Share

Bab 5

Author: Zaina Aulia
Rangga hanya melihat kotak bahan obat di tangannya dan tidak berbicara. Abimana makin gelisah. Dia bertanya lagi, "Hari ini kamu nggak dipanggil ke istana. Apa kamu khusus pergi ke istana untuk menjemput Andin?"

Rangga tetap tidak berbicara. Abimana tumbuh besar bersama Rangga, mana mungkin dia tidak memahami respons Rangga?

Abimana berucap, "Rangga, kamu gila, ya? Dulu kamu abaikan Andin waktu dia terus mendekatimu. Sekarang kamu sudah menjadi tunangan Dian, kamu baru memperhatikan Andin? Aku peringatkan kamu, mereka berdua itu adikku, jangan desak aku putus hubungan denganmu!"

Rangga hanya mendengus setelah mendengar ucapan Abimana. Dia memandang Abimana sembari menimpali dengan sinis, "Kamu bersikap seolah-olah kamu sangat memedulikan Andin."

Jelas-jelas, Abimana melontarkan kata-kata yang menyakiti Andini. Ucapan Rangga membuat Abimana tidak bisa berkata-kata.

Abimana menatap Rangga lekat-lekat. Dia berpikir sejenak sebelum membalas, "Memangnya kamu sangat memedulikan Andin? Jangan lupa, 3 tahun yang lalu kamu juga ada di tempat. Andin membenciku, begitu pula kamu!"

"Aku tahu," sahut Rangga dengan dingin. Kemudian, dia menambahkan dengan tatapan muram, "Andin nggak sentuh kue di kereta kuda."

Bahkan, Andini sama sekali tidak menyentuh penghangat yang disiapkan Rangga. Takutnya Andini juga tidak akan naik ke kereta kuda jika Rangga tidak menggunakan Ainun sebagai alasan.

Rangga ingat hari ini Andini menyapanya dengan hormat. Jelas-jelas dulu Andini sering mengatakan dia menyukai Rangga. Setelah memikirkan hal ini, ekspresi Rangga makin muram.

Abimana juga terkejut sesudah mendengar perkataan Rangga. Dia bisa menebak Andini pasti membencinya dan Rangga. Namun, dulu Andini yang marah tetap memaafkan Rangga setelah Rangga menunjukkan sedikit perhatiannya.

Tidak disangka, sekarang Andini malah mengabaikan perhatian Rangga. Emosi Abimana tersulut begitu teringat luka di lengan Andini. Beraninya pelayan sialan di penatu istana menyakiti adiknya!

Para pelayan itu memang mendapatkan perintah dari Putri. Namun, Andini adalah putri Keluarga Adipati. Apa mereka sama sekali tidak memedulikan statusnya?

Abimana merasa sakit hati. Dia memelototi Rangga seraya bertanya, "Kamu bawa salep dari kemiliteran?"

Salep yang dipakai Rangga di kemiliteran didapatkan dari Lembah Raja Obat dan sangat berkhasiat.

"Nggak," jawab Rangga. Dia mengeluarkan sebotol obat dari sakunya dan menambahkan, "Tapi, kakinya terkilir. Seharusnya obat ini bisa menyembuhkan cederanya."

Abimana langsung mengambil obat itu, lalu berucap, "Terima kasih."

Selesai bicara, Abimana pun pergi. Tiba-tiba, dia kembali lagi. Abimana menarik kerah baju Rangga dan memperingatkan, "Jangan macam-macam!"

Rangga memandang Abimana sambil menyipitkan matanya dan tersenyum sinis, seolah-olah menyiratkan Abimana tidak bisa mengaturnya.

Abimana benar-benar kesal. Dia memang tidak bisa mengatur Rangga, tetapi dia bisa mengatur Andini. Abimana mendengus, lalu pergi.

