Kerajaan Naga Laut Selatan sibuk. Orang-orang dari penjuru kota berduyun-duyun pergi ke istana. Mereka ingin menyaksikan sejarah yang akan mengubah hidup mereka untuk selama-lamanya. Sejarah itu adalah dengan dilantiknya Pangeran Antabogo menjadi raja. Kejadian yang menggemparkan mereka tentang terbunuhnya Raja Primadigda tentu saja tak akan mereka lupakan. Namun, pelantikan Antabogo menjadi raja juga adalah momen yang akan dicatat dalam sejarah.
Pangeran Bagar tak akan hadir. Dia berada di kamarnya, duduk di kursi roda dengan tangan dan kaki lumpuh. Total, ia hanya bisa menggerakkan kepalanya. Kedua tangan dan kakinya telah dirusakkan oleh Pangeran Aryanga. Ia sama sekali tak pernah menyangka akan berada di kursi roda untuk seumur hidupnya. Sampai sekarang, ia masih trauma dengan wujud Aryanaga waktu itu. Ras naga bersisik hitam dan putih. Itu bukan ras naga biasa.
Saat belajar dulu, ia masih ingat buku-buku yang menceritakan tentang naga-naga di masa lalu. Ras Naga bersisik seperti Aryanaga adalah termasuk ras naga yang sudah punah. Bagaimana bisa Pangeran Aryanaga memiliki wujud seperti itu? Sangat berbeda dengan penampilan Aryanaga sebelumnya yang bersisik biru kemerahan. Di dalam sejarah juga tidak pernah ada naga yang mengeluarkan sesuatu dari telapak tangannya. Memang ada legenda tentang orang-orang yang mampu menggunakan tubuh avatar mereka dengan baik, tetapi tidak diceritakan lebih lanjut. Pangeran Bagar jadi ingin mempelajari tubuh avatar. Dia merasa ada yang aneh dengan tubuhnya ini. Buat apa Kebijaksanaan Tertinggi memberikan tubuh avatar? Pasti ada sesuatu yang bisa dimanfaatkan dengan tubuh avatar ini.
Pangeran Bagar menghela napas. Pikirannya terlalu banyak berkelana kemana-mana. Seharusnya ia bersama kerumuman masa yang ada di bawah sana. Mereka sudah mulai menyemut dan memadati halaman istana. Sekali lagi sang ayah tak mengakuinya, bahkan dengan keadaannya yang seperti ini, mungkin sang ayah akan membuangnya.
“Koila?!” panggil Pangeran Bagar.
Terdengar suara gemerincing dari belakang. Tampak seorang pelayan dengan tangan dan kaki dirantai menghampiri. Dia adalah Koila. Pangeran Bagar masih mempekerjakannya sebagai pelayan, hanya saja statusnya berbeda. Koila menjadi budak ketimbang pelayan. Pengkhianatan yang dia lakukan tentu saja tak akan mendapatkan ampunan begitu saja.
“Iya, Pangeran,” ucap Koila.
“Aku ingin kau membantuku,” kata Pangeran Bagar.
“Apa yang bisa, saya bantu, Pangeran?”
“Bawa aku pergi dari istana ini. Aku ingin pergi jauh ke Imperium. Jangan sampai ada yang tahu!” ujar sang Pangeran.
“M-maksud Pangeran?”
“Jangan banyak tanya! Aku sudah tidak berguna lagi di tempat ini. Aku tak ingin ayahku tahu aku akan kemana. Aku akan membebaskanmu, asalkan kau mau membantuku ke Imperium.”
“Kenapa Pangeran ke sana?”
“Jangan banyak tanya. Lakukan saja! Persiapkan segalanya, aku tak ingin orang-orang tahu keberadaanku.”
Koila keheranan dengan perintah Pangeran Bagar, tetapi ia melakukannya. Dia membuka lemari pakaian sang pangeran, lalu mengeluarkan beberapa baju.
“Jangan ambil baju mewah. Aku tidak ingin menghadiri pesta. Ambil baju-baju biasa, aku ingin membaur dengan rakyat!” pinta Pangeran Bagar.
Aneh, tidak biasanya Pangeran begini. Koila lalu mengambil baju-baju yang lain. Meskipun, terlihat biasa, tetapi masih saja baju tersebut terbuat dari bahan yang tidak murah dan murahan.
“Pangeran, sekedar usul. Baju-baju ini masih terlihat mewah meskipun bagi pangeran terlihat mewah. Kalau pangeran ingin berbaur, maka pangeran harus memakai pakaian yang sama sepeti mereka pakai,” kata Koila yang masih memilah-milah baju.
“Kalau begitu urus saja! Sekali lagi, jangan sampai ada yang tahu. Rantai itu mengurung kekuatan elementalmu. Kau tak akan bisa berbuat macam-macam dan hanya aku yang bisa membukanya,” ancam Pangeran Bagar.
