Istana Kerajaan Naga Laut Timur terlihat dari ujung mata memandang. Setelah Aprilia menerobos melewati hutan yang cukup lebat, mereka pun akhirnya sampai di jalanan panjang menuju ke sana. Mereka perlu melewati beberapa desa sebelum akhirnya sampai di gerbang istana.
Istana Kerajaan ini terdiri dari tiga lapis. Benar-benar istana yang sangat besar. Istana dilingkari tembok yang tinggi menjulang. Satu lapis pertama saja cukup luas, lalu lapis kedua lebih sempit dan lapis ketiga ada istana utama. Lapis kedua diisi barak tentara dan kekuatan militer dari ras naga, elemental, penyihir dan pemanggil. Sedikit sekali para pemanggil yang ikut menjadi prajurit, mereka biasanya lebih banyak menjadi orang-orang bebas yang tidak ingin ikut dalam carut-marut perpolitikan.
Aprilia langsung masuk ke gerbang, lalu maju hingga melewati tembok lapis kedua. Orang-orang langsung mengenalinya dan menyambutnya. Aprilia dan Bandi terpaksa tidak melajukan kuda mereka dengan kencang. Pelan-pelan saja karena orang-orang berebut untuk bisa menyapa dan menyambut Tuan Putri mereka.
Para prajurit lalu mengamankan suasana dan memberikan jalan kepada Sang Putri untuk bisa menemui Sang Raja. Dari tembok-tembok istana tampak ada lambang-lambang terpampang dan sebagaian menjadi bendera yang dikibarkan. Aprilia turun dari kuda saat sudah sampai di istana utama. Dia mengajak Bandi untuk memasuki istana utama yang dijaga dengan cukup ketat.
Ada tiga lapis penjagaan. Mereka yang berjaga di sekitar istana rata-rata para prajurit pilihan yang terlatih. Di lapis kedua penjagaannya tak begitu ketat, tetapi ada sepuluh penjaga bayangan yang tidak terlihat. Merekalah yang akan dihadapi oleh orang-orang ingin mencelakai Sang Raja dan keluarganya. Dan di lapis terakhir, ada dua pengawal yang mana mereka adalah ksatria tertinggi yang ada Kerajaan Naga Laut Timur. Kemampuan mereka paling tidak harus seimbang atau lebih tinggi dari Sang Raja dan disumpah setia tidak akan lari dari pertempuran apapun yang terjadi. Apabila ada yang ingin membunuh Sang Raja, maka merekalah yang harus rela mati lebih dulu.
Melihat Aprilia masuk bersama Bandi, para pengawal langsung mencegah Bandi untuk ikut masuk. Bandi mengerti dan tidak protes. Dia tahu protokoler kerajaan sangatlah dijunjung tinggi, sebab ia juga pernah dalam situasi seperti ini. Aprilia meninggalkan Bandi sendirian di depan Ruang Tertinggi.
Ruang Utama adalah ruangan yang sangat luas. Sang Raja tak terlihat di sana, tetapi ada sepasang singgasana kosong. Ada beberapa baju zirah yang terpajang di dekat singgasana, tombak, pedang dan beberapa senjata yang aneh bentuknya. Aprilia pernah menggunakan semuanya saat berlatih. Ayahnya memang seorang petarung tangguh, ksatria tanpa tanding yang ditakut oleh seluruh lautan.
“Ayah?” panggil Aprilia.
Aprilia mencoba mencari di ruang yang lain. Di samping ruang utama ada halaman luas yang biasanya digunakan berlatih. Tampak halaman itu begitu penuh dengan peralatan tempur, beberapa potongan baju besi berceceran di sana-sini. Aprilia lalu mendapati seorang pria tua berjanggut putih sedang duduk di atas batu. Tubuhnya bagian atas tak memakai baju. Ada banyak bekas luka di tubuhnya, menandakan ia telah bertempur berkali-kali. Melihat Aprilia datang, pria itu menoleh.
“Aprilia? Kau sudah datang? Aku barusan mendengar kabarnya. Kau menumbangkan Titan di perbatasan,” sapa Sang Raja Belzagum.
“Tak kusangka berita sangat cepat tersebar,” ucap Aprilia.
“Tidak di Dunia Atas saja orang bisa berkomunikasi dengan cepat. Di Dunia Bawah juga bisa. Hanya saja, caranya yang berbeda. Kami memiliki elemental dan sihir. Tentu saja para prajurit elemental angin bisa menyampaikan kabar dengan cepat. Mereka menyebarkan cerita kepahlawanan Putri Aprilia, Sang Pembantai Titan,” ujar Raja Belzagum dengan suara berat.
“Itu terlalu berlebihan, Ayah. Satu Titan itu bukan kebanggaan,” kata Aprilia merendah.
“Tentu bukan kebanggaan. Tetapi, hal itu akan menjadi kegentaran bagi Raja Azrael. Mereka akan sangat malu Titan mereka dikalahkan dengan cepat, apalagi yang mengalahkannya seorang perempuan,” kekeh Raja Belzagum.
