Bandi mengembangkan sayapnya. Angin menerbangkannya dengan cepat menuju ke pertempuran. Pertempuran yang terlihat dari atas itu terlihat seperti gerombolan semut yang sedang bertempur. Dari arah barat, tampak kumpulan hitam pasukan Kerajaan Naga Laut Utara mulai mendesak pasukan Kerajaan Naga Laut Timur. Para kavaleri dengan mengendarai Boghul1 begitu kuat mendesak pasukan pertahanan. Binatang-binatang reptil yang biasanya digunakan dalam pertempuran itu sangat garang dan bergerak dengan sangat cepat. Sangat tangguh di dalam pertempuran, tak kalah dengan kuda-kuda perang. Sementara itu dari sisi pasukan Kerajaan Naga Laut Timur, mereka sama sekali tak punya kavaleri, hanya pasukan pertahanan dengan berbagai baju besi mereka. Pasukan ini hanya terdiri dari para ras naga dan sebagian elemental. Tampaknya mereka sedang kesulitan terlebih dengan Titan yang menyerang dengan membabi buta.
“Cepat Bandi!” seru Aprilia dari atas punggungnya.
Bandi kemudian menutup sayapnya agar gravitasi membantunya untuk bisa lebih cepat mendarat ke arena pertempuran. Bayangan Bandi segera membuat sebagian pasukan mendongak ke atas. Mereka tak percaya ada naga di atas mereka. Mereka juga tak tahu apakah naga ini kawan ataukah lawan. Sang Titan yang terkejut juga mendongak ke atas.
“Turunkan aku di dekat komandan pasukan! Aku tahu siapa dia!” pinta Aprilia.
Bandi melihat seseorang yang sedang berdiri di ujung pasukan. Orang tersebut memakai baju besi dengan tanda lambang Kerajaan Naga Laut Timur. Melihat seekor naga terbang ke arahnya tentunya sang komandan sedikit gentar, namun ia menjadi gembira saat tahu siapa yang ada di atas punggung naga tersebut.
“Putri Aprilia!” seru komandan itu.
Aprilia langsung melompat saat jarak Bandi dan sang komandan tak begitu jauh. Aprilia mendarat di sebelah sang komandan. Wajah sang komandan yang sedang kusut akibat pertempuran tak bisa disembunyikan.
“T-tuan Putri Aprilia, ba-bagaimana bisa Anda ada di sini?” tanya sang komandan. Dia langsung berlutut di hadapan Aprilia. Sementara itu Bandi kembali ke wujud manusianya dan mendarat dengan sempurna.
“Pati Walaka, Sang Komandan Penjaga Perbatasan. Bisa kau jelaskan situasinya?” tanya Aprilia.
“Kami tiba-tiba diserang Pasukan Kerajaan Naga Laut Selatan. Sepertinya mereka sudah tidak lagi menyasar ke pertahanan Kerajaan Naga Laut Selatan, mungkin setelah mendengar berita wafatnya Raja Agung Primadigda, mereka akhirnya memfokuskan penyerangan kemari,” jelas Pati Walaka.
“Pasukan mereka terdiri dari kavaleri dan Titan. Sepertinya mereka hanya ingin memancing di air keruh. Ini adalah serangan percobaan, aku yakin kalau mereka akan datang lebih banyak lagi,” ucap Aprilia.
“Sepertinya demikian. Maafkan kami, Tuan Putri. Kami tak menduga ada serangan mendadak seperti ini, terlebih sebagian prajurit kemarin kembali ke barak. Jadi kekuatan kami tidak penuh.”
Aprilia menatap ke Titan. Raksasa itu tinggi menjulang, tetapi Aprilia tahu kalau Titan ini bisa ditaklukkan. Dia sudah berlatih bersama ayahnya, mulai dari musuh paling mengesalkan, hingga yang sulit ditaklukkan. Aprilia mengulurkan tangannya kepada Sang Komandan.
“Pinjamkan aku pedangmu!” ucap Aprilia.
“Yang Mulia, apakah Anda mau bertarung?” tanya Pati Walaka.
“Aku akan tunjukkan kepada kalian cara mengalahkan Titan,” jawab Aprilia.
Sang Komandan kebingunan. Dia menoleh ke sana kemari dan hanya mendapati pedangnya saja yang ada di dekatnya. Pedang itu segera diserahkan kepada Aprilia dengan kedua tangannya. Aprilia lalu menerima pedang tersebut.
“Aku pinjam sebentar,” ucap Aprilia. Dia mengernyit memperhatikan pedang itu. “Dari mana kau dapatkan pedang ini?”
“I-itu…b-buatan istri hamba,” ujar Pati Walaka.
“Istrimu? Mustahil!” Aprilia tampak keheranan. “Kau sudah menikah? Kapan?”
“Belum lama Yang Mulia. Dan dia seorang peri. Tapi, bukan peri bangsawan. Cuma peri biasa yang bekerja sebagai tukang pandai besi. Dia sudah lama pergi dari Kerajaan Peri dan hidup di negeri kita,” jelas Pati Walaka.
