Share

BAB 7 Niat Sandra

last update Last Updated: 2024-08-02 23:55:08

"Kenapa kau biarkan anak perempuanmu dinikahi lelaki itu, Hen!"

Andina yang hendak ke toilet seketika berhenti, telinganya menangkap obrolan yang menyebut nama ayahnya dan itu artinya ada sangkut pautnya dengan diri Andina.

"Mau bagaimana lagi? Aku nggak bisa nolak pinangan Eyang Mar, Pakdhe." Jelas suara itu lirih.

"Astaga, Hen!" Desis suara itu frustasi. "Apa maunya ibumu ini! Temenan sih temanan, tapi nggak ngorbanin cucu juga begini dong! Kamu tahu siapa Bram itu?"

Kini nama suami Andina disebut.

"A-aku--."

"Dua istrinya kemarin aja minta cere, Hen! Satunya kabur, bisa kamu bayangkan laki-laki model apa Bram itu?"

Rasanya Andina ingin berteriak, menjelaskan alasan yang kemarin Bram jelaskan padanya perihal perceraian lelaki itu dengan dua istrinya terdahulu, namun ia urungkan, Andina diam-diam ingin mendengar semua obrolan itu sejenak.

"Kita kan nggak tahu apa yang terjadi sebenarnya, Dhe. Kata mama, Bram itu anak yang baik. Cu--."

"Halah! Anak baik mana yang sampe setua itu masih lontang-lantung jadi pengangguran? Untung dia keluarga konglomerat, kalo tidak? Bisa mati kelaparan anakmu nanti!"

Andina sudah tidak sabar lagi, ia ingin menghampiri dua lelaki itu ketika ada tangan yang mencekalnya. Hampir Andina berteriak saking terkejut, namun ia masih bisa menahan diri. Ia menoleh dan mendapati lelaki yang sudah resmi menjadi suaminya itu, tengah berdiri tepat di belakangnya.

"O-om?"

"Menguping pembicaraan orang tua itu tak baik. Sini!"

Tanpa menunggu jawaban dari Andina, Bram segera menyeret istrinya menjauh. Andina sedikit kewalahan mengikuti langkah kaki Bram, begitu mereka sudah cukup jauh dari tempat dua lelaki itu mengobrol, Andina segera meminta penjelasan.

"Om diam saja mereka ngomongin Om kayak gitu?" Tanya Andina heran, kenapa Bram tidak ingin menjelaskan apapun tentang kabar miring yang orang-orang sebarkan?

"Terus aku harus apa?" Tanya Bram sangat santai.

Andina benar-benar gemas! Bagaimana bisa Bram sesantai ini padahal banyak orang-orang melabelinya negatif?

"Om! Harusnya--."

"Jangan buang-buang energi untuk hal tak penting, An. Sudah kukatakan padamu, kan?" Potong Bram cepat.

"Ta--."

"Mereka tidak akan percaya, percaya padaku." Kembali Bram memotong kalimat Andina.

Andina menghela napas panjang. Matanya tak lepas menatap lelaki yang berdiri di hadapannya ini. Tangan mereka bahkan masih bertaut, Bram seolah tak ingin melepaskan tangan Andina.

"Tapi mereka keterlaluan!" Jujur Andina tidak suka dengan suara-suara yang dia dengar.

"Sudahlah, akan ada saatnya nanti."

"Kapan?" Kejar Andina gemas.

"Suatu saat nanti."

Mendengar itu, Andina kembali mendengus. Ia diam sesaat, sampai kemudian dering ponsel Bram mengejutkan mereka berdua.

Bram melepaskan tangan Andina, segera merogoh saku jas dan nampak berkerut menatap ponsel. Wajah lelaki itu makin terlihat kaku. Tanpa sepatah kata, ia pergi dari harapan Andina setelah memberi kode pada Andina bahwa Bram harus mengangkat panggilan itu.

