Share

Bab 4

Author: Zaina Aulia
Melihat Andini tidak menghargai perhatian Dianti, Abimana melupakan perasaan bersalahnya. Dia menegur Andini, "Kamu nggak usah sindir orang! Kenapa tadi kamu nggak bilang tubuhmu terluka? Apa kamu nggak punya mulut?"

Jika Andini mengatakannya, Abimana pasti meminta salep kepada tabib. Andini berucap dengan datar, "Tadi aku mau bilang, tapi Tuan Abimana nggak memberiku kesempatan."

Akhirnya, Andini menarik tangannya. Ekspresi Abimana menjadi muram. Andini sudah kembali ke Kediaman Adipati, kenapa dia masih tidak memanggil Abimana dengan sebutan "kakak"?

Amarah Abimana tidak mereda, dia malah berkata dengan ketus, "Kamu itu putri Keluarga Adipati. Sejak kecil, kamu belajar ilmu bela diri dengan guru di kediaman. Apa di penatu istana ada ahli sehingga bisa membuat kamu terluka parah?"

Ucapan Abimana membuat Andini tertegun sejenak. Kemudian, dia menurunkan lengan bajunya dan berucap dengan dingin, "Awalnya aku melawan mereka. Sesuai ucapan Tuan Abimana, para pelayan istana itu memang bukan lawanku. Tapi, mereka pakai trik licik karena nggak bisa lawan aku."

"Misalnya, mereka akan menyiramku dengan air dingin saat aku tidur. Waktu makan, mereka menukar supku menjadi air bekas cuci piring. Mereka juga melempar baju-baju yang baru selesai kucuci ke kakus atau menyodorkan pekerjaan mereka kepadaku," lanjut Andini.

Andini melihat Abimana dengan ekspresi datar. Kedua tangan Abimana bergetar. Andini meneruskan, "Aku juga pernah meminta tolong kepada pengurus penatu istana, tapi aku malah dicambuk. Jadi, akhirnya aku nggak melawan lagi."

"Kalau tempat tidurku basah, aku tidur di lantai. Biarpun mereka menukar supku menjadi air bekas cuci piring, aku tetap meminumnya. Suatu kali, aku hampir mati dipukul pelayan senior di sana. Mungkin karena masih memikirkan Keluarga Adipati, setelah itu pukulan pelayan senior nggak terlalu kejam lagi," kata Andini.

Melihat ekspresi Abimana yang terkejut, Andini tersenyum sinis dan melanjutkan, "Jadi, Tuan Abimana mengira aku sengaja terima semua perlakuan mereka supaya bisa menarik simpati kalian? Aku nggak begitu bodoh, mana mungkin aku nggak tahu statusku sendiri?"

"Kalian mungkin merasa bersalah, tapi kalian nggak akan menyesal. Setelah mendengar ceritaku, kalian pasti bersyukur orang yang dihukum masuk ke penatu istana itu aku, bukan Diana. Benar, 'kan?" ujar Andini.

Mendengar perkataan Andini, hati Abimana terasa sangat sakit. Namun, dia sama sekali tidak bisa membantah perkataan Andini.

Kirana memegang dadanya dan menimpali seraya menangis, "Andin, jangan lanjutkan lagi! Ibu yang salah. Ibu bersalah padamu."

"Nyonya nggak bersalah kepadaku," balas Andini dengan lembut.

Hanya saja, nada bicara Andini yang lembut berbeda dengan Dianti. Cara Dianti bicara membuat orang merasa kasihan dan nyaman. Sementara itu, ucapan Andini yang lembut sangat menyakitkan.

Andini menanggapi, "Nyonya sudah besarkan aku selama 15 tahun. Aku berutang budi kepadamu. Sudah seharusnya aku melakukan semua itu."

"Tapi kamu membenci kami!" timpal Abimana yang merasa gusar. Dia bisa menebak pemikiran Andini, lalu dia meneruskan, "Semua perbuatanmu ini disengaja. Kamu sengaja bersikap dingin pada kami dan sengaja jatuh di depan Ibu!"

"Apa kamu menggunakan trik yang sama di depan Rangga? Kamu berhasil menarik simpati Rangga sehingga bisa naik kereta kudanya? Andini, ingat Rangga bukan tunanganmu lagi. Sekarang dia itu tunangan Dian dan mereka akan segera menikah!" lanjut Abimana.

