Setelah itu, dia merebahkan badannya dan meminta izin kepada Kamal untuk istirahat. Kamal mengangguk karena, dia tahu perjalanan ke sini sangat melelahkan. Kemudian dia pergi meninggalkan Amat sendirian.
Malam itu Amat ingin cepat tidur agar esok lebih maksimal bekerjanya. Namun, malam itu kamal mengajaknya untuk jalan-jalan di sekitar pelabuhan. Dengan sedikit paksaan dia mengikuti ajakan kamal itu. Mereka berdua berjalan melalui gang-gang sempit dan akhirnya tiba di sebuah warung. Mereka berdua mampir dan duduk di sana. Tampak ada beberapa orang pelanggan pria dan lima orang gadis di warung itu. Di sana kamal memesan dua cangkir kopi sambil mengambil beberapa bungkus Kwaci. Sedangkan, Amat diam saja sambil ikut mengambil sebungkus Kwaci. Setelah itu, salah satu penjaga warung yang bernama Tuti mendekati Kamal dan Amat. Kemudian, dia duduk di pangkuannya Kamal. Mereka berdua nampak akrab dan berbicara serius.
Dan Amat yang melihat kejadian itu hanya bisa tersenyum.
Dalam hatinya dia bekata, "Mungkin mereka berdua lagi pacaran."
Setelah selesai meminum kopi dan memakan Kwaci, kamal lalu membayarnya. Namun, Amat terlihat kaget melihat Kamal mengasih uang yang lumayan besar kepada Tuti. Setelah itu, mereka berdua pulang ke mes dan tidur.
Pagi-pagi sekali Amat bangun kemudian latihan dan mandi. Setelah semuanya siap Amat berangkat bersama Kamal ke pabrik. Di pabrik Amat terus dibimbing oleh pengawasannya dalam bekerja. Amat juga tidak malu bertanya jika dia tidak paham. Pekerjaan di pabrik terus berlanjut hampir seharian.
Sekitar pukul 18.00 barulah mereka pulang dari pabrik. Kemudian, malamnya Amat kembali menemani kamal ke warung yang kemaren. Begitu terus hingga hampir dua bulan lamanya. Dan setiap habis gajihan Kamal pasti menyetorkan uangnya kepada Tuti.
Namun, pada suatu malam saat Kamal meminta Amat untuk menemaninya ke warung itu. Amat menolaknya karena, dia sedang tidak enak badan. Jadi Kamal ke warung tersebut dengan temannya yang lain.
Kira-kira pukul 23.30, pintu kamar Amat ada yang mengetuk. Setelah dia di buka, ternyata yang mengetuk tadi adalah temannya Kamal yang tadi bersamanya ke warung Tuti. Dengan sedikit ngos-ngosan, dia memberi tahu Amat bahwa Kamal sedang dikroyok oleh sekelompok orang yang tidak mereka kenal. Mendengar itu, Amat segera memakai baju dan pergi kesana. Namun sayang, orang-orang yang mengeroyok Kamal telah pergi dan warung telah tutup.
Amat mencari kamal ke sana kemari tetapi tidak menemukannya. Ternyata, Kamal telah dibawa oleh masyarakat sekitar situ ke rumah sakit. Sesampainya dirumah sakit, Amat langsung menuju ruangan kamal dirawat. Di sana juga tampak ada Tuti dan beberapa orang teman kamal. Amat marah kepada teman-teman Kamal yang membiarkan sahabatnya itu dikroyok. Di sana dia juga menanyakan siapa dan kenapa Kamal jadi sampai dikroyok orang. Tapi tak satu pun dari mereka yang menjawabnya dan mereka semua seperti orang ketakutan. Amat juga kesal dengan dirinya karena tidak bisa menemai sahabatnya itu.
Setelah merasa Amat mulai tenang, Tuti mengajaknya keluar untuk berbicara. Disana Tuti menceritakan semuanya sambil menangis. Ia bercerita bahwa yang mengeroyok Kamal adalah geng mantan suaminya. Mantan suaminya cemburu kepada Kamal sebab, dia masih sayang dengan Tuti. Namun, Tuti sudah tidak mau lagi untuk kembali kepada mantan suaminya itu. Karena, Tuti tahu bahwa suaminya merupakan seorang preman yang tidak tahu diri, suka miras, suka main perempuan dan suka berjudi serta tidak perduli kepada keluarga. Sampai-sampai anak dari hasil perkawinan mereka, Kamal yang membiayainya. Jadi jangan heran kalau setiap gajihan setengah dari gajih Kamal diserahkannya kepada Tuti untuk biaya sekolah anak Tuti. Kamal dan Tuti juga sama-sama menabung agar bisa menikah. Kamal juga berjanji akan membawa tuti pulang kekampunnya dan mereka akan hidup bahagia disana.
Setelah mendengar penjelasan Tuti itu. Amat bertanya bagaimana kronologis kejadiannya kepada Tuti sehingga Kamal dikroyok oleh geng mantan suaminya itu. Setelah mendengar penjelasan dari Tuti dan mengetahui tentang di mana lokasi geng tersebut berada. Amat lalu pergi untuk mengambil perlengkapan di mes dan membalas perbuatan geng preman tersebut. Beliau juga berpesan kepada Tuti agar merahasiakan ini kepada siapapun.