"Dari siapa sih? Ngapain harus pergi?"

***

"Ada apa ini?"

Hendra menghela napas panjang, ibunya muncul, membuat ia merasa lega karena tidak harus menjadi bulan-bulanan pakdhe Mardi.

"Ada apa? Kamu ini yang ada apa, Mur!" Omel lelaki Sepuh itu dengan wajah kesal. "Kamu terlalu sembrono!"

Mendapat omelan dari kakak tertuanya, Mursiati hanya tersenyum, ia tentu sudah paham kemana arah bicara kakaknya ini.

"Sembrono yang bagaimana, Mas?" Tanya Mur santai, ia menoleh ke arah Hendra, dari raut wajah lelaki itu, Mur sudah bisa menebak omelan apa yang tadi didapatkan anak lelakinya ini.

"Kamu tahu kan siapa Bram itu?"

Mendengar pertanyaan itu, sontak Mur tertawa keras. Semua sudah seperti tebakannya, pasti yang masih dibahas adalah Bram, anak sahabatnya yang kini berstatus cucu mantu Mursiati.

"Tentu! Tentu aku tahu. Aku kenal ibunya dari sejak sekolah menengah pertama. Bukankah Mas Mardi tahu itu?"

Lelaki berambut putih itu mendengus, nampak wajahnya terlihat sangat tidak suka.

"Apa motivasimu menikahkan Andira dengan pengangguran seperti itu?"

Mur kembali tersenyum, ia nampak menghela napas sejenak untuk kemudian menjawab pertanyaan yang kakaknya berikan.

"Mas akan tahu nanti, yang jelas untuk urusan ini, aku tidak sembrono seperti yang tadi Mas katakan." Jawab Mur singkat.

"Kamu itu! Ke--."

"Sstt!" Potong Mur sambil tersenyum, "Jangan kebanyakan marah-marah ah, Mas! Nggak baik! Yuk mending duduk, kita makan sama-sama."

Mardi mendengus, namun ia pasrah saja ketika sang adik membawanya pergi dari sana. Hanya tersisa Hendra yang kembali menghela napas panjang begitu dua orang tadi pergi dari hadapannya.

"Selamat!" Desisnya lirih.

"Apanya yang selamat?" Tanya suara itu tiba-tiba.

Sandra muncul, ia menatap suaminya dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan tatapan menyelidik.

Ditatap seperti itu, Hendra hanya tersenyum sambil menggeleng perlahan.

"Itu pakdhe Mardi. Tahu sendiri, kan, dia gimana?" Jawab Hendra apa adanya. Entah mengapa, ia paling tidak bisa berbohong, membohongi Sandra, dalam hal apapun itu.

"Emang dia ngomel apa lagi?"

"Soal pernikahan Andina sama Bram."

Mendengar itu kening Sandra berkerut, "Memang kenapa? Ada apa dengan pernikahan Andina sama Bram?" Sandra benar-benar penasaran, intinya apapun yang menyangkut tentang Andina, ia harus tahu!

"Ya pakdhe protes, kenapa Andina dinikahkan sama Bram."

Mata Sandra membulat, sedetik kemudian ia tertawa dengan nada setengah mengejek.

"Memang kenapa kalo Andina nikah sama Bram? Mereka cocok. Lebih cocok dengan Bram sih ya daripada dengan Ken."

Mendengar itu, Hendra mendengus perlahan. Sebenarnya dengan Ken pun Andina pantas! Anak pertamanya itu cantik, sama cantiknya dengan Tamara. Hanya saja memang Andina tipe yang tidak suka bersolek seperti sang adik. Ditambah kaca mata yang menjadi sahabat Andina sejak ia duduk di bangku sekolah dasar, membuat penampilan Andina terlihat biasa saja.

"Kamu tidak ingin menawari menantumu itu pekerjaan di kantor? Jadi OB mungkin? Daripada cuma nganggur, nggak malu dia sama Kenneth?" Ujar Sandra kemudian, setelah sang suami diam membisu tak menangapi.

