Aprilia mengerang saat ia melihat matahari pagi yang masuk melalui jendela kamarnya di badan kapal Laguna. Kapal yang dinaikinya ini bukan sembarangan kapal. Memang benar bentuknya seperti kapal yang berada di tengah samudra, tetapi di bagian ekor dan di samping kapal terdapat baling-baling super besar yang bisa menerbangkannya, ditambah lagi ada layar-layar terkembang yang menggerakkan Kapal Laguna sesuai dengan arahan nahkoda. Kapal terbang atau mereka menyebutnya dengan sebutan Bayungan.
Bayungan merupakan kapal yang menggunakan teknologi khusus seperti mesin uap. Mesin ini menggunakan bahan bakar dari bebatuan granit. Bebatuan granit yang dibakar kemudian menghasilkan panas yang sangat tinggi. Bukan sembarangan bebatuan granit, lebih tepatnya bebatuan granit yang ditambang di daerah gurun pasir, perbatasan antara daerah Imperium dan Kerajaan Peri. Di tempat ini ada daerah yang bernama Pasir Berbisik. Tempat yang tandus, namun dihuni para penambang yang hidup dari menggali bebatuan langka yang bisa dijual, termasuk batu Granit Imperium yang digunakan untuk bahan bakar Bayungan.
Aprilia melongok ke jendela, menyaksikan perahu-perahu nelayan di bawah mereka. Jaraknya cukup jauh, sehingga kapal-kapal nelayan di bawahnya terlihat seperti mainan. Beberapa burung terbang mengikuti Bayungan, bahkan Aprilia bisa melihat burung tersebut seperti tak bergerak sayapnya terbentang saat kecepatan terbang burung dan Bayungan sama.
Gadis ini berbalik, lalu menatap cermin. Dia menurunkan bajunya agar bisa melihat tanda di punggungnya. Tanda itu masih ada, artinya Pangeran Aryanaga masih hidup. Apabila tanda tersebut hilang, itu artinya Sang Pangeran telah pergi. Aprilia mendesah lega. Setidaknya benar apa yang dia perkirakan, Aryanaga bukan tipe orang yang mudah menyerah. Ia pasti akan menemukan jalan keluar dari penjara itu. Sebagaimana yang dia ketahui saat latihan, Aryanaga berusaha keras agar latihannya berhasil, nyatanya memang berhasil.
Setelah Aprilia membetulkan pakaiannya, ia berniat untuk keluar dari kamar. Dia memasang sepatu bootnya yang terbuat dari kulit binatang, serta memakai jubahnya agar tak mudah dikenali orang lain. Ia takut kalau keberadaannya di dalam Kapal Laguna akan diketahui orang lain. Terlebih sebentar lagi ia akan sampai di wilayah Kerajaan Naga Laut Timur. Ayahnya pasti sudah mendengar berita tentang kematian Raja Primadigda, terlebih yang membunuhnya adalah putranya sendiri. Pasti Raja Belzagum sangat khawatir kepadanya.
Aprilia keluar dari kamarnya melewati lorong yang menuju ke dek kapal. Begitu keluar terlihat cahaya matahari sangat terang menyilaukan matanya. Angin berhembus cukup kencang dari atas sini, bersamaan dengan itu awan tebal bergerak mengiri Bayungan searah angin berhembus.
Bandi terlihat sedang bersandar di pinggiran kapal. Pandangannya menerawang jauh, seolah-olah sedang memperhatikan sesuatu. Tangannya juga dia lindungkan ke pandangan mata dari silaunya matahari.
“Apa yang kau lihat, Bandi?” tanya Aprilia.
“Asap,” jawab Bandi. “Pertanda di sana ada pertempuran.”
“Wilayah Kerajaan Naga Laut Timur diserang?” tanya Aprilia.
“Sepertinya,” jawab Bandi.
Aprilia bergegas mengamati dimana Bandi melihat. Benar. Dari kejauhan tampak asap hitam membubung tinggi. Sang nahkoda melihat dengan teropongnya lalu membunyikan lonceng. Para kru segera membantu membelokkan layar agar angin mendorongnya ke arah yang lain.
“Ada pertempuran di depan sana. Aku tak mau mengambil risiko. Aku akan memakai jalur lain, untuk menghindarinya,” ucap nahkoda di pengeras suara.
“Tunggu, kalau begitu caranya akan sangat jauh untuk sampai ke kerajaan,” kata Aprilia. “Tak adakah cara lain?”
“Kecuali kau mau terbang menembus pertempuran itu, Nona. Kami bukan prajurit. Kami masih butuh Bayungan untuk mencari nafkah,” ucap salah satu kru.
Aprilia bisa mengerti hal itu. Dia kemudian berjalan menaiki tangga menuju ke tempat nahkoda berada. Di kokpit tampak nahkoda sedang menggunakan teropong untuk melihat lagi apa yang sebenarnya terjadi. Melihat Aprilia datang, sang nahkoda pun bertanya-tanya.
“Di sini adalah wilayah kru kapal, kau tak boleh masuk!” tegas sang nahkoda berjanggut putih tersebut.