Rangga merapikan bajunya, lalu memanggil seorang pelayan dan menyerahkan kotak di tangannya. Dia berkata, "Ini untuk Nenek Ainun."

Kemudian, Rangga pergi. Wakil jenderal yang bernama Byakta Muhadir menunggu di luar Kediaman Adipati. Melihat Rangga keluar, Byakta bertanya dengan ekspresi kaget, "Kenapa Jenderal keluar begitu cepat?"

Rangga tidak menjawab pertanyaan Byakta. Dia mengeluarkan sebotol obat dari sakunya dan berujar, "Berikan pada putri Keluarga Biantara."

Byakta mengangguk, lalu bertanya, "Apa Nona Dianti terluka? Kenapa Jenderal nggak memberikannya secara langsung?"

Rangga menatap Byakta dengan dingin. Byakta baru paham Rangga memberikan obat ini kepada Andini. Byakta langsung menutup mulut dan masuk ke Kediaman Adipati.

Sementara itu, Laras membawa salep yang diberikan tabib kediaman dan mengolesnya di luka Andini dengan hati-hati. Laras memang cengeng. Sejak melihat luka di lengan Andini, air matanya terus mengalir.

Melihat Laras mengobatinya sembari menangis, Andini merasa tidak tega. Dia membujuk, "Kalau kamu terus menangis, nanti orang lain mengira aku menindasmu."

Laras segera menyeka air matanya dan membalas seraya terisak, "Selama ini Nona pasti sangat menderita."

Jelas-jelas Laras adalah bawahan Abimana, tetapi dia malah merasa kasihan pada Andini. Hati Andini terasa tidak nyaman. Dia mendesah dan tidak berbicara lagi.

Laras melanjutkan lagi, "Tuan Abimana keterlaluan sekali! Jelas-jelas Nona Andini yang menderita dan terluka, kenapa dia terus membela Nona Dianti? Hidup Nona Andini sangat menderita ...."

Laras tidak bisa berhenti menangis. Andini merasa tidak berdaya. Dia tersenyum dan bertanya, "Apa kamu nggak takut nanti dia salahkan kamu kalau kamu jelek-jelekkan dia?"

Laras menghela napas, lalu menanggapi, "Hamba sudah diutus ke Paviliun Ayana. Ke depannya hamba ini bawahan Nona Andini. Tuan Abimana nggak akan pedulikan hamba lagi. Padahal dulu hamba menganggap Tuan Abimana itu orang baik! Cih!"

Melihat ekspresi Laras yang marah, Andini tidak tahu apakah Laras benar-benar merasa kasihan padanya atau hanya berpura-pura demi mendapatkan kepercayaannya.

Orang-orang yang sangat mencintai Andini dulu sudah mencampakkannya. Andini tidak bisa memastikan orang yang tidak mempunyai hubungan apa pun dengannya bisa memperlakukannya dengan tulus.

Ketulusan adalah hal yang sulit didapatkan oleh Andini. Apa di dunia ini ada yang benar-benar memperlakukan Andini dengan tulus selain Ainun?

Setelah mengamati ekspresi Laras, Andini tetap tidak bisa menebak pemikirannya. Dia pun mengalihkan pandangannya. Begitu memandang ke jendela yang terbuka, Andini mengernyit.

Andini melihat 2 orang berjalan melewati jembatan batu. Salah satunya adalah pelayan pria di paviliun Abimana. Yang satunya lagi adalah pria bertubuh tegap. Pria itu berjalan dengan cepat.

Andini merasa pria itu sangat familier, tetapi dia tidak bisa mengingat identitas pria itu. Laras yang merasakan pandangan Andini juga melihat ke luar jendela. Dia berseru, "Bukannya itu Tuan Byakta?"

"Byakta?" gumam Andini. Dia baru ingat mereka pernah bertemu. Sejak 5 tahun yang lalu, Byakta sudah menjadi orang kepercayaan Rangga.