"Hust! Jaga mulut kamu, Ma!" Pekik Hendra dengan mata melotot. "Terserah apa katamu, tapi keluarga besar dia jauh lebih kaya dari kita. Bisa runyam kalau mereka dengar ucapanmu barusan!"

Tentu Hendra harus memperingatkan sang istri. Karena bagaimanapun, level keluarga Narendra jauh di atas mereka.

Mendengar teguran itu, Sandra nampak mengerucutkan bibir. Terlihat bahwa dia tidak suka diperingatkan seperti itu.

"Meski begitu, kamu harus arahkan menantumu itu. Yang kaya ibunya, keluarganya, bukan dia. Mau sampai kapan dia bergantung pada nama besar keluarganya begitu?" Balas Sandra tak terima. "Ya tapi terserah juga sih, toh nanti kalau ada apa-apa, yang kena juga Andina, bukan anakku, kenapa jadi aku yang pusing begini?"

Tanpa menunggu Hendra buka suara, Sandra segera melangkah menjauh. Bukankah bagus kalau suami anak tirinya itu hanya sampah di keluarga itu? Itu artinya, jika dibandingkan dengan Tamara, Andina makin tidak ada apa-apanya, kan?

Related chapters

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 8 Bram Yang Misterius

    "Sesuai perintah mama, kita akan tinggal di sini."Andina tersenyum getir, tanpa perlu Bram jelaskan, Andina sudah paham bahwa ia dan Bram harus tinggal di sini. Rumah keluarga besar Narendra, yang mana itu artinya Andina akan tinggal bersama Ken dan Tamara juga. "Sampai kapan?" Tanya Andina yang tidak bisa membayangkan akan satu meja makan bersama mereka. "Sampai kita punya alasan kuat untuk angkat kaki dari sini!"Jawaban itu membuat mulut Andina bungkam. Rasanya sia-sia bertanya lebih lanjut jika Bram sudah berkata dengan nada demikian. Andina menghela napas panjang, ia turun dari mobil SUV milik Bram dan melangkah ke belakang mobil. "Mau apa?" Tanya Bram seraya membuka bagasi belakang. "Ambil koperku." Sama seperti Bram, Andina pun kini lebih suka tidak banyak bicara. "Biar aku yang bawa. Masuklah dulu!"Tanpa mengucap terimakasih, Andina membalikkan badan dan hendak masuk ke dalam 'istana' keluarga Narendra, namun baru satu tangga dia pijaki, Andina menghentikan langkah dan

    Last Updated : 2024-08-04
  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 9 Bram Yang Misterius (2)

    "Jadi kalian sudah putuskan hendak bulan madu kemana?"Hampir saja Andina tersedak mendengar pertanyaan itu. Ia segera meraih gelas, meneguk isinya perlahan sebelum menjawab pertanyaan dari ibunda ratu. Sementara Andina terkejut, Bram lain lagi. Ia bahkan masih bisa makan dengan tenang, lalu meletakkan sendoknya dengan hati-hati di atas piring. "Untuk sekarang belum. Kami bahkan belum membicarakan apapun tentang itu." Jawab Bram singkat. "Enak ya jadi Om. Kawin tiga kali semua Eyang yang bayarin, bahkan bulan madunya sekalian." Celetuk Ken disela-sela aktivitas makannya. Andina kontan melotot, jadi begini suasana makan malam di keluarga ini? "Kau kira cuma aku? Aku berani bertaruh sembilan puluh lima persen biaya pernikahan kontroversionalmu kemarin semua dari bapakmu!" Sahut Bram santai. "Uhuk-uhuk!" Entah refleks atau apa, Ken terbatuk-batuk, membuat Tamara dengan segera menyodorkan gelas berisi air milik sang suami. "Apa salahnya? Bapakku yang bayarin, bukan Om, kan?" Sahutn

