Share

BAB 4 Deep Talk

Penulis: Selfie Hurtness
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-30 14:47:57

“Bukankah seharusnya kamu bersyukur dibebaskan dari lelaki berengsek macam keponakanku itu?"

Andina segera menyeka air mata. 

“Bukan karena itu, Om.” Gadis itu menjawab dengan suara pelan. 

Andina tidak tahu harus menjelaskannya dari mana, hingga akhirnya ia diam saja sampai mereka tiba di area parkir. Rupanya Bram membawa Andina ke mobilnya, sebuah SUV yang tampak ‘murah’ untuk ukuran keluarga kaya raya seperti Narendra.

“Kita mau ke mana, Om?” tanya Andina pada akhirnya. Sejak tadi, ia menurut saja pada pria ini tanpa tahu ia akan dibawa ke mana.

"Ada beberapa hal yang ini aku bicarakan denganmu." Pria itu menjawab singkat sembari membuka pintu mobilnya untuk Andina. “Silakan masuk, An.”

Tanpa banyak bicara, Andina segera naik ke dalam mobil.

Sejujurnya ia tidak menyangka kalau ia akan bertemu dengan Bram secepat ini, setelah pagi tadi ide perjodohan lain tercetus di pertemuan keluarga.

Karenanya, ia agak kikuk dalam bersikap.

“Kamu sudah makan?” tanya Bram tiba-tiba.

Andina menggeleng. “Belum, Om.”

Mana bisa Andina makan dengan kondisi seperti itu tadi?

Mendengar jawaban Andina, Bram mengangguk. Pria itu kemudian serius dengan kemudi, tidak mengatakan apa pun lagi. Memang, setahu Andina, memang sosok ini terkenal irit bicara.. 

Andina jarang bertemu dengan Bram. Hanya ketika ia berkunjung ke kediaman Narendra saja, kadang Andina berpapasan dengan pria ini. Namun, Ia banyak mendengar cerita tentang Bram dari Kenneth. 

Terutama tentang bagaimana lelaki ini kawin-cerai sudah dua kali. Bagaimana sang paman pengangguran banyak gaya yang kerap mengecewakan keluarga, hobi menghabiskan harta Narendra.

Namun, setelah melihat mobil ‘sederhana’ milik Bram, Andina berpikir kalau pria ini tidak menghamburkan harta seperti yang dikatakan Ken.

Sekalipun mungkin soal kawin cerai dan penganggurannya benar. Andina jadi penasaran kenapa pria ini menduda dua–

“Ada yang mau kamu katakan padaku?” 

Andina tersentak saat Bram bertanya. Rupanya sejak tadi tanpa sadar ia mengamati sosok itu dalam diam.

“Um,” Andina jadi salah tingkah. “Itu … kita mau mengobrol di mana, Om?”

“Sebentar lagi sampai.”

Rupanya pria itu membawa Andina ke sebuah kafe yang cukup populer di kota tersebut. Andina tahu karena banyak ulasan unggulan untuk kafe ini, baik dari makanan, layanan, dan suasananya. Bahkan sempat viral.

Ternyata pria tiga puluh tahunan ini tahu tempat seperti ini juga. Apa asal pilih ya?

Mesin mobil dimatikan, refleks Andina melepas seat belt. Gadis itu segera membuka pintu mobil dan lebih dulu melangkah turun. 

Bram menyusul tak lama kemudian, lalu memimpin jalan agar Andina untuk mengikuti langkahnya. 

"Selamat siang, Pak."

"Meja untuk dua orang. Tolong yang sedikit privasi." Bram berucap pada salah seorang pramusaji yang menyapa mereka.

Pramusaji tersebut menatap Bram sejenak, lalu beralih pada Andina sebelum kemudian mengangguk.

"Oh baik, Bapak. Mari ikut saya."

Bram mengangguk. Ia membiarkan Andina mendahului langkahnya dan mengekor di belakang si pramusaji dengan seragam bernuansa cokelat tersebut. 

Lajendra. 

Sebuah nama unik yang untuk cafe dengan hidangan dan konsep milineal. Jujur ini kali pertama Andina menginjakkan kakinya kemari. Rupanya benar, cafe ini cukup menarik untuk dikunjungi. 

“Silakan, mau pesan apa?” tanya si pramusaji ketika Andina dan Bram sudah duduk berhadapan.

