Share

Bab 10

Author: Zaina Aulia
last update Last Updated: 2024-12-31 12:01:18
Andini menyampirkan luaran yang belum sempat dilepaskannya dan bertanya, "Ada apa? Siapa yang berteriak?"

Laras yang cemas menggeleng. Dia mengikuti Andini dan menjawab, "Hamba juga nggak tahu. Hamba baru dengar ada yang teriak. Nona, pakai bajumu. Di luar dingin!"

Namun, Andini tidak sempat memikirkan hal itu lagi. Dianti pasti jatuh ke kolam teratai di Paviliun Ayana. Dulu, Andini disiksa selama 3 tahun karena Dianti memecahkan mangkuk. Jika terjadi sesuatu pada Dianti di Paviliun Ayana, takutnya Abimana akan menghabisi Andini.

Saat Andini sampai di kolam teratai, Dianti sedang bergerak-gerak di kolam. Air kolam sudah membeku dan sekarang muncul sebuah lubang besar. Para pelayan di jembatan batu melihat Dianti.

Andini bergegas menghampiri mereka dan menegur, "Apa kalian semua nggak bisa berenang? Kenapa kalian nggak selamatkan dia?"

Beberapa pelayan pria menyahut dengan ekspresi ragu, "Kami bisa berenang, tapi ... bagaimana kalau kami merusak reputasi Nona Dianti?"

"Apa reputasi lebih penting dari nyawa?" tanya Andini sambil memelototi pelayan pria yang berbicara. Kemudian, dia melompat ke kolam.

Air kolam tidak terlalu dalam, tetapi sangat dingin dan dasar kolam dipenuhi lumpur. Jadi, orang yang masuk ke kolam tidak bisa berdiri dengan stabil dan kemungkinan bisa terjerembap.

Andini menyelamatkan Dianti dengan susah payah. Laras yang berdiri di tepi danau sudah menyiapkan pakaian yang tebal. Setelah Andini dan Dianti keluar dari kolam, Laras langsung menyelubungi tubuh mereka dengan pakaian tebal itu.

"Kenapa kalian diam saja? Panggil tabib kediaman! Kalian bantu aku papah Nona Andini dan Nona Dianti pulang! Nyalakan tungku, lalu siapkan air panas dan teh jahe!" perintah Laras.

Para pelayan segera melaksanakan perintah Laras. Sementara itu, pelayan Dianti yang bernama Ratih sudah sampai di Paviliun Ayana. Abimana juga mengikuti Ratih.

Wajah Dianti pucat pasi dan kondisinya sangat menyedihkan. Ratih yang panik segera memeluk Dianti dan bertanya, "Nona baik-baik saja, 'kan? Kenapa Nona bisa jatuh ke dalam kolam?"

Ratih teringat sesuatu. Dia langsung melihat Andini dan berseru, "Kamu yang dorong Nona Dianti ke kolam!"

Sama seperti 3 tahun yang lalu, Ratih menuduh Andini dengan yakin. Emosi Andini tersulut. Sebelum Andini merespons, Laras sudah menghampiri Ratih dan menamparnya dengan kuat.

Seketika Andini merasa gugup. Bahkan, Abimana juga tertegun. Siapa sangka, Laras berani menampar Ratih.

Hanya Laras yang berkacak pinggang sambil memarahi Ratih, "Dasar pelayan rendahan! Aku cabik-cabik mulutmu! Kalau bukan karena Nona Andini menyelamatkan Nona Dianti tanpa memikirkan keselamatan dirinya sendiri, Nona Dianti pasti sudah membeku!"

Laras melanjutkan, "Sebagai pelayan, kamu bukannya fokus merawat majikanmu setelah melihat dia tertimpa masalah! Kamu malah sibuk memfitnah orang lain! Banyak saksi yang melihat Nona Andini menyelamatkan Nona Dianti di Paviliun Ayana!"

Laras menambahkan, "Kamu bilang Nona Andini mendorong Nona Dianti ke kolam. Kalau begitu, tunjukkan buktinya! Kalau nggak ada bukti, aku cabik-cabik mulutmu!"

Andini memandang Laras yang galak dengan ekspresi kaget. Dia tidak menyangka ternyata pelayan bertubuh mungil ini sangat hebat.