    Last Updated : 2024-08-05
  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 10 Curiga

    "Kalian dari mana?"Sambutan itu yang pertama kali Bram dan Andina dapatkan ketika masuk ke dalam rumah. Nampak Mar menatap sepasang suami-istri itu dengan tatapan khawatir. "Menurut mama?" Bram hanya tersenyum simpul, ia tidak berniat menjelaskan kemana mereka berdua tadi pergi. "Mama sudah nasehatin si Ken, jangan diambil hati, biar nanti mas Ananta nasehati." Jelas Mar yang tentu tidak lupa apa yang terjadi sebelum Bram dan Andina pergi meninggalkan meja makan. "Mama atur sajalah. Males Bram urusan sama bocah kemaren sore itu." Bram meraih tangan Andina, hendak menariknya naik ke lantai atas ketika tangan itu mencegah tubuh Bram selangkah lebih maju. "Eh tunggu!" Ucapnya dengan nada serius. Bram menghela napas, ia melepaskan tangan Andina yang sudah dalam genggamannya. Fokus menatap sang mama sembari menantikan hal penting apa yang hendak disampaikan oleh wanita itu. "Ya, kenapa?""Mama serius tentang pertanyaan yang tadi mama ajukan ke kamu." Ucap Mar dengan begitu serius.

    Last Updated : 2024-08-07
  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 11 Menghindar

    "Jangan lupa nanti ke optik yang aku sarankan, An. Sudah aku share ke nomor WA-mu."Andina yang baru saja selesai mengeringkan rambut sontak menoleh. Bram sudah rapi dengan kaos dan celana pendek. Dari bau parfum yang menguar, sepertinya lelaki itu hendak pergi keluar rumah. "Baik, Om. Nanti aku kesana." Jawab Andina patuh. "Selain ke optik, kamu ada agenda apa hari ini?"Mendengar agenda yang ditanyakan Bram, kontan seulas senyum terukir di wajah Andina. Ia segera membetulkan posisi duduknya, membuat Bram yang sudah hendak melangkah keluar kamar kontan membatalkan niatnya. "Aku mau ke butik temen, Om. Rencana kalau boleh aku mau kerja sama dia. Dia sedang ca--.""Hah? Apa?"Andina menghentikan kalimatnya, ia menatap wajah Bram yang nampak terkejut itu."Ya aku mau kerja sama temen aku. Dia cari desainer buat butik dan bridal dia, Om." Jelas Andina takut Bram salah tangkap dengan kalimatnya barusan. "Kenapa harus kerja sama dia?"Kini kening Andina berkerut. Ia tidak tahu harus me

    Last Updated : 2024-08-08
  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 12 Aneh

    "Ibu mau ke optik Saputra Jaya?"Tentu saja Andina terkejut bukan main mendapati laki-laki dengan kemeja rapi itu menyapanya di depan pos security. Andina menatap lelaki paruh baya itu dengan saksama, siapa dia? Baru kali ini Andina melihat laki-laki ini dan bagaimana dia bisa tahu kalau Andina hendak pergi ke tempat itu? "Betul, maaf Bapak ini si--.""Saya Danu, Bu. Saya disuruh bapak anterin Ibu kesana. Mari."Dengan segera laki-laki itu memotong. Wajahnya ramah, suaranya lembut dengan begitu sopan. Namun itu saja belum cukup untuk membuat Andina seketika menuruti apa yang lelaki itu perintahkan. Alis Andina berkerut, tangannya merogoh ponsel di dalam tas. "Bentar ya, Pak!" Ujarnya lalu sedikit menjauh dari lelaki asing yang memperkenalkan diri bernama Danu itu. "Kenapa, An?" Sapa suara itu setelah mengangkat panggilan telepon dari Andina. "Om nyuruh orang bu--.""Danu udah di sana?" Potong Bram yang seperti biasa selalu menyela. "Iya udah di depan, Om. Jadi ini Om yang nyuruh?