“Iya, Pangeran. Saya mengerti,” ujar Koila. Dia lalu undur diri keluar dari kamar sang pangeran untuk mencari pakaian yang dibutuhkan.
Dalam hati sebenarnya Koila kasihan melihat Pangeran Bagar. Namun, ia masih punya keinginan yang kuat kalau ada kesempatan akan dia bunuh sang pangeran dengan tangannya sendiri. Meskipun dalam keadaan lumpuh, Pangeran Bagar masih tetap Pangeran Bagar. Dia masih sangat berbahaya.
Lonceng di luar berbunyi. Terompet menggema suaranya ke seantero negeri. Raja Antabogo resmi dilantik. Rakyat menyaksikan peristiwa bersejarah ini. Tak tahu nasib mereka akan seperti apa setelah sang raja dilantik. Namun, pidato yang mencengangkan saat pelantikan ini benar-benar membuat mereka takut dan panik.
“Rakyatku, hari ini aku menjadi raja. Aku akan mengumumkan satu hal. Selama ini kita hidup di dalam peperangan. Perang, perang dan perang. Aku memang bukan kakakku, Raja Agung Primadigda. Aku tidak akan melakukan kesalahan seperti yang dilakukan oleh kakakku. Ras Naga, adalah ras yang paling kuat. Ras yang seharusnya menjadi sebab kita berada di Dunia Bawah. Seharusnya kita bisa menguasai seluruh daratan dan lautan. Namun, kita lambat laun melupakan siapa jati diri kita sebenarnya. Maka dari itu, aku Raja Antabogo ingin seluruh ras naga bersatu. Seluruh Kerajaan Naga bersatu, tanpa terkecuali. Kita akan disegani, kita akan ditakuti dan perdamaian terwujud karena tak ada peperangan lagi. Kita akan bersatu dan berdamai dengan Kerajaan Naga Laut Utara.”
Seketika itu rakyat yang mendengar pidatonya terbelalak. Mereka tak percaya dengan apa yang mereka dengar. Selama ini mereka terus berperang dengan Kerajaan Naga Laut Utara, lalu sekarang berdamai?
“Kalian tak perlu takut. Kerajaan Naga Laut Utara tidak akan menyerang kita lagi. Mereka adalah sekutu kita. Mereka saudara kita. Kenapa sesama ras naga saling bertempur? Kenapa kita harus saling menyerang satu sama lain kalau bisa berdamai? Aku akan buktikan perdamaian ini akan membawa dampak yang positif. Kita akan menjadi masyarakat yang maju, kita akan membangun dunia ini menjadi dunia yang penuh kebaikan. Inilah cita-citaku sejak dulu. Menyatukan Ras Naga dan menjadikan Ras Naga menjadi yang terkuat, bukan para peri, bukan juga manusia.”
Pangeran Bagar mendengar pidato ayahnya dengan dahi berkerut. Apa yang dikatakan ayahnya akan menjadi sejarah baru bagi Dunia Bawah, juga bagi Dunia Atas. Pangeran Bagar tersenyum sinis mendengar ide gila Antabogo. “Kau sudah gila, Ayah.”
***
Kegelapan tanpa batas telah memberikan kenyamanan tersendiri bagi Pangeran Aryanaga. Dia sudah terbiasa di dalam kegelapan. Sesaat ia mengira dirinya sudah mati, namun ia terjaga lagi ketika ada langkah berat yang mendekatinya. Dia langsung mengenali langkah berat itu. Raja Salamander datang sambil membawa dua wadah yang terbuat dari bebatuan yang cekung. Aryanaga masih tak bisa bergerak karena rantai yang membelenggunya. “Aku kira aku sudah mati,” gumam Aryanaga. “Aku cuma kesal kepadamu. Nyawamu tak ada harganya untukku,” ujar Raja Salamander. Raja
Aryanaga menghela napas. Dia lega mendengar keduanya baik-baik saja. Sempat terlintas di pikiran Aryanaga kalau keduanya bakalan diburu oleh pasukan Kerajaan Naga Laut Selatan. Aryanaga menoleh ke Raja Salamander. Dia memperhatikan bagaimana Sang Raja yang dikenal sangat gagah itu sekarang memakan cacing-cacing. Sangat berbeda dengan keadaannya dulu. Dari titik teratas kemudian turun ke titik terendah. “Bagaimana paduka Raja bisa berada di sini? Apa yang sebenarnya terjadi antara paduka dan ayahku?” tanya Aryanaga. Raja Salamander menghentikan makannya. Raja Salamander mengambil tempat untuk menyandarkan punggungnya. “Aku bukan lagi raja. Kora—anakku&mdash
40 tahun yang laluDunia Bawah merupakan dunia yang sangat berbeda dari Dunia Atas. Dunia yang penuh dengan peperangan dan darah. Setiap ras memiliki kewajiban untuk mempertahankan wilayah mereka. Setiap saat gempuran dari Kerajaan Naga Laut Utara terus-menerus terjadi. Mereka juga tiap hari makin kuat. Sudah menjadi cerita sejak lama kalau Raja Azrael adalah sekutu Iblis yang hendak menaklukkan seluruh daratan dan lautan. Selama seluruh ras bersatu, maka tidak ada yang bisa dilakukan oleh Raja Azrael. Ras naga merupakan ras terdepan yang akan menghadapi Raja Azrael, kalau ras ini gagal untuk menghadang Raja Azrael, sudah akan menjadi ancaman terhadap ras-ras lain.