Bram menyodorkan buku menunya pada Andina, mendorong gadis itu agar memesan lebih dahulu.

Andina meraih buku menu yang disodorkan padanya, lalu ia membuka halaman demi halaman menu yang ada di sana. 

"Chocolate mint hangat." Andina akhirnya menatapkan pilihan, lalu menyodorkan menunya pada Bram.

“Itu saja?” tanya pria yang lebih tua tersebut.

Andina mengangguk.

“Katamu, kamu belum makan,” ucap Bram.

“Eh, iya,” ucap Andina. “Tapi aku nggak lapar, Om.”

“Mungkin kamu tidak merasa lapar, tapi tubuhmu tetap butuh makan.” Bram mengambil buku menu dari tangan Andina. Pria itu memilih minuman untuk dirinya dan menunjuk sebuah gambar di buku menu, pada gambar croissant mini dengan taburan keju dan herbs. “Dan ini.”

“Baik, Pak. Menu itu memang cocok dimakan dengan chocolate mint hangat Nona ini.” Si pramusaji tersenyum dan mengambil kembali buku menunya. "Kalau begitu mohon ditunggu sebentar."

Setelah si pramusaji berlalu, tidak ada yang bicara antara Andina maupun Bramasta.

“Aku tidak bisa membuat keponakan berengsekku itu meminta maaf padamu,” ucap Bram tiba-tiba, memecah keheningan. “Karena itu, meskipun ulahnya tidak ada sangkut pautnya denganku, sebagai pamannya, aku minta maaf.”

Andina tersenyum kecil. "Seperti yang Om katakan, Om tidak ada sangkut pautnya. Kenapa Om jadi yang minta maaf?" balasnya. “Oknumnya saja tidak minta maaf.”

Bram menghela napas. Tatapannya yang tajam terarah lurus pada gadis di hadapan, membuat Andina salah tingkah.

“Jadi,” ucap Andina kemudian. “Apakah maksudnya mengobrol tadi, adalah serah terima permintaan maaf?”

Sebenarnya tanpa perlu bertanya, Andina sudah paham dan tahu apa yang hendak lelaki ini bicarakan dengannya. Namun, ia perlu pancingan untuk masuk ke topik tersebut.

Bram tidak langsung menjawab. 

“Ini soal permintaan ibuku,” ucap pria itu kemudian. "Tentu beliau sudah bicarakan hal ini padamu, kan?"

Andina tersenyum sopan. Kemudian .kepalanya terangguk pelan. "Apa tanggapan Om perihal rencana itu?" tanyanya.

Bram menghela napas panjang, kemudian mengalihkan pandangan. Wajahnya nampak gusar selama sesaat, sebelum kemudian mata tenangnya kembali terarah pada Andina. 

"Aku tidak mungkin membantah keinginan beliau,” kata pria itu pada akhirnya. “Usiaku sudah tidak muda lagi. Dan aku sudah pernah menikah. Mungkin kamu sudah pernah mendengarnya.”

Sekali lagi, Andina mengangguk.

“Oleh karena itu, aku paham jika kamu menolak pinangan ibuku.”

Andina menunduk. Gadis itu kembali berpikir sambil memainkan kuku yang ditempel manik swarovski yang didesain khusus untuk pernikahan Andina yang batal hari ini. 

Akan tetapi, sama seperti Bram, ia pun tidak punya kuasa untuk menolak perjodohan ini.

"Aku tahu ini berat bagimu, An.” Bram kembali berkata. “Karenanya, aku tidak akan menyalahkanmu jika kamu menolak.”

"Tapi, Om,” ucap Andina pada akhirnya. “Aku pun sama, Om. Mereka hanya memberiku waktu untuk menenangkan diri, bukan untuk menolak perjodohan ini." 

Hening.

Baik Bram maupun Andina terdiam. Mereka bergelut dengan pikiran masing-masing hingga kemudian Bram kembali bersuara. 

“Apa kamu takut padaku?”

Sepasang mata Andina melebar, tidak menyangka pertanyaan blak-blakan tersebut.

Yah, sebenarnya ia tidak takut pada Bram. Jika iya, tentu ia tidak akan ada di sini.

Namun, Andina khawatir ia akan dikecewakan lagi.

Karenanya, ia ungkapkan hal itu pada Bram, tanpa menduga ucapan pria itu selanjutnya membuat Andina makin terkejut.

