Beranda / Urban / Predator Kota / Bab 8 : di rumah sakit

Share

Bab 8 : di rumah sakit

Penulis: Andi_At98
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-11 21:54:35

Namun, tak berselang lama, Irwan datang dari arah belakang Amat. Wajahnya terlihat lesu dan seperti seseorang yang lagi kesusahan.

Kemudian, Amat bertanya, "Kamu kenapa, Wan? Seperti lagi ada masalah!." Irwan tak langsung menjawab, matanya tajam memandang ke arah Amat.

Dia menghela nafas panjang dan berkata "Ketiga temanku diserang anak buah Udin Sangar, mereka sedang mencari orang yang menyerang bos mereka! Aku dan ketiga temanku yang tidak termasuk kedalam komplotannya, menjadi tersangka dan tanpa basa-basi langsung diserang."

Mendengar itu, Kamal secara spontan memandang kearah Amat.

Namun, Amat tetap terlihat tenang dan bertanya, "Lalu bagaimana keadaan ke tiga temanmu itu, Wan?".

Dengan wajah yang marah, Irwan berkata "Mereka sedang dirawat di ruang IGD dan mudah-mudahan tidak terlalu parah, sehingga tidak perlu dirawat berlama-lama disini."

Mendengar itu, Kamal berkomentar "Bukannya bagus jika dirawat di sini, agar mereka benar-benar pulih!".

Wajah Irwan terlihat sedikit kesal, tetapi dia berusaha untuk menutupinya.

Kemudian, Kamal berkata lagi "Bukankah biaya rumah sakit ini gratis untuk kita yang tidak mampu, jadi kamu tak perlu khawatir!".

Setelah Kamal berkata begitu, Amat menyahut sambil menepuk pundak Irwan "Iya kamu tidak perlu khawatir soal itu, biar aku yang mengurusnya."

"Iya, Aku kemarin juga Amat yang menguruskannya!" Sambung Kamal sambil tersenyum.

Setelah itu, Amat mengajak Irwan untuk keluar dengan alasan melihat teman-temannya yang dirawat di IGD itu. Mereka berpamitan kepada Kamal yang masih terbaring di ranjangnya.

Di luar, Amat berkata kepada Irwan "Aku paham kondisimu, jadi kamu tidak perlu cemas!".

"Iya terima kasih sobat, aku hanya kurang yakin dengan perkataan Kamal tadi" jawab Irwan.

"Kamal orangnya memang polos, banyak hal yang belum dia mengerti! ... ya sudah lah, lebih baik kita segera menengok teman-temanmu yang sedang dirawat tadi," ajak Amat kepada Irwan.

Kemudian, Irwan membawa Amat ke tempat teman-temannya dirawat. Didalam ruangan itu, tampak tiga orang berbadan cukup besar tergeletak dengan luka lebam dan memar di beberapa bagian tubuh mereka. Mereka yang melihat Irwan datang dengan membawa Amat, segera tersadar dan membetulkan posisi badan mereka.

Irwan berkata "Ini Amat orang buruh pabrik yang pernah kita serang dulu dan berhasil mengalahkan kita."

Mereka menganguk dan melemparkan senyum hormat kepada Amat. Amat juga membalas mereka dengan senyum penuh kehangatan.

Kemudian, Irwan melanjutkan kata-katanya "Amat datang ke sini ingin membantu kita, kebetulan sahabatnya yang bernama Kamal juga dirawat di sini."

Wajah mereka sedikit kaget melihat Irwan yang sekarang begitu akrab dengan Amat. Karena mereka tahu bahwa dua minggu yang lalu, mereka bersama Irwan menyerang Amat dan Kamal.

Melihat ekspresi dari teman-teman Irwan itu, Amat berkata "Aku dan Irwan telah menjadi sahabat, jadi kalian tidak perlu sungkan denganku."

Mendengar itu, ekspresi wajah mereka kembali pulih.

Kemudian, salah satu dari mereka berkata "Iya terima kasih!".