Raja Belzagum lalu berdiri. Dia menghampiri Aprilia, setelah itu ditepuk kepala anaknya. Raja Belzagum kemudian memeluk putrinya untuk beberapa saat, setelah itu melepaskan pelukannya.
“Aku tahu apa yang sudah terjadi. Sahabat terbaikku telah wafat. Aku yakin sekali pasti tidak mungkin Pangeran Aryanaga membunuh ayahnya begitu saja. Aku juga mendengar kabar kau ada di dalam pertarungan itu,” kata Raja Belzagum.
“Ayah benar. Aku ada di dalamnya. Dan iya, Raja Primadigda diracun dengan buah terkutuk oleh Pangeran Bagar. Pilihan yang sangat sulit bagi kami,” jelas Aprilia. “Tetapi, sang Raja memang menginginkan hal ini. Beliau, lebih menerima anaknya yang mengalahkannya daripada harus mati di tangan Pangeran Bagar.”
Aprilia teringat dengan kejadian waktu itu. Matanya berkaca-kaca ketika mengingat Asri. Sungguh suatu perlakuan yang tidak adil saat Asri harus menerima sesuatu yang tidak terduga seperti ini. Aprilia ingat bisikan-bisikan Asri saat nyawanya sudah di ujung tanduk. Asri menggenggam tangannya erat sambil berkata, “Kak… Aprilia… jaga … pangeran.”
Suara lirih Asri itu hanya ia yang mendengarnya. Dia benar-benar gagal. “Aku gagal, Ayah. Tak bisa melindungi siapapun. Asri tewas di tangan Pangeran Bagar, aku tak bisa berbuat apa-apa. Pangeran Aryanaga juga, sekarang ada di Penjara Tujuh Pintu. Rasanya aku tak berguna.”
“Kita tak bisa melindungi semua orang Aprilia. Aku tahu kau sangat peduli dengan Asri, tetapi ketahuilah aku tidak mempedulikannya. Dia bukan bagian dari kita. Meskipun, Aryanaga memberikan tanda itu kepadanya, tetapi aku tidak akan mengakuinya. Karena, engkaulah yang akan menjadi Ibu Para Naga, bukan dia.”
Ucapan Raja Belzagum terdengar jahat. Aprilia bisa memakluminya, sebab ayahnya yang menginginkan perjodohan ini. Asri hanya dianggap sebagai penghalang.
“Primadigda mungkin akan menyerahkan keputusan perjodohan itu kepada anaknya, tetapi aku tidak. Aku benar-benar menginginkan perjodohan ini. Kau juga telah setuju, maka dari itu aku tak mau kau justru malah memberikan jalan kepada pesaingmu. Kau harusnya merebut cinta sang pangeran. Kalau itu terjadi, kejadian ini tak perlu terjadi. Asri tetap akan hidup dan Raja Primadigda tak akan pergi. Kau lebih paham hal ini.”
Aprilia menyadarinya. Seharusnya ia paham akan hal ini. Seandainya ia lebih gigih memperjuangan Aryanaga, mungkin Asri tak akan menjadi korban. Namun, bagaimana caranya ia melakukan itu sedangkan perasaan cinta kepada Aryanaga saja tidak ada? Ataukah perasaan itu sudah ada, tetapi ia tidak sadar?
“Maafkan aku ayah,” kata Aprilia. Dia tak tahu harus berkata apa-apa lagi di hadapan ayahnya.
Raja Belzagum mengangguk paham. Dia menghela napas panjang. Di dalam benaknya terlintas bayangan bagaimana dulu dia bisa dekat dengan Raja Primadigda. Ada kesedihan di dalam wajah Raja Belzagum yang sengaja disembunyikan. Dia tak ingin terlihat sedih di hadapan putrinya.Sang Raja kemudian berjalan menuju ke tempat senjata, dimana kain jubahnya digantung. Kayu ini biasanya digunakan untuk ditempati senjata seperti tombak dan pedang. Sang Raja lalu memakai jubah berwarna merah itu dengan sekedarnya. “Aprilia, aku sudah mengajarimu dengan baik. Sekarang temui Ratu. Beliau ingin sekali bertemu denganmu,” ujar Raja Belzagum.Aprilia mengangguk. “Baik, Yang Mulia.” Setel
Kerajaan Naga Laut Selatan sibuk. Orang-orang dari penjuru kota berduyun-duyun pergi ke istana. Mereka ingin menyaksikan sejarah yang akan mengubah hidup mereka untuk selama-lamanya. Sejarah itu adalah dengan dilantiknya Pangeran Antabogo menjadi raja. Kejadian yang menggemparkan mereka tentang terbunuhnya Raja Primadigda tentu saja tak akan mereka lupakan. Namun, pelantikan Antabogo menjadi raja juga adalah momen yang akan dicatat dalam sejarah. Pangeran Bagar tak akan hadir. Dia berada di kamarnya, duduk di kursi roda dengan tangan dan kaki lumpuh. Total, ia hanya bisa menggerakkan kepalanya. Kedua tangan dan kakinya telah dirusakkan oleh Pangeran Aryanga. Ia sama sekali tak pernah menyangka akan berada di kursi roda untuk seumur hidupnya. Sampai sekarang, ia masih trauma dengan wujud Aryanaga waktu itu. Ras naga bersisik hitam dan putih. I