Semua orang di tempat sudah tersadar, terutama Dianti. Kala ini, Dianti dipapah pelayannya. Dia tidak mampu bersuara lagi karena berada di kolam terlalu lama dan tersedak air.

Dianti menggigit bibirnya dan bertanya dengan mata memerah, "Kenapa ... kamu pukul pelayanku?"

Ekspresi Dianti sangat sedih saat melindungi pelayannya. Abimana membentak Laras, "Kamu lancang sekali! Beraninya kamu pukul orang di depanku! Siapa yang beri kamu keberanian itu?"

"Aku," sahut Andini dengan santai. Dia menarik pakaiannya. Wajah Andini sangat pucat karena kedinginan. Air di rambutnya juga terus menetes, bahkan ada yang sudah membeku.

Dibandingkan dengan Dianti, sikap Andini lebih tenang. Jelas-jelas Andini dan Abimana cukup dekat, tetapi Abimana merasa jarak mereka sangat jauh.

Andini menegaskan, "Pelayanku menegur pelayan yang nggak menghormatiku dan sering memfitnahku. Ini tempat tinggalku, aku merasa nggak ada yang salah."

Abimana dan Dianti teringat masalah 3 tahun yang lalu begitu Andini mengatakan Ratih "sering memfitnahnya". Dianti bersandar di pelukan pelayannya sambil batuk-batuk dan berucap dengan lirih, "Tapi ... dia ... nggak boleh pukul orang ...."

Melihat air mata Dianti mengalir, Abimana teringat masalah silsilah keluarga. Dia berpikir sekarang Andini sengaja mengungkit kejadian di masa lalu pasti karena ingin membuatnya merasa bersalah.

Abimana berujar sembari mengernyit, "Ucapan Dian benar. Bagaimanapun, pelayanmu nggak boleh pukul orang! Lagi pula, kamu nggak bisa berenang!"

Abimana menatap Andini dengan dingin, seolah-olah yakin Andini pasti berbohong. Tentu saja dia tahu adiknya tidak bisa berenang.

Dulu, mereka pernah menaiki kapal di daerah pinggiran kota. Andini tidak sengaja menjatuhkan anting pemberian Rangga ke danau. Andini langsung melompat ke danau. Jika bukan karena Abimana dan Rangga pandai berenang, takutnya Andini sudah mati tenggelam.

Jadi, Abimana tidak percaya dengan ucapan Laras. Tubuh Andini mulai gemetaran. Entah karena kedinginan atau karena terlalu kesal.

"Jadi, kamu juga merasa aku yang mendorong Dianti?" tanya Andini dengan dingin. Suaranya bergetar dan amarahnya hampir meledak. Namun, Andini berusaha keras untuk menahan amarahnya.

Abimana tidak berbicara. Dia tidak tega menyakiti Andini saat melihat kondisinya yang menyedihkan. Kemudian, Andini melihat Dianti.

Dianti menunduk ketika bertatapan dengan Andini. Sama seperti 3 tahun yang lalu, Dianti sama sekali tidak berbicara.

Andini merasa permintaan maaf Dianti tadi sangat konyol. Dia tertawa sinis. Dianti pun gemetaran. Air matanya tidak berhenti mengalir.

Abimana tidak tega melihat Dianti begitu sedih, tetapi dia juga tidak bisa memarahi Andini. Akhirnya, Abimana hanya membentak Laras, "Kamu dihukum!"

Laras merasa tidak rela. Namun, dia tidak ingin membuat Andini kesulitan. Laras memberi hormat, lalu pergi untuk menjalankan hukumannya.

Andini menarik tangan Laras dan menatap Abimana sembari berbicara dengan tenang, "Hari ini, Laras sibuk. Dia mau bantu aku mandi. Mengenai masalah Dianti yang jatuh ke kolam dan berhasil diselamatkan, kamu pasti bisa mengetahui kebenarannya setelah melakukan penyelidikan."

Selesai bicara, Andini membawa Laras pergi. Tiba-tiba, Andini berhenti lagi. Dia menambahkan, "Sebelumnya aku memang nggak bisa berenang, tapi satu setengah tahun yang lalu beberapa pelayan istana melemparku ke kolam di penatu. Mereka berjaga di samping kolam sambil memegang tongkat."

"Aku baru diizinkan naik setelah 1 jam. Setelah itu, aku pun bisa berenang," lanjut Andini.