Tak lupa, mereka juga memperkenalkan nama mereka masing-masing. Dari paling ujung yang mempunyai kumis tebal di wajahnya bernama Broto, disebelahnya yang memiliki rambut panjang serta berjambang bernama Agung, dan terakhir bernama Jamal yang memiliki kepala pelontos dan bertindik di telinganya.

Setelah itu, Amat bersama Irwan keluar dari ruangan mereka untuk menuju kasir pembayaran. Sebelum ke sana, Amat dan Irwan terlebih dahulu  menemui dokter yang merawat mereka. Amat menanyakan kondisi dari ke tiga teman Irwan itu.

Dokter itu berkata, "Mereka bertiga harus dirawat paling tidak empat sampai lima hari di sini! Memang luka yang mereka terima saat pengeroyokan tadi tidak seberapa, tetapi ada luka-luka lama yang harus disembuhkan segera ...." Mendengar itu Amat dan Irwan saling memandang satu sama lain.

Kemudian, dokter itu melanjutkan "Kalau kalian setuju, kalian bisa langsung menandatangani ini!" ucap si dokter sambil menyerahkan sebuah kertas kehadapan mereka.

Tanpa pikir panjang Amat langsung ingin mengambil kertas itu. Namun, Irwan terlebih dahulu mengambil dan membacanya. Matanya terbelalak melihat biaya yang harus mereka bayar untuk kesembuhan ke tiga temannya itu.

"Sepuluh juta?!" Suaranya terdengar kaget dan kecewa.

Hal ini wajar, karena pada saat itu, untuk mendapatkan uang seratus ribu saja mereka harus berkelahi terlebih dahulu. Apalagi ini sepuluh juta!.

Kemudian, Amat meraih kertas itu dari tangan Irwan.

Amat bertanya "Apakah ada pemotongan biaya bagi mereka yang kurang mampu?".

Dokter itu terdiam sebentar, lalu dia berkata "Maaf Mas, itu sudah harga terbaik yang kami tawarkan untuk kesembuhan teman-temannya Mas, kalau dikurangi saya takut perawatannya menjadi kurang maksimal ... Dan saya yakin Mas juga tahu dan paham soal itu!".

Mendengar itu Amat hanya terdiam sambil memikirkan sesuatu.

Amat kembali bertanya, "Apakah perawatan ini memang perlu dilakukan atau bisa rawat jalan saja?".

Dokter itu menjawab, "Sebenarnya bisa saja rawat jalan, asalkan rajin meminum obat yang telah diberikan dan setelah satu minggu harus cek lagi ke sini."

"Kalau memang seperti itu, berapa biaya yang harus kami keluarkan untuk metode ini?" Tanya Amat dengan wajah serius.

Kemudian, dokter itu menuliskan sesuatu pada kertas dihadapannya.

"Ini biaya yang harus di keluarkan, biaya ini sudah termasuk dengan obat-obatannya!" Tangan dokter itu sambil menyerahkan kertas itu kepada Amat.

Amat meraih kertas itu dan membaca isinya.

Bab terkait

  • Predator Kota   Bab 9 : di rumah Irwan

    Amat keluar dari rumah sakit itu dan berjalan sebentar menuju pangkalan ojek di sana. Disana ada seorang tukang ojek yang sedang mangkal. Amat bertanya kepada tukang ojek itu "Terminal KM. 17 berapa Mas?". Dengan sedikit kaget tukang ojek itu menjawab, "lima puluh Mas, kalo mau?". "Mahal banget Mas! Bisa kurang tidak?" tanya Amat kembali. "Ga bisa Mas! Selain tempatnya cukup jauh, di sana juga rawan Mas." Tukang ojek itu berkata dengan serius. "Oh.. ya sudah kalo gitu" jawab Amat singkat. Amat naik ke motor tukang ojek itu dan mereka meluncur menuju rumah Irwan. Sepanjang perjalanan Amat memperhatikan kehidupan malam kota yang begitu hidup seakan-akan masih siang. Para muda-mudi masih berkeliaran mencari kesenangan. Orang-orang masih sibuk mencari nafkah. Semakin dekat dengan terminal itu, semakin terasa kumuh dan kotornya perkotaan. Kemudian, tukang ojek itu menghentikan motornya di sebuah terminal kecil. Walaup

