Beranda / Urban / Predator Kota / Bab 4 : Pulang kampung

Share

Bab 4 : Pulang kampung

Penulis: Andi_At98
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-07 00:33:48

Setelah itu mereka pergi dengan susah payah meninggalkan Amat sendirian. Beberapa hari kemudian, pesangon dari para karyawan yang di PHK telah di berikan oleh pihak perusahaan. Dan dalam perjalanan pulang, Amat bertemu dengan lagi dengan preman yang telah dihajarnya beberapa hari sebelumnya.

Disana preman tersebut bertanya, "Apakah pesangon dari karyawan yang di PKH telah diberikan oleh pihak pabrik?".

Amat menjawab "iya! pasti kalian yang melakukan ini?" Sambil memperhatikan wajah preman itu.

Preman itu menjawab "Iya, kami yang memaksa pemilik pabrik itu untuk membayar pesangon kepada karyawan yang di PHK ... Kami juga menyandra anaknya sebagai jaminan dan jika dia tidal memenuhinya maka nyawa anaknya akan melayang!".

Amat berkata dalam hatinya "jadi ini yang namanya senjata makan tuan."

Kemudian, Amat berkata "Terima kasih atas batuannya, dan jangan lupa lepaskan anak pemilik perusahaan itu! Kami telah mendapatkan apa yang menjadi hak kami."

"Itu sudah pasti! Dan kami juga bersyukur bisa menepati janji kami padamu," jawab preman itu.

Di situ juga preman itu meminta amat untuk menjadi gurunya dan dia meminta untuk diajari ilmu beladiri serta tenaga dalam yang dimiliki oleh Amat.

Amat hanya menjawab "Nanti jika kamu sudah benar-benar putih datanglah ke kampungku, akan aku berikan apa yang kamu mau ...  dan sampaikan ucapan terima kasihku kepada teman-temanmu yang telah membantuku."

Amat menambahkan lagi, "Ingat diatas langit masih ada langit."

Kemudian Amat dan Kamal pergi meninggalkan preman tersebut.

Setelah mendapatkan pesangon sore itu, Amat berserta Kamal menyiapkan barang bawaan mereka untuk pulang ke kampung halaman. Tak lupa Kamal berpamitan kepada Tuti wanita yang sangat dia cintai.

Kamal berkata, "Sayang aku pamit untuk pulang tetapi, aku berjanji aku pasti kembali untukmu ... percayalah jiwa ragaku dan kasih sayangku hanya untukmu, tak perduli apapun caranya aku akan menikahimu dan ku berharap kau mau menungguku ... " (sambil memeluk Tuti).

Tuti yang ada dalam pelukan Kamal hanya bisa menangis.

Kamal berkata lagi " Sudahi air matamu sayang, aku tak ingin kau menangis begini ...." (sambil mengeluarkan air mata).

Kemudian dengan berat hati Kamal melepaskan pelukannya yang terasa berat itu.

Tuti yang masih terisak-isak menangis berkata "i-iya sayang! A-aku ... (terus menangis) akan slalu menunggumu."

Di sana banyak juga dari teman-teman mereka yang tak sanggup menahan air mata karena kepergian mereka. Bahkan orang-orang yang pernah dihajarnya sekalipun juga ikut terharu. Amat memang orang yang kuat tetapi, dia juga orang yang baik. Kekuatannya digunakan untuk kebaikan dan memberikan pelajaran kepada orang yang berbuat jahat sesuai dengan perbuatannya. Bahkan, preman yang tadi pagi menemuinya datang kembali dengan memberikan sebuah jam tangan kesayangannya kepada Amat. Dia memberikan ini sebagai kenang-kenangan. Dia berterima kasih kepada Amat yang telah menghajarnya sehingga, dia sadar akan kemampuannya. Dan dia juga berjanji akan mengikuti semua yang telah disampaikan oleh Amat. Amat langsung memakai jam tangan itu, sebagai tanda penghargaannya terhadap pemberian itu. Preman yang melihat itu merasa bangga karena pemeriannya dihargai dan dia segera memeluk Amat beserta Kamal sebagai tanda perpisahan.

Seiring lambaian tangan dari teman-temannya Amat dan Kamal berjalan pergi meninggalkan mereka. Memang berat meninggalkan kenangan tetapi kampung halaman lebih dirindukan. Bukan perpisahan yang mereka tangisi hanya pertemuan singkat yang mereka sesali.