Namun, kenapa Byakta datang ke Paviliun Ayana? Wajah Rangga yang arogan muncul di benak Andini. Kemudian, Andini berujar kepada Laras, "Coba kamu tanya tujuan kedatangan mereka."

"Iya," sahut Laras. Dia segera berjalan keluar.

Dari jendela, Andini melihat Byakta berbicara dengan Laras dan menyerahkan sesuatu kepadanya. Byakta juga melihat ke arah Andini.

Andini dan Byakta bertatapan, lalu Byakta memberi hormat kepada Andini. Sesudah itu, Byakta langsung pergi.

Tak lama kemudian, Laras kembali. Dia menunjukkan 2 botol obat di tangannya dan menjelaskan, "Nona, ini salep yang diberikan Jenderal Rangga dan ini obat yang diberikan Tuan Abimana. Tapi, hamba merasa obat dari Tuan Abimana juga berasal dari kemiliteran."

Ucapan Laras memang benar. Namun, hubungan Abimana dan Rangga sangat dekat. Jadi, wajar saja jika Abimana mendapatkan barang dari kemiliteran.

Hanya saja, Andini tidak mengerti tujuan mereka memberikan obat-obat ini kepadanya. Apa mereka memang mengkhawatirkan luka Andini atau hanya ingin menghilangkan perasaan bersalah mereka?

Apalagi Abimana. Tadi dia baru memarahi Andini, sekarang dia malah memperhatikannya. Apa Abimana berniat mempermainkan Andini?

"Kamu ambil saja obat itu," ujar Andini. Dia tidak berniat menerima pemberian Abimana dan Rangga.

Laras ingin membujuk Andini. Akan tetapi, dia mengurungkan niatnya saat melihat ekspresi Andini yang dingin.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sulas Sulas
ceritannya sangat bagus sedih banget ketika membayangkan andini
goodnovel comment avatar
Narita Hilyatuhulwun
...️suka sekali
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 6

    Malam itu, Andini terjaga sepanjang malam hingga fajar menyingsing. Dia sendiri tidak tahu apa penyebabnya.Mungkin karena penghangat di kamarnya terlalu panas. Rasanya sangat berbeda dengan gubuk reyot yang bocor dan dingin, tempatnya bertahan hidup selama tiga tahun terakhir. Mungkin juga karena selimutnya kali ini kering, lembut, dan hangat saat menutupi tubuhnya.Segala sesuatu terlihat begitu sempurna hingga Andini merasa seolah-olah berada di dunia lain. Dia merasa berada di sebuah dunia yang begitu indah hingga terasa tidak nyata.Andini pernah berpikir bahwa dirinya akan menghabiskan sisa hidup di penatu istana. Namun ketika sinar matahari pagi yang hangat masuk melalui jendela, dia akhirnya sepenuhnya yakin bahwa dia benar-benar telah kembali.Kirana telah menyiapkan baju baru untuknya. Itu sepertinya dibeli dari kedai baju di kota. Meskipun baju itu tidak sepenuhnya pas, setidaknya lengannya cukup panjang untuk menutupi bekas luka di lengan Andini.Pagi-pagi sekali, Andini pe

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 7

    Abimana memandang Andini dengan ekspresi tak percaya. Dia ingin segera menuduh Andini berbohong, tetapi ketika matanya menangkap ibunya yang hanya duduk di sana dengan kepala tertunduk tanpa memberikan tanggapan apa pun, dia segera memahami kebenarannya.Namun, bagaimana ini mungkin? Sejak kecil, Kresna selalu paling menyayangi Andini. Bagaimana mungkin ayahnya membiarkan dia mengubah marganya?Rasa seperti jantungnya sedang disobek oleh sesuatu kembali membuat Abimana sulit bernapas. Hatinya terasa kacau balau. Ketika dia memandang orang-orang di dalam ruangan, tidak ada satu pun yang membuatnya merasa nyaman.Dengan emosi yang tak terkendali, Abimana akhirnya membalikkan badan dan pergi dengan mengibaskan lengan bajunya.Kepergian Abimana membuat Rangga merasa canggung. Dia melangkah maju dan memberi hormat, "Hormat pada Nyonya Ainun."Ainun bersikap ramah terhadapnya. Sebagai seorang jenderal muda yang mencapai prestasi besar, Rangga terkenal berani sekaligus cerdas. Selain itu, sik