"Jika memang kita harus menikah,” kata Bram. “Aku akan pastikan kamu bahagia, An.”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
~kho~
aseeekkk... pegang janjimu loh bram, gak boleh ingkar
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 5 Hinaan

    "Jadi begitu?"Andina menggumam, kembali menatap Bram yang baru saja selesai menceritakan semua alasan yang tadi Andina pertanyakan padanya. "Ya ... Begitu. Entah apa pendapatmu, yang jelas itulah yang terjadi sebenarnya." Bram menghela napas panjang, matanya sedikit memerah. Dengan satu tarikan, Bram menarik cangkir kopi miliknya mendekat. Meneguk cairan pekat itu beberapa kali lalu kembali meletakkan cangkir di atas meja. Sementara itu, Andina masih membisu. Melihat lawan bicaranya tengah menenangkan diri setelah panjang-lebar membuka lembar masa lalunya, Andina pun memilih melakukan hal yang sama.Andina menikmati secangkir cokelat yang dia pesan, berusaha mengenyahkan segala macam ragu yang masih menyelimuti hatinya. "Aku tidak ingin memaksamu percaya dengan semua ceritaku barusan, An. Tugasku hanya menjawab pertanyaan yang kamu ajukan tadi."Andina mengangkat wajah, ditatapnya Bram dengan saksama. "Aku mengerti, Om. Terimakasih sudah menceritakan semua kisah pahit Om padaku.

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-30
  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 6 Hari Andina

    "Kenapa cuma minta private party? Kakak malu kawin sana duda cerai dua kali?" Ejek suara itu yang seketika membuat Andina menghela napas panjang. "Atau mungkin malu nikah sama lelaki pengangguran?" Belum sempat menjawab, Tamara sudah kembali menyerangnya lagi. Andina membalikkan badan, melangkah mendekati Tamara yang nampak menatapnya dengan tatapan mengejek. Mata Andina tertuju pada perut sang adik. Masih nampak rata, belum nampak kalau Tamara tengah berbadan dua. "Apapun itu setidaknya aku tidak menikah karena hamil lebih dulu, hamil di luar nikah. Jadi kenapa harus malu?" Bisa Andina lihat wajah cantik bersalut makeup Tamara terkejut. Sorot mata mengejek tadi berubah jadi sorot benci menahan marah. "Aku tidak harus merendahkan diriku di sentuh lelaki yang milik orang lain agar dinikahi. Dimana salahnya?" Ujar Andina menyerang balik sang adik. "Ka-u ...." Tamara mengeram, tangannya mengepal kuat. "Apa?" Tantang Andina tak takut. Dia sudah lelah mengalah dan berdiam diri.

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-30
  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 7 Niat Sandra

    "Kenapa kau biarkan anak perempuanmu dinikahi lelaki itu, Hen!"Andina yang hendak ke toilet seketika berhenti, telinganya menangkap obrolan yang menyebut nama ayahnya dan itu artinya ada sangkut pautnya dengan diri Andina. "Mau bagaimana lagi? Aku nggak bisa nolak pinangan Eyang Mar, Pakdhe." Jelas suara itu lirih. "Astaga, Hen!" Desis suara itu frustasi. "Apa maunya ibumu ini! Temenan sih temanan, tapi nggak ngorbanin cucu juga begini dong! Kamu tahu siapa Bram itu?"Kini nama suami Andina disebut. "A-aku--.""Dua istrinya kemarin aja minta cere, Hen! Satunya kabur, bisa kamu bayangkan laki-laki model apa Bram itu?" Rasanya Andina ingin berteriak, menjelaskan alasan yang kemarin Bram jelaskan padanya perihal perceraian lelaki itu dengan dua istrinya terdahulu, namun ia urungkan, Andina diam-diam ingin mendengar semua obrolan itu sejenak. "Kita kan nggak tahu apa yang terjadi sebenarnya, Dhe. Kata mama, Bram itu anak yang baik. Cu--.""Halah! Anak baik mana yang sampe setua itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-02
  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 8 Bram Yang Misterius