50 tahun lalu, Lembah RacunAntabogo tak gentar dengan benteng besar yang ada di hadapannya. Ini bukan sembarangan benteng, tetapi juga adalah tempat kediaman Ratu Eidela. Ratu ini merupakan salah satu istri dari Raja Azrael. Kesemua istri Raja Azrael menempati benteng-benteng pertahanan. Sudah tugas menjadi Ratu adalah menjadi tameng dari raja mereka. Itulah yang menjadi tugas agung seorang ratu naga di Dunia Bawah.Lembah Racun merupakan daerah yang nyaris tidak terjamah oleh siapapun. Lembah ini disebut lembah racun, karena sumber dari segala racun yang mematikan ada di tempat ini, termasuk Buah Terkutuk. Raja Primadigda dan Raja Salamander bekerja sama untuk bi
“Tolonglah, aku sudah tak punya apa-apa lagi sekarang, selain anakku. Vivian,” ucap Sang Ratu. “Aku hanya ingin terbebas dari kesengsaraan ini.”Antabogo masih ragu-ragu untuk melakukannya. “Tetapi, aku tak bisa melakukannya dengan caramu. Kau merawat anakmu dengan kasih sayang, sedangkan aku akan sangat berbeda cara merawatnya.”Ratu Eidala tertawa. “Aku tak akan menyesal. Yang aku inginkan adalah agar anakku tidak diambil oleh Raja Azrael. Kau tak tahu bukan rasanya ketakutan yang amat sangat? Rasa takut yang bahkan darahmu bisa berhenti mengalir karenanya.”“
Antabogo merinding mendengarnya. Antara percaya dan tidak, ia sangat ingin mencoba diserang dengan pedang itu. Antabogo kemudian berlari menerjang ke Ratu Eidela. Sang Ratu lalu mengayunkan pedangnya. Pedang Berbaris memisahkan diri. Patahan-patahannya mengejar Antabogo. Sang Pangeran tidak menghindar dan membiarkan tubuhnya terkena serangan. Beberapa patahan benar-benar menghantamnya. Antabogo terlempar dengan keras. Harus diakui, Antabogo terluka karena serangan pedang tadi. Perisai di tubuhnya bisa ditembus, bahkan melukai tubuhnya. Mulutnya sampai mengeluarkan darah. Pedang itu bukan saja melukai tubuh luarnya, tetapi juga tubuh bagian dalamnya. Dengan gusar, Antabogo berdiri. Jubah yang menutupi mulutnya kini bernoda darah.
40 tahun yang laluPeristiwa terbebasnya Lembah Racun telah sampai ke telinga orang-orang. Pasukan Kerajaan Naga Laut Barat bergerak kembali ke tempat mereka berasal. Primadigda kemudian memasuki Kerajaan Peri. Sang Raja disambut oleh Ratu Peri dan para prajuritnya di perbatasan Hutan Peri, tempat yang dianggap paling angker di seluruh Dunia Bawah. Raja Primadigda saat itu hanya ditemani oleh seratus pasukan yang berjaga-jaga jauh di dari perbatasan, sebab ia tahu kaum peri sama sekali tidak suka dengan pasukan siapapun yang masuk ke wilayahnya. Sampai sekarang Hutan Peri adalah daerah yang sangat misterius. Siapapun yang berada di dalamnya pasti tersesat dan tida
Primadigda terdiam. Mendapatkan pengakuan dari Ratu Peri seperti ini memang mengejutkan. Satu hal yang menjadi hal tabu bagi kaum peri adalah berbohong. Mereka tak pernah berbohong satu sama lain. Makanya, terkadang kaum peri adalah kaum yang penuh rahasia, lantaran mereka lebih banyak diam dan bicara yang perlu. Mereka terkenal dengan kejujuran mereka. Primadigda mendengus. “Maaf, Elyana. Kalau aku harus mengecewakanmu.”“Kau sudah bertemu dengan orangnya?”“Kekuatanmu adalah tanaman, sedangkan kekuatanku adalah api. Aku takut kalau aku marah, t