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 8

    Di sisi lain, Andini baru saja membantu Ainun kembali ke kamar. Tiba-tiba, neneknya jatuh sakit. Seperti yang Kirana katakan sebelumnya, kondisi tubuh Ainun memang tidak sebaik dulu.Meskipun hari ini Ainun sudah berusaha mengendalikan emosinya, kegembiraan dan kesedihan yang bertubi-tubi masih terlalu berat baginya. Setelah berbaring, napasnya langsung terdengar berat dan terengah-engah.Untungnya pelayan Ainun, Farida, sudah mempersiapkan segalanya. Dia sebelumnya telah memanggil tabib kediaman untuk berjaga di luar kamar.Begitu Ainun berbaring, tabib segera mulai memberikan terapi akupunktur dan pijatan. Setelah 30 menit, kondisi Ainun perlahan stabil kembali.Meski tidak terlalu berbahaya, Andini tetap merasa panik melihat situasi itu. Dia berdiri di sisi ranjang dengan bingung dan tak tahu harus berbuat apa.Melihat wajah Andini yang penuh rasa cemas, Ainun yang sedang bersandar di kepala ranjang memanggilnya dengan lembut.Hidung Andini memerah. Dia khawatir jika terlalu emosion

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 9

    Mendengar pertanyaan seperti itu, air mata Dianti akhirnya tidak terbendung lagi. Dia menggeleng berulang kali sambil berucap, "Bukan begitu, aku nggak pernah berniat menyakiti Kakak. Dulu memang aku yang memecahkan mangkuk kaca, itu salahku. Tapi yang fitnah Kakak adalah Ratih ...."Dianti berusaha keras untuk menjelaskan kepada Andini bahwa dia tidak pernah berniat menyakitinya. Namun, Andini hanya bersandar di pintu sambil bertanya dengan suara lembut, "Kalau begitu, kenapa tiga tahun lalu kamu nggak bilang?"Dianti tertegun. Dia tidak langsung memahami apa maksud Andini. Namun, dia bisa melihat sudut bibir Andini terangkat. Kakaknya itu memperlihatkan senyuman penuh ejekan.Andini melanjutkan, "Kamu bilang itu salahmu karena memecahkan mangkuk kaca, tapi kenapa tiga tahun lalu kamu nggak mengakuinya di depan Permaisuri dan Putri?"Dianti seperti kehilangan keseimbangan. Dia melangkah mundur satu langkah sambil tergagap, "Aku ... aku nggak berani .... Itu pertama kalinya aku masuk i

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 10

    Andini menyampirkan luaran yang belum sempat dilepaskannya dan bertanya, "Ada apa? Siapa yang berteriak?"Laras yang cemas menggeleng. Dia mengikuti Andini dan menjawab, "Hamba juga nggak tahu. Hamba baru dengar ada yang teriak. Nona, pakai bajumu. Di luar dingin!"Namun, Andini tidak sempat memikirkan hal itu lagi. Dianti pasti jatuh ke kolam teratai di Paviliun Ayana. Dulu, Andini disiksa selama 3 tahun karena Dianti memecahkan mangkuk. Jika terjadi sesuatu pada Dianti di Paviliun Ayana, takutnya Abimana akan menghabisi Andini.Saat Andini sampai di kolam teratai, Dianti sedang bergerak-gerak di kolam. Air kolam sudah membeku dan sekarang muncul sebuah lubang besar. Para pelayan di jembatan batu melihat Dianti.Andini bergegas menghampiri mereka dan menegur, "Apa kalian semua nggak bisa berenang? Kenapa kalian nggak selamatkan dia?"Beberapa pelayan pria menyahut dengan ekspresi ragu, "Kami bisa berenang, tapi ... bagaimana kalau kami merusak reputasi Nona Dianti?""Apa reputasi lebi