    "Sesuai perintah mama, kita akan tinggal di sini."Andina tersenyum getir, tanpa perlu Bram jelaskan, Andina sudah paham bahwa ia dan Bram harus tinggal di sini. Rumah keluarga besar Narendra, yang mana itu artinya Andina akan tinggal bersama Ken dan Tamara juga. "Sampai kapan?" Tanya Andina yang tidak bisa membayangkan akan satu meja makan bersama mereka. "Sampai kita punya alasan kuat untuk angkat kaki dari sini!"Jawaban itu membuat mulut Andina bungkam. Rasanya sia-sia bertanya lebih lanjut jika Bram sudah berkata dengan nada demikian. Andina menghela napas panjang, ia turun dari mobil SUV milik Bram dan melangkah ke belakang mobil. "Mau apa?" Tanya Bram seraya membuka bagasi belakang. "Ambil koperku." Sama seperti Bram, Andina pun kini lebih suka tidak banyak bicara. "Biar aku yang bawa. Masuklah dulu!"Tanpa mengucap terimakasih, Andina membalikkan badan dan hendak masuk ke dalam 'istana' keluarga Narendra, namun baru satu tangga dia pijaki, Andina menghentikan langkah dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-04
  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 9 Bram Yang Misterius (2)

    "Jadi kalian sudah putuskan hendak bulan madu kemana?"Hampir saja Andina tersedak mendengar pertanyaan itu. Ia segera meraih gelas, meneguk isinya perlahan sebelum menjawab pertanyaan dari ibunda ratu. Sementara Andina terkejut, Bram lain lagi. Ia bahkan masih bisa makan dengan tenang, lalu meletakkan sendoknya dengan hati-hati di atas piring. "Untuk sekarang belum. Kami bahkan belum membicarakan apapun tentang itu." Jawab Bram singkat. "Enak ya jadi Om. Kawin tiga kali semua Eyang yang bayarin, bahkan bulan madunya sekalian." Celetuk Ken disela-sela aktivitas makannya. Andina kontan melotot, jadi begini suasana makan malam di keluarga ini? "Kau kira cuma aku? Aku berani bertaruh sembilan puluh lima persen biaya pernikahan kontroversionalmu kemarin semua dari bapakmu!" Sahut Bram santai. "Uhuk-uhuk!" Entah refleks atau apa, Ken terbatuk-batuk, membuat Tamara dengan segera menyodorkan gelas berisi air milik sang suami. "Apa salahnya? Bapakku yang bayarin, bukan Om, kan?" Sahutn

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-05
  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 10 Curiga

    "Kalian dari mana?"Sambutan itu yang pertama kali Bram dan Andina dapatkan ketika masuk ke dalam rumah. Nampak Mar menatap sepasang suami-istri itu dengan tatapan khawatir. "Menurut mama?" Bram hanya tersenyum simpul, ia tidak berniat menjelaskan kemana mereka berdua tadi pergi. "Mama sudah nasehatin si Ken, jangan diambil hati, biar nanti mas Ananta nasehati." Jelas Mar yang tentu tidak lupa apa yang terjadi sebelum Bram dan Andina pergi meninggalkan meja makan. "Mama atur sajalah. Males Bram urusan sama bocah kemaren sore itu." Bram meraih tangan Andina, hendak menariknya naik ke lantai atas ketika tangan itu mencegah tubuh Bram selangkah lebih maju. "Eh tunggu!" Ucapnya dengan nada serius. Bram menghela napas, ia melepaskan tangan Andina yang sudah dalam genggamannya. Fokus menatap sang mama sembari menantikan hal penting apa yang hendak disampaikan oleh wanita itu. "Ya, kenapa?""Mama serius tentang pertanyaan yang tadi mama ajukan ke kamu." Ucap Mar dengan begitu serius.

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-07
  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 11 Menghindar

    "Jangan lupa nanti ke optik yang aku sarankan, An. Sudah aku share ke nomor WA-mu."Andina yang baru saja selesai mengeringkan rambut sontak menoleh. Bram sudah rapi dengan kaos dan celana pendek. Dari bau parfum yang menguar, sepertinya lelaki itu hendak pergi keluar rumah. "Baik, Om. Nanti aku kesana." Jawab Andina patuh. "Selain ke optik, kamu ada agenda apa hari ini?"Mendengar agenda yang ditanyakan Bram, kontan seulas senyum terukir di wajah Andina. Ia segera membetulkan posisi duduknya, membuat Bram yang sudah hendak melangkah keluar kamar kontan membatalkan niatnya. "Aku mau ke butik temen, Om. Rencana kalau boleh aku mau kerja sama dia. Dia sedang ca--.""Hah? Apa?"Andina menghentikan kalimatnya, ia menatap wajah Bram yang nampak terkejut itu."Ya aku mau kerja sama temen aku. Dia cari desainer buat butik dan bridal dia, Om." Jelas Andina takut Bram salah tangkap dengan kalimatnya barusan. "Kenapa harus kerja sama dia?"Kini kening Andina berkerut. Ia tidak tahu harus me