Amat dan Kamal sudah berada di terminal untuk menunggu taksi. Namun, sudah pukul 18.00 sore taksi yang mereka tunggu belum juga terlihat. Kamal mulai gelisah karena takut ke malaman di jalan. Sedangkan, Amat duduk sambil ngopi di warung dekat terminal itu.

Amat yang melihat Kamal gelisah memanggi kamal "Mal, duduk! Kita ngopi dulu." Sambil melambaikan tangannya.

Kamal menjawabnya "Bentar!" Sambil terus memandangi setiap taksi yang lewat.

Namun, karena taksi yang dia tunggu tidak kunjung datang, akhirnya kamal mengikuti ajakan Amat tadi.

Tak terasa waktu azan Magrib tiba. Mereka masih saja duduk di warung itu sambil menunggu taksi yang singgah di terminal itu.

Kemudian, Amat berkata kepada Kamal "Jika sampai pukul 21.00 malam nanti taksi yang kita tunggu tidak datang juga, maka lebih baik kita mencari penginapan dan esok kita baru pulang."

Kamal mengangguk sambil berkata "Iya! Memang begitu baiknya ku rasa."

Mereka membicarakan banyak hal di warung itu sampai tak terasa sekarang sudah hampir pukul 21.00. Amat mengajak Kamal untuk segera mencari penginapan dan membayar kopi mereka. Baru beberapa langkah berjalan, tampak ada sebuah taksi yang singgah di terminal itu. Kamal langsung berlari dan menanyai sopir itu ke mana tujuan taksi ini. Setelah menyebutkan tujuan yang sama dengan tujuan mereka, Kamal berteriak memanggil Amat untuk masuk. Amat mendatanginya dan langsung masuk ke dalam taksi menyusul Kamal.

Bab terkait

  • Predator Kota   Bab 5 : Dicegat preman

    Taksi itu tak langsung pergi dari terminal itu. Namun, menunggu beberapa orang yang sepertinya sudah menghubungi taksi itu. Setelah tiga orang yang masuk ke dalam taksi, taksi langsung berangkat meninggalkan terminal itu.Supir taksi itu memilih jalur alternatif yang jarang dilalui orang agar bisa lebih cepat sampai ke tempat tujuan. Jalur itu melewati beberapa kampung dan tempat sepi yang tak berpenghuni. Keheningan malam menjadi teman perjalan mereka saat itu. Malam sudah menujukkan pukul 22.00, Amat merasa kantuk datang padanya. Dia menghela napas panjang dan menutup matanya. Namun, lima belas menit kemudian, taksi yang mereka tumpangi mendadak berhenti. Amat membuka matanya dan melihat beberapa orang mencegat taksi mereka. Para pencegat itu menyuruh Amat dan Kamal untuk keluar. Tanpa rasa takut Amat keluar dari taksi itu. Sedangkan, Kamal sebenarnya tidak ingin keluar karena merasa sedikit takut, tetapi karena tidak ingin meninggalkan sahabatnya sendirian, d

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • Predator Kota   Bab 6 : di kantor polisi

    Polisi kemudian bertanya, "Apakah orang yang tertusuk itu temanmu?.""Iya, dia teman kami!" jawab Amat."Dan berarti orang yang ada disampingmu juga temanmu?" tanya polisi itu sambil melirik orang yang disamping Amat."I-iya dia juga teman kami!" Sambil memandang orang yang ada disampingnya.Orang itu terlihat sedikit tersenyum mendengar itu.Polisi tadi juga tersenyum sinis mendengar itu dan berkata "Apakah kamu tahu bahwa orang disampingmu itu juga seorang preman?".Dengan berani, Amat menjawab "Dia memang dulu preman, tetapi sekarang dia sudah berubah!".Polisi itu hanya tersenyum sambil berkata, "Sangat sulit bagi seorang preman untuk berubah, karena pikiran dan hatinya telah tertempa oleh kekerasan!".Kemudian, orang yang disamping Amat itu menjawab, "Hanya Tuhan yang mampu membolakbalikkan hati hambanya ... Bukankah dulu Sayyidina Umar bin Khatab juga begitu?". Polisi itu terdiam dan melanjutkan introgasinya. 