Related chapters

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 11

    Ucapan Andini membuat Abimana tersentak. Dia membayangkan Andini bergerak-gerak di kolam dan sekelompok pelayan istana mentertawakannya.Hati Abimana terasa sakit. Dia hendak bicara, tetapi suaranya tercekat. Setelah pintu rumah Andini tertutup, Abimana baru tersadar."Nona Dianti," panggil Ratih seraya menangis. Suara tangisannya membuat orang makin gusar.Dianti memelototi Ratih sambil menegur, "Jangan menangis lagi! Cepat panggil tabib kediaman!"Ratih baru tersadar. Dia buru-buru memanggil tabib. Abimana membawa Dianti kembali ke Paviliun Persik. Tabib kediaman datang bersama Kirana.Saat tabib kediaman memeriksa Dianti, Kirana menarik Abimana ke luar dan berucap, "Ada apa? Kenapa adikmu tiba-tiba jatuh ke dalam kolam? Apa Andin ...."Abimana menyergah sambil mengernyit, "Bu! Andin yang menyelamatkan Dian!"Kemudian, Abimana yang teringat sesuatu melihat Ratih dan berujar, "Kamu kemari dulu."Wajah Ratih membengkak. Sudah jelas Laras menampar Ratih dengan kuat. Ratih langsung berlu

    Last Updated : 2024-12-31
  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 12

    Orang yang datang adalah sahabat Kirana, Haira. Melihat Haira berhasil mengendalikan Abimana, para pelayan di kolam memohon seraya menangis, "Selir Agung Haira ... bantu kami tegakkan keadilan."Suara pelayan yang menangis secara bersamaan benar-benar berisik. Haira mengernyit dan melihat pelayan pribadinya.Pelayan pribadi Haira langsung paham maksud majikannya. Dia membentak, "Cepat pergi ganti baju! Kalau kalian sakit dan urusan para selir terbengkalai, apa kalian mau dipenggal?"Semua pelayan itu baru berhenti menangis, lalu buru-buru keluar dari kolam dan kembali ke kamar masing-masing.Setelah semua pelayan pergi, Haira baru melihat tongkat yang dipegang Abimana. Dia bertanya dengan dingin, "Abimana, apa kamu juga mau pukul aku?"Abimana baru melempar tongkat ke samping, lalu memberi hormat kepada Haira dan menyahut, "Saya nggak berani."Haira yang marah menimpali, "Kamu berani pukul pelayan istana. Apa lagi yang nggak berani kamu lakukan?"Haira merasa Abimana terlalu gegabah. P

    Last Updated : 2024-12-31
  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 13

    Bahkan Kresna juga melihat Andini. Hanya saja, dia berkata kepada Abimana, "Untung saja, hari ini Selir Agung Haira turun tangan. Kalau nggak, bukan hanya kamu, kemungkinan aku juga nggak bisa keluar dari istana!"Andini melihat lantai dan tersenyum sinis. Sepertinya ucapan Kresna ini ditujukan kepadanya. Tiba-tiba, terdengar suara Dianti. "Ayah ...."Dianti terlihat lemah dan juga cemas, seolah-olah kondisinya sudah sekarat. Andini mengernyit. Dia melihat Ratih memapah Dianti.Air mata Dianti langsung mengalir sewaktu melihat dahi Abimana berdarah. Kemudian, Dianti berlutut di samping Abimana dan berucap, "Ayah, jangan marah lagi ...."Sebelum menyelesaikan ucapannya, Dianti batuk-batuk. Kresna yang merasa kasihan pada Dianti menegur Ratih, "Cepat papah Dianti!"Bahkan, Kirana yang awalnya sibuk membela Abimana juga segera memapah Dianti. Dia bertanya, "Kamu lagi sakit. Kenapa kamu keluar?"Dianti menjawab sembari berlinang air mata, "Aku ... dengar Ayah mau hukum Kak Abimana. Aku tah

    Last Updated : 2024-12-31
  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 14