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-08
  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 12 Aneh

    "Ibu mau ke optik Saputra Jaya?"Tentu saja Andina terkejut bukan main mendapati laki-laki dengan kemeja rapi itu menyapanya di depan pos security. Andina menatap lelaki paruh baya itu dengan saksama, siapa dia? Baru kali ini Andina melihat laki-laki ini dan bagaimana dia bisa tahu kalau Andina hendak pergi ke tempat itu? "Betul, maaf Bapak ini si--.""Saya Danu, Bu. Saya disuruh bapak anterin Ibu kesana. Mari."Dengan segera laki-laki itu memotong. Wajahnya ramah, suaranya lembut dengan begitu sopan. Namun itu saja belum cukup untuk membuat Andina seketika menuruti apa yang lelaki itu perintahkan. Alis Andina berkerut, tangannya merogoh ponsel di dalam tas. "Bentar ya, Pak!" Ujarnya lalu sedikit menjauh dari lelaki asing yang memperkenalkan diri bernama Danu itu. "Kenapa, An?" Sapa suara itu setelah mengangkat panggilan telepon dari Andina. "Om nyuruh orang bu--.""Danu udah di sana?" Potong Bram yang seperti biasa selalu menyela. "Iya udah di depan, Om. Jadi ini Om yang nyuruh?

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-09

Bab terbaru

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 95 Forgiving

    "Siap?"Mereka sudah berdiri di depan pintu ruang inap Tamara, Andina menoleh ke arah Bram, mengangguk cepat lalu meraih knop pintu. Perlahan ia mendorong pintu, melangkah masuk ke dalam dan berdiri mematung sembari menatap yang ada di sana. Baik Andina maupun Tamara sama-sama tertegun, mereka saling pandang sampai kemudian Tamara bangkit dari sofa dan berhambur memeluk Andina."Kenapa nangis?" Andina tak sadar bahwa di detik dia bertanya pada sang adik, dia pun tenah menitikkan air mata."Aku minta maaf, Kak. Aku udah banyak banget dosa sama kamu. Aku jahat, aku bukan adik yang baik. Demi apapun, tolong maafkan aku." desis suara itu bercampur tangis. Andina mengela napas panjang, dibiarkan air matanya menitik. Ia mengusap punggung Tamara, membawa wanita itu melangkah ke sofa yang ada di ruangan. Andina mendudukkan Tamara di sofa, mencengkeram lembut bahu sang adik sembari menatapnya dengan saksama."Kamu mau aku memaafkan mu?" tanya Andina tanpa memalingkan wajah. Bisa dia lihat T

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 94 Pelajaran Yang Mahal

    "Tamara nungguin di sini aja, Pa. Boleh?"Hendra menghela napas panjang, hari ini Tamara sudah boleh pulang karena kondisinya sudah stabil, hanya saja untuk bayinya, dokter masih harus merawatnya secara intensif sampai kondisinya stabil dan bisa ikut dibawa pulang. "Kalau begitu, biar papa nego sama pihak rumah sakit untuk perpanjangan kamarmu."Mereka tidak pakai asuransi dan kamar yang mereka sewa bukan kamar komersil. Agaknya dari pihak rumah sakit tidak akan keberatan jika mereka memperpanjang sewa kamar sampai bayi Tamara bisa ikut pulang. "Terimakasih banyak, Pa." ucap Tamara dengan nada getir. Hendra tersenyum, ia melangkah mendekati anak bungsunya itu, menatap mata yang seketika memerah dan menitikkan air mata. Hendra tidak pernah mengira, bahwa Tamara yang sejak kecil selalu dia manjakan, harus bernasib semalang ini. "Kamu sudah tentukan keputusan-keputusan apa yang akan kamu ambil setelah ini?" sebuah obrolan dewasa yang terdengar sangat serius. Mendapat pertanyaan itu,

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 93 Adil?