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • Predator Kota   Bab 7 : Pekerjaan pertama

    Seminggu telah berlalu sejak kejadian malam itu. Kamal yang dirawat di rumah sakit sudah baikkan dan esok sudah bisa pulang. Para preman yang menyerang mereka kemarin juga sudah ditangkap polisi dan dijebloskan ke penjara.Pagi itu, Amat pergi ke kantin rumah sakit untuk sarapan. Dia memesan Soto Banjar kesukaannya dan segelas kopi. Setelah selesai makan, Amat duduk santai sambil menunggu seseorang. Tak lama berselang orang yang ditunggunya tiba. Setelah membayar makanannya, Amat pergi bersama orang itu memasuki sebuah mobil mewah. Didalam mobil itu, dia dipertemukan dengan seseorang yang memakai setelan Jas. Orang itu menyerahkan dua buah benda yang misterius kepada Amat. Setelah menerima itu, Amat dan orang yang membawanya masuk tadi keluar dari mobil itu dan bersama-sama pergi menaiki sebuah motor.Kemudian, mereka berhenti pada sebuah rumah yang cukup besar. Amat turun dan memasuki rumah itu, secara diam-diam. Setelah sepuluh menit berla

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • Predator Kota   Bab 8 : di rumah sakit

    Namun, tak berselang lama, Irwan datang dari arah belakang Amat. Wajahnya terlihat lesu dan seperti seseorang yang lagi kesusahan.Kemudian, Amat bertanya, "Kamu kenapa, Wan? Seperti lagi ada masalah!." Irwan tak langsung menjawab, matanya tajam memandang ke arah Amat.Dia menghela nafas panjang dan berkata "Ketiga temanku diserang anak buah Udin Sangar, mereka sedang mencari orang yang menyerang bos mereka! Aku dan ketiga temanku yang tidak termasuk kedalam komplotannya, menjadi tersangka dan tanpa basa-basi langsung diserang."Mendengar itu, Kamal secara spontan memandang kearah Amat.Namun, Amat tetap terlihat tenang dan bertanya, "Lalu bagaimana keadaan ke tiga temanmu itu, Wan?".Dengan wajah yang marah, Irwan berkata "Mereka sedang dirawat di ruang IGD dan mudah-mudahan tidak terlalu parah, sehingga tidak perlu dirawat berlama-lama disini."Mendengar itu, Kamal berkomentar "Bukannya bagus jika dirawat di sini, agar mereka benar-benar p

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11
  • Predator Kota   Bab 9 : di rumah Irwan

    Amat keluar dari rumah sakit itu dan berjalan sebentar menuju pangkalan ojek di sana. Disana ada seorang tukang ojek yang sedang mangkal. Amat bertanya kepada tukang ojek itu "Terminal KM. 17 berapa Mas?". Dengan sedikit kaget tukang ojek itu menjawab, "lima puluh Mas, kalo mau?". "Mahal banget Mas! Bisa kurang tidak?" tanya Amat kembali. "Ga bisa Mas! Selain tempatnya cukup jauh, di sana juga rawan Mas." Tukang ojek itu berkata dengan serius. "Oh.. ya sudah kalo gitu" jawab Amat singkat. Amat naik ke motor tukang ojek itu dan mereka meluncur menuju rumah Irwan. Sepanjang perjalanan Amat memperhatikan kehidupan malam kota yang begitu hidup seakan-akan masih siang. Para muda-mudi masih berkeliaran mencari kesenangan. Orang-orang masih sibuk mencari nafkah. Semakin dekat dengan terminal itu, semakin terasa kumuh dan kotornya perkotaan. Kemudian, tukang ojek itu menghentikan motornya di sebuah terminal kecil. Walaup

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-16
  • Predator Kota   Bab 10 : Terakhir dirumah sakit

    Kemudian, Amat segera masuk ke ruangan Kamal. Terlihat kamal sudah tertidur di kasurnya. Setelah itu, Amat menghidupkan tv sambil duduk bersila menonton berita. Berita hari ini didominasi oleh berita tentang tewasnya Badarrudin dan perkelahian antarkelompok preman. Namun, berita itu tidak membuat Amat tertarik dan akhirnya dia memutuskan untuk tidur. Tak lupa, sebelum tidur dia mematikan tv itu dan merapikan barang bawaannya untuk pulang esok. Keheningan malam membawa dingin yang begitu menusuk. Secara samar-samar dia mendengar seperti banyak orang yang melewati ruangannya. Dan kemudian, beberapa orang masuk sehingga membangunkannya. Terlihat beberapa perawat sedang membawa pasien ke ruangan itu. Namun, dia tak mau ambil pusing dan kembali melanjutkan tidurnya. Suara-suara itu perlahan menghilang dan hanya meninggalkan keheningan malam yang tak berkesudahan. Pagi yang cerah telah tiba, Amat segera bangun dari tidurnya. Dia melirik kearah

