku? Hari ini kamu mau pukul bagian mana? Wajah bagian kiri atau kanan? Apa perlu aku menyodorkan diriku padamu?"Amarah Abimana memuncak melihat sikap Andini yang arogan. Dia hampir melepaskan diri dari

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 47

    Entah sejak kapan Andini merasa gusar setiap mendengar suara Abimana. Andini melihat Abimana mendorong pelayan yang memapahnya.Abimana menghampiri Andini dengan terpincang-pincang seraya menegaskan, "Minta maaf pada Ibu!"Andini mengamati Abimana. Mungkin karena luka di punggungnya, Abimana tidak bisa berdiri tegak. Dahinya juga berkeringat. Sudah jelas tadi Abimana sangat kesakitan saat menghampiri Andini.Biarpun begitu, Abimana tetap bersikeras menyalahkan Andini. Sebenarnya, ini memang sifat Abimana sejak kecil. Hanya saja, dulu Abimana berusaha keras melindungi Andini. Setelah Dianti kembali, Abimana mulai melawan dan memfitnah Andini.Andini yang merasa kecewa menimpali, "Kemarin kamu memukulku setelah menyuruhku minta maaf. Jadi, hari ini kamu menyiapkan hukuman apa untukku?"Abimana menarik napas begitu mengungkit masalah kemarin. Namun, dia tetap menganggap Andini yang bersalah.Abimana bertanya seraya mengernyit, "Apa kamu menyimpan dendam kepadaku setelah aku memukulmu? Jad

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 46

    Respons Dianti ini lebih lucu daripada ucapannya tadi. Andini menggeleng dan tertawa. Kirana juga tahu ucapan Dianti tadi kurang pantas.Kirana menyela, "Beberapa hari ini Pangeran Baskoro sedang istirahat. Dia mengutus orang untuk menyampaikan nanti dia baru bawa kamu ke tempat yang sudah dia janjikan."Andini mengernyit. Dia baru teringat kemarin Baskoro mengatakan akan membawanya ke suatu tempat setelah selesai. Namun, Baskoro pergi sebelum Andini menyetujuinya.Dianti mendekati Andini lagi dan bertanya, "Pangeran Baskoro mau bawa Kak Andini ke mana? Tempatnya menyenangkan, nggak?"Melihat ekspresi Dianti yang gembira, Andini tiba-tiba teringat sesuatu. Dia memandang Dianti seraya bertanya, "Apa kemarin kamu yang beri tahu Pangeran Baskoro bahwa aku pergi ke Kuil Amnan?"Andini ingat Dianti pernah mengatakannya. Dianti tertegun sejenak, lalu mengangguk. Andini bertanya lagi sambil mengernyit, "Kenapa kamu berbuat begitu?"Kalau bukan karena Dianti mengundangnya, Andini tidak akan te

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 45

    Andini hendak mencari Ainun setelah kembali ke Kediaman Adipati. Ternyata, Ainun sudah tidur. Jika Ainun bisa tidur, itu berarti dia tidak mendengar masalah yang terjadi di Kuil Amnan. Andini baru merasa tenang.Sesampainya di Paviliun Ayana, Laras menunggu Andini dengan wajah pucat pasi. Andini merasa sedih begitu teringat tendangan Abimana sebelumnya.Namun, Laras tampak tenang seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Dia hendak membantu Andini mengganti baju.Andini berpikir sejenak, lalu bertanya, "Laras, apa kamu ingin pergi ke tempat lain?"Laras tertegun sesaat sebelum menyahut, "Apa Nona mau usir hamba?"Andini menggeleng dan menimpali, "Aku bukan mau usir kamu. Aku hanya ... takut mempersulitmu."Hari ini, Laras tidak akan disakiti jika bukan karena Andini. Siapa sangka, Laras tiba-tiba menjadi emosional. Dia menanggapi, "Hamba nggak takut! Nona, jangan usir hamba karena hamba ingin melindungi Nona!"Mungkin karena terlalu emosional, Laras batuk-batuk setelah selesai bicara. Bahkan,