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 11

    Ucapan Andini membuat Abimana tersentak. Dia membayangkan Andini bergerak-gerak di kolam dan sekelompok pelayan istana mentertawakannya.Hati Abimana terasa sakit. Dia hendak bicara, tetapi suaranya tercekat. Setelah pintu rumah Andini tertutup, Abimana baru tersadar."Nona Dianti," panggil Ratih seraya menangis. Suara tangisannya membuat orang makin gusar.Dianti memelototi Ratih sambil menegur, "Jangan menangis lagi! Cepat panggil tabib kediaman!"Ratih baru tersadar. Dia buru-buru memanggil tabib. Abimana membawa Dianti kembali ke Paviliun Persik. Tabib kediaman datang bersama Kirana.Saat tabib kediaman memeriksa Dianti, Kirana menarik Abimana ke luar dan berucap, "Ada apa? Kenapa adikmu tiba-tiba jatuh ke dalam kolam? Apa Andin ...."Abimana menyergah sambil mengernyit, "Bu! Andin yang menyelamatkan Dian!"Kemudian, Abimana yang teringat sesuatu melihat Ratih dan berujar, "Kamu kemari dulu."Wajah Ratih membengkak. Sudah jelas Laras menampar Ratih dengan kuat. Ratih langsung berlu

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 12

    Orang yang datang adalah sahabat Kirana, Haira. Melihat Haira berhasil mengendalikan Abimana, para pelayan di kolam memohon seraya menangis, "Selir Agung Haira ... bantu kami tegakkan keadilan."Suara pelayan yang menangis secara bersamaan benar-benar berisik. Haira mengernyit dan melihat pelayan pribadinya.Pelayan pribadi Haira langsung paham maksud majikannya. Dia membentak, "Cepat pergi ganti baju! Kalau kalian sakit dan urusan para selir terbengkalai, apa kalian mau dipenggal?"Semua pelayan itu baru berhenti menangis, lalu buru-buru keluar dari kolam dan kembali ke kamar masing-masing.Setelah semua pelayan pergi, Haira baru melihat tongkat yang dipegang Abimana. Dia bertanya dengan dingin, "Abimana, apa kamu juga mau pukul aku?"Abimana baru melempar tongkat ke samping, lalu memberi hormat kepada Haira dan menyahut, "Saya nggak berani."Haira yang marah menimpali, "Kamu berani pukul pelayan istana. Apa lagi yang nggak berani kamu lakukan?"Haira merasa Abimana terlalu gegabah. P

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 13

    Bahkan Kresna juga melihat Andini. Hanya saja, dia berkata kepada Abimana, "Untung saja, hari ini Selir Agung Haira turun tangan. Kalau nggak, bukan hanya kamu, kemungkinan aku juga nggak bisa keluar dari istana!"Andini melihat lantai dan tersenyum sinis. Sepertinya ucapan Kresna ini ditujukan kepadanya. Tiba-tiba, terdengar suara Dianti. "Ayah ...."Dianti terlihat lemah dan juga cemas, seolah-olah kondisinya sudah sekarat. Andini mengernyit. Dia melihat Ratih memapah Dianti.Air mata Dianti langsung mengalir sewaktu melihat dahi Abimana berdarah. Kemudian, Dianti berlutut di samping Abimana dan berucap, "Ayah, jangan marah lagi ...."Sebelum menyelesaikan ucapannya, Dianti batuk-batuk. Kresna yang merasa kasihan pada Dianti menegur Ratih, "Cepat papah Dianti!"Bahkan, Kirana yang awalnya sibuk membela Abimana juga segera memapah Dianti. Dia bertanya, "Kamu lagi sakit. Kenapa kamu keluar?"Dianti menjawab sembari berlinang air mata, "Aku ... dengar Ayah mau hukum Kak Abimana. Aku tah

