Amat keluar dari rumah sakit itu dan berjalan sebentar menuju pangkalan ojek di sana. Disana ada seorang tukang ojek yang sedang mangkal.
Amat bertanya kepada tukang ojek itu "Terminal KM. 17 berapa Mas?".
Dengan sedikit kaget tukang ojek itu menjawab, "lima puluh Mas, kalo mau?".
"Mahal banget Mas! Bisa kurang tidak?" tanya Amat kembali.
"Ga bisa Mas! Selain tempatnya cukup jauh, di sana juga rawan Mas." Tukang ojek itu berkata dengan serius.
"Oh.. ya sudah kalo gitu" jawab Amat singkat.
Amat naik ke motor tukang ojek itu dan mereka meluncur menuju rumah Irwan. Sepanjang perjalanan Amat memperhatikan kehidupan malam kota yang begitu hidup seakan-akan masih siang. Para muda-mudi masih berkeliaran mencari kesenangan. Orang-orang masih sibuk mencari nafkah.
Semakin dekat dengan terminal itu, semakin terasa kumuh dan kotornya perkotaan. Kemudian, tukang ojek itu menghentikan motornya di sebuah terminal kecil. Walaup
Kemudian, Amat segera masuk ke ruangan Kamal. Terlihat kamal sudah tertidur di kasurnya. Setelah itu, Amat menghidupkan tv sambil duduk bersila menonton berita. Berita hari ini didominasi oleh berita tentang tewasnya Badarrudin dan perkelahian antarkelompok preman. Namun, berita itu tidak membuat Amat tertarik dan akhirnya dia memutuskan untuk tidur. Tak lupa, sebelum tidur dia mematikan tv itu dan merapikan barang bawaannya untuk pulang esok. Keheningan malam membawa dingin yang begitu menusuk. Secara samar-samar dia mendengar seperti banyak orang yang melewati ruangannya. Dan kemudian, beberapa orang masuk sehingga membangunkannya. Terlihat beberapa perawat sedang membawa pasien ke ruangan itu. Namun, dia tak mau ambil pusing dan kembali melanjutkan tidurnya. Suara-suara itu perlahan menghilang dan hanya meninggalkan keheningan malam yang tak berkesudahan. Pagi yang cerah telah tiba, Amat segera bangun dari tidurnya. Dia melirik kearah
Setelah itu, Amat dan Kamal berpamitan untuk segera masuk ke dalam taksi. Taksi yang sudah penuh segera berangkat meninggalkan terminal itu. Irwan dan teman-temannya hanya bisa melambaikan tangan mereka untuk mengantarkan kepergian Amat dan kamal. Setelah hampir tujuh jam perjalanan, suasana desa yang asri mulai terlihat. Gunung yang hijau dan rimbunya pepohonan menyambut mereka di kiri dan kanan jalan. Suasana tenang seperti ini yang selalu Amat rindukan. Kamal yang berada disebelahnya bertanya, "Kita sudah sampai mana?" Sambil menggosok-gosok matanya. Amat tak langsung menjawabnya. Dia melihat kearah luar dan berkata "Kita sudah sampai Huwai!." "Hah! Berarti kita Kelewatan!" sahut Kamal panik. "Siapa suruh tidur terus!?" jawab Amat sambil tertawa. Kamal langsung membuka matanya lebar-lebar dan mulai memperhatikan sekitarnya. "Huwaian!" teriaknya kesal. Amat hanya tertawa diiringi oleh penumpang lain yan
Setelah acara pemakaman dan tahlilan selesai, Amat mulai kembali merasakan kesepian. Walaupun di rumah itu ada keluarga kakaknya, tetapi itu sama sekali tidak bisa mengusir rasa sepi yang dia rasakan. Apalagi sekarang jam sudah menunjukkan pukul 20.00. Malam yang gelap, udara dingin yang menyengat, membuat perasaannya semakin masuk ke dalam kesendirian. Amat duduk di bangku panjang didepan rumahnya. Bangku itulah tempat biasanya Amat dan almarhum ayahnya duduk untuk sekedar berbincang santai atau saling bertukar pikiran. Berbagai kenangan seketika juga muncul dari bangku tua itu. Dari Amat kecil hingga sekarang ini. Dimanapun Amat berada ayahnya selalu mendukungnya dan apapun yang Amat kerjakan ayahnya selalu mengarahkannya agar lebih baik. Kenangan itu berkecamuk di hati dan pikiran Amat membuatnya merasakan sakit yang mendalam. Akan tetapi, dengan tekat dan ketenguhan hatinya dia mampu mengatasi rasa sakit itu. Sementara itu, Bainah sedang merapikan rumah. D