“Maaf, tapi aku ingin pinjam teropongnya kalau boleh. Aku ingin melihat juga,” kata Aprilia.
Sang nahkoda agak ragu-ragu untuk meminjamkannya.
“Tidak lama. Aku tak akan membawanya pergi. Aku hanya ingin tahu pertempuran apa yang sebenarnya terjadi,” kata Aprilia.
Nahkoda menggeleng-geleng. “Aku bisa ceritakan kalau kau mau, tapi aku tak akan meminjamkannya.”
Aprilia mendesah. “Baiklah. Ceritakan apa yang terjadi!”
“Ada pertempuran besar di sana. Prajurit dari Kerajaan Naga Laut Timur sedang bertempur dengan satu titan dan kavaleri dari Kerajaan Naga Laut Utara,” ucap Nahkoda.
Aprilia berdecak. Dia segera meninggalkan nahkoda lalu menuju pinggiran kapal. Bayungan terasa makin menjauhi dari rute yang seharusnya. Aprilia bisa melihat dari kejauhan ada sosok besar di sana, itukah yang disebut Titan? Titan adalah sosok raksasa yang sangat besar dan tinggi. Pasukan Titan hanya dimiliki Kerajaan Naga Laut Utara. Makhluk ini konon dulunya adalah dari jiwa-jiwa yang terkutuk kemudian karena ingin tetap hidup, kemudian mereka dihidupkan lagi oleh para Necromancer. Jadilah mereka bentuk tersebut. Kekuatan dan bentuk mereka sebesar apa yang mereka korbankan kepada para Necromancer. Semakin besar dan kuat, maka apa yang dikorbankan juga lebih banyak. Dan biasanya satu Titan berasal dari ribuan jiwa.
“Ada Titan,” ucap Aprilia saat mendekati Bandi.
“Terus terang, aku tak pernah melawan Titan sebelumnya,” kata Bandi.
“Bantu aku untuk ke sana! Rakyatku membutuhkanku,” pinta Aprilia.
Bandi menoleh ke Aprilia. “Serius? Kau sama saja menyetorkan nyawamu.”
“Bandi Yang Terkuat, apakah kau takut oleh satu Titan?”
Pertanyaan Aprilia membuat Bandi tertohok. Harga dirinya serasa diremehkan. Dia tertawa mendengar pertanyaan itu. “Baiklah, ayo kalau kau sudah siap.”
Tanpa bertanya-tanya lagi Aprilia kemudian melompat dari kapal Laguna. Bandi menggeleng-gelengkan kepalanya. Terkadang perempuan seperti Aprilia ini benar-benar tak bisa ditebak jalan pikirannya. Aprilia sudah berubah saja menjadi hybrid. Bandi segera mengikutinya lalu berubah menjadi naga yang sangat besar. Dia menyusul Aprlia terbang di bawahnya, lalu Aprilia mendarat di atas punggung Bandi. Orang-orang yang berada di dek kapal tercengang menyaksikan apa yang mereka lihat.
“Demi Jangut Lelouch! Mereka para bangsawan Naga?” ucap Nahkoda. Dia tentu saja terkejut ketika tahu kalau kedua penumpangnya bukan penumpang biasa.
Bandi mengembangkan sayapnya. Angin menerbangkannya dengan cepat menuju ke pertempuran. Pertempuran yang terlihat dari atas itu terlihat seperti gerombolan semut yang sedang bertempur. Dari arah barat, tampak kumpulan hitam pasukan Kerajaan Naga Laut Utara mulai mendesak pasukan Kerajaan Naga Laut Timur. Para kavaleri dengan mengendarai Boghul1 begitu kuat mendesak pasukan pertahanan. Binatang-binatang reptil yang biasanya digunakan dalam pertempuran itu sangat garang dan bergerak dengan sangat cepat. Sangat tangguh di dalam pertempuran, tak kalah dengan kuda-kuda perang. Sementara itu dari sisi pasukan Kerajaan Naga Laut Timur, mereka sama sekali tak punya kavaleri, hanya pasukan pertahanan dengan berbagai baju besi mereka. Pasu
Sang Titan memiliki kelemahan di puncak kepalanya. Di puncak kepalanya ada semacam simbol pentagram yang digunakan para Necromancer untuk menghidupkannya. Aprilia menancapkan pedangnya di sana. Sang Titan meraung saat dari lukanya keluar asap berwarna hitam. Asap tersebut seolah-olah adalah darah Sang Titan. Aprilia menancapkannya berkali-kali, Sang Titan menggeleng-gelengkan kepalanya, sehingga Aprilia terlempar. Namun, dengan sigap Aprila meraih rambut Titan tersebut. Dia terus bertahan bergelantungan di rambut Titan hingga kepala sang Raksasa tidak lagi bergoyang-goyang. Dengan susah payah, Aprilia kembali ke pucuk kepala raksasa itu.“Masih belum cukup? Aku akan menambahkannya,” ujar Aprilia. Dia melihat di bekas luka yang dia tinggalkan pada tanda pentagram tersebut menyembur asap hitam. Asap-asap itu adalah saripati jiwa-jiwa