Latest chapter

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 562

    Penjahat yang satu lagi adalah seorang duda tua di desa, bernama Dierja. Dia adalah orang yang dulu mengajari Anom berjudi.Lucunya, saat warga desa datang menghadapinya, Dierja masih berani menunjukkan kakinya yang terjepit perangkap hewan dan mengaku kalau itu akibat kecelakaan saat pergi mencari Ihatra dan ayahnya di hutan.Niatnya sebenarnya adalah untuk memeras keluarga Diah. Kalau gagal, setidaknya dia bisa mengemis sedikit uang dari kepala desa. Namun tak disangkanya, para warga langsung mengikatnya dan menyeretnya ke hadapan Surya.Mengenai kelanjutannya, Andini sendiri tidak tahu. Dia hanya tahu, keesokan paginya saat bangun tidur, Dierja sudah diseret dan dikirim ke kantor pemerintahan. Sementara itu, Anom sudah dibawa Surya ke ladang sejak pagi.Dulu, Endah selalu memanjakan anaknya dan tidak pernah membiarkan Anom menyentuh pekerjaan ladang. Namun hari ini, di bawah pengawasan langsung dari Surya, Anom dipaksa bekerja keras di bawah terik matahari selama empat jam penuh seb

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 561

    "Dasar nggak peka," ujar Endah tiba-tiba.Surya mengerutkan alis. "Apa maksudnya?"Barulah Endah menurunkan suaranya dan berkata, "Kaki kiri gadis itu terluka, kenapa kamu nggak langsung gendong saja?"Surya tidak merasa dirinya salah. Dia hanya menjawab dengan tenang, "Dia bilang bisa jalan, cukup minta aku bantu topang sedikit.""Itulah kenapa aku bilang kamu ini nggak peka!" Endah menggeleng tak berdaya, lalu menghela napas, "Dasar si Anom ... sampai melakukan hal seperti ini. Arjuna, tolong bantu aku kasih dia pelajaran, ya."Tatapan Arjuna seketika berubah dingin. "Takutnya Bibi nggak tega.""Nggak ada yang perlu ditakuti," Endah menghela napas panjang. "Kamu benar. Lebih baik aku lihat dia dihukum sekarang, daripada nanti harus memungut kepalanya di lapangan eksekusi.""Mm." Arjuna mengangguk ringan, menandakan bahwa dia menerima permintaan untuk mendidik Anom.Tak lama kemudian, rombongan mereka pun kembali ke halaman rumah berpagar bambu.Mereka melihat Anom sudah berlutut di t

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 560

    Andini benar-benar tidak punya tenaga untuk membuka jebakan hewan itu. Namun, setelah dia mengutak-atik sebentar, dia menyadari bahwa jebakan itu diikat dengan rantai besi tipis dan ujung rantainya terimpit di bawah sebuah batu besar.Dengan sisa tenaga yang dia punya, Andini berjuang keras menarik rantai itu keluar dari bawah batu dan akhirnya berhasil membawa jebakan yang masih menjepit kakinya. Dia pun terpincang-pincang keluar dari hutan.Meskipun tidak tahu persis arah jalan pulang, dia masih ingat dari mana dia datang tadi. Namun, sebelum berjalan jauh, dia justru melihat sosok seseorang berlari ke arahnya dari kejauhan.Sesaat, Andini merasa bimbang. Dia hampir mengira itu adalah Byakta. Dia terlalu merindukan Byakta.Namun, dia segera tersadar bahwa sosok yang dulu selalu menemani di saat terpuruk dan tak berdaya, tidak akan pernah kembali.Jadi, Andini langsung mengenali sosok yang datang itu, menepis perasaan duka dalam hatinya, memaksakan senyuman, dan berseru pelan, "Kak Ar