Melihat ekspresi Abimana yang marah, Andini merasa tidak berdaya. Bagaimanapun, Abimana sudah menjadi kakak Andini selama 15 tahun. Setiap ucapan Abimana sangat mengena di hati Andini.

Untung saja, mental Andini sudah terlatih selama 3 tahun. Dia tidak mudah terpengaruh lagi. Andini membalas, "Sepertinya Tuan Abimana terlalu sibuk sehingga lupa kamu pernah mendorongku dari tangga 3 tahun yang lalu. Waktu itu, kakiku terkilir dan aku masuk ke penatu istana sebelum kakiku pulih."

"Selama 3 tahun ini, cedera di pergelangan kakiku sering sakit. Hari ini, Tuan Abimana menendangku dari kereta kuda sehingga kakiku terkilir lagi. Jadi, tadi aku benar-benar nggak bisa berdiri dengan stabil," lanjut Andini.

Andini menambahkan, "Mengenai Jenderal Rangga ... bagaimana Tuan Abimana bisa mengira dia merasa kasihan padaku? Kamu memang menganggapku hebat atau meremehkan Nona Dianti?"

Ucapan Andini membuat Dianti malu. Abimana melihat Dianti dengan ekspresi khawatir, lalu membentak Andini, "Jangan hasut kami! Aku paling paham sifatmu. Biarpun 3 tahun sudah berlalu, kamu tetap pendendam seperti dulu!"

Abimana menegaskan, "Aku peringatkan kamu, selama ada aku, kamu nggak bisa tindas Dian!"

Dianti berucap seraya menangis, "Kak Abimana ... jangan begitu. Kak Andini nggak melakukan apa pun padaku."

"Dian, kamu terlalu baik," ujar Abimana seraya mengernyit. Dia menunjuk Andini dan melanjutkan, "Tapi, dia berbeda denganmu. Dia licik dan juga pendendam! Kita memasukkannya ke penatu istana selama 3 tahun, sekarang dia pasti mau balas dendam setelah keluar!"

Abimana menambahkan, "Padahal dia tahu Ibu sangat menyayanginya. Tapi, dia sengaja bersikap dingin dan menunjukkan luka di tubuhnya. Lihat, Ibu nggak berhenti menangis."

Dianti memandang Kirana yang menangis tersedu-sedu sembari bersandar di bahu pelayan. Kirana ingin membantah perkataan Abimana. Dia melambaikan tangannya, tetapi tidak bisa melontarkan sepatah kata pun.

Dianti tidak pernah melihat ibunya menangis seperti ini. Bahkan, Kirana hanya meneteskan air mata saat Andini dibawa ke penatu istana. Dia juga menghibur Dianti.

Apa Andini memang sengaja melakukan semua ini? Apa Andini memang wanita yang licik? Dianti memandang Andini, ternyata Andini memang sedang menatapnya dengan dingin. Dianti segera mengalihkan pandangannya.

Andini hanya memberi hormat kepada Kirana dan berkata, "Sepertinya hari ini bukan waktu yang tepat untuk menemui Nenek. Tolong Nyonya Kirana sampaikan pada Nenek, besok aku baru kunjungi dia."

Selesai bicara, Andini langsung pergi dan tidak melihat anggota Keluarga Biantara lagi. Namun, tatapan anggota Keluarga Biantara terus tertuju pada Andini yang berjalan terpincang-pincang, termasuk Rangga.

Abimana baru melihat Rangga setelah Dianti mengantar Kirana kembali. Rangga berdiri di koridor. Seharusnya dia melihat semua yang terjadi dengan jelas.

Abimana yang gusar mengernyit. Dia menghampiri Rangga dan bertanya, "Kenapa kamu datang?"

"Kaisar memberiku bahan obat yang berharga. Aku nggak butuh bahan obat itu, jadi aku berniat memberikannya kepada nenekmu," sahut Rangga dengan tenang.

Abimana bisa menebak tujuan kedatangan Rangga. Dia mengamati Rangga, lalu bertanya, "Jawab aku dengan jujur, apa kamu datang karena Andin?"