Malam itu pada pukul 01.00, Amat pergi ke markas geng preman yang mengeroyok Kamal.
Sesampainya disana, Amat berteriak "Akan ku kirim kalian ke tempat yang sama dengan sahabatku!".
Lima orang preman yang salah satunya adalah mantan suami Tuti menoleh ke arah Amat berada. Mereka semua bangun dari duduknya.
Kemudian mantan suami Tuti berkata "Ada yang mau jadi pahlawan nih!," sambil mengejek Amat.
Dengan berbekal besi panjang dan sebilang keris kecil pemberian ayahnya, Amat langsung berlari menyerang para preman itu. Para preman juga tidak mau kalah, mereka juga menyerang amat secara membabi buta. Namun, dengan ilmu bela diri yang dikuasainya, semua preman yang mengeroyok Kamal dibantai habis. Karena rata-rata para preman itu tidak memiliki ilmu bela diri yang baik. Dan mereka hanya mengandalkan keberanian serta cuma modal nekat saja.
Di sana dia juga memberi peringatan kepada mantan suami Tuti agar jangan mengganggu Tuti dan Kamal lagi. Dia berkata "Jika kamu dan teman-temanmu masih ingin melihatnya indah mentari, jangan pernah menganggu kebahagian teman ku! ... kalau tidak jangan salahkan aku, jika berbuat lebih kejam daripada ini. Para preman yang dihajarnya itu hanya bisa mengangguk sambil menahan sakit yang mereka rasakan.Setelah selesai menghajar para preman yang mengeroyok Kamal, dia pulang ke mes lalu membersihkan badan dan tidur.Esoknya berita penyerangan terhadap geng preman tersebut mulai tersebar di sekitar pelabuhan. Bahkan berita tersebut mengalah berita pengeroyokan terhadap Kamal. Banyak dari masyarakat sekitar menyangkutpautkan kedua kejadian tersebut. Dan teman-temannya di tempat kerja juga membicarakan hal tersebut.Selesai bekerja, teman Kamal yang waktu itu memberi tahu bahwa Kamal dikroyok menghampiri Amat.Dia bertanya,
Setelah itu mereka pergi dengan susah payah meninggalkan Amat sendirian. Beberapa hari kemudian, pesangon dari para karyawan yang di PHK telah di berikan oleh pihak perusahaan. Dan dalam perjalanan pulang, Amat bertemu dengan lagi dengan preman yang telah dihajarnya beberapa hari sebelumnya.Disana preman tersebut bertanya, "Apakah pesangon dari karyawan yang di PKH telah diberikan oleh pihak pabrik?".Amat menjawab "iya! pasti kalian yang melakukan ini?" Sambil memperhatikan wajah preman itu.Preman itu menjawab "Iya, kami yang memaksa pemilik pabrik itu untuk membayar pesangon kepada karyawan yang di PHK ... Kami juga menyandra anaknya sebagai jaminan dan jika dia tidal memenuhinya maka nyawa anaknya akan melayang!".Amat berkata dalam hatinya "jadi ini yang namanya senjata makan tuan."Kemudian, Amat berkata "Terima kasih atas batuannya, dan jangan lupa lepaskan anak pemilik perusahaan itu! Kami telah mendapatkan apa yang menjadi h
Taksi itu tak langsung pergi dari terminal itu. Namun, menunggu beberapa orang yang sepertinya sudah menghubungi taksi itu. Setelah tiga orang yang masuk ke dalam taksi, taksi langsung berangkat meninggalkan terminal itu.Supir taksi itu memilih jalur alternatif yang jarang dilalui orang agar bisa lebih cepat sampai ke tempat tujuan. Jalur itu melewati beberapa kampung dan tempat sepi yang tak berpenghuni. Keheningan malam menjadi teman perjalan mereka saat itu. Malam sudah menujukkan pukul 22.00, Amat merasa kantuk datang padanya. Dia menghela napas panjang dan menutup matanya. Namun, lima belas menit kemudian, taksi yang mereka tumpangi mendadak berhenti. Amat membuka matanya dan melihat beberapa orang mencegat taksi mereka. Para pencegat itu menyuruh Amat dan Kamal untuk keluar. Tanpa rasa takut Amat keluar dari taksi itu. Sedangkan, Kamal sebenarnya tidak ingin keluar karena merasa sedikit takut, tetapi karena tidak ingin meninggalkan sahabatnya sendirian, d
Polisi kemudian bertanya, "Apakah orang yang tertusuk itu temanmu?.""Iya, dia teman kami!" jawab Amat."Dan berarti orang yang ada disampingmu juga temanmu?" tanya polisi itu sambil melirik orang yang disamping Amat."I-iya dia juga teman kami!" Sambil memandang orang yang ada disampingnya.Orang itu terlihat sedikit tersenyum mendengar itu.Polisi tadi juga tersenyum sinis mendengar itu dan berkata "Apakah kamu tahu bahwa orang disampingmu itu juga seorang preman?".Dengan berani, Amat menjawab "Dia memang dulu preman, tetapi sekarang dia sudah berubah!".Polisi itu hanya tersenyum sambil berkata, "Sangat sulit bagi seorang preman untuk berubah, karena pikiran dan hatinya telah tertempa oleh kekerasan!".Kemudian, orang yang disamping Amat itu menjawab, "Hanya Tuhan yang mampu membolakbalikkan hati hambanya ... Bukankah dulu Sayyidina Umar bin Khatab juga begitu?". Polisi itu terdiam dan melanjutkan introgasinya. 