    Sebenarnya Andini enggan masuk ke istana. Dia merasa gelisah begitu sampai di halaman istana Haira.Andini berada di penatu istana selama 3 tahun, tetapi dia tidak pernah masuk ke istana Haira. Andini merasa suasana di istana Haira sama dengan di penatu istana. Kedua tempat itu membuat Andini merasa tidak tenang.Andini takut dirinya tidak bisa pulang lagi setelah masuk ke istana, sama seperti 3 tahun yang lalu. Andini berdiri di halaman istana Haira cukup lama. Saat kakinya sudah mati rasa karena kedinginan, seseorang baru datang untuk membawanya menemui Haira.Begitu pintu ruangan dibuka, Andini baru merasa hangat. Dia menghela napas. Sebelum masuk ke ruangan, Andini mendengar Haira berkata, "Aku sudah lihat pakaiannya, bersih sekali."Andini baru melihat Haira. Dia segera berlutut dan menyapa, "Salam, Selir Agung Haira. Hamba berterima kasih atas pujian Selir Agung Haira."Andini sudah terbiasa menjadi pelayan di penatu istana. Biarpun sekarang Andini telah dijemput kembali ke Kedia

    Last Updated : 2024-12-31
  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 15

    Andini sangat kaget. Bahkan dayang itu juga sempat mendongak dengan terkejut. Dia melirik Andini dan Rangga dengan cepat sebelum menjawab, "Baik."Tak lama kemudian, dayang itu segera meninggalkan mereka. Sementara itu, Rangga dengan santai mengulurkan tangannya ke arah Andini sambil berujar, "Nona Andini, silakan."Andini tak punya pilihan selain memaksakan diri dan berjalan bersama Rangga menuju gerbang istana. Namun, perjalanan keluar istana hari ini terasa luar biasa panjang. Andini beberapa kali memandang ke depan, tetapi dua daun pintu besar itu tetap tak terlihat di pandangannya.Tak ada satu pun dari mereka yang berbicara. Keheningan di antara mereka begitu mencekam. Hanya terdengar suara sepatu yang bergesekan dengan lantai. Situasi seperti ini sangat jarang terjadi sebelumnya.Dalam ingatan Rangga, Andini adalah gadis yang sangat cerewet. Dia selalu berbicara tanpa henti, seperti burung kecil yang berkicau sepanjang hari. Keheningan seperti ini justru membuat Rangga merasa ti

    Last Updated : 2024-12-31
  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 16

    Andini tidak menyangka bahwa Ainun akan tiba-tiba menanyakan hal seperti itu. Melihat sorot mata penuh harap di wajahnya, Andini mendadak menyadari bahwa dia ingin menjodohkannya dengan Rangga.Meskipun kemarin Andini sudah dengan jelas mengatakan bahwa dirinya sama sekali tidak memiliki perasaan apa-apa terhadap Rangga, mereka berdua adalah teman masa kecil yang tumbuh bersama di mata Ainun.Selain itu, Rangga saat ini juga sangat dipercaya oleh Kaisar. Menurut Ainun, dialah orang terbaik yang bisa Andini andalkan.Hanya saja, hubungan antara Andini dan Rangga sejak awal memang cukup rumit. Kini, Rangga dan Dianti juga sudah saling mencintai. Andini sama sekali tidak punya posisi maupun niat untuk menyelipkan dirinya di antara mereka.Andini menolak sambil menggeleng, "Nek, hari ini Jenderal Rangga bahkan menitipkan kue untuk Dianti. Mereka adalah pasangan sejati. Nenek nggak perlu memikirkan hal-hal seperti ini lagi."Ainun bukanlah orang yang keras kepala. Mendengar ucapan itu, dia

    Last Updated : 2024-12-31
  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 17

    Mereka sudah bicara sampai sejauh ini. Jika memungkinkan, Andini ingin sekali berbalik dan pergi. Namun, dia tidak punya uang sepeser pun. Di luar sana, tidak ada seorang pun yang bisa dia sebut sebagai teman. Jika pergi begitu saja, dia tidak tahu harus ke mana.Terlebih lagi, Ainun masih ada di sini. Bagaimana mungkin Andini tega meninggalkan neneknya dalam kecemasan? Jadi, tidak peduli seburuk apa pun kata-kata Kresna dan Abimana, untuk saat ini Andini hanya bisa mendengarkan dan menahan diri.Pandangan Andini tertuju pada mangkuk yang diletakkan di tengah meja. Dia pun menyadari inti dari konflik ini. Matanya berlinang air mata, tetapi dia memaksa diri untuk menahannya. Andini pun mengambil sumpit dan menjepit potongan ikan di mangkuk, lalu memakannya.Terdengar suara tawa dingin penuh ejekan dari Abimana yang duduk di samping. Dia meledek, "Sekarang, kamu akhirnya mau makan juga? Sepertinya status Nona Besar Kediaman Adipati cukup menarik bagimu ya!"Andini memandang Abimana denga