    Last Updated : 2024-08-09
  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 13 'Wajah' Baru

    "Atas nama Andina Narendra?"Andina sedikit terkejut mendengar nama itu disematkan di nama belakangnya. Namun sedetik kemudian ia kembali sadar dan mengangguk pelan. "Iya, betul."Ia harus terbiasa dengan nama belakangnya yang baru. Nama belakang yang Andina dapat dari sang suami. Sebuah identitas bahwa ia sudah resmi menjadi bagian dari keluarga Narendra. "Bapak sudah telfon dan kirim detail untuk kacamatanya, dan kebetulan sudah siap.""Hah?"Perempuan itu tersenyum dengan anggukan kepala, ia menyodorkan kotak kacamata ke hadapan Andina. Membuat Andina segera tersadar dari rasa terkejutnya. "Bisa dicek dan dicoba dulu, Kak! Silahkan!"Andina segera membuka kotak kacamata itu. Sebuah frame kacamata dengan list tipis berwarna hitam ada di dalam sana. Kacamata ini lebih modern, berbeda dengan kacamata Andina yang .... "Silahkan cerminnya, Kak.""Terimakasih!" Ucap Andina lalu mulai fokus pada kacamata yang ada di hadapannya. Andina segera melepas kacamata lamanya, meraih kacamata

    Last Updated : 2024-08-11
  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 14 'Wajah' Baru 2

    "HAH? DIA SAMA SEKALI BELUM MENYENTUMU, AN?"Clara membelalak, ia menatap Andina dengan tatapan tidak percaya. Ditatap sedemikian serius, Andina sontak menghela napas panjang lalu menonyor kepala Clara dengan gemas. "Serius?" Kejar Clara ketika Andina tak kunjung bersuara. "Serius! Aku sendiri juga heran, apa aku sejelek itu sampai dia sama sekali tidak tertarik padaku?" Tanya Andina tidak mengerti, namun siapa bilang tidak ada yang tertarik padanya? Kenneth pernah memaksa Andina untuk mau berhubungan badan dengannya! Namun Andina tolak ajakan itu dengan tegas. "Alah, An! Kamu nggak sejelek itu! Lagipula nih, laki-laki itu bisa, An, nge-seks tanpa mandang rupa, perasaan partnernya. Asal dia sange mah, siapapun yang didepan dia ya dihajar!" Jelas Clara dengan wajah begitu meyakinkan. Andina menghela napas panjang, benar sih apa yang Clara katakan. Buktinya Kenneth pernah terus mendesaknya agar mau menjadi pelampiasan gairah lelaki itu. "Kamu tau apa alasan dia cerai dari kedua is

    Last Updated : 2024-08-12
  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 15 Kebencian Tamara

    "Om? Om nggak apa-apa, kan?"Mendengar itu sontak Bram sersentak. Dalam hati ia memaki dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia ... Ah! Tapi bukan salah Bram juga! Penampilan Andina yang kini duduk di sebelahnya benar-benar berbeda. Bukan hanya karena frame kacamata yang Bram pilihkan sebagai ganti kacamata Andina yang lama, tetapi juga treatment yang Andina lakukan pada rambut panjangnya, mampu merubah penampilan Andina yang biasanya tampak cupu, menjadi sangat berbeda. "Om? Kenapa sih? A-aku keliatan aneh, ya?""Kamu cantik!" Jawab Bram reflek, ia segera membawa mobilnya pergi dari sana. Mendadak Bram menjadi canggung. Terlebih pendapat jujur yang tadi ia utarakan membuat suasana menjadi hening. Kira-kira apa yang ada dalam pikiran Andina saat ini? "Te-terimakasih banyak, Om." Desis suara itu yang juga terdengar begitu canggung. "Terimakasih untuk?" Bram berusaha menekan segala macam perasaan dalam dirinya yang berkecamuk. "Sekali lagi untuk kacamata dan lain-lain yang Om belikan