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-16
  • Predator Kota   Bab 10 : Terakhir dirumah sakit

    Kemudian, Amat segera masuk ke ruangan Kamal. Terlihat kamal sudah tertidur di kasurnya. Setelah itu, Amat menghidupkan tv sambil duduk bersila menonton berita. Berita hari ini didominasi oleh berita tentang tewasnya Badarrudin dan perkelahian antarkelompok preman. Namun, berita itu tidak membuat Amat tertarik dan akhirnya dia memutuskan untuk tidur. Tak lupa, sebelum tidur dia mematikan tv itu dan merapikan barang bawaannya untuk pulang esok. Keheningan malam membawa dingin yang begitu menusuk. Secara samar-samar dia mendengar seperti banyak orang yang melewati ruangannya. Dan kemudian, beberapa orang masuk sehingga membangunkannya. Terlihat beberapa perawat sedang membawa pasien ke ruangan itu. Namun, dia tak mau ambil pusing dan kembali melanjutkan tidurnya. Suara-suara itu perlahan menghilang dan hanya meninggalkan keheningan malam yang tak berkesudahan. Pagi yang cerah telah tiba, Amat segera bangun dari tidurnya. Dia melirik kearah

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-18
  • Predator Kota   Bab 11 : Meninggalnya sang ayah

    Setelah itu, Amat dan Kamal berpamitan untuk segera masuk ke dalam taksi. Taksi yang sudah penuh segera berangkat meninggalkan terminal itu. Irwan dan teman-temannya hanya bisa melambaikan tangan mereka untuk mengantarkan kepergian Amat dan kamal. Setelah hampir tujuh jam perjalanan, suasana desa yang asri mulai terlihat. Gunung yang hijau dan rimbunya pepohonan menyambut mereka di kiri dan kanan jalan. Suasana tenang seperti ini yang selalu Amat rindukan. Kamal yang berada disebelahnya bertanya, "Kita sudah sampai mana?" Sambil menggosok-gosok matanya. Amat tak langsung menjawabnya. Dia melihat kearah luar dan berkata "Kita sudah sampai Huwai!." "Hah! Berarti kita Kelewatan!" sahut Kamal panik. "Siapa suruh tidur terus!?" jawab Amat sambil tertawa. Kamal langsung membuka matanya lebar-lebar dan mulai memperhatikan sekitarnya. "Huwaian!" teriaknya kesal. Amat hanya tertawa diiringi oleh penumpang lain yan

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-21
  • Predator Kota   Bab 12 : Nasehat sang kakak

    Setelah acara pemakaman dan tahlilan selesai, Amat mulai kembali merasakan kesepian. Walaupun di rumah itu ada keluarga kakaknya, tetapi itu sama sekali tidak bisa mengusir rasa sepi yang dia rasakan. Apalagi sekarang jam sudah menunjukkan pukul 20.00. Malam yang gelap, udara dingin yang menyengat, membuat perasaannya semakin masuk ke dalam kesendirian. Amat duduk di bangku panjang didepan rumahnya. Bangku itulah tempat biasanya Amat dan almarhum ayahnya duduk untuk sekedar berbincang santai atau saling bertukar pikiran. Berbagai kenangan seketika juga muncul dari bangku tua itu. Dari Amat kecil hingga sekarang ini. Dimanapun Amat berada ayahnya selalu mendukungnya dan apapun yang Amat kerjakan ayahnya selalu mengarahkannya agar lebih baik. Kenangan itu berkecamuk di hati dan pikiran Amat membuatnya merasakan sakit yang mendalam. Akan tetapi, dengan tekat dan ketenguhan hatinya dia mampu mengatasi rasa sakit itu. Sementara itu, Bainah sedang merapikan rumah. D