Hari-hari di kampung Amat lalui dengan bekerja menjadi buruh di kebun pak Darman. Dia bekerja di sana bersama dengan Kamal. Kamal terlihat sangat giat bekerja untuk bekerja."Kamu semangat sekali, Mal? tegur Amat."Ya iya, Mat! Supaya bos senang dan kita dapat upah yang besar," jawab Kamal sambil tersenyum."Bukan itu maksudku," sahut Amat singkat."Terus?" Kamal menatap Amat serius."Tentang Tuti," jelas Amat singkat."Oh itu! Sudah pastilah, Mat!" jawab Kamal sambil tersenyum."Sudah senyakin itu kamu, Mal?" tanya Amat kembali."Ya, yakinlah! Aku sudah berjanji untuk segera menikahinya," jawab kamal serius."Baguslah! Biar ga lapuk dimakan rayap" sahut Amat tertawa."Maksud kamu apa, Mat? Si otong?" sahut Kamal dengan wajah penasaran."Ya iyalah, apalagi?" ejek Amat sambil tertawa."Kamprett kamu, Mat!" ucap Kamal kesal."Emangnya udah beneran tidak tahan?" tanya Amat sambil me
Setelah berpamitan, mereka semua kembali ke rumah mereka masing-masing. Amat dan Kamal pulang dengan menumpang motor dua teman mereka yang tinggal diperbatasan desa. Setelah itu mereka harus berjalan kaki sekitar dua puluh menit untuk sampai ke desa. Amat dan Kamal berpisah di sebuah pertigaan. Amat belok ke kanan dan Kamal kearah sebaliknya.Ketika Amat baru masuk ke rumahnya, Diah keponakannya memberikan sebuah surat."Dari siapa?" tanya Amat."Dari tukang pos tadi," jawab Diah."Ya sudah, terima kasih ya!" ucap Amat.Kemudian, Amat membaca pengirim surat itu dan ternyata surat itu dari Irwan. Dia membawa surat itu masuk ke dalam kamarnya dan meletakkannya diatas meja.Setelah itu, dia pergi kebelakang untuk mandi. Selesai mandi, dia kembali ke kamar untuk membaca surat dari Irwan tadi. Dia membuka surat itu dan mulai membacanya. Dari surat itu Irwan menanyakan kabar Andi saat ini. Dia juga memberitahu bahwa kea
Pagi yang cerah telah tiba. Amat sudah bersiap-siap untuk ke makam ayahnya. Sebelum berangkat ke sana, Amat sarapan terlebih dahulu."Jangan lupa pamitan juga dengan pak Darman" Kakaknya mengingatkan."Iya! Nanti habis dari makam ayah langsung ke rumah pak Darman," sahut Amat."Bawa barang-barang ini." Kakaknya menyerahkan beberapa buah benda peninggalan almarhum ayahnya."Iya, Kak! Terima kasih," jawab Amat."Ya sudah! Aku berangkat duluan kalau begitu." Kakaknya beranjak meninggalkan meja makan."Memangnya hari ini kakak kerja?" tanya Amat."Seharusnya tidak, tapi bosnya meminta kami untuk ke sana," jelas kakaknya."Oh.. lembur?" sahut Amat."Mungkin," jawab kakaknya singkat."Diah kemana, Kak?" Amat mengalihkan pandangannya ke kamar kakaknya."Dia sedang belajar kelompok di rumah temannya," jawab Kakaknya sambil berjalan meninggalkan Amat."Ya sudah, aku berangkat dulu," sambunh kakaknya pamit kep
Setelah setengah jam menunggu, akhirnya pak Darman datang. Beliau keluar dari mobil dan menyapa Amat yang telah menunggunya."Kamu tidak kerja, Mat?" tanya pak Darman."Tidak Pak," Amat menyahut."Kenapa?" tanya beliau sambil mendekati Amat."Saya mau pergi ke kota, Pak!" Amat menjelaskan."Memangnya kamu tidak betah kerja di sini?" Pak Darman duduk dibangku.Amat segera menjawab "Betah pak!""Terus?" Beliau ingin mencari kejelasan.Kemudian, Amat menjelaskan semuanya.Pak Darman mendengarkan dengan penuh perhatian."Kota sekarang sedang kurang aman, Mat!" ucap pak Darman memberitahu Amat."Tidak aman kenapa, Pak?" Amat pura-pura tidak tahu.Kemudian, pak Darman menceritakan sesuatu yang baru saja beliau alami."Malam tadi waktu saya menurunkan barang-barang saya di pasar subuh, saya didatangi oleh sekelompok preman.Mereka meminta uang keamanan kepada saya. Saya bingung kar
Setibanya di kebun, Amat langsung memanggil kamal."Mal!" teriak Amat sambil melambaikan tangannya.Kamal menoleh dan segera menghampiri sahabatnya itu."Mau kemana kamu, Mat?" Kamal menatap pakaian Amat."Aku mau ke kota, Mal!" jawab Amat tersenyum."Ke kota?" Kamal tampak heran."Iya! Ke kota!" balas Andi serius.Huu.... Kamal menghembuskanya."Kamu yakin, Mat?" Kamal sedikit khawatir."Iya! Aku sudah yakin!" sahut Amat mantap."Kamu kan tahu! Bagaimana kehidupan di kota?" Kamal sedikit menahan Amat untuk pergi."Iya, aku tahu! Tetapi ini sudah menjadi keputusanku," jawab Amat dengan yakin."Memangnya kamu mau ngapain ke kota?" tanya Kamal kembali."Aku mau kerja di sana, Mal!" jawab Amat singkat."Kerja apa? Di sini kan juga kerja!" Kamal bertanya dengan serius."Jaga toko!" jawab Amat sembarangan."Iya, tapikan kerjanya beda dan aku mau cari pengalaman baru disana!" je