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-18
  • Predator Kota   Bab 11 : Meninggalnya sang ayah

    Setelah itu, Amat dan Kamal berpamitan untuk segera masuk ke dalam taksi. Taksi yang sudah penuh segera berangkat meninggalkan terminal itu. Irwan dan teman-temannya hanya bisa melambaikan tangan mereka untuk mengantarkan kepergian Amat dan kamal. Setelah hampir tujuh jam perjalanan, suasana desa yang asri mulai terlihat. Gunung yang hijau dan rimbunya pepohonan menyambut mereka di kiri dan kanan jalan. Suasana tenang seperti ini yang selalu Amat rindukan. Kamal yang berada disebelahnya bertanya, "Kita sudah sampai mana?" Sambil menggosok-gosok matanya. Amat tak langsung menjawabnya. Dia melihat kearah luar dan berkata "Kita sudah sampai Huwai!." "Hah! Berarti kita Kelewatan!" sahut Kamal panik. "Siapa suruh tidur terus!?" jawab Amat sambil tertawa. Kamal langsung membuka matanya lebar-lebar dan mulai memperhatikan sekitarnya. "Huwaian!" teriaknya kesal. Amat hanya tertawa diiringi oleh penumpang lain yan

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-21
  • Predator Kota   Bab 12 : Nasehat sang kakak

    Setelah acara pemakaman dan tahlilan selesai, Amat mulai kembali merasakan kesepian. Walaupun di rumah itu ada keluarga kakaknya, tetapi itu sama sekali tidak bisa mengusir rasa sepi yang dia rasakan. Apalagi sekarang jam sudah menunjukkan pukul 20.00. Malam yang gelap, udara dingin yang menyengat, membuat perasaannya semakin masuk ke dalam kesendirian. Amat duduk di bangku panjang didepan rumahnya. Bangku itulah tempat biasanya Amat dan almarhum ayahnya duduk untuk sekedar berbincang santai atau saling bertukar pikiran. Berbagai kenangan seketika juga muncul dari bangku tua itu. Dari Amat kecil hingga sekarang ini. Dimanapun Amat berada ayahnya selalu mendukungnya dan apapun yang Amat kerjakan ayahnya selalu mengarahkannya agar lebih baik. Kenangan itu berkecamuk di hati dan pikiran Amat membuatnya merasakan sakit yang mendalam. Akan tetapi, dengan tekat dan ketenguhan hatinya dia mampu mengatasi rasa sakit itu. Sementara itu, Bainah sedang merapikan rumah. D

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-21

Bab terbaru

  • Predator Kota   Bab 25 : Mulai Bergerak

    Waktu tidak terasa cepat berlalu. Sekarang sudah seminggu sejak hari itu. Mereka juga sudah mendapat izin untuk menggunakan ruko itu dari pemiliknya. Mereka juga sudah beberapa kali menggunakan tempat itu sebagai tempat latihan dan sekaligus sebagai markas. Terminal tempat mereka kerja juga semakin ramai. Sejak kejadian itu, banyak dari kelompok preman yang menaruh hormat kepada mereka. Dan dengan demikian tempat yang mereka kelola juga semakin aman. Keamanan yang mereka berikan ini membuat pedagang dan pembeli merasa terlidungi.Malam itu seperti biasa, mereka duduk santai di dalam markas. Beberapa dari mereka sedang ada di luar mengawasi hilir mudik orang-orang yang lewat."Mana Bang Amat?" tanya Irwan yang baru datang."Mungkin di balkon atas, Bang!" jawab Adit."Iya terima kasih," sahut Irwan yang langsung menuju ke dalam."Ada apa, Ya?" tanya Radit."Enggak tau!" Adit mengangkat kedua bahunya.Radit juga berhenti se

  • Predator Kota   Bab 24 : Metode pelatihan

    Tak lama kemudian, istri Irwan datang dengan membawa beberapa plastik di tangannya. Dan kelihatannya dia baru selesai belanja di pasar."Permisi!" ucapnya melewati mereka yang sedang duduk."Iya silahkan, Mba!" jawab mereka.Setelah meletakkan barang bawaannya di dapur, istri Irwan kembali keluar menemui Irwan."Ada apa?" tanya Irwan sambil memperhatikan istrinya yang mendekatinya."Di pasar seberang Ikan tidak ada dan hanya ada Ayam, itupun mahal." Istri memberitahu Irwan."Ya sudah nanti aku Radit buat beli," jawab Irwan."Tidak usah Wan, Ini ada ayam!" Amat berkata sambil menunjuk kantongan plastik di sampingnya."Abang beli ayam?" tanya Radit kaget."Iya!" jawab Amat singkat."Aku kira tadi itu pakaian, Bang!" sahut Radit sambil sedikit tertawa.Mendengar itu, Irwan langsung menatap Radit. Radit yang melihat tatapan Irwan langsung terdiam seketika.Irwan berbicara kepada Amat. "Bene