Related chapters

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 5

    Rangga hanya melihat kotak bahan obat di tangannya dan tidak berbicara. Abimana makin gelisah. Dia bertanya lagi, "Hari ini kamu nggak dipanggil ke istana. Apa kamu khusus pergi ke istana untuk menjemput Andin?"Rangga tetap tidak berbicara. Abimana tumbuh besar bersama Rangga, mana mungkin dia tidak memahami respons Rangga?Abimana berucap, "Rangga, kamu gila, ya? Dulu kamu abaikan Andin waktu dia terus mendekatimu. Sekarang kamu sudah menjadi tunangan Dian, kamu baru memperhatikan Andin? Aku peringatkan kamu, mereka berdua itu adikku, jangan desak aku putus hubungan denganmu!"Rangga hanya mendengus setelah mendengar ucapan Abimana. Dia memandang Abimana sembari menimpali dengan sinis, "Kamu bersikap seolah-olah kamu sangat memedulikan Andin."Jelas-jelas, Abimana melontarkan kata-kata yang menyakiti Andini. Ucapan Rangga membuat Abimana tidak bisa berkata-kata.Abimana menatap Rangga lekat-lekat. Dia berpikir sejenak sebelum membalas, "Memangnya kamu sangat memedulikan Andin? Jangan

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 6

    Malam itu, Andini terjaga sepanjang malam hingga fajar menyingsing. Dia sendiri tidak tahu apa penyebabnya.Mungkin karena penghangat di kamarnya terlalu panas. Rasanya sangat berbeda dengan gubuk reyot yang bocor dan dingin, tempatnya bertahan hidup selama tiga tahun terakhir. Mungkin juga karena selimutnya kali ini kering, lembut, dan hangat saat menutupi tubuhnya.Segala sesuatu terlihat begitu sempurna hingga Andini merasa seolah-olah berada di dunia lain. Dia merasa berada di sebuah dunia yang begitu indah hingga terasa tidak nyata.Andini pernah berpikir bahwa dirinya akan menghabiskan sisa hidup di penatu istana. Namun ketika sinar matahari pagi yang hangat masuk melalui jendela, dia akhirnya sepenuhnya yakin bahwa dia benar-benar telah kembali.Kirana telah menyiapkan baju baru untuknya. Itu sepertinya dibeli dari kedai baju di kota. Meskipun baju itu tidak sepenuhnya pas, setidaknya lengannya cukup panjang untuk menutupi bekas luka di lengan Andini.Pagi-pagi sekali, Andini pe

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 7

    Abimana memandang Andini dengan ekspresi tak percaya. Dia ingin segera menuduh Andini berbohong, tetapi ketika matanya menangkap ibunya yang hanya duduk di sana dengan kepala tertunduk tanpa memberikan tanggapan apa pun, dia segera memahami kebenarannya.Namun, bagaimana ini mungkin? Sejak kecil, Kresna selalu paling menyayangi Andini. Bagaimana mungkin ayahnya membiarkan dia mengubah marganya?Rasa seperti jantungnya sedang disobek oleh sesuatu kembali membuat Abimana sulit bernapas. Hatinya terasa kacau balau. Ketika dia memandang orang-orang di dalam ruangan, tidak ada satu pun yang membuatnya merasa nyaman.Dengan emosi yang tak terkendali, Abimana akhirnya membalikkan badan dan pergi dengan mengibaskan lengan bajunya.Kepergian Abimana membuat Rangga merasa canggung. Dia melangkah maju dan memberi hormat, "Hormat pada Nyonya Ainun."Ainun bersikap ramah terhadapnya. Sebagai seorang jenderal muda yang mencapai prestasi besar, Rangga terkenal berani sekaligus cerdas. Selain itu, sik