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 559

    Anom bersikeras. "Ma ... mana aku tahu dia ke mana!"Surya menatapnya dengan sorot mata yang semakin suram. "Bi Endah hanya tanya soal sup ayam, nggak pernah bilang hilangnya gadis itu ada hubungannya denganmu. Tapi, kamu langsung panik sendiri. Itu namanya mengaku sebelum ditanya."Mendengar itu, Anom semakin gelisah. "Aku nggak salah! Jangan fitnah aku! Aku nggak punya dendam sama dia, kenapa harus mencelakainya?"Justru karena sikapnya yang begitu, semakin terlihat bahwa dia memang merahasiakan sesuatu.Endah juga marah. Dia langsung mengambil sapu dari balik pintu dan menghajarnya tanpa ampun, "Dasar anak setan! Kau bawa gadis itu ke mana, cepat bilang!"Anom menjerit-jerit, berlari ke sana sini untuk menghindari amukan Endah. Namun, dia tetap saja bersikeras. "Aku nggak tahu! Aku benar-benar nggak tahu!"Tanpa sadar, dia berlari ke arah Surya yang langsung menangkapnya dan menekan tengkuknya ke tanah. Seketika, Anom tak bisa bergerak.Suara Surya rendah dan dingin, mengandung kema

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 558

    Dalam keadaan linglung, Andini teringat saat dulu dirinya ditangkap oleh Panji dan dibawa masuk ke gua.Waktu itu, dia juga berlari sekuat tenaga ke dalam hutan, hingga akhirnya tidak tahu sudah berapa lama dia terjebak di sana. Pada akhirnya, Rangga yang menggendongnya keluar dari hutan itu.Andini tak ingin mengulang nasib yang sama. Jadi, sambil terus berlari, dia juga memperhatikan keadaan di belakangnya. Melihat Anom masih belum menyerah mengejar, dia mulai panik.Malam kian larut. Hanya dalam waktu singkat setelah menerobos masuk ke hutan, Andini sudah tidak bisa melihat apa-apa saking gelapnya. Hal yang paling dia khawatirkan akhirnya terjadi.Krek! Suara tajam menggema. Kakinya terjepit jebakan hewan!"Anom! Jangan ke sini lagi!" teriak Andini panik. "Di sini banyak jebakan! Aku juga kena!"Mendengar itu, suara langkah kaki Anom pun terhenti. Mungkin karena teringat pada temannya yang juga cedera, Anom akhirnya memutuskan untuk tidak lanjut mengejar, lalu berbalik dan pergi.Di

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 557

    Tepat saat itu, terdengar suara samar-samar dari arah halaman.Andini tersentak, segera bangkit dan mengintip ke luar. Dia pun melihat bayangan seseorang yang mondar-mandir di halaman."Siapa di sana?""Aku."Suara itu terdengar cukup familier.Andini mencoba menebak, "Anom?""Benar!" sahut Anom, lalu berjalan ke depan pintu sambil berkata, "Ibuku masak sup ayam malam ini. Tapi gara-gara kejadian Bi Diah, jadi lupa. Tadi baru dipanaskan lagi, terus aku disuruh antar ke sini."Memang benar, Endah sering membuatkan sup ayam untuknya setiap beberapa hari sekali. Andini tidak terlalu curiga, jadi berkata, "Taruh saja di depan pintu, nanti aku ambil.""Baik!" Jawaban Anom cepat dan ringan.Tak lama kemudian, Andini melihat Anom keluar dari halaman. Dia bangkit, tertatih-tatih menuju pintu.Begitu membuka pintu, memang benar ada semangkuk sup ayam di atas lantai. Dia perlahan berjongkok, hendak mengambil mangkuk itu.Tepat saat itu, dari sudut halaman, tiba-tiba muncul bayangan. Sebelum Andi