Aprilia melihat mata pedang yang sangat berkilau. Ketika digenggamnya, pedang itu serasa ringan seperti kapas, serasa langsung menyatu dengan tubuhnya. Ada cahaya berwarna kemerahan saat pedang itu digenggam.
“Istrimu pandai membuat pedang, sepertinya pedang ini akan memancarkan cahaya sesuai dengan pemiliknya. Mustahil dia seorang peri biasa. Setelah pertempuran ini, aku ingin bertemu dengannya,” ucap Aprilia.
Pati terkejut. Ia tak pernah mengira kalau Aprilia sangat ingin bertemu dengan istrinya. “Baik, Yang Mulia.”
Aprilia kemudian berbalik. Dia berjalan meninggalkan Pati Walaka untuk masuk ke medan pertempuran. Ia mengayun-ayunkan pedang yang ada di tangannya, setelah itu masih dengan tubuh manusia setengah naganya dia pun berlari cepat menuju ke Titan. Aprilia menghadapi musuh-musuh yang ada di hadapannya tanpa ampun.
“Lindungi Putri Aprilia!” seru Pati Walaka. Pasukan panah segera bersiap untuk memberi jalan. Mereka melemparkan panah-panah agar Aprilia terlindungi. Bandi pun tak tinggal diam. Dia kembali ke wujud naganya, lalu terjun ke pertempuran. Napas apinya segera menghanguskan pasukan kavaleri lawan.
Aprilia bergerak dengan lincah, melompat, menghindar, menebas, meluncur tanpa terkejar. Pasukan kavaleri seperti mendapatkan lawan yang sangat licin. Beberapa Boghul ususnya terburai akibat tebasan Aprilia, sehingga membuat penunggangnya harus turun ke tanah. Aprilia terus berlari menuju ke Titan.
Sang Titan segera mengetahui ada Aprilia yang hendak menyerangnya. Sang Raksasa mengangkat tangannya, lalu mencoba menghantam Aprilia. Aprilia dengan lincah melompat ke atas tangan besar itu, lalu berlari terus menuju ke atas tubuh Sang Titan. Dia lalu merobek bahu Titan tersebut. Asap hitam keluar dari luka sang titan.
“Makhluk yang terbuat dari jiwa-jiwa terkutuk. Kalian harusnya tidak ada di dunia ini,” geram Aprilia.
Tangan Titan yang satunya mencoba menepuk Aprilia. Aprilia seperti nyamuk yang hinggap di lengannya. Gadis ini kemudian melompat lagi hingga sampai di atas kepalanya. Kepala Titan ini berbentuk seperti potongan pohon memiliki rambut dengan mata merah menyala. Taring-taringnya terlihat tajam dan tidak memiliki hidung. Saat Aprilia mendarat tepat di atas kepalanya Sang Titan berusaha menyingkirkannya dengan menggoyang-goyangkan kepalanya. Aprilia lalu menancapkan pedangnya ke kepala Sang Titan, ia pun berpegangan dengan gagang pedang. Sang Titan meraung kesakitan, goyangan kepalanya makin hebat.
“Putri Aprilia!” seru Pati Walaka yang tak percaya Putri junjungannya bisa melakukan hal semacam itu.
Sang Titan memiliki kelemahan di puncak kepalanya. Di puncak kepalanya ada semacam simbol pentagram yang digunakan para Necromancer untuk menghidupkannya. Aprilia menancapkan pedangnya di sana. Sang Titan meraung saat dari lukanya keluar asap berwarna hitam. Asap tersebut seolah-olah adalah darah Sang Titan. Aprilia menancapkannya berkali-kali, Sang Titan menggeleng-gelengkan kepalanya, sehingga Aprilia terlempar. Namun, dengan sigap Aprila meraih rambut Titan tersebut. Dia terus bertahan bergelantungan di rambut Titan hingga kepala sang Raksasa tidak lagi bergoyang-goyang. Dengan susah payah, Aprilia kembali ke pucuk kepala raksasa itu.“Masih belum cukup? Aku akan menambahkannya,” ujar Aprilia. Dia melihat di bekas luka yang dia tinggalkan pada tanda pentagram tersebut menyembur asap hitam. Asap-asap itu adalah saripati jiwa-jiwa
Istana Kerajaan Naga Laut Timur terlihat dari ujung mata memandang. Setelah Aprilia menerobos melewati hutan yang cukup lebat, mereka pun akhirnya sampai di jalanan panjang menuju ke sana. Mereka perlu melewati beberapa desa sebelum akhirnya sampai di gerbang istana. Istana Kerajaan ini terdiri dari tiga lapis. Benar-benar istana yang sangat besar. Istana dilingkari tembok yang tinggi menjulang. Satu lapis pertama saja cukup luas, lalu lapis kedua lebih sempit dan lapis ketiga ada istana utama. Lapis kedua diisi barak tentara dan kekuatan militer dari ras naga, elemental, penyihir dan pemanggil. Sedikit sekali para pemanggil yang ikut menjadi prajurit, mereka biasanya lebih banyak menjadi orang-orang bebas yang tidak ingin ikut dalam carut-marut perpolitikan. April