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 8

    Di sisi lain, Andini baru saja membantu Ainun kembali ke kamar. Tiba-tiba, neneknya jatuh sakit. Seperti yang Kirana katakan sebelumnya, kondisi tubuh Ainun memang tidak sebaik dulu.Meskipun hari ini Ainun sudah berusaha mengendalikan emosinya, kegembiraan dan kesedihan yang bertubi-tubi masih terlalu berat baginya. Setelah berbaring, napasnya langsung terdengar berat dan terengah-engah.Untungnya pelayan Ainun, Farida, sudah mempersiapkan segalanya. Dia sebelumnya telah memanggil tabib kediaman untuk berjaga di luar kamar.Begitu Ainun berbaring, tabib segera mulai memberikan terapi akupunktur dan pijatan. Setelah 30 menit, kondisi Ainun perlahan stabil kembali.Meski tidak terlalu berbahaya, Andini tetap merasa panik melihat situasi itu. Dia berdiri di sisi ranjang dengan bingung dan tak tahu harus berbuat apa.Melihat wajah Andini yang penuh rasa cemas, Ainun yang sedang bersandar di kepala ranjang memanggilnya dengan lembut.Hidung Andini memerah. Dia khawatir jika terlalu emosion

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 9

    Mendengar pertanyaan seperti itu, air mata Dianti akhirnya tidak terbendung lagi. Dia menggeleng berulang kali sambil berucap, "Bukan begitu, aku nggak pernah berniat menyakiti Kakak. Dulu memang aku yang memecahkan mangkuk kaca, itu salahku. Tapi yang fitnah Kakak adalah Ratih ...."Dianti berusaha keras untuk menjelaskan kepada Andini bahwa dia tidak pernah berniat menyakitinya. Namun, Andini hanya bersandar di pintu sambil bertanya dengan suara lembut, "Kalau begitu, kenapa tiga tahun lalu kamu nggak bilang?"Dianti tertegun. Dia tidak langsung memahami apa maksud Andini. Namun, dia bisa melihat sudut bibir Andini terangkat. Kakaknya itu memperlihatkan senyuman penuh ejekan.Andini melanjutkan, "Kamu bilang itu salahmu karena memecahkan mangkuk kaca, tapi kenapa tiga tahun lalu kamu nggak mengakuinya di depan Permaisuri dan Putri?"Dianti seperti kehilangan keseimbangan. Dia melangkah mundur satu langkah sambil tergagap, "Aku ... aku nggak berani .... Itu pertama kalinya aku masuk i

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 10

    Andini menyampirkan luaran yang belum sempat dilepaskannya dan bertanya, "Ada apa? Siapa yang berteriak?"Laras yang cemas menggeleng. Dia mengikuti Andini dan menjawab, "Hamba juga nggak tahu. Hamba baru dengar ada yang teriak. Nona, pakai bajumu. Di luar dingin!"Namun, Andini tidak sempat memikirkan hal itu lagi. Dianti pasti jatuh ke kolam teratai di Paviliun Ayana. Dulu, Andini disiksa selama 3 tahun karena Dianti memecahkan mangkuk. Jika terjadi sesuatu pada Dianti di Paviliun Ayana, takutnya Abimana akan menghabisi Andini.Saat Andini sampai di kolam teratai, Dianti sedang bergerak-gerak di kolam. Air kolam sudah membeku dan sekarang muncul sebuah lubang besar. Para pelayan di jembatan batu melihat Dianti.Andini bergegas menghampiri mereka dan menegur, "Apa kalian semua nggak bisa berenang? Kenapa kalian nggak selamatkan dia?"Beberapa pelayan pria menyahut dengan ekspresi ragu, "Kami bisa berenang, tapi ... bagaimana kalau kami merusak reputasi Nona Dianti?""Apa reputasi lebi

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 11

    Ucapan Andini membuat Abimana tersentak. Dia membayangkan Andini bergerak-gerak di kolam dan sekelompok pelayan istana mentertawakannya.Hati Abimana terasa sakit. Dia hendak bicara, tetapi suaranya tercekat. Setelah pintu rumah Andini tertutup, Abimana baru tersadar."Nona Dianti," panggil Ratih seraya menangis. Suara tangisannya membuat orang makin gusar.Dianti memelototi Ratih sambil menegur, "Jangan menangis lagi! Cepat panggil tabib kediaman!"Ratih baru tersadar. Dia buru-buru memanggil tabib. Abimana membawa Dianti kembali ke Paviliun Persik. Tabib kediaman datang bersama Kirana.Saat tabib kediaman memeriksa Dianti, Kirana menarik Abimana ke luar dan berucap, "Ada apa? Kenapa adikmu tiba-tiba jatuh ke dalam kolam? Apa Andin ...."Abimana menyergah sambil mengernyit, "Bu! Andin yang menyelamatkan Dian!"Kemudian, Abimana yang teringat sesuatu melihat Ratih dan berujar, "Kamu kemari dulu."Wajah Ratih membengkak. Sudah jelas Laras menampar Ratih dengan kuat. Ratih langsung berlu