    "Papa sangat bersyukur dan berterimakasih kamu sudah mau memaafkan papamu ini, An."Hendra melangkah keluar rumah, ditemani Bram dan Andina yang turut mengantarkan Hendra ke depan. Setelah bicara dari hati ke hati, Andina akhirnya luluh dan memilih untuk memaafkan semua. Ya ... semua yang sudah terjadi kecuali wanita jahat itu. Hati Andina sudah lebih tenang. Sakit yang dia rasakan sampai membuat sesak dada, kini sudah lenyap tak bersisa. "Andina tidak pernah tahu apa yang sebenar-benarnya terjadi dulu, Pa. Lagi pun, semua sudah terjadi, apapun yang kita lakukan tidak akan bisa membuat semua balik lagi. Jadi berdamai dengan keadaan adalah satu-satunya yang bisa aku lakukan." ucap Andina dengan mata memerah. "Papa paham, An. Papa benar-benar bangga sama kamu. Kamu putri terbaik yang papa miliki, An."Dipuji begitu Andina hanya tersenyum getir, ia menghela napas panjang, memalingkan wajah sejenak untuk menyembunyikan air mata yang kembali mengambang. "Papa izin pamit, ya. Kalian ist

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 92 Luluh?

    "Mama denger kakak nolak ajakan Ken buat berhubungan badan, Oma. Waktu itu malam hari, pas rumah sepi dan dia main ke rumah." Tamara mulai menceritakan petaka apa yang dia ciptakan sendiri kala itu. Sebuah petaka yang sungguh sangat dia sesali kini. "Mereka ribut, Ken terus pamit pulang. Dan setelah malam itu mama punya rencana buat nyingkirin kakak dari perjodohan itu."Mursiyati menghela napas panjang, tidak ada kemarahan di wajah itu. Toh mau marah pun tidak ada artinya sekarang. Tamara sudah mendapatkan hukuman dari apa yang sudah dia lakukan, jadi untuk apa marah? "Terus mulai kapan rencana mamamu jalan?" rasa penasaran Mursiyati masih besar, peristiwa itu sangat memalukan, ia tidak akan pernah lupa akan hari itu. "Seminggu setelahnya, waktu ulang tahun papa. Oma ingat kita undang Ken buat gabung makan malam?"Ingatan Mursiyati kembali pada masa itu. Ah benar! Ken ikut datang dan makan malam bersama mereka saat itu. Ia masuk kamar lebih dulu, jadi tidak tahu apa-apa saja yang

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 91 Flashback

    "Mengapa aku harus kesana?" tanya Andina dengan nada dingin. Wajah Sandra terus terbayang-bayang, membuat emosi Andina kembali bergejolak jika teringat apa yang sudah perempuan itu lakukan pada ibunya. "Bagaimanapun, kalian saudara kandung, An. Ibu kalian boleh beda, tapi asal mula kalian tetap satu, papa Hendra. Kalian dari sumber sperma yang sama." jelas Bram tanpa memalingkan wajah. Andina menghela napas panjang, matanya tiba-tiba memanas. Namun ia berusaha menahan semua perasaan yang mulai bergejolak memporak-porandakan dirinya. "Faktanya, dia yang tidak mau bersaudara denganku, Mas. Aku masih ingat dulu ... aku membawakan dia hasil kerajinan tangan dari sekolah yang aku buat khusus untuknya, kubelikan beberapa tangkai mawar untuk dia, tapi Mas tahu apa yang dia lakukan?"Andina menjeda ceritanya, melirik Bram yang pada saat yang sama tengah melirik juga ke arah Andina. "Biar ku tebak, dia tak mau menerima hadiah dari mu?"Andina tersenyum getir. "Dia terima vas berserta maw

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 90 Permintaan Hendra

    'Mamamu yang menyebabkan kecelakaan itu, Tam. Dia yang membunuh mama Andina.'Dunia Tamara seolah terhenti seketika. Obrolan itu sudah berakhir beberapa saat yang lalu, namun tiap detail obrolan masih berdengung di telinga Tamara. Masalah apa lagi ini? Jadi bukan hanya Ken yang akan dipenjara, tetapi juga mamanya? Lalu bagaimana hidup Tamara selanjutnya? Setelah ini dia harus bagaimana? "Tam ... ngelamun?" Tamara tersentak, Hendra tersenyum getir, ia datang membawa kotak pizza dan sushi yang sama, seperti yang dia pesan untuk Tamara tadi."Kamu tadi belum jadi makan, kan? Ayo sekarang makan." Hendra membuka kotak pizza, menyodorkan tepat di depan Tamara. Melihat bagaimana Hendra men-treat dirinya, Tamara kontan menitikkan air mata. Hatinya yang kalut dan kacau mendadak berubah sedikit lebih tenang, ia masih punya Hendra dan laki-laki ini adalah orang yang mencintai Tamara tanpa syarat, tanpa batas waktu berakhir. "Aku nggak lapar, Pa. Nggak napsu mau makan." jawab Tamara yang hany

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 89 Janji?