    Last Updated : 2024-08-14

Latest chapter

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 95 Forgiving

    "Siap?"Mereka sudah berdiri di depan pintu ruang inap Tamara, Andina menoleh ke arah Bram, mengangguk cepat lalu meraih knop pintu. Perlahan ia mendorong pintu, melangkah masuk ke dalam dan berdiri mematung sembari menatap yang ada di sana. Baik Andina maupun Tamara sama-sama tertegun, mereka saling pandang sampai kemudian Tamara bangkit dari sofa dan berhambur memeluk Andina."Kenapa nangis?" Andina tak sadar bahwa di detik dia bertanya pada sang adik, dia pun tenah menitikkan air mata."Aku minta maaf, Kak. Aku udah banyak banget dosa sama kamu. Aku jahat, aku bukan adik yang baik. Demi apapun, tolong maafkan aku." desis suara itu bercampur tangis. Andina mengela napas panjang, dibiarkan air matanya menitik. Ia mengusap punggung Tamara, membawa wanita itu melangkah ke sofa yang ada di ruangan. Andina mendudukkan Tamara di sofa, mencengkeram lembut bahu sang adik sembari menatapnya dengan saksama."Kamu mau aku memaafkan mu?" tanya Andina tanpa memalingkan wajah. Bisa dia lihat T

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 94 Pelajaran Yang Mahal

    "Tamara nungguin di sini aja, Pa. Boleh?"Hendra menghela napas panjang, hari ini Tamara sudah boleh pulang karena kondisinya sudah stabil, hanya saja untuk bayinya, dokter masih harus merawatnya secara intensif sampai kondisinya stabil dan bisa ikut dibawa pulang. "Kalau begitu, biar papa nego sama pihak rumah sakit untuk perpanjangan kamarmu."Mereka tidak pakai asuransi dan kamar yang mereka sewa bukan kamar komersil. Agaknya dari pihak rumah sakit tidak akan keberatan jika mereka memperpanjang sewa kamar sampai bayi Tamara bisa ikut pulang. "Terimakasih banyak, Pa." ucap Tamara dengan nada getir. Hendra tersenyum, ia melangkah mendekati anak bungsunya itu, menatap mata yang seketika memerah dan menitikkan air mata. Hendra tidak pernah mengira, bahwa Tamara yang sejak kecil selalu dia manjakan, harus bernasib semalang ini. "Kamu sudah tentukan keputusan-keputusan apa yang akan kamu ambil setelah ini?" sebuah obrolan dewasa yang terdengar sangat serius. Mendapat pertanyaan itu,

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 93 Adil?

    "Papa sangat bersyukur dan berterimakasih kamu sudah mau memaafkan papamu ini, An."Hendra melangkah keluar rumah, ditemani Bram dan Andina yang turut mengantarkan Hendra ke depan. Setelah bicara dari hati ke hati, Andina akhirnya luluh dan memilih untuk memaafkan semua. Ya ... semua yang sudah terjadi kecuali wanita jahat itu. Hati Andina sudah lebih tenang. Sakit yang dia rasakan sampai membuat sesak dada, kini sudah lenyap tak bersisa. "Andina tidak pernah tahu apa yang sebenar-benarnya terjadi dulu, Pa. Lagi pun, semua sudah terjadi, apapun yang kita lakukan tidak akan bisa membuat semua balik lagi. Jadi berdamai dengan keadaan adalah satu-satunya yang bisa aku lakukan." ucap Andina dengan mata memerah. "Papa paham, An. Papa benar-benar bangga sama kamu. Kamu putri terbaik yang papa miliki, An."Dipuji begitu Andina hanya tersenyum getir, ia menghela napas panjang, memalingkan wajah sejenak untuk menyembunyikan air mata yang kembali mengambang. "Papa izin pamit, ya. Kalian ist

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 92 Luluh?