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 12

    Orang yang datang adalah sahabat Kirana, Haira. Melihat Haira berhasil mengendalikan Abimana, para pelayan di kolam memohon seraya menangis, "Selir Agung Haira ... bantu kami tegakkan keadilan."Suara pelayan yang menangis secara bersamaan benar-benar berisik. Haira mengernyit dan melihat pelayan pribadinya.Pelayan pribadi Haira langsung paham maksud majikannya. Dia membentak, "Cepat pergi ganti baju! Kalau kalian sakit dan urusan para selir terbengkalai, apa kalian mau dipenggal?"Semua pelayan itu baru berhenti menangis, lalu buru-buru keluar dari kolam dan kembali ke kamar masing-masing.Setelah semua pelayan pergi, Haira baru melihat tongkat yang dipegang Abimana. Dia bertanya dengan dingin, "Abimana, apa kamu juga mau pukul aku?"Abimana baru melempar tongkat ke samping, lalu memberi hormat kepada Haira dan menyahut, "Saya nggak berani."Haira yang marah menimpali, "Kamu berani pukul pelayan istana. Apa lagi yang nggak berani kamu lakukan?"Haira merasa Abimana terlalu gegabah. P

Latest chapter

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 206

    Byakta terkejut karena tiba-tiba dipanggil. Begitu mengetahui orang itu adalah Dianti, dia segera memberi hormat dan menyapa, "Salam, Nona Dianti."Dianti menghampiri Byakta, lalu melirik ke arah tong sampah sekilas sebelum bertanya, "Kenapa Kak Byakta bisa ada di sini?""Cu ... Cuma lewat," sahut Byakta. Jelas sekali dia berbohong.Dianti tersenyum sembari membalas, "Ini pintu belakang. Jarang ada yang lewat. Kak Byakta datang karena Kak Andini, 'kan?"Mendengar ini, Byakta seketika menatap Dianti dengan kaget.Dianti menambahkan, "Kak Abimana sudah ceritakan padaku tentang Kak Byakta."Ternyata begitu. Menurut Byakta, hubungan Abimana dan Dianti sangat baik. Tidak heran jika Abimana menceritakan kepada Dianti bahwa Byakta punya perasaan pada Andini.Wajah Byakta langsung memerah. Dia berucap dengan terbata-bata, "A ... aku masih ada urusan. Aku pamit dulu."Ketika Byakta hendak pergi, Dianti bertanya, "Kak Byakta mau menyerah?"Langkah Byakta terhenti. Di belakangnya, Dianti melanjut

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 205

    Dianti terkejut. Untungnya, ini pintu belakang, jadi tidak banyak orang yang melihat.Dianti segera sadar dan menarik Ratih ke sebuah gang di sebelah. Dia menegur dengan pelan, "Bukannya sudah kubilang jangan datang cari aku lagi?""Memangnya aku bisa nggak datang?" Ratih menangis sambil mengeluh, "Kalau kamu nggak mau bantu aku, untuk apa pura-pura peduli? Kamu beri aku harapan, lalu buat aku kecewa. Apa ini menyenangkan?"Dianti tertegun. Dia buru-buru memegang lengan Ratih dengan erat. Dia bertanya dengan ekspresi tidak percaya, "Ratih, gimana bisa kamu berpikir seperti itu tentangku?"Ketika berbicara, Dianti sudah berlinang air mata.Tidak disangka, Ratih menghempaskan tangan Dianti dan membantah, "Aku nggak bodoh seperti orang-orang di Keluarga Biantara. Jangan coba-coba menipuku. Katakan, apa kamu ambil kembali kantong yang kamu berikan padaku?""Bukan aku yang ambil!" Dianti buru-buru menjelaskan, "Kak Andini mengirim orang ke sisimu untuk mengawasimu. Nggak lama setelah aku be

