Beranda / Pendekar / Putra Naga: Aliansi Mematikan / Bab 2.1 | Sang Pemanggil

Share

Bab 2.1 | Sang Pemanggil

Istana Kerajaan Naga Laut Timur terlihat dari ujung mata memandang. Setelah Aprilia menerobos melewati hutan yang cukup lebat, mereka pun akhirnya sampai di jalanan panjang menuju ke sana. Mereka perlu melewati beberapa desa sebelum akhirnya sampai di gerbang istana.

Istana Kerajaan ini terdiri dari tiga lapis. Benar-benar istana yang sangat besar. Istana dilingkari tembok yang tinggi menjulang. Satu lapis pertama saja cukup luas, lalu lapis kedua lebih sempit dan lapis ketiga ada istana utama. Lapis kedua diisi barak tentara dan kekuatan militer dari ras naga, elemental, penyihir dan pemanggil. Sedikit sekali para pemanggil yang ikut menjadi prajurit, mereka biasanya lebih banyak menjadi orang-orang bebas yang tidak ingin ikut dalam carut-marut perpolitikan.

Aprilia langsung masuk ke gerbang, lalu maju hingga melewati tembok lapis kedua. Orang-orang langsung mengenalinya dan menyambutnya. Aprilia dan Bandi terpaksa tidak melajukan kuda mereka dengan kencang. Pelan-pelan saja karena orang-orang berebut untuk bisa menyapa dan menyambut Tuan Putri mereka.

Para prajurit lalu mengamankan suasana dan memberikan jalan kepada Sang Putri untuk bisa menemui Sang Raja. Dari tembok-tembok istana tampak ada lambang-lambang terpampang dan sebagaian menjadi bendera yang dikibarkan. Aprilia turun dari kuda saat sudah sampai di istana utama. Dia mengajak Bandi untuk memasuki istana utama yang dijaga dengan cukup ketat.

Ada tiga lapis penjagaan. Mereka yang berjaga di sekitar istana rata-rata para prajurit pilihan yang terlatih. Di lapis kedua penjagaannya tak begitu ketat, tetapi ada sepuluh penjaga bayangan yang tidak terlihat. Merekalah yang akan dihadapi oleh orang-orang ingin mencelakai Sang Raja dan keluarganya. Dan di lapis terakhir, ada dua pengawal yang mana mereka adalah ksatria tertinggi yang ada Kerajaan Naga Laut Timur. Kemampuan mereka paling tidak harus seimbang atau lebih tinggi dari Sang Raja dan disumpah setia tidak akan lari dari pertempuran apapun yang terjadi. Apabila ada yang ingin membunuh Sang Raja, maka merekalah yang harus rela mati lebih dulu.

Melihat Aprilia masuk bersama Bandi, para pengawal langsung mencegah Bandi untuk ikut masuk. Bandi mengerti dan tidak protes. Dia tahu protokoler kerajaan sangatlah dijunjung tinggi, sebab ia juga pernah dalam situasi seperti ini. Aprilia meninggalkan Bandi sendirian di depan Ruang Tertinggi.

Ruang Utama adalah ruangan yang sangat luas. Sang Raja tak terlihat di sana, tetapi ada sepasang singgasana kosong. Ada beberapa baju zirah yang terpajang di dekat singgasana, tombak, pedang dan beberapa senjata yang aneh bentuknya. Aprilia pernah menggunakan semuanya saat berlatih. Ayahnya memang seorang petarung tangguh, ksatria tanpa tanding yang ditakut oleh seluruh lautan.

Ayah?” panggil Aprilia.

Aprilia mencoba mencari di ruang yang lain. Di samping ruang utama ada halaman luas yang biasanya digunakan berlatih. Tampak halaman itu begitu penuh dengan peralatan tempur, beberapa potongan baju besi berceceran di sana-sini. Aprilia lalu mendapati seorang pria tua berjanggut putih sedang duduk di atas batu. Tubuhnya bagian atas tak memakai baju. Ada banyak bekas luka di tubuhnya, menandakan ia telah bertempur berkali-kali. Melihat Aprilia datang, pria itu menoleh.

Aprilia? Kau sudah datang? Aku barusan mendengar kabarnya. Kau menumbangkan Titan di perbatasan,” sapa Sang Raja Belzagum.

