Share

BAB 3 Si Suami Pengganti

Altar itu berhiaskan bunga mawar. Perpaduan warna pink dan putih sesuai dengan permintaan Andina. Dengan karpet merah yang membentang panjang dari pintu sampai altar. Semua penuh bunga kesukaan Andina, belum lagi singgasana mereka di acara resepsi nanti, semua sesuai permintaan Andina, namun sayang sekali, bukan dia yang nantinya menjadi ratu di pelaminan itu. Secara tidak langsung, Andina merancang pernikahan ini untuk Tamara! Merancang pernikahan untuk adik dan calon suaminya.

"Kok bukan Andina?"

Seketika Andina menunduk ketika bisik-bisik yang mencatut namanya itu terdengar. Ia berada di barisan kursi bagian tengah, di mana untuk acara pemberkatan pagi ini, ada banyak tamu yang hadir untuk menyaksikan. 

“Iya, nggak jadi dia yang nikah sama Ken. Tapi adiknya.”

“Si Tamara?”

"Iya. Gosipnya sih si Tamara udah isi."

"HAH? Serius?"

Meskipun bukan ia yang berbuat dosa, Andina tetap merasa malu saat mendengar celetukan-celetukan temannya tersebut. Karenanya, gadis itu makin dalam menundukkan kepalanya, menyembunyikan wajah dan matanya yang sedikit tampak sembab. 

"Serius!" ucap suara yang lain. 

"Anaknya Kenneth?"

"Hooh!"

Tampaknya orang-orang itu tidak tahu kalau Andina bisa mendengar semua obrolan itu. Namun, ia tetap diam.

Dadanya masih terasa sesak, dan tidak mungkin lekas pulih juga karena perkembangan kasus ini makin rumit saja untuknya.

Semula Andina tidak menginginkan perjodohan dengan Kenneth. Namun, dua pihak keluarga memaksa karena menuruti wasiat para tertua. Apalagi sang ayah, yang menilai pria yang digadang-gadang sebagai pewaris keluarga Narendra itu adalah pria yang baik untuk menjadi menantunya. 

Karenanya, ia menerima.

Andina mencoba membuka hati dan akhirnya dekat dengan Kenneth, hingga hal itu menumbuhkan sebuah rasa di hati Andina.

Sampai akhirnya ia mulai menerima perjodohan yang awalnya memang dipaksakan ini.

Namun, akhirnya Kenneth justru tega mengkhianatinya.

Bukan dengan wanita sembarangan, tetapi dengan adik kandungnya sendiri! Bagaimana hati Andina tidak hancur? 

"Tapi hitungannya berarti si Ken ini selingkuhnya udah lumayan lama ya?"

Andina kembali mendengar kasak-kusuk obrolan yang tidak jauh darinya.

“Yah, sampai ketahuan hamil begitu Tamaranya. Pertanyaannya, kapan Andina tahu sih.”

“Justru pertanyaannya itu, kenapa bisa si Kenneth selingkuh, apalagi sama adik tunangannya sendiri.”

“Itu mah udah jelas jawabannya.”

“Apa?”

“Wajar nggak sih? Secara Tamara lebih cantik, lebih populer. Lebih segalanya dibanding Andina yang cupu itu.”

“Oh, kirain berhubungan soal masalah ranjang.”

Tubuh Andina membeku mendengar itu.

“Maksudnya, habis icip Andina, si Ken kurang puas terus coba sama adiknya sampai gol?”

“Bisa jadi~”

“Tapi memang Ken bisa nafsu sama Andina?”

Sementara gerombolan perempuan di dekatnya itu terkikik pelan, Andina mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu, saat Kenneth memaksanya ke ranjang tapi ditolak oleh Andina.

Apakah karena penolakan itu Kenneth lantas melampiaskan semua gairahnya pada Tamara?

Atau memang pria itu berengsek?

Tapi apakah Andina tetap salah karena tidak bisa menahan pria itu di sisinya? Tidak memberikan kesucian yang dijaganya pada tunangan yang dijodohkan padanya itu?

Bagaimana jika–

“Andina. Di sini kamu rupanya.”

Suara maskulin itu membuat Andina mendongak, tepat ketika pikirannya mulai kembali semrawut.

Di hadapannya sekarang sudah berdiri pria matang dengan balutan jas rapi dan penampilan menawan. Lelaki itu kira-kira berumur tiga puluh lima tahun, namun garis wajah tegas dan rambut rapi membuat sosok itu terlihat makin berwibawa dan memiliki daya tarik tersendiri. 

Dialah Bramasta Narendra, putra bungsu Eyang Mar. Sosok lelaki yang disodorkan keluarga untuk Andina nikahi.

"O-Om?" ucap Andina, terkejut mendapati Bram menghampirinya.

Pria itu menatap wajah Andina selama beberapa saat dengan sorot mata tak terbaca, sebelum kemudian mengalihkan pandangannya pada gerombolan yang sejak tadi menggosipkan Andina.

Seperti tengah memberikan peringatan dalam diam.

Andina mengikuti pandangan sosok itu dan melihat wajah empat orang wanita sebayanya berubah pucat.

“Andina.”

Wanita berkacamata itu kembali menoleh ke arah paman kecil mantan tunangannya dan mendapati Bram  tengah mengulurkan tangan padanya.

"Ayo pergi. Telingamu tidak layak mendengarkan obrolan tidak berbobot seperti itu.”

Tanpa pikir panjang, Andina mengangguk. Ia mungkin akan merasa malu jika sebelumnya ia ketahuan mendengarkan diam-diam dan tidak bereaksi, ataupun kabur dari sana tanpa konfrontasi.

Kehadiran pria ini benar-benar menyelamatkannya.

Gadis itu menyambut uluran tangan Bram dan berdiri, lalu melangkah pergi dari sana. Melewati tempat empat teman Andina yang sejak tadi menggosipkannya, mengikuti ke mana pria itu membawa Andina.

Namun, setelah pergi agak jauh dari tempatnya tadi, tanpa sadar air mata Andina jatuh juga. Sekalipun isakannya tidak pecah.

"Kenapa menangis?” Ucapan pria yang masih menggenggam tangannya tersebut membuat Andina mendongak. “Bukankah seharusnya kamu bahagia karena bebas dari lelaki berengsek macam keponakanku itu?"

Comments (1)
goodnovel comment avatar
~kho~
keponakannya om bram apakah dijebak sm adiknya andina??
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status