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 204

    Dianti tertegun usai mendengar perkataan Laras. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa masalah ini bisa berdampak serius terhadap nama baik Keluarga Adipati.Laras melanjutkan, "Nona Andini juga bilang, ke depannya Nona Dianti akan jadi Nyonya Keluarga Maheswara. Nona seharusnya paham apa yang pantas dan nggak pantas dilakukan. Perhiasan di dalam kantong ini banyak yang terlihat jelas milik Nona.""Kalau hal ini sampai terdengar oleh Keluarga Maheswara, gimana pandangan mereka terhadap Nona? Semoga Nona bisa memahami niat baik Nona Andini," pungkas Laras.Setelah itu, Laras memberi hormat kepada Dianti. Sebelum Dianti sempat berbicara, Laras langsung berbalik pergi meninggalkan Dianti terdiam di tempat.Begitu kembali ke Paviliun Ayana, Laras segera menemui Andini dengan sangat gembira. Dia melaporkan, "Nona, Nona, hamba sudah katakan semuanya sesuai perintah Nona. Nona nggak lihat gimana ekspresi Nona Dianti saat itu. Lucu sekali!"Mendengar ini, Andini tanpa sadar tersenyum sesaat seb

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 203

    Ketika Laras pergi menemui Dianti, Dianti sedang berada di taman kediaman. Bunga-bunga berguguran di Paviliun Persik. Dianti datang untuk melihat apakah ada tanaman lain yang bisa ditanam di Paviliun Persik agar suasananya tidak begitu suram.Tidak disangka, Dianti melihat Laras datang sambil melompat-lompat dari kejauhan. Di tangan Laras ada kantong yang bergoyang-goyang. Dianti langsung mengenalinya. Itu adalah kantong yang dia berikan sendiri kepada Ratih! Wajahnya seketika memucat.Dianti menatap Laras yang berjalan ke arahnya dengan riang. Laras memberi hormat, lalu menyerahkan kantong itu seraya menyampaikan, "Nona Dianti, Nona Andini bilang barangmu ketinggalan. Dia khusus meminta hamba untuk membawanya kemari. Silakan periksa. Apa ada yang kurang?"Laras tersenyum santai, tetapi hal ini justru membuat Dianti merinding. Dianti hanya menatap kantong itu, bahkan tidak berani menerimanya. Dia bertanya dengan suara bergetar, "I ... ini didapatkan dari mana?"Laras merasa lucu dan me

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 202

    Namun, perasaan bukan hal yang bisa dikendalikan. Begitu melihat Andini, Byakta akan merasa kasihan dan tidak bisa mengendalikan diri untuk bersikap baik padanya. Dia juga tidak berdaya.Byakta tidak tahu harus berkata apa, jadi dia memberi hormat sambil berkata, "Aku keluar dulu."Selesai berbicara, tidak ada respons dari Rangga. Byakta menunggu untuk beberapa saat. Lantaran Rangga tetap tidak berbicara, dia berbalik dan keluar.Ketika pintu ditutup, rasa hampa yang luar biasa seketika menyeruak. Rangga mengepalkan tangan dengan perlahan. Dia merasa seolah-olah ada sesuatu yang digali dari dadanya.Semua hal yang Rangga pahami tentang Andini seketika menjadi lelucon di hadapan Byakta hari ini. Rangga tidak tahu apakah Andini yang berubah atau dirinya yang tidak pernah memahami Andini.Sejak hari itu, selalu ada satu hidangan tambahan yang diantar ke Paviliun Ayana. Setelah beberapa hari berturut-turut, Laras melihat selalu ada usus sapi. Dia mengernyit sambil mengeluh, "Nona, lagi-lag

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 201

    Perkataan Byakta membuat Abimana tertegun. Kemudian, dia menyergah, "Orang sepertimu juga mendambakan Andin? Kamu pikir jadi wakil jenderal itu hebat? Asal kamu tahu, kamu bahkan nggak pantas jadi pelayannya!"Abimana awalnya mengira penghinaannya bisa memancing kemarahan Byakta. Tidak disangka, Byakta hanya membalas dengan pelan, "Aku tahu."Ekspresi Byakta tampak datar. Nada bicaranya terdengar tenang. Tidak terlihat malu atau marah.Abimana dan Rangga tertegun. Sementara itu, Byakta justru berbicara panjang lebar. Tatapannya tertuju ke tanah seakan-akan sedang memikirkan masa lalu.Byakta berujar, "Dulu, Andini seperti rembulan di langit. Kalian semua memanjakan dan melindunginya. Aku tahu status kami berdua terlalu jauh. Jadi, aku cuma berani memperhatikannya dari jauh dan nggak berani punya perasaan padanya."Byakta menambahkan, "Tapi kemudian, semuanya berubah. Dia jatuh dan terpuruk. Kalian semua malah meninggalkannya!"Abimana mengernyit dan mendengus dingin sebelum menyindir,