    "Mama denger kakak nolak ajakan Ken buat berhubungan badan, Oma. Waktu itu malam hari, pas rumah sepi dan dia main ke rumah." Tamara mulai menceritakan petaka apa yang dia ciptakan sendiri kala itu. Sebuah petaka yang sungguh sangat dia sesali kini. "Mereka ribut, Ken terus pamit pulang. Dan setelah malam itu mama punya rencana buat nyingkirin kakak dari perjodohan itu."Mursiyati menghela napas panjang, tidak ada kemarahan di wajah itu. Toh mau marah pun tidak ada artinya sekarang. Tamara sudah mendapatkan hukuman dari apa yang sudah dia lakukan, jadi untuk apa marah? "Terus mulai kapan rencana mamamu jalan?" rasa penasaran Mursiyati masih besar, peristiwa itu sangat memalukan, ia tidak akan pernah lupa akan hari itu. "Seminggu setelahnya, waktu ulang tahun papa. Oma ingat kita undang Ken buat gabung makan malam?"Ingatan Mursiyati kembali pada masa itu. Ah benar! Ken ikut datang dan makan malam bersama mereka saat itu. Ia masuk kamar lebih dulu, jadi tidak tahu apa-apa saja yang

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 91 Flashback

    "Mengapa aku harus kesana?" tanya Andina dengan nada dingin. Wajah Sandra terus terbayang-bayang, membuat emosi Andina kembali bergejolak jika teringat apa yang sudah perempuan itu lakukan pada ibunya. "Bagaimanapun, kalian saudara kandung, An. Ibu kalian boleh beda, tapi asal mula kalian tetap satu, papa Hendra. Kalian dari sumber sperma yang sama." jelas Bram tanpa memalingkan wajah. Andina menghela napas panjang, matanya tiba-tiba memanas. Namun ia berusaha menahan semua perasaan yang mulai bergejolak memporak-porandakan dirinya. "Faktanya, dia yang tidak mau bersaudara denganku, Mas. Aku masih ingat dulu ... aku membawakan dia hasil kerajinan tangan dari sekolah yang aku buat khusus untuknya, kubelikan beberapa tangkai mawar untuk dia, tapi Mas tahu apa yang dia lakukan?"Andina menjeda ceritanya, melirik Bram yang pada saat yang sama tengah melirik juga ke arah Andina. "Biar ku tebak, dia tak mau menerima hadiah dari mu?"Andina tersenyum getir. "Dia terima vas berserta maw

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 90 Permintaan Hendra

    'Mamamu yang menyebabkan kecelakaan itu, Tam. Dia yang membunuh mama Andina.'Dunia Tamara seolah terhenti seketika. Obrolan itu sudah berakhir beberapa saat yang lalu, namun tiap detail obrolan masih berdengung di telinga Tamara. Masalah apa lagi ini? Jadi bukan hanya Ken yang akan dipenjara, tetapi juga mamanya? Lalu bagaimana hidup Tamara selanjutnya? Setelah ini dia harus bagaimana? "Tam ... ngelamun?" Tamara tersentak, Hendra tersenyum getir, ia datang membawa kotak pizza dan sushi yang sama, seperti yang dia pesan untuk Tamara tadi."Kamu tadi belum jadi makan, kan? Ayo sekarang makan." Hendra membuka kotak pizza, menyodorkan tepat di depan Tamara. Melihat bagaimana Hendra men-treat dirinya, Tamara kontan menitikkan air mata. Hatinya yang kalut dan kacau mendadak berubah sedikit lebih tenang, ia masih punya Hendra dan laki-laki ini adalah orang yang mencintai Tamara tanpa syarat, tanpa batas waktu berakhir. "Aku nggak lapar, Pa. Nggak napsu mau makan." jawab Tamara yang hany

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 89 Janji?