    Last Updated : 2024-12-31
  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 18

    Usulan mendadak ini membuat Rangga tertarik. Namun sebelum dia sempat mengatakan apa pun, kepalan tangan Abimana sudah melayang ke arahnya. Untungnya, Rangga bereaksi cukup cepat. Dia memiringkan tubuh untuk menghindari pukulan tersebut.Alhasil, tinju Abimana mengenai udara kosong. Itu membuat tubuhnya terdorong ke meja. Hidangan lezat yang tertata di atas meja jatuh berserakan ke lantai. Abimana mengambil segenggam makanan dengan santai, lalu melemparkannya ke arah Rangga.Sementara itu, Rangga segera mundur ke belakang dan nyaris terkena lemparan tersebut. Wajahnya mulai menunjukkan kekesalan. Dia pun bertanya sambil mengernyit, "Apa kamu gila?"Rangga tidak menyebutnya gila karena mabuk karena dia tahu bahwa Abimana tidak akan bertingkah seperti ini bahkan ketika mabuk.Hari ini, Abimana jelas menyimpan sesuatu di dalam hatinya. Pria itu akhirnya bangkit berdiri. Baju mewahnya kini sudah penuh dengan noda makanan.Namun, Abimana sama sekali tidak peduli. Dia malah mengangkat tangan

    Last Updated : 2024-12-31

Latest chapter

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 50

    Andini berani bersikap arogan kepada anggota Keluarga Adipati yang lain, tetapi dia merasa bersalah kepada Ainun. Andini takut Ainun akan memarahinya tidak tahu aturan setelah tahu dia mengambil semua hadiah dari Kaisar dan Haira.Seharusnya sekarang Ainun sudah bangun. Sesuai dugaan, Ainun sedang minum obat saat Andini datang.Andini menarik napas dalam-dalam, lalu berjalan masuk dan menyapa Ainun. Andini berusaha bersikap santai agar Ainun tidak tahu tubuhnya terluka.Ainun sangat senang begitu melihat Andini. Dia melambaikan tangan kepada Andini dan berujar, "Kudengar, titah Kaisar sudah diantar?"Andini duduk di samping Ainun dan meraih tangannya. Dia mengangguk sembari membalas, "Iya. Kaisar dan Selir Agung Haira memberiku banyak hadiah. Aku ... mengambil semua hadiah itu."Andini merasa malu. Dia takut Ainun menganggapnya serakah. Di dunia ini, Ainun adalah satu-satunya keluarga Andini.Siapa sangka, Ainun malah tertawa dan menanggapi, "Bagus! Kali ini, Andin kesayanganku sangat

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 49

    Luka di punggung Andini masih terasa sakit. Abimana memang pingsan setelah dipukul, tetapi sapunya tidak patah. Bahkan, luka di punggung Abimana tidak terlalu parah sehingga hari ini dia bisa turun dari tempat tidur.Sementara itu, sapu yang digunakan Abimana untuk memukul Andini patah. Dia pasti mengerahkan seluruh tenaganya. Ujung sapu yang patah juga menggores punggung Andini. Sudah jelas kemarin Abimana berniat menghabisi Andini!Andini tidak mengatakan dengan jelas, tetapi Abimana merasa dipermalukan. Abimana hendak meninju Andini. Dia mengancam, "Aku rasa pukulanku kemarin terlalu ringan makanya sekarang kamu masih bisa melawanku!"Kirana segera memeluk Abimana dan berseru, "Abimana, jangan gegabah!"Siapa sangka, Andini mendekati Abimana dan menantang, "Apa kamu masih mau pukul aku? Hari ini kamu mau pukul bagian mana? Wajah bagian kiri atau kanan? Apa perlu aku menyodorkan diriku padamu?"Amarah Abimana memuncak melihat sikap Andini yang arogan. Dia hampir melepaskan diri dari