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 200

    Byakta menunduk dan memijat tangan kanannya yang melayangkan tinju tadi. Dia berkata, "Mungkin Andini cuma suka Jenderal Rangga menyuapnya makan. Kalau benar-benar menyukai kue itu, mana mungkin dia suka membagikan kuenya?"Dulu, Byakta juga pernah makan kue yang dibagikan Andini. Abimana tidak bisa berkata-kata. Setelah dipikir-pikir, dulu Andini memang suka membagikan kue kepada orang lain. Abimana mengira Andini suka berbagi.Hanya saja, seperti perkataan Byakta, mana mungkin Andini rela membagikannya kuenya kepada orang lain jika benar-benar menyukainya?Seketika Rangga kewalahan. Bahkan, dia tidak menahan Byakta lagi. Selama ini, Rangga menganggap Andini suka makan kue dari Argani.Dulu Andini tampak sangat senang saat Rangga memberinya kue, seolah-olah dia mendapatkan barang yang paling berharga di dunia.Namun, kemarin Andini tidak menyentuh kue yang disiapkan Rangga di kereta kuda. Bahkan, Andini langsung memberikan kue pemberian Rangga kepada Dianti.Rangga mengira Andini masi

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 199

    Ketika Abimana sampai di markas militer, Byakta sedang melaporkan urusan kemiliteran kepada Rangga di ruang kerja.Pintu ruang kerja ditendang dan Abimana berjalan masuk. Dia langsung meninju wajah Byakta. Untung saja, respons Byakta cepat. Dia mundur dan berhasil menghindari tinjuan Abimana.Namun, Abimana tidak menyerah. Dia menendang Byakta. Sementara itu, Byakta tetap berhasil menghindar. Hanya saja, Abimana lanjut menyerang Byakta.Rangga mengernyit. Dia melompati meja, lalu menghalangi Abimana yang hendak meninju wajah Byakta. Rangga menegur, "Kamu gila, ya?"Abimana menepis tangan Rangga. Dia menatap Byakta seraya memarahi, "Kamu tanya dia apa yang sudah dia lakukan!"Rangga memandang Byakta dengan ekspresi bingung. Byakta berkata dengan tenang, "Aku nggak paham maksud Tuan Abimana."Byakta hanya mengantar makanan untuk Andini, kenapa Abimana mengamuk? Melihat ekspresi Byakta, Abimana ingin meninjunya lagi. Dia berujar, "Pagi ini kamu melompat dari tembok paviliun Andin, penjaga

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 198

    Setelah memikirkan hal ini, amarah Abimana makin memuncak. Dia berpesan, "Bagaimanapun, sebagai seorang wanita, kamu harus memperhatikan reputasimu. Kamu dan Dian masih belum menikah. Kalau ada rumor tersebar, nggak bagus untukmu dan Dian."Jika orang lain tahu Andini bertemu seorang pria di kamarnya saat malam, mereka pasti akan menganggap Andini dan putri Keluarga Adipati bukan wanita baik-baik. Nantinya, reputasi Dianti juga akan rusak karena Andini.Akhirnya, Andini memahami maksud Abimana. Dia mencibir, lalu menimpali, "Sudah kuduga, Tuan Abimana menyuruh orang untuk menculikku dan memberiku obat. Kenapa Tuan Abimana tiba-tiba memperhatikan reputasiku? Ternyata demi Dianti."Abimana terdiam, dia teringat perbuatannya yang keterlaluan. Abimana membalas, "Hari ini aku datang bukan untuk bertengkar denganmu. Pokoknya Nenek menghukum kamu introspeksi diri, bukan membiarkanmu bertemu pria lain di kediaman. Jaga sikapmu."Itu berarti Abimana yakin Andini memang bersalah. Selesai bicara,

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status