  • Predator Kota   Bab 23 : Rencana

    Sesampainya di rumah Irwan, Amat melihat teman-teman sedang duduk di dalam. Kemudian, Amat masuk dan langsung duduk diantara mereka."Ini ada beberapa kue buat mengganjal perut."Amat berkata sambil tersenyum dan menaruh sebuah kantongan plastik di depan mereka."Terima kasih Bang," jawab Agung dengan senyumnya.Kemudian, satu persatu dari mereka mengambil kue itu dan mulai memakannya."Beli di depan, Bang?" tanya Broto sambil memakan kuenya."Iya," jawab Amat singkat."Ditempat Pakde ya, Bang?" Radit bertanya."Aku tidak tahu." Amat menggelengkan kepalanya."Ya iya lah pasti! Siapa lagi yang jualan kue di depan selain Pakde?" Jamal menyahut pertanyaan Radit."Iya juga sih," jawab Radit sambil tersenyum.Tak lama kemudian, Adit datang dari dapur dengan membawa seteko kopi dan beberapa gelas."Pas banget nih!" Jamal berkata sambil tersenyum.Adit meletakkan teko kopi dan cangkir itu di hadapan

  • Predator Kota   Bab 22 : Bertemu Tuti

    Malam yang semakin larut kini telah berganti dengan pagi. Cahaya matahari mulai bersinar dari upuk timur. Cahaya itu membawa kehangatan dan harapan bagi orang-orang untuk memulai pekerjaannya. Krek.... Amat terbangun saat istri Irwan membuka pintu kamarnya. Istri Irwan hanya tersenyum dan mengangguk saat melihat Amat yang sedang mengosok-gosok matanya. Setelah itu, Istri Irwan keluar setelah mengambil sesuatu dilemarinya. Amat yang terbangun segera duduk dan menyandarkan dirinya di tembok. Kemudian, Dia mengalihkan pandangannya kearah teman-temannya yang masih tertidur pulas. Dia hanya tersenyum tipis melihat teman-temannya yang masih tertidur pulas itu. Setelah itu, dia berdiri dan berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci mukanya.Setelah selesai mencuci muka, Amat berjalan keluar menuju pintu. Krek.... Dia membuka pintu dan menutupnya kembali. Dia menyusuri gang kecil itu untuk menuju terminal. Dia melihat keadaan terminal yang sudah bersih dan rapi. Walaupun

  • Predator Kota   Bab 21 : Sehabis Perkelahian

    Tok, tok, tok! "Mba! Mba Yulita!" Jamal mengetuk rumah Irwan. "Iya sebentar," jawab istri Irwan. "Krek.... "Bang! Abang kenapa?" ucap Yulita saat melihat suaminya yang terkulai lemas. Tak sengaja air matanya berjatuhan melihat kondisi suaminya itu. "Aa.. aku tidak apa-apa!" jawab Irwan sambil tersenyum dan menahan sakitnya. "Lebih baik kita bawa masuk dulu, Mba!" ucap Amat. "Ayo, ayo masuk!" Yulita membuka lebar pintu rumahnya. "Langsung bawa masuk ke kamar saja!" pinta Yulita sambil menyapu air matanya. Mereka yang mendengar itu segera membawa Irwan ke kamarnya. Di kamar itu Anak Irwan yang bernama Andi sedang tidur. Kemudian, dia terbangun karena mendengar suara dari teman-teman ayahnya itu. "Ayah!" ucap anaknya terkejut. "Ayah kenapa?" Anaknya bertanya lagi sambil mengosok-gosok matanya. "Ayah tidak apa-apa!" Irwan menenangkan anaknya. "Ayah jangan bohong