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-21
  • Predator Kota   Bab 13 : Hari-hari di kampung

    Hari-hari di kampung Amat lalui dengan bekerja menjadi buruh di kebun pak Darman. Dia bekerja di sana bersama dengan Kamal. Kamal terlihat sangat giat bekerja untuk bekerja."Kamu semangat sekali, Mal? tegur Amat."Ya iya, Mat! Supaya bos senang dan kita dapat upah yang besar," jawab Kamal sambil tersenyum."Bukan itu maksudku," sahut Amat singkat."Terus?" Kamal menatap Amat serius."Tentang Tuti," jelas Amat singkat."Oh itu! Sudah pastilah, Mat!" jawab Kamal sambil tersenyum."Sudah senyakin itu kamu, Mal?" tanya Amat kembali."Ya, yakinlah! Aku sudah berjanji untuk segera menikahinya," jawab kamal serius."Baguslah! Biar ga lapuk dimakan rayap" sahut Amat tertawa."Maksud kamu apa, Mat? Si otong?" sahut Kamal dengan wajah penasaran."Ya iyalah, apalagi?" ejek Amat sambil tertawa."Kamprett kamu, Mat!" ucap Kamal kesal."Emangnya udah beneran tidak tahan?" tanya Amat sambil me

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-21
  • Predator Kota   Bab 14 : Surat dari Irwan

    Setelah berpamitan, mereka semua kembali ke rumah mereka masing-masing. Amat dan Kamal pulang dengan menumpang motor dua teman mereka yang tinggal diperbatasan desa. Setelah itu mereka harus berjalan kaki sekitar dua puluh menit untuk sampai ke desa. Amat dan Kamal berpisah di sebuah pertigaan. Amat belok ke kanan dan Kamal kearah sebaliknya.Ketika Amat baru masuk ke rumahnya, Diah keponakannya memberikan sebuah surat."Dari siapa?" tanya Amat."Dari tukang pos tadi," jawab Diah."Ya sudah, terima kasih ya!" ucap Amat.Kemudian, Amat membaca pengirim surat itu dan ternyata surat itu dari Irwan. Dia membawa surat itu masuk ke dalam kamarnya dan meletakkannya diatas meja.Setelah itu, dia pergi kebelakang untuk mandi. Selesai mandi, dia kembali ke kamar untuk membaca surat dari Irwan tadi. Dia membuka surat itu dan mulai membacanya. Dari surat itu Irwan menanyakan kabar Andi saat ini. Dia juga memberitahu bahwa kea

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-21
  • Predator Kota   Bab 15 : Berpamitan untuk kembali ke kota

    Pagi yang cerah telah tiba. Amat sudah bersiap-siap untuk ke makam ayahnya. Sebelum berangkat ke sana, Amat sarapan terlebih dahulu."Jangan lupa pamitan juga dengan pak Darman" Kakaknya mengingatkan."Iya! Nanti habis dari makam ayah langsung ke rumah pak Darman," sahut Amat."Bawa barang-barang ini." Kakaknya menyerahkan beberapa buah benda peninggalan almarhum ayahnya."Iya, Kak! Terima kasih," jawab Amat."Ya sudah! Aku berangkat duluan kalau begitu." Kakaknya beranjak meninggalkan meja makan."Memangnya hari ini kakak kerja?" tanya Amat."Seharusnya tidak, tapi bosnya meminta kami untuk ke sana," jelas kakaknya."Oh.. lembur?" sahut Amat."Mungkin," jawab kakaknya singkat."Diah kemana, Kak?" Amat mengalihkan pandangannya ke kamar kakaknya."Dia sedang belajar kelompok di rumah temannya," jawab Kakaknya sambil berjalan meninggalkan Amat."Ya sudah, aku berangkat dulu," sambunh kakaknya pamit kep

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-21
  • Predator Kota   Bab 16 : Cerita pak Darman