Istana Kerajaan Naga Laut Timur terlihat dari ujung mata memandang. Setelah Aprilia menerobos melewati hutan yang cukup lebat, mereka pun akhirnya sampai di jalanan panjang menuju ke sana. Mereka perlu melewati beberapa desa sebelum akhirnya sampai di gerbang istana. Istana Kerajaan ini terdiri dari tiga lapis. Benar-benar istana yang sangat besar. Istana dilingkari tembok yang tinggi menjulang. Satu lapis pertama saja cukup luas, lalu lapis kedua lebih sempit dan lapis ketiga ada istana utama. Lapis kedua diisi barak tentara dan kekuatan militer dari ras naga, elemental, penyihir dan pemanggil. Sedikit sekali para pemanggil yang ikut menjadi prajurit, mereka biasanya lebih banyak menjadi orang-orang bebas yang tidak ingin ikut dalam carut-marut perpolitikan. April
Raja Belzagum mengangguk paham. Dia menghela napas panjang. Di dalam benaknya terlintas bayangan bagaimana dulu dia bisa dekat dengan Raja Primadigda. Ada kesedihan di dalam wajah Raja Belzagum yang sengaja disembunyikan. Dia tak ingin terlihat sedih di hadapan putrinya.Sang Raja kemudian berjalan menuju ke tempat senjata, dimana kain jubahnya digantung. Kayu ini biasanya digunakan untuk ditempati senjata seperti tombak dan pedang. Sang Raja lalu memakai jubah berwarna merah itu dengan sekedarnya. “Aprilia, aku sudah mengajarimu dengan baik. Sekarang temui Ratu. Beliau ingin sekali bertemu denganmu,” ujar Raja Belzagum.Aprilia mengangguk. “Baik, Yang Mulia.” Setel
Kerajaan Naga Laut Selatan sibuk. Orang-orang dari penjuru kota berduyun-duyun pergi ke istana. Mereka ingin menyaksikan sejarah yang akan mengubah hidup mereka untuk selama-lamanya. Sejarah itu adalah dengan dilantiknya Pangeran Antabogo menjadi raja. Kejadian yang menggemparkan mereka tentang terbunuhnya Raja Primadigda tentu saja tak akan mereka lupakan. Namun, pelantikan Antabogo menjadi raja juga adalah momen yang akan dicatat dalam sejarah. Pangeran Bagar tak akan hadir. Dia berada di kamarnya, duduk di kursi roda dengan tangan dan kaki lumpuh. Total, ia hanya bisa menggerakkan kepalanya. Kedua tangan dan kakinya telah dirusakkan oleh Pangeran Aryanga. Ia sama sekali tak pernah menyangka akan berada di kursi roda untuk seumur hidupnya. Sampai sekarang, ia masih trauma dengan wujud Aryanaga waktu itu. Ras naga bersisik hitam dan putih. I
Kegelapan tanpa batas telah memberikan kenyamanan tersendiri bagi Pangeran Aryanaga. Dia sudah terbiasa di dalam kegelapan. Sesaat ia mengira dirinya sudah mati, namun ia terjaga lagi ketika ada langkah berat yang mendekatinya. Dia langsung mengenali langkah berat itu. Raja Salamander datang sambil membawa dua wadah yang terbuat dari bebatuan yang cekung. Aryanaga masih tak bisa bergerak karena rantai yang membelenggunya. “Aku kira aku sudah mati,” gumam Aryanaga. “Aku cuma kesal kepadamu. Nyawamu tak ada harganya untukku,” ujar Raja Salamander. Raja
Aryanaga menghela napas. Dia lega mendengar keduanya baik-baik saja. Sempat terlintas di pikiran Aryanaga kalau keduanya bakalan diburu oleh pasukan Kerajaan Naga Laut Selatan. Aryanaga menoleh ke Raja Salamander. Dia memperhatikan bagaimana Sang Raja yang dikenal sangat gagah itu sekarang memakan cacing-cacing. Sangat berbeda dengan keadaannya dulu. Dari titik teratas kemudian turun ke titik terendah. “Bagaimana paduka Raja bisa berada di sini? Apa yang sebenarnya terjadi antara paduka dan ayahku?” tanya Aryanaga. Raja Salamander menghentikan makannya. Raja Salamander mengambil tempat untuk menyandarkan punggungnya. “Aku bukan lagi raja. Kora—anakku&mdash
40 tahun yang laluDunia Bawah merupakan dunia yang sangat berbeda dari Dunia Atas. Dunia yang penuh dengan peperangan dan darah. Setiap ras memiliki kewajiban untuk mempertahankan wilayah mereka. Setiap saat gempuran dari Kerajaan Naga Laut Utara terus-menerus terjadi. Mereka juga tiap hari makin kuat. Sudah menjadi cerita sejak lama kalau Raja Azrael adalah sekutu Iblis yang hendak menaklukkan seluruh daratan dan lautan. Selama seluruh ras bersatu, maka tidak ada yang bisa dilakukan oleh Raja Azrael. Ras naga merupakan ras terdepan yang akan menghadapi Raja Azrael, kalau ras ini gagal untuk menghadang Raja Azrael, sudah akan menjadi ancaman terhadap ras-ras lain.