["Aya kangen kamu. Kapan pulang ke rumah?"]
Saras mendecih saat nama anak kecil itu disebut oleh Faiz sebagai alasan agar ia mau pulang ke rumah.
Ia tak berniat merespon kalimat itu dengan jawaban akan pulang segera. Tapi Saras langsung beralasan sedang sibuk dan mematikan sambungan telepon tanpa menunggu persetujuan dari Faiz.
Laki-laki bernama Faiz itu ... yang bersama Saras selama lima tahun namun berakhir menikahi kakak perempuannya.
Dan Aya adalah buah hati mereka berdua.
Kenyataan menyakitkan itu yang membuat Saras malas pulang ke rumah, bahkan saat Idul Fitri pun ia akan mencari seribu alasan agar tidak pulang ke rumah dan bertemu Faiz, duda anak satu karena kakak perempuan Saras sudah meninggal dunia setelah melahirkan Aya.
Apa yang lebih menyakitkan dari itu?
Saras diminta untuk melakukan pernikahan turun ranjang dengan Faiz dan jelas-jelas ditolak oleh perempuan yang sakit hatinya belum juga sembuh sampai sekarang.
Berusaha membuang kenangan menyesakkan itu, Saras mengambil nafas panjang-panjang sebelum akhirnya ia turun dari mobil yang menjemputnya untuk pergi ke rumah si bos.
"Ini langsung masuk aja kali ya?" tanya Saras ketika langkahnya sudah berhenti di depan pintu utama rumah megah milik Kavindra.
Tangan kanan Saras sudah menyentuh gagang pintu dan berniat mendorongnya, namun lebih dulu seseorang di dalam sana menarik pintunya hingga membuat tubuh Saras ikut tertarik ke dalam.
"Lama!" protes Kavindra dengan wajah kesal.
Sedangkan Saras, mengerjakan kedua matanya berkali-kali saat menemukan bosnya itu berdiri di hadapan Saras dengan menggunakan piyama tidur yang mana kancing baju bagian atasnya terbuka.
Langsung saja isi pikiran Saras mengingat kejadian saat di ruang kerja, di mana ada perempuan yang datang untuk melakukan kegiatan panas dengan sang bos.
Apa posisinya ... Kavindra juga baru melakukan hal yang sama? Malam ini?
"Besok-besok kamu tinggal di sini saja," ujar Kavindra seraya menarik tangan Saras agar segera masuk ke dalam, bukan terus bengong di ambang pintu.
Dan pendengaran Saras yang kembali berfungsi membuat ia tertegun karena ucapan Kavindra barusan.
Sekertaris ... harus banget tinggal satu atap sama si Bos?
"Besok kamu temani saya untuk perjalanan bisnis ke Jepang. Jadi malam ini kamu harus lembur untuk mempelajari banyak hal sebagai sekertaris."
Saras yang posisinya sudah duduk di sofa ruang tengah, kini di hadapkan dengan tumpukan berkas di atas meja kaca di depannya kini.
"Ta-tapi ... ini mendadak sekali, Pak?"
Kavindra ikut duduk di samping Saras, bahkan sengaja duduk merapat sampai kedua paha mereka bersentuhan.
"Ya maka dari itu, malam ini kamu nginep di sini dan pelajari semuanya sampai paham. Besok siang kita terbang ke Jepang, cuma berdua!"
Saras menelan ludahnya, menatap kurang percaya diri pada banyaknya berkas yang harus ia pelajari sebagai sekertaris baru Kavindra.
Tak ada bayangan sama sekali kalau suatu hari nanti ia akan mendapatkan posisi sekertaris sang CEO!!
Kesempatan langka yang datang tiba-tiba tentu jangan disia-siakan. Tapi tetap saja Saras merasa keteteran karena harus mempelajari banyak hal dalam waktu satu malam!!
Ngadi-ngadi aja si Bos nih!!!
"Saya ke kamar dulu." Kavindra bangkit dari posisi duduknya, namun masih menatap lurus Saras.
"Kalau haus atau laper, ambil apa aja deh di dapur. Kalau kamu mau saya yang ambilkan, berarti .... siap-siap saja kamu tidur pulas di kamar saya malam ini."
Saras mendongak karena kaget mendengar ucapan Kavindra barusan dan menemukan teman kencan butanya itu tersenyum penuh arti yang membuat Saras merinding ngeri.