    Setelah setengah jam menunggu, akhirnya pak Darman datang. Beliau keluar dari mobil dan menyapa Amat yang telah menunggunya."Kamu tidak kerja, Mat?" tanya pak Darman."Tidak Pak," Amat menyahut."Kenapa?" tanya beliau sambil mendekati Amat."Saya mau pergi ke kota, Pak!" Amat menjelaskan."Memangnya kamu tidak betah kerja di sini?" Pak Darman duduk dibangku.Amat segera menjawab "Betah pak!""Terus?" Beliau ingin mencari kejelasan.Kemudian, Amat menjelaskan semuanya.Pak Darman mendengarkan dengan penuh perhatian."Kota sekarang sedang kurang aman, Mat!" ucap pak Darman memberitahu Amat."Tidak aman kenapa, Pak?" Amat pura-pura tidak tahu.Kemudian, pak Darman menceritakan sesuatu yang baru saja beliau alami."Malam tadi waktu saya menurunkan barang-barang saya di pasar subuh, saya didatangi oleh sekelompok preman.Mereka meminta uang keamanan kepada saya. Saya bingung kar

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-21

Bab terbaru

  • Predator Kota   Bab 25 : Mulai Bergerak

    Waktu tidak terasa cepat berlalu. Sekarang sudah seminggu sejak hari itu. Mereka juga sudah mendapat izin untuk menggunakan ruko itu dari pemiliknya. Mereka juga sudah beberapa kali menggunakan tempat itu sebagai tempat latihan dan sekaligus sebagai markas. Terminal tempat mereka kerja juga semakin ramai. Sejak kejadian itu, banyak dari kelompok preman yang menaruh hormat kepada mereka. Dan dengan demikian tempat yang mereka kelola juga semakin aman. Keamanan yang mereka berikan ini membuat pedagang dan pembeli merasa terlidungi.Malam itu seperti biasa, mereka duduk santai di dalam markas. Beberapa dari mereka sedang ada di luar mengawasi hilir mudik orang-orang yang lewat."Mana Bang Amat?" tanya Irwan yang baru datang."Mungkin di balkon atas, Bang!" jawab Adit."Iya terima kasih," sahut Irwan yang langsung menuju ke dalam."Ada apa, Ya?" tanya Radit."Enggak tau!" Adit mengangkat kedua bahunya.Radit juga berhenti se

  • Predator Kota   Bab 24 : Metode pelatihan

    Tak lama kemudian, istri Irwan datang dengan membawa beberapa plastik di tangannya. Dan kelihatannya dia baru selesai belanja di pasar."Permisi!" ucapnya melewati mereka yang sedang duduk."Iya silahkan, Mba!" jawab mereka.Setelah meletakkan barang bawaannya di dapur, istri Irwan kembali keluar menemui Irwan."Ada apa?" tanya Irwan sambil memperhatikan istrinya yang mendekatinya."Di pasar seberang Ikan tidak ada dan hanya ada Ayam, itupun mahal." Istri memberitahu Irwan."Ya sudah nanti aku Radit buat beli," jawab Irwan."Tidak usah Wan, Ini ada ayam!" Amat berkata sambil menunjuk kantongan plastik di sampingnya."Abang beli ayam?" tanya Radit kaget."Iya!" jawab Amat singkat."Aku kira tadi itu pakaian, Bang!" sahut Radit sambil sedikit tertawa.Mendengar itu, Irwan langsung menatap Radit. Radit yang melihat tatapan Irwan langsung terdiam seketika.Irwan berbicara kepada Amat. "Bene

  • Predator Kota   Bab 23 : Rencana

    Sesampainya di rumah Irwan, Amat melihat teman-teman sedang duduk di dalam. Kemudian, Amat masuk dan langsung duduk diantara mereka."Ini ada beberapa kue buat mengganjal perut."Amat berkata sambil tersenyum dan menaruh sebuah kantongan plastik di depan mereka."Terima kasih Bang," jawab Agung dengan senyumnya.Kemudian, satu persatu dari mereka mengambil kue itu dan mulai memakannya."Beli di depan, Bang?" tanya Broto sambil memakan kuenya."Iya," jawab Amat singkat."Ditempat Pakde ya, Bang?" Radit bertanya."Aku tidak tahu." Amat menggelengkan kepalanya."Ya iya lah pasti! Siapa lagi yang jualan kue di depan selain Pakde?" Jamal menyahut pertanyaan Radit."Iya juga sih," jawab Radit sambil tersenyum.Tak lama kemudian, Adit datang dari dapur dengan membawa seteko kopi dan beberapa gelas."Pas banget nih!" Jamal berkata sambil tersenyum.Adit meletakkan teko kopi dan cangkir itu di hadapan