Seminggu telah berlalu sejak kejadian malam itu. Kamal yang dirawat di rumah sakit sudah baikkan dan esok sudah bisa pulang. Para preman yang menyerang mereka kemarin juga sudah ditangkap polisi dan dijebloskan ke penjara.Pagi itu, Amat pergi ke kantin rumah sakit untuk sarapan. Dia memesan Soto Banjar kesukaannya dan segelas kopi. Setelah selesai makan, Amat duduk santai sambil menunggu seseorang. Tak lama berselang orang yang ditunggunya tiba. Setelah membayar makanannya, Amat pergi bersama orang itu memasuki sebuah mobil mewah. Didalam mobil itu, dia dipertemukan dengan seseorang yang memakai setelan Jas. Orang itu menyerahkan dua buah benda yang misterius kepada Amat. Setelah menerima itu, Amat dan orang yang membawanya masuk tadi keluar dari mobil itu dan bersama-sama pergi menaiki sebuah motor.Kemudian, mereka berhenti pada sebuah rumah yang cukup besar. Amat turun dan memasuki rumah itu, secara diam-diam. Setelah sepuluh menit berla
Namun, tak berselang lama, Irwan datang dari arah belakang Amat. Wajahnya terlihat lesu dan seperti seseorang yang lagi kesusahan.Kemudian, Amat bertanya, "Kamu kenapa, Wan? Seperti lagi ada masalah!." Irwan tak langsung menjawab, matanya tajam memandang ke arah Amat.Dia menghela nafas panjang dan berkata "Ketiga temanku diserang anak buah Udin Sangar, mereka sedang mencari orang yang menyerang bos mereka! Aku dan ketiga temanku yang tidak termasuk kedalam komplotannya, menjadi tersangka dan tanpa basa-basi langsung diserang."Mendengar itu, Kamal secara spontan memandang kearah Amat.Namun, Amat tetap terlihat tenang dan bertanya, "Lalu bagaimana keadaan ke tiga temanmu itu, Wan?".Dengan wajah yang marah, Irwan berkata "Mereka sedang dirawat di ruang IGD dan mudah-mudahan tidak terlalu parah, sehingga tidak perlu dirawat berlama-lama disini."Mendengar itu, Kamal berkomentar "Bukannya bagus jika dirawat di sini, agar mereka benar-benar p
Amat keluar dari rumah sakit itu dan berjalan sebentar menuju pangkalan ojek di sana. Disana ada seorang tukang ojek yang sedang mangkal. Amat bertanya kepada tukang ojek itu "Terminal KM. 17 berapa Mas?". Dengan sedikit kaget tukang ojek itu menjawab, "lima puluh Mas, kalo mau?". "Mahal banget Mas! Bisa kurang tidak?" tanya Amat kembali. "Ga bisa Mas! Selain tempatnya cukup jauh, di sana juga rawan Mas." Tukang ojek itu berkata dengan serius. "Oh.. ya sudah kalo gitu" jawab Amat singkat. Amat naik ke motor tukang ojek itu dan mereka meluncur menuju rumah Irwan. Sepanjang perjalanan Amat memperhatikan kehidupan malam kota yang begitu hidup seakan-akan masih siang. Para muda-mudi masih berkeliaran mencari kesenangan. Orang-orang masih sibuk mencari nafkah. Semakin dekat dengan terminal itu, semakin terasa kumuh dan kotornya perkotaan. Kemudian, tukang ojek itu menghentikan motornya di sebuah terminal kecil. Walaup
Kemudian, Amat segera masuk ke ruangan Kamal. Terlihat kamal sudah tertidur di kasurnya. Setelah itu, Amat menghidupkan tv sambil duduk bersila menonton berita. Berita hari ini didominasi oleh berita tentang tewasnya Badarrudin dan perkelahian antarkelompok preman. Namun, berita itu tidak membuat Amat tertarik dan akhirnya dia memutuskan untuk tidur. Tak lupa, sebelum tidur dia mematikan tv itu dan merapikan barang bawaannya untuk pulang esok. Keheningan malam membawa dingin yang begitu menusuk. Secara samar-samar dia mendengar seperti banyak orang yang melewati ruangannya. Dan kemudian, beberapa orang masuk sehingga membangunkannya. Terlihat beberapa perawat sedang membawa pasien ke ruangan itu. Namun, dia tak mau ambil pusing dan kembali melanjutkan tidurnya. Suara-suara itu perlahan menghilang dan hanya meninggalkan keheningan malam yang tak berkesudahan. Pagi yang cerah telah tiba, Amat segera bangun dari tidurnya. Dia melirik kearah