Tapi untungnya Kavindra segera berlalu pergi menuju kamarnya di .... lantai tiga? Karena Saras melihat laki-laki itu masuk ke dalam lift yang ada di rumah megahnya itu.
"Gak papa, gak papa. Demi gaji gede, aku siap lembur!!" Saras mencoba menyemangati dirinya saat ia mulai mengambil satu berkas di atas meja kaca.
Saras mulai serius membaca dengan posisi bersandar di sofa empuk berwarna cokelat susu ini. Tanpa sadar, Kavindra sudah kembali ke lantai dasar dengan satu tangannya membawa piyama berwarna sama dengan yang ia kenakan sekarang.
"Nih ... ganti pakai ini."
Saras mengerutkan keningnya ketika mendapat sebuah piyama couple dari Kavindra. Padahal dia tidak membutuhkannya karena nyaman-nyaman saja dengan pakaian yang sedang dikenakannya sekarang.
"Terimakasih, Pak. Tapi saya nyaman dengan pakaian yang sekarang. Saya akan tidur dengan ini juga."
Saras menolak halus dan berniat mengangsurkan kembali piyama couple itu pada Kavindra.
"Ganti sekarang atau saya gantikan pakaian kamu saat nanti kamu terlelap tidur?!"
Kedua mata Saras melotot tak percaya dengan pertanyaan Kavindra yang nyeplos tanpa beban itu. Buru-buru tangan Saras mengambil kembali piyama tadi karena takut dengan ancaman si Bos.
"Ba-baik, Pak. Saya ganti sekarang."
Saras segera bangkit dari posisi duduknya dan berjalan ke arah kamar tamu untuk berganti baju.
Ia ulang-ulang lagi ingatan di mana dirinya masih punya keberanian untuk mengusir dan berkata dengan nada tinggi pada Kavindra saat belum tau kalau laki-laki itu akan menjadi bosnya kelak.
Tapi sekarang ... mana berani Saras melakukan itu pada Kavindra. Bisa-bisa ia langsung dipecat karena berlaku tak sopan pada pimpinan perusahaan.
Saras akan mencoba bertahan dengan jabatannya yang mungkin saja tak akan mudah ke depannya berhadapan dengan Kavindra.
Ini semua Saras lakukan demi punya uang banyak, jadi kaya raya dan hidup bahagia tanpa laki-laki!!
Selesai berganti pakaian di kamar tamu, Saras segera keluar dan kembali ke ruangan depan.
Di sana, Kavindra duduk di sofa yang sebelumnya diduduki oleh Saras. Laki-laki itu terlihat sedang meneguk minuman dalam botol kaca warna gelap. Entah minuman apa namanya.
"Selesai dengan ini, kamu harus persiapkan koper saya. Termasuk menyiapkan baju ganti dan ... pakaian dalam, kamu juga pilihkan untuk saya."
Baru saja duduk, Saras sudah ditembak kaget dengan permintaan Kavindra. Ia kira tugas sekertaris tidak sampai sedetail itu. Apalagi sampai ke tahap memilihkan pakaian dalam.
Harus banget sekertaris? Masa gak malu pakaian dalamnya dilihat perempuan sih?!
"Baik, Pak."
Saras memilih untuk tetap menurut dan patuh saja selama itu masih bisa ia lakukan.
Kembali pada kegiatan sebelumnya, Kavindra terus menemani Saras mempelajari banyak berkas dan sesekali memberi tahu harus ini dan itu.
Sampai tak terasa, waktu menunjukkan pukul satu pagi.
Dan Saras ketiduran!!!
Kavindra tersenyum kecil menatap perempuan dengan mata terpejam di sisinya kini.
Lebih dulu ia letakkan botol minuman yang tadi dipegangnya, ke atas meja.
Lalu dengan berani ia mendekatkan wajahnya ke wajah cantik Saras saat terlelap.
"Hmm bibir ini ... masih disegel kan?"
Kavindra menyentuh bibir merah Saras dengan lembut dan sisi liarnya membisikkan untuk segera mencicipi daging kenyal tersebut.
Tapi .... tunggu!!
Kavindra teringat sesuatu pada tubuh Saras bagian belakang.