Kegelapan tanpa batas telah memberikan kenyamanan tersendiri bagi Pangeran Aryanaga. Dia sudah terbiasa di dalam kegelapan. Sesaat ia mengira dirinya sudah mati, namun ia terjaga lagi ketika ada langkah berat yang mendekatinya. Dia langsung mengenali langkah berat itu. Raja Salamander datang sambil membawa dua wadah yang terbuat dari bebatuan yang cekung. Aryanaga masih tak bisa bergerak karena rantai yang membelenggunya. “Aku kira aku sudah mati,” gumam Aryanaga. “Aku cuma kesal kepadamu. Nyawamu tak ada harganya untukku,” ujar Raja Salamander. Raja
Aryanaga menghela napas. Dia lega mendengar keduanya baik-baik saja. Sempat terlintas di pikiran Aryanaga kalau keduanya bakalan diburu oleh pasukan Kerajaan Naga Laut Selatan. Aryanaga menoleh ke Raja Salamander. Dia memperhatikan bagaimana Sang Raja yang dikenal sangat gagah itu sekarang memakan cacing-cacing. Sangat berbeda dengan keadaannya dulu. Dari titik teratas kemudian turun ke titik terendah. “Bagaimana paduka Raja bisa berada di sini? Apa yang sebenarnya terjadi antara paduka dan ayahku?” tanya Aryanaga. Raja Salamander menghentikan makannya. Raja Salamander mengambil tempat untuk menyandarkan punggungnya. “Aku bukan lagi raja. Kora—anakku&mdash
40 tahun yang laluDunia Bawah merupakan dunia yang sangat berbeda dari Dunia Atas. Dunia yang penuh dengan peperangan dan darah. Setiap ras memiliki kewajiban untuk mempertahankan wilayah mereka. Setiap saat gempuran dari Kerajaan Naga Laut Utara terus-menerus terjadi. Mereka juga tiap hari makin kuat. Sudah menjadi cerita sejak lama kalau Raja Azrael adalah sekutu Iblis yang hendak menaklukkan seluruh daratan dan lautan. Selama seluruh ras bersatu, maka tidak ada yang bisa dilakukan oleh Raja Azrael. Ras naga merupakan ras terdepan yang akan menghadapi Raja Azrael, kalau ras ini gagal untuk menghadang Raja Azrael, sudah akan menjadi ancaman terhadap ras-ras lain.
50 tahun lalu, Lembah RacunAntabogo tak gentar dengan benteng besar yang ada di hadapannya. Ini bukan sembarangan benteng, tetapi juga adalah tempat kediaman Ratu Eidela. Ratu ini merupakan salah satu istri dari Raja Azrael. Kesemua istri Raja Azrael menempati benteng-benteng pertahanan. Sudah tugas menjadi Ratu adalah menjadi tameng dari raja mereka. Itulah yang menjadi tugas agung seorang ratu naga di Dunia Bawah.Lembah Racun merupakan daerah yang nyaris tidak terjamah oleh siapapun. Lembah ini disebut lembah racun, karena sumber dari segala racun yang mematikan ada di tempat ini, termasuk Buah Terkutuk. Raja Primadigda dan Raja Salamander bekerja sama untuk bi
“Tolonglah, aku sudah tak punya apa-apa lagi sekarang, selain anakku. Vivian,” ucap Sang Ratu. “Aku hanya ingin terbebas dari kesengsaraan ini.”Antabogo masih ragu-ragu untuk melakukannya. “Tetapi, aku tak bisa melakukannya dengan caramu. Kau merawat anakmu dengan kasih sayang, sedangkan aku akan sangat berbeda cara merawatnya.”Ratu Eidala tertawa. “Aku tak akan menyesal. Yang aku inginkan adalah agar anakku tidak diambil oleh Raja Azrael. Kau tak tahu bukan rasanya ketakutan yang amat sangat? Rasa takut yang bahkan darahmu bisa berhenti mengalir karenanya.”“
Antabogo merinding mendengarnya. Antara percaya dan tidak, ia sangat ingin mencoba diserang dengan pedang itu. Antabogo kemudian berlari menerjang ke Ratu Eidela. Sang Ratu lalu mengayunkan pedangnya. Pedang Berbaris memisahkan diri. Patahan-patahannya mengejar Antabogo. Sang Pangeran tidak menghindar dan membiarkan tubuhnya terkena serangan. Beberapa patahan benar-benar menghantamnya. Antabogo terlempar dengan keras. Harus diakui, Antabogo terluka karena serangan pedang tadi. Perisai di tubuhnya bisa ditembus, bahkan melukai tubuhnya. Mulutnya sampai mengeluarkan darah. Pedang itu bukan saja melukai tubuh luarnya, tetapi juga tubuh bagian dalamnya. Dengan gusar, Antabogo berdiri. Jubah yang menutupi mulutnya kini bernoda darah.