    "Rahasia apa lagi yang kalian tutupi dari aku?"Selera makan Tamara lenyap seketika, ia yakin masih ada yang ditutupi darinya, oleh karena itu ia mencecar empat orang yang duduk di sekeliling bed. Ada Mur yang baru saja datang beberapa saat yang lalu, bisa Tamara lihat neneknya itu terkejut, mungkin dia juga baru tahu, berbeda dengan tiga orang yang lain. Tamara merasa tubuhnya begitu ringan. Ia kehilangan semangat dan apapun itu. Bisa dibayangkan, kamu yang belum menerima kenyataan bahwa suamimu bangkrut dan semua aset disita, berikut milik mertuamu, lalu mendadak harus melahirkan lebih awal, masih ditambah mendapat kenyataan bahwa suamimu ternyata menghamili wanita lain dan harus berhadapan dengan hukum. Bisa dibayangkan bagaimana perasaan Tamara saat ini? "Lebih baik kamu istirahat dulu, Tam. Kamu butuh banyak istirahat setelah apa yang terjadi." Mar tersenyum kikuk, sangat ketara sekali bahwa dia ingin mengalihkan pembicaraan. "Nggak bisa gitu, Eyang! Aku yakin masih ada yang d

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 88 Salah Apa?

    "Jangan dicabut lagi, ya? Kecuali nanti dokter yang suruh." Hendra berbisik, infus sudah kembali terpasang di tempatnya, sementara Tamara, ia masih berada dalam pelukan Hendra, terisak dengan nada lirih. "Sudah tenang? Papa nunggu kamu cerita, Tam."Walau sebenarnya Hendra sudah tahu semua masalah yang bahkan Tamara mungkin belum tahu, tapi tentu dia perlu berpura-pura pada awalnya. Mendadak kalimat Andina kembali terngiang-ngiang di kepala.'Aku yang dapat karmanya, Pa! Aku yang harus nanggung semua dosa Papa!'Apakah mungkin bukan hanya Andina yang harus menanggung karma dan dosa atas apa yang dulu Hendra lakukan? Rasanya Hendra ingin bunuh diri! Bagaimana tidak, dua anak gadisnya sedang sama-sama hancur seperti ini! Rasanya hati Hendra remuk redam, rasanya benar-benar sakit luar biasa! Tapi kalau Hendra bunuh diri, lalu bagaimana dengan nasib anak-anaknya? Lebih tepatnya Tamara. Dengan kondisi mertua yang bangkrut, suami tersandung permasalahan hukum sepelik ini yang bahkan sudah

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 87 Pukulan Dahsyat

    Mata Tamara berbinar cerah melihat kotak berisi sushi kenamaan itu sudah berada di meja kecil dipangkuannya. Bukan hanya sushi, tapi juga satu pan mini pizza lengkap dengan fusili kesukaan Tamara. Ada rasa haru menyeruak di hati Tamara. Papanya selalu ingat apa-apa saja yang dia suka dan tak peduli kini dia sudah menjadi seorang ibu, Hendra tetap menganggapnya putri kecil dan selalu memanjakan Tamara. "Habiskan, oke?" Hendra mengacak rambut Tamara dengan gemas, membuat Tamara mencebik dan menatap papanya itu dengan penuh bahagia. "Oke! Siapa takut?" tantang Tamara yang mulai meraih sumpit dan mengambil varian sushi yang ingin ia makan untuk pertama kali. Nasi yang digulung dengan isian salmon dan pepaya serta taburan tobiko ditepiannya adalah varian yang Tamara pilih. Lidahnya sudah begitu rindu citarasa ini. Tamara memejamkan mata ketika ia mengunyah makanan itu pertama kali. Rasa bahagianya meledak-ledak, ia tersenyum sembari satu tangannya meraih ponsel, hendak memotret makanann

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status