Tak kusangka berita sangat cepat tersebar,” ucap Aprilia.

Tidak di Dunia Atas saja orang bisa berkomunikasi dengan cepat. Di Dunia Bawah juga bisa. Hanya saja, caranya yang berbeda. Kami memiliki elemental dan sihir. Tentu saja para prajurit elemental angin bisa menyampaikan kabar dengan cepat. Mereka menyebarkan cerita kepahlawanan Putri Aprilia, Sang Pembantai Titan,” ujar Raja Belzagum dengan suara berat.

Itu terlalu berlebihan, Ayah. Satu Titan itu bukan kebanggaan,” kata Aprilia merendah.

Tentu bukan kebanggaan. Tetapi, hal itu akan menjadi kegentaran bagi Raja Azrael. Mereka akan sangat malu Titan mereka dikalahkan dengan cepat, apalagi yang mengalahkannya seorang perempuan,” kekeh Raja Belzagum.

Raja Belzagum lalu berdiri. Dia menghampiri Aprilia, setelah itu ditepuk kepala anaknya. Raja Belzagum kemudian memeluk putrinya untuk beberapa saat, setelah itu melepaskan pelukannya.

Aku tahu apa yang sudah terjadi. Sahabat terbaikku telah wafat. Aku yakin sekali pasti tidak mungkin Pangeran Aryanaga membunuh ayahnya begitu saja. Aku juga mendengar kabar kau ada di dalam pertarungan itu,” kata Raja Belzagum.

Ayah benar. Aku ada di dalamnya. Dan iya, Raja Primadigda diracun dengan buah terkutuk oleh Pangeran Bagar. Pilihan yang sangat sulit bagi kami,” jelas Aprilia. “Tetapi, sang Raja memang menginginkan hal ini. Beliau, lebih menerima anaknya yang mengalahkannya daripada harus mati di tangan Pangeran Bagar.”

Aprilia teringat dengan kejadian waktu itu. Matanya berkaca-kaca ketika mengingat Asri. Sungguh suatu perlakuan yang tidak adil saat Asri harus menerima sesuatu yang tidak terduga seperti ini. Aprilia ingat bisikan-bisikan Asri saat nyawanya sudah di ujung tanduk. Asri menggenggam tangannya erat sambil berkata, “Kak… Aprilia… jaga … pangeran.”

Suara lirih Asri itu hanya ia yang mendengarnya. Dia benar-benar gagal. “Aku gagal, Ayah. Tak bisa melindungi siapapun. Asri tewas di tangan Pangeran Bagar, aku tak bisa berbuat apa-apa. Pangeran Aryanaga juga, sekarang ada di Penjara Tujuh Pintu. Rasanya aku tak berguna.”

Kita tak bisa melindungi semua orang Aprilia. Aku tahu kau sangat peduli dengan Asri, tetapi ketahuilah aku tidak mempedulikannya. Dia bukan bagian dari kita. Meskipun, Aryanaga memberikan tanda itu kepadanya, tetapi aku tidak akan mengakuinya. Karena, engkaulah yang akan menjadi Ibu Para Naga, bukan dia.”

Ucapan Raja Belzagum terdengar jahat. Aprilia bisa memakluminya, sebab ayahnya yang menginginkan perjodohan ini. Asri hanya dianggap sebagai penghalang.

Primadigda mungkin akan menyerahkan keputusan perjodohan itu kepada anaknya, tetapi aku tidak. Aku benar-benar menginginkan perjodohan ini. Kau juga telah setuju, maka dari itu aku tak mau kau justru malah memberikan jalan kepada pesaingmu. Kau harusnya merebut cinta sang pangeran. Kalau itu terjadi, kejadian ini tak perlu terjadi. Asri tetap akan hidup dan Raja Primadigda tak akan pergi. Kau lebih paham hal ini.”

Aprilia menyadarinya. Seharusnya ia paham akan hal ini. Seandainya ia lebih gigih memperjuangan Aryanaga, mungkin Asri tak akan menjadi korban. Namun, bagaimana caranya ia melakukan itu sedangkan perasaan cinta kepada Aryanaga saja tidak ada? Ataukah perasaan itu sudah ada, tetapi ia tidak sadar?

Maafkan aku ayah,” kata Aprilia. Dia tak tahu harus berkata apa-apa lagi di hadapan ayahnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status