  • Predator Kota   Bab 22 : Bertemu Tuti

    Malam yang semakin larut kini telah berganti dengan pagi. Cahaya matahari mulai bersinar dari upuk timur. Cahaya itu membawa kehangatan dan harapan bagi orang-orang untuk memulai pekerjaannya. Krek.... Amat terbangun saat istri Irwan membuka pintu kamarnya. Istri Irwan hanya tersenyum dan mengangguk saat melihat Amat yang sedang mengosok-gosok matanya. Setelah itu, Istri Irwan keluar setelah mengambil sesuatu dilemarinya. Amat yang terbangun segera duduk dan menyandarkan dirinya di tembok. Kemudian, Dia mengalihkan pandangannya kearah teman-temannya yang masih tertidur pulas. Dia hanya tersenyum tipis melihat teman-temannya yang masih tertidur pulas itu. Setelah itu, dia berdiri dan berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci mukanya.Setelah selesai mencuci muka, Amat berjalan keluar menuju pintu. Krek.... Dia membuka pintu dan menutupnya kembali. Dia menyusuri gang kecil itu untuk menuju terminal. Dia melihat keadaan terminal yang sudah bersih dan rapi. Walaupun

  • Predator Kota   Bab 21 : Sehabis Perkelahian

    Tok, tok, tok! "Mba! Mba Yulita!" Jamal mengetuk rumah Irwan. "Iya sebentar," jawab istri Irwan. "Krek.... "Bang! Abang kenapa?" ucap Yulita saat melihat suaminya yang terkulai lemas. Tak sengaja air matanya berjatuhan melihat kondisi suaminya itu. "Aa.. aku tidak apa-apa!" jawab Irwan sambil tersenyum dan menahan sakitnya. "Lebih baik kita bawa masuk dulu, Mba!" ucap Amat. "Ayo, ayo masuk!" Yulita membuka lebar pintu rumahnya. "Langsung bawa masuk ke kamar saja!" pinta Yulita sambil menyapu air matanya. Mereka yang mendengar itu segera membawa Irwan ke kamarnya. Di kamar itu Anak Irwan yang bernama Andi sedang tidur. Kemudian, dia terbangun karena mendengar suara dari teman-teman ayahnya itu. "Ayah!" ucap anaknya terkejut. "Ayah kenapa?" Anaknya bertanya lagi sambil mengosok-gosok matanya. "Ayah tidak apa-apa!" Irwan menenangkan anaknya. "Ayah jangan bohong

  • Predator Kota   Bab 20 : Melawan kelompok Sahril Iril

    "I-itu mereka, Bang!" ucap Adit sambil ketakutan."Halo, Bang Irwan! Masih Ingat dengan ku?" ledek Sahri.Ckckck! "Mana mungkin aku lupa dengan orang yang pernah bersujud minta ampun dihadapanku!" ejek Irwan.Wajah Sahril seketika memerah karena marah."Itu dulu! Sekarang kamulah yang akan sujud dihadapanku, Irwan!""Dulu atau sekarang, itu sama saja!" balas Irwan.Cuih! "Irwan, coba lihat sekelilingmu!" Sahril merentangkan kedua tangannya.Terlihat ada sekitar dua puluh lebih orang disekitarnya.Ckckck! Huuh.... "Buat apa kamu bawa gerombolan srigala untuk menyerang Singa? Kamu sudah tahu hasilnya, Kan?" balas Irwan sambil tertawa."Hah! Singa? Apakah aku tidak salah dengar? Kalian hanya segerombolan domba yang akan menjadi mangsa kami," ledek Sahril."Hahaha!" Anak buah Sahril tertawa.Amat yang melihat itu hanya mengeleng-gelengkan kepalanya."Singkat saja! Apa yang kalian mau?" tanya Irwan dengan