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 44

    Abimana merasa kasihan pada Dianti, sedangkan Kirana buru-buru menarik Dianti. Dia berkata dengan ekspresi cemas, "Aduh, cepat ikut Ibu. Biar Ibu obati lukamu dulu."Namun, Dianti tidak ingin mengikuti Kirana. Dia berujar sembari menangis, "Aku nggak mau pergi. Ayah pasti mau menghukum Kakak. Aku harus melindunginya."Hati Kresna luluh begitu melihat ekspresi Dianti yang sedih. Abimana mengernyit. Dia teringat Andini yang mengatakan kakaknya sudah mati 3 tahun lalu.Kenapa perbedaan Andini dan Dianti begitu jauh? Mereka berdua adalah adik Abimana. Andini bersikap kejam kepada Abimana, sedangkan Dianti tidak memedulikan lukanya sendiri demi Abimana.Kresna membentak, "Apa dia nggak pantas dihukum? Dia memukul adiknya di depan umum sampai terluka parah! Dia benar-benar nggak berperikemanusiaan!"Hari ini, sudah jelas Abimana bukan menghukum Andini. Dia mempermalukan Keluarga Adipati. Sekarang semua orang di ibu kota tahu Andini yang dibesarkan Keluarga Adipati selama 15 tahun mempunyai

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 43

    Ekspresi Rangga menjadi dingin. Dia bertanya, "Kamu yakin mau menikah dengan Pangeran Baskoro?"Andini menatap Rangga seraya menjawab dengan tenang, "Iya."Rangga bertanya lagi, "Kamu tetap mau menikah dengannya biarpun dia cacat?"Ucapan Rangga membuat Andini terdiam. Melihat respons Andini, Rangga mengira Andini tidak tahu hal ini. Dia berkata, "Kamu tahu dia ....""Aku tahu," sergah Andini. Dia tahu apa yang akan dikatakan Rangga selanjutnya.Tadi pelayan yang mengantar Andini bernama Ambar. Pelayan itu sudah diam-diam menceritakan rahasia yang tidak diketahui Andini sebelumnya.Rangga tertegun. Dia tidak menyangka Andini tetap bersikeras menikah dengan Baskoro setelah tahu hal itu.Rangga yang teringat sesuatu berucap, "Kalau kamu membuat keputusan ini karena ucapanku sebelumnya, aku bisa mencari Nyonya Kirana ...."Rangga pernah mengatakan dia baru bisa menikahi Dianti setelah Andini menikah. Jadi, Rangga mengira Andini setuju menikah dengan Baskoro karena hal itu.Siapa sangka, A

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 42

    Rangga melihat kepanikan Andini. Entah kenapa, hati Rangga tergerak. Namun, emosinya tersulut begitu teringat dengan kemesraan Andini dan Baskoro di aula tadi. Rangga bertanya, "Setelah 3 tahun, kenapa kamu masih tetap nggak jeli?"Akhirnya, Andini berhasil menenangkan dirinya. Dia berusaha mendorong Rangga. Akan tetapi, gua sangat sempit sehingga usahanya sia-sia.Hanya saja, Andini berhasil melepaskan tangan Rangga yang menutup mulutnya. Dia memelototi Rangga dan bertanya balik, "Jadi, Jenderal Rangga menarikku ke sini hanya untuk membicarakan hal ini?"Tatapan Rangga menjadi muram. Dia menegur, "Masa kamu nggak tahu masalah hari ini sudah direncanakan Selir Agung Haira? Luka di punggungmu memang parah, tapi nggak mungkin bisa berdarah hanya karena kamu berlari sebentar."Kecuali, sebelumnya luka Andini memang tidak diobati. Namun, Andini tahu hal ini. Bagaimanapun, rasanya sangat berbeda setelah lukanya diobati tadi.Andini tidak mempermasalahkannya. Dia malah tertawa sinis dan bert

DMCA.com Protection Status