Raja Belzagum mengangguk paham. Dia menghela napas panjang. Di dalam benaknya terlintas bayangan bagaimana dulu dia bisa dekat dengan Raja Primadigda. Ada kesedihan di dalam wajah Raja Belzagum yang sengaja disembunyikan. Dia tak ingin terlihat sedih di hadapan putrinya.Sang Raja kemudian berjalan menuju ke tempat senjata, dimana kain jubahnya digantung. Kayu ini biasanya digunakan untuk ditempati senjata seperti tombak dan pedang. Sang Raja lalu memakai jubah berwarna merah itu dengan sekedarnya. “Aprilia, aku sudah mengajarimu dengan baik. Sekarang temui Ratu. Beliau ingin sekali bertemu denganmu,” ujar Raja Belzagum.Aprilia mengangguk. “Baik, Yang Mulia.” Setel
Kerajaan Naga Laut Selatan sibuk. Orang-orang dari penjuru kota berduyun-duyun pergi ke istana. Mereka ingin menyaksikan sejarah yang akan mengubah hidup mereka untuk selama-lamanya. Sejarah itu adalah dengan dilantiknya Pangeran Antabogo menjadi raja. Kejadian yang menggemparkan mereka tentang terbunuhnya Raja Primadigda tentu saja tak akan mereka lupakan. Namun, pelantikan Antabogo menjadi raja juga adalah momen yang akan dicatat dalam sejarah. Pangeran Bagar tak akan hadir. Dia berada di kamarnya, duduk di kursi roda dengan tangan dan kaki lumpuh. Total, ia hanya bisa menggerakkan kepalanya. Kedua tangan dan kakinya telah dirusakkan oleh Pangeran Aryanga. Ia sama sekali tak pernah menyangka akan berada di kursi roda untuk seumur hidupnya. Sampai sekarang, ia masih trauma dengan wujud Aryanaga waktu itu. Ras naga bersisik hitam dan putih. I
Kegelapan tanpa batas telah memberikan kenyamanan tersendiri bagi Pangeran Aryanaga. Dia sudah terbiasa di dalam kegelapan. Sesaat ia mengira dirinya sudah mati, namun ia terjaga lagi ketika ada langkah berat yang mendekatinya. Dia langsung mengenali langkah berat itu. Raja Salamander datang sambil membawa dua wadah yang terbuat dari bebatuan yang cekung. Aryanaga masih tak bisa bergerak karena rantai yang membelenggunya. “Aku kira aku sudah mati,” gumam Aryanaga. “Aku cuma kesal kepadamu. Nyawamu tak ada harganya untukku,” ujar Raja Salamander. Raja
Aryanaga menghela napas. Dia lega mendengar keduanya baik-baik saja. Sempat terlintas di pikiran Aryanaga kalau keduanya bakalan diburu oleh pasukan Kerajaan Naga Laut Selatan. Aryanaga menoleh ke Raja Salamander. Dia memperhatikan bagaimana Sang Raja yang dikenal sangat gagah itu sekarang memakan cacing-cacing. Sangat berbeda dengan keadaannya dulu. Dari titik teratas kemudian turun ke titik terendah. “Bagaimana paduka Raja bisa berada di sini? Apa yang sebenarnya terjadi antara paduka dan ayahku?” tanya Aryanaga. Raja Salamander menghentikan makannya. Raja Salamander mengambil tempat untuk menyandarkan punggungnya. “Aku bukan lagi raja. Kora—anakku&mdash
40 tahun yang laluDunia Bawah merupakan dunia yang sangat berbeda dari Dunia Atas. Dunia yang penuh dengan peperangan dan darah. Setiap ras memiliki kewajiban untuk mempertahankan wilayah mereka. Setiap saat gempuran dari Kerajaan Naga Laut Utara terus-menerus terjadi. Mereka juga tiap hari makin kuat. Sudah menjadi cerita sejak lama kalau Raja Azrael adalah sekutu Iblis yang hendak menaklukkan seluruh daratan dan lautan. Selama seluruh ras bersatu, maka tidak ada yang bisa dilakukan oleh Raja Azrael. Ras naga merupakan ras terdepan yang akan menghadapi Raja Azrael, kalau ras ini gagal untuk menghadang Raja Azrael, sudah akan menjadi ancaman terhadap ras-ras lain.
50 tahun lalu, Lembah RacunAntabogo tak gentar dengan benteng besar yang ada di hadapannya. Ini bukan sembarangan benteng, tetapi juga adalah tempat kediaman Ratu Eidela. Ratu ini merupakan salah satu istri dari Raja Azrael. Kesemua istri Raja Azrael menempati benteng-benteng pertahanan. Sudah tugas menjadi Ratu adalah menjadi tameng dari raja mereka. Itulah yang menjadi tugas agung seorang ratu naga di Dunia Bawah.Lembah Racun merupakan daerah yang nyaris tidak terjamah oleh siapapun. Lembah ini disebut lembah racun, karena sumber dari segala racun yang mematikan ada di tempat ini, termasuk Buah Terkutuk. Raja Primadigda dan Raja Salamander bekerja sama untuk bi