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 48

    Luka di punggung Andini masih terasa sakit. Abimana memang pingsan setelah dipukul, tetapi sapunya tidak patah. Bahkan, luka di punggung Abimana tidak terlalu parah sehingga hari ini dia bisa turun dari tempat tidur.Sementara itu, sapu yang digunakan Abimana untuk memukul Andini patah. Dia pasti mengerahkan seluruh tenaganya. Ujung sapu yang patah juga menggores punggung Andini. Sudah jelas kemarin Abimana berniat menghabisi Andini!Andini tidak mengatakan dengan jelas, tetapi Abimana merasa dipermalukan. Abimana hendak meninju Andini. Dia mengancam, "Aku rasa pukulanku kemarin terlalu ringan makanya sekarang kamu masih bisa melawanku!"Kirana segera memeluk Abimana dan berseru, "Abimana, jangan gegabah!"Siapa sangka, Andini mendekati Abimana dan menantang, "Apa kamu masih mau pukul aku? Hari ini kamu mau pukul bagian mana? Wajah bagian kiri atau kanan? Apa perlu aku menyodorkan diriku padamu?"Amarah Abimana memuncak melihat sikap Andini yang arogan. Dia hampir melepaskan diri dari

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 47

    Entah sejak kapan Andini merasa gusar setiap mendengar suara Abimana. Andini melihat Abimana mendorong pelayan yang memapahnya.Abimana menghampiri Andini dengan terpincang-pincang seraya menegaskan, "Minta maaf pada Ibu!"Andini mengamati Abimana. Mungkin karena luka di punggungnya, Abimana tidak bisa berdiri tegak. Dahinya juga berkeringat. Sudah jelas tadi Abimana sangat kesakitan saat menghampiri Andini.Biarpun begitu, Abimana tetap bersikeras menyalahkan Andini. Sebenarnya, ini memang sifat Abimana sejak kecil. Hanya saja, dulu Abimana berusaha keras melindungi Andini. Setelah Dianti kembali, Abimana mulai melawan dan memfitnah Andini.Andini yang merasa kecewa menimpali, "Kemarin kamu memukulku setelah menyuruhku minta maaf. Jadi, hari ini kamu menyiapkan hukuman apa untukku?"Abimana menarik napas begitu mengungkit masalah kemarin. Namun, dia tetap menganggap Andini yang bersalah.Abimana bertanya seraya mengernyit, "Apa kamu menyimpan dendam kepadaku setelah aku memukulmu? Jad

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 46

    Respons Dianti ini lebih lucu daripada ucapannya tadi. Andini menggeleng dan tertawa. Kirana juga tahu ucapan Dianti tadi kurang pantas.Kirana menyela, "Beberapa hari ini Pangeran Baskoro sedang istirahat. Dia mengutus orang untuk menyampaikan nanti dia baru bawa kamu ke tempat yang sudah dia janjikan."Andini mengernyit. Dia baru teringat kemarin Baskoro mengatakan akan membawanya ke suatu tempat setelah selesai. Namun, Baskoro pergi sebelum Andini menyetujuinya.Dianti mendekati Andini lagi dan bertanya, "Pangeran Baskoro mau bawa Kak Andini ke mana? Tempatnya menyenangkan, nggak?"Melihat ekspresi Dianti yang gembira, Andini tiba-tiba teringat sesuatu. Dia memandang Dianti seraya bertanya, "Apa kemarin kamu yang beri tahu Pangeran Baskoro bahwa aku pergi ke Kuil Amnan?"Andini ingat Dianti pernah mengatakannya. Dianti tertegun sejenak, lalu mengangguk. Andini bertanya lagi sambil mengernyit, "Kenapa kamu berbuat begitu?"Kalau bukan karena Dianti mengundangnya, Andini tidak akan te

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 45

    Andini hendak mencari Ainun setelah kembali ke Kediaman Adipati. Ternyata, Ainun sudah tidur. Jika Ainun bisa tidur, itu berarti dia tidak mendengar masalah yang terjadi di Kuil Amnan. Andini baru merasa tenang.Sesampainya di Paviliun Ayana, Laras menunggu Andini dengan wajah pucat pasi. Andini merasa sedih begitu teringat tendangan Abimana sebelumnya.Namun, Laras tampak tenang seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Dia hendak membantu Andini mengganti baju.Andini berpikir sejenak, lalu bertanya, "Laras, apa kamu ingin pergi ke tempat lain?"Laras tertegun sesaat sebelum menyahut, "Apa Nona mau usir hamba?"Andini menggeleng dan menimpali, "Aku bukan mau usir kamu. Aku hanya ... takut mempersulitmu."Hari ini, Laras tidak akan disakiti jika bukan karena Andini. Siapa sangka, Laras tiba-tiba menjadi emosional. Dia menanggapi, "Hamba nggak takut! Nona, jangan usir hamba karena hamba ingin melindungi Nona!"Mungkin karena terlalu emosional, Laras batuk-batuk setelah selesai bicara. Bahkan,