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 556

    Saat Surya kembali ke Desa Teluk Horta, matahari sudah terbenam. Dari kejauhan, dia langsung melihat halaman rumahnya dikerumuni oleh banyak orang.Hatinya langsung mencelos, tak tahu apa yang sedang terjadi. Seseorang melihatnya dan langsung berteriak, "Itu dia! Dia sudah kembali!"Semua orang pun serentak menoleh ke arah Surya.Begitu memasuki halaman, Surya langsung melihat Diah terbaring di tengah halaman. Di samping, Andini sedang berlutut.Terlihat dia memegang sebatang jarum sulam dan sedang menusukkannya ke tubuh Diah, yang matanya tampak sayu, antara sadar dan tidak."Ada apa ini?" Suara Surya terdengar dalam.Endah segera melangkah ke depan, menjelaskan, "Ihatra bertengkar sama ayahnya, terus kabur ke dalam hutan. Ayahnya takut terjadi apa-apa, jadi ikut masuk hutan juga.""Diah menunggu di rumah sampai langit hampir gelap. Dia panik dan langsung pingsan. Untungnya gadis ini menguasai ilmu medis. Baru dua tusukan jarum saja, Diah langsung siuman."Mendengar itu, tatapan Surya

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 555

    Melihat punggung Surya yang semakin menjauh, Endah hanya bisa menghela napas, lalu berbalik dan berkata kepada Andini, "Aku rebus dulu ayamnya, nanti aku balik lagi ke sini."Usai berkata begitu, dia pun pergi.Andini duduk di dalam rumah, memandangi punggung Endah yang perlahan menghilang. Dia juga melihat dengan jelas bahwa Anom belum pergi.Anak itu masih berdiri di tempatnya, menatap Andini dari balik jendela. Saat Andini memandang balik ke arahnya, Anom buru-buru mengalihkan pandangan dan berseru, "Bu, tunggu aku!"Setelah itu, dia pun berbalik dan pergi. Namun, sorot mata Anom tak luput dari pandangan Andini.Tatapan yang dilontarkan padanya mengandung kebencian. Perasaan itu terlalu familier bagi Andini. Dulu ketika Dianti diam-diam memandangnya, sorot mata itu sama persis.Dua jam kemudian, Surya akhirnya tiba di kota kecil. Dia menjual hasil buruannya ke rumah makan yang sudah akrab dengannya, lalu berkeliling sesaat dan masuk ke sebuah gang kecil. Kemudian, dia mendorong pint

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 554

    Keesokan hari saat Andini bangun, sosok Surya sudah tak terlihat. Sementara itu, Endah tengah sibuk di dapur.Dengan kaki yang masih pincang, Andini berjalan ke ambang pintu, menatap Endah dengan heran, "Bibi Endah, kok hari ini bangunnya pagi sekali?"Matahari bahkan belum sepenuhnya terbit!Endah menyiapkan air untuk Andini mencuci muka, lalu menjawab, "Arjuna sudah pergi ke gunung sejak fajar bersama Anom. Aku hari ini nggak ada pekerjaan di ladang, jadi mampir ke sini untuk bantu-bantu sebentar."Saat berbicara, sudut bibir Endah menyiratkan senyuman kecil.Mengingat kejadian kemarin, Andini pun merasa perlu meminta maaf. "Maaf ya, Bi Endah. Kemarin aku asal bicara cuma untuk menakut-nakuti Anom."Endah buru-buru mengangguk. "Iya, aku tahu. Anak bandel itu memang perlu ditakut-takuti! Setelah pulang kemarin, dia nangis-nangis sambil janji nggak akan berjudi lagi.""Pagi ini juga semangat banget bangunnya. Kalau dia bisa meninggalkan kebiasaan buruk itu, lalu ikut Arjuna berburu, it

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status