    "Rahasia apa lagi yang kalian tutupi dari aku?"Selera makan Tamara lenyap seketika, ia yakin masih ada yang ditutupi darinya, oleh karena itu ia mencecar empat orang yang duduk di sekeliling bed. Ada Mur yang baru saja datang beberapa saat yang lalu, bisa Tamara lihat neneknya itu terkejut, mungkin dia juga baru tahu, berbeda dengan tiga orang yang lain. Tamara merasa tubuhnya begitu ringan. Ia kehilangan semangat dan apapun itu. Bisa dibayangkan, kamu yang belum menerima kenyataan bahwa suamimu bangkrut dan semua aset disita, berikut milik mertuamu, lalu mendadak harus melahirkan lebih awal, masih ditambah mendapat kenyataan bahwa suamimu ternyata menghamili wanita lain dan harus berhadapan dengan hukum. Bisa dibayangkan bagaimana perasaan Tamara saat ini? "Lebih baik kamu istirahat dulu, Tam. Kamu butuh banyak istirahat setelah apa yang terjadi." Mar tersenyum kikuk, sangat ketara sekali bahwa dia ingin mengalihkan pembicaraan. "Nggak bisa gitu, Eyang! Aku yakin masih ada yang d

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 88 Salah Apa?

    "Jangan dicabut lagi, ya? Kecuali nanti dokter yang suruh." Hendra berbisik, infus sudah kembali terpasang di tempatnya, sementara Tamara, ia masih berada dalam pelukan Hendra, terisak dengan nada lirih. "Sudah tenang? Papa nunggu kamu cerita, Tam."Walau sebenarnya Hendra sudah tahu semua masalah yang bahkan Tamara mungkin belum tahu, tapi tentu dia perlu berpura-pura pada awalnya. Mendadak kalimat Andina kembali terngiang-ngiang di kepala.'Aku yang dapat karmanya, Pa! Aku yang harus nanggung semua dosa Papa!'Apakah mungkin bukan hanya Andina yang harus menanggung karma dan dosa atas apa yang dulu Hendra lakukan? Rasanya Hendra ingin bunuh diri! Bagaimana tidak, dua anak gadisnya sedang sama-sama hancur seperti ini! Rasanya hati Hendra remuk redam, rasanya benar-benar sakit luar biasa! Tapi kalau Hendra bunuh diri, lalu bagaimana dengan nasib anak-anaknya? Lebih tepatnya Tamara. Dengan kondisi mertua yang bangkrut, suami tersandung permasalahan hukum sepelik ini yang bahkan sudah

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 87 Pukulan Dahsyat

    Mata Tamara berbinar cerah melihat kotak berisi sushi kenamaan itu sudah berada di meja kecil dipangkuannya. Bukan hanya sushi, tapi juga satu pan mini pizza lengkap dengan fusili kesukaan Tamara. Ada rasa haru menyeruak di hati Tamara. Papanya selalu ingat apa-apa saja yang dia suka dan tak peduli kini dia sudah menjadi seorang ibu, Hendra tetap menganggapnya putri kecil dan selalu memanjakan Tamara. "Habiskan, oke?" Hendra mengacak rambut Tamara dengan gemas, membuat Tamara mencebik dan menatap papanya itu dengan penuh bahagia. "Oke! Siapa takut?" tantang Tamara yang mulai meraih sumpit dan mengambil varian sushi yang ingin ia makan untuk pertama kali. Nasi yang digulung dengan isian salmon dan pepaya serta taburan tobiko ditepiannya adalah varian yang Tamara pilih. Lidahnya sudah begitu rindu citarasa ini. Tamara memejamkan mata ketika ia mengunyah makanan itu pertama kali. Rasa bahagianya meledak-ledak, ia tersenyum sembari satu tangannya meraih ponsel, hendak memotret makanann

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status