  • Predator Kota   Bab 19 : Situasi yang tak terduga

    Tok, tok! "Sayang, bukain!" Irwan memanggil Istrinya." Iya, Bang!" jawab Istrinya dari balik pintu.Kreek.... Istrinya membukakan pintu dan segera menpersilahkan mereka masuk.Setelah mereka masuk, Irwan meminta Istrinya untuk membuatkan mereka kopi."Yang, kopinya ya!" pinta Irwan."Iya!" jawab Istrinya singkat.Kemudian, Irwan memulai pembicaraan dengan menceritakan dan menjelaskan secara rinci tujuannya meminta Amat untuk datang ke sini."Jadi begini, dalam beberapa hari ini sudah ada beberapa preman yang mengintai tempat kekuasaan kami."Beberapa dari mereka itu ada yang tidak hanya mengintai, tetapi sudah berani mengintimidasi pedagang di sini untuk pindah ke tempat mereka. Bahkan ada salah satu dari mereka yang memancing emosi Broto hingga terjadi perkelahian. Dalam perkelahian itu Broto memang menang, tetapi preman itu mengancam akan membawa kelompoknya untuk menyerang balik ke sini. Dan sete

  • Predator Kota   Bab 18 : Sampai di kota

    Setelah itu, Amat segera mencari ojek untuk menuju rumah Irwan. Diperjalanan Amat terus memperhatikan tempat-tempat yang dia lewati. Dan benar saja keamanan setiap tempat di kota tampaknya telah diperketat dari biasanya. Terlihat di setiap tempat itu beberapa pasang mata selalu mengawasi gerak-gerik orang-orang yang melewati kawasan kekuasaan mereka. Dari cara mereka memandang seperti menaruh kecurigaan kepada setiap orang-orang yang lewat itu. Amat yang melihat itu hanya bisa menghembuskan napasnya dengan berat. Huu....Setelah sampai di sana dan membayar ongkos ojeknya, Amat tidak langsung ke rumah Irwan. Akan tetapi, dia terlebih dahulu singgah di sebuah warung untuk mengisi perutnya."Nasi goreng pedas satu, Mas? pinta Amat."Makan di sini?" tanya penjual nasi goreng."Iya!" jawab Amat singkat."Minumnya apa, Mas? tanya istri penjual nasi goreng itu. "Air putih hangat saja, Mba!" jawab Amat.Sembari menunggu p

  • Predator Kota   Bab 17 : Kembali ke kota

    Setibanya di kebun, Amat langsung memanggil kamal."Mal!" teriak Amat sambil melambaikan tangannya.Kamal menoleh dan segera menghampiri sahabatnya itu."Mau kemana kamu, Mat?" Kamal menatap pakaian Amat."Aku mau ke kota, Mal!" jawab Amat tersenyum."Ke kota?" Kamal tampak heran."Iya! Ke kota!" balas Andi serius.Huu.... Kamal menghembuskanya."Kamu yakin, Mat?" Kamal sedikit khawatir."Iya! Aku sudah yakin!" sahut Amat mantap."Kamu kan tahu! Bagaimana kehidupan di kota?" Kamal sedikit menahan Amat untuk pergi."Iya, aku tahu! Tetapi ini sudah menjadi keputusanku," jawab Amat dengan yakin."Memangnya kamu mau ngapain ke kota?" tanya Kamal kembali."Aku mau kerja di sana, Mal!" jawab Amat singkat."Kerja apa? Di sini kan juga kerja!" Kamal bertanya dengan serius."Jaga toko!" jawab Amat sembarangan."Iya, tapikan kerjanya beda dan aku mau cari pengalaman baru disana!" je

DMCA.com Protection Status