  • Predator Kota   Bab 20 : Melawan kelompok Sahril Iril

    "I-itu mereka, Bang!" ucap Adit sambil ketakutan."Halo, Bang Irwan! Masih Ingat dengan ku?" ledek Sahri.Ckckck! "Mana mungkin aku lupa dengan orang yang pernah bersujud minta ampun dihadapanku!" ejek Irwan.Wajah Sahril seketika memerah karena marah."Itu dulu! Sekarang kamulah yang akan sujud dihadapanku, Irwan!""Dulu atau sekarang, itu sama saja!" balas Irwan.Cuih! "Irwan, coba lihat sekelilingmu!" Sahril merentangkan kedua tangannya.Terlihat ada sekitar dua puluh lebih orang disekitarnya.Ckckck! Huuh.... "Buat apa kamu bawa gerombolan srigala untuk menyerang Singa? Kamu sudah tahu hasilnya, Kan?" balas Irwan sambil tertawa."Hah! Singa? Apakah aku tidak salah dengar? Kalian hanya segerombolan domba yang akan menjadi mangsa kami," ledek Sahril."Hahaha!" Anak buah Sahril tertawa.Amat yang melihat itu hanya mengeleng-gelengkan kepalanya."Singkat saja! Apa yang kalian mau?" tanya Irwan dengan

  • Predator Kota   Bab 19 : Situasi yang tak terduga

    Tok, tok! "Sayang, bukain!" Irwan memanggil Istrinya." Iya, Bang!" jawab Istrinya dari balik pintu.Kreek.... Istrinya membukakan pintu dan segera menpersilahkan mereka masuk.Setelah mereka masuk, Irwan meminta Istrinya untuk membuatkan mereka kopi."Yang, kopinya ya!" pinta Irwan."Iya!" jawab Istrinya singkat.Kemudian, Irwan memulai pembicaraan dengan menceritakan dan menjelaskan secara rinci tujuannya meminta Amat untuk datang ke sini."Jadi begini, dalam beberapa hari ini sudah ada beberapa preman yang mengintai tempat kekuasaan kami."Beberapa dari mereka itu ada yang tidak hanya mengintai, tetapi sudah berani mengintimidasi pedagang di sini untuk pindah ke tempat mereka. Bahkan ada salah satu dari mereka yang memancing emosi Broto hingga terjadi perkelahian. Dalam perkelahian itu Broto memang menang, tetapi preman itu mengancam akan membawa kelompoknya untuk menyerang balik ke sini. Dan sete

  • Predator Kota   Bab 18 : Sampai di kota

    Setelah itu, Amat segera mencari ojek untuk menuju rumah Irwan. Diperjalanan Amat terus memperhatikan tempat-tempat yang dia lewati. Dan benar saja keamanan setiap tempat di kota tampaknya telah diperketat dari biasanya. Terlihat di setiap tempat itu beberapa pasang mata selalu mengawasi gerak-gerik orang-orang yang melewati kawasan kekuasaan mereka. Dari cara mereka memandang seperti menaruh kecurigaan kepada setiap orang-orang yang lewat itu. Amat yang melihat itu hanya bisa menghembuskan napasnya dengan berat. Huu....Setelah sampai di sana dan membayar ongkos ojeknya, Amat tidak langsung ke rumah Irwan. Akan tetapi, dia terlebih dahulu singgah di sebuah warung untuk mengisi perutnya."Nasi goreng pedas satu, Mas? pinta Amat."Makan di sini?" tanya penjual nasi goreng."Iya!" jawab Amat singkat."Minumnya apa, Mas? tanya istri penjual nasi goreng itu. "Air putih hangat saja, Mba!" jawab Amat.Sembari menunggu p

  • Predator Kota   Bab 17 : Kembali ke kota

    Setibanya di kebun, Amat langsung memanggil kamal."Mal!" teriak Amat sambil melambaikan tangannya.Kamal menoleh dan segera menghampiri sahabatnya itu."Mau kemana kamu, Mat?" Kamal menatap pakaian Amat."Aku mau ke kota, Mal!" jawab Amat tersenyum."Ke kota?" Kamal tampak heran."Iya! Ke kota!" balas Andi serius.Huu.... Kamal menghembuskanya."Kamu yakin, Mat?" Kamal sedikit khawatir."Iya! Aku sudah yakin!" sahut Amat mantap."Kamu kan tahu! Bagaimana kehidupan di kota?" Kamal sedikit menahan Amat untuk pergi."Iya, aku tahu! Tetapi ini sudah menjadi keputusanku," jawab Amat dengan yakin."Memangnya kamu mau ngapain ke kota?" tanya Kamal kembali."Aku mau kerja di sana, Mal!" jawab Amat singkat."Kerja apa? Di sini kan juga kerja!" Kamal bertanya dengan serius."Jaga toko!" jawab Amat sembarangan."Iya, tapikan kerjanya beda dan aku mau cari pengalaman baru disana!" je

DMCA.com Protection Status