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 44

    Abimana merasa kasihan pada Dianti, sedangkan Kirana buru-buru menarik Dianti. Dia berkata dengan ekspresi cemas, "Aduh, cepat ikut Ibu. Biar Ibu obati lukamu dulu."Namun, Dianti tidak ingin mengikuti Kirana. Dia berujar sembari menangis, "Aku nggak mau pergi. Ayah pasti mau menghukum Kakak. Aku harus melindunginya."Hati Kresna luluh begitu melihat ekspresi Dianti yang sedih. Abimana mengernyit. Dia teringat Andini yang mengatakan kakaknya sudah mati 3 tahun lalu.Kenapa perbedaan Andini dan Dianti begitu jauh? Mereka berdua adalah adik Abimana. Andini bersikap kejam kepada Abimana, sedangkan Dianti tidak memedulikan lukanya sendiri demi Abimana.Kresna membentak, "Apa dia nggak pantas dihukum? Dia memukul adiknya di depan umum sampai terluka parah! Dia benar-benar nggak berperikemanusiaan!"Hari ini, sudah jelas Abimana bukan menghukum Andini. Dia mempermalukan Keluarga Adipati. Sekarang semua orang di ibu kota tahu Andini yang dibesarkan Keluarga Adipati selama 15 tahun mempunyai

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 43

    Ekspresi Rangga menjadi dingin. Dia bertanya, "Kamu yakin mau menikah dengan Pangeran Baskoro?"Andini menatap Rangga seraya menjawab dengan tenang, "Iya."Rangga bertanya lagi, "Kamu tetap mau menikah dengannya biarpun dia cacat?"Ucapan Rangga membuat Andini terdiam. Melihat respons Andini, Rangga mengira Andini tidak tahu hal ini. Dia berkata, "Kamu tahu dia ....""Aku tahu," sergah Andini. Dia tahu apa yang akan dikatakan Rangga selanjutnya.Tadi pelayan yang mengantar Andini bernama Ambar. Pelayan itu sudah diam-diam menceritakan rahasia yang tidak diketahui Andini sebelumnya.Rangga tertegun. Dia tidak menyangka Andini tetap bersikeras menikah dengan Baskoro setelah tahu hal itu.Rangga yang teringat sesuatu berucap, "Kalau kamu membuat keputusan ini karena ucapanku sebelumnya, aku bisa mencari Nyonya Kirana ...."Rangga pernah mengatakan dia baru bisa menikahi Dianti setelah Andini menikah. Jadi, Rangga mengira Andini setuju menikah dengan Baskoro karena hal itu.Siapa sangka, A

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 42

    Rangga melihat kepanikan Andini. Entah kenapa, hati Rangga tergerak. Namun, emosinya tersulut begitu teringat dengan kemesraan Andini dan Baskoro di aula tadi. Rangga bertanya, "Setelah 3 tahun, kenapa kamu masih tetap nggak jeli?"Akhirnya, Andini berhasil menenangkan dirinya. Dia berusaha mendorong Rangga. Akan tetapi, gua sangat sempit sehingga usahanya sia-sia.Hanya saja, Andini berhasil melepaskan tangan Rangga yang menutup mulutnya. Dia memelototi Rangga dan bertanya balik, "Jadi, Jenderal Rangga menarikku ke sini hanya untuk membicarakan hal ini?"Tatapan Rangga menjadi muram. Dia menegur, "Masa kamu nggak tahu masalah hari ini sudah direncanakan Selir Agung Haira? Luka di punggungmu memang parah, tapi nggak mungkin bisa berdarah hanya karena kamu berlari sebentar."Kecuali, sebelumnya luka Andini memang tidak diobati. Namun, Andini tahu hal ini. Bagaimanapun, rasanya sangat berbeda setelah lukanya diobati tadi.Andini tidak mempermasalahkannya. Dia malah tertawa sinis dan bert

DMCA.com Protection Status