Awalnya Saras begitu antusias saat mengetahui dirinya akan pergi ke Jepang untuk pertama kalinya dalam hidup.Namun realita yang terjadi ketika ia masuk ke dalam pesawat, ketakutannya mulai muncul dan Saras bingung harus bagaimana mengendalikan ketakutannya saat pesawat mulai take off."Saras, tolong cek jadwal di hari kedua."Kavindra menoleh dan menemukan sekretarisnya sedang memejamkan mata dan berpegangan erat pada kursi yang didudukinya.Awalnya laki-laki itu tidak mengerti dengan apa yang sedang dilakukan Saras dengan memejamkan matanya seperti itu.Tapi kemudian Kavindra tersenyum usil begitu sadar bahwa perempuan di sampingnya ini sedang ketakutan naik pesawat."Kamu takut, hmm?" Saras membuka matanya saat merasakan tangan Kavindra menarik tubuhnya mendekat hingga kepala Saras bersandar di bahu laki-laki itu."I-iya, Pak."Di kepala Kavindra, langsung terlintas ide modus untuk Saras yang sedang coba ia luluhkan hatinya tersebut.Tangan kanannya sudah merengkuh tubuh perempuan
"Aku akan ngajarin kamu bahasa Jepang malam ini."Saras mengikuti langkah Kavindra yang kini mendekat ke arah sisi tempat tidur.Seperti dugaannya, laki-laki tampan namun meresahkan itu duduk santai di sisi tempat tidur dan tanpa aba-aba langsung menarik tangan Saras untuk ikut duduk di dekatnya."Kamu tahu? Bahasa Jepangnya aku cinta sama kamu, apa?"Saras memutar bola matanya malas, sadar kalau buaya ganteng di depannya kini sedang modus. Padahal kalau niat belajar mah yang ditanyakan ya kalimat dasar seperti 'selamat pagi' dalam bahasa Jepang itu apa, bukan justru kalimat ungkapan cinta yang terkesan seolah Kavindra ingin menjebak Saras agar mau mengatakan kalimat cinta pada laki-laki itu.Dih! Saras nggak mudah dikibulin ya."Gak tahu. Aku cuma tahu bahasa Jepang satu kata, kawaii ... artinya lucu kan?"Saras melihat Kavindra tersenyum dan mengganggukan kepala. Lalu tanpa diduga menjawil pipi Saras dengan gemas."Iya, lucu kayak kamu."Perempuan single terhormat itu langsung menye
Tiga hari setelah pulang dari Jepang.Saras baru saja membuka mata di pagi hari dan telinganya langsung mendengar suara bel apartemen terus berbunyi tanpa henti."Siapa sih?!" tanya Saras dengan menahan kesal.Namun perempuan itu tetap melangkah keluar dari kamar dan menuju pintu utama.Setelah dibuka, ia langsung menemukan wajah tertekuk Alita di depannya kini."Kita harus bicara!" tegas Alita.Dan Saras hanya mengangguk pelan, lalu mempersilahkan temannya itu untuk masuk ke dalam apartemen."Ceritain apa yang aku gak tahu tentang kamu dan Kavindra!"Dengan wajah baru bangun tidur, Saras menatap Alita yang meminta dengan tak sabaran. Padahal dia tidak perlu mengkhawatirkan apapun karena Saras tidak memiliki perasaan pada Kavindra."Inti dari cerita yang mau lo tau ... gue gak ada hubungan apapun sama Kavindra. Sebelumnya, tentu lo tahu kalau di anak dari atasan gue di kantor.""Tapi gue gak nyangka kalau lo akan jadi sekertarisnya juga!"Dari dulu, Saras selalu mencoba nyaman untuk b
"Ini..."Saras menyodorkan gaun kurang bahan yang ia temukan saat beres-beres ruang tamu.Ekspresi Kavindra saat ini biasa saja. Laki-laki itu bahkan tidak menghiraukan gaun yang Saras beri dan terus berjalan menuju dapur."Barangkali cewek semalem nanyain gaun ini. Bisa kamu simpan dan kembalikan pada orangnya."Tapi Saras tetap menyodorkan gaun itu dan mengikuti langkah Kavindra yang kini berada di dapur apartemen.Menatap laki-laki yang kini sedang menenggak minuman kaleng, isi kepala Saras tidak bisa ditahan untuk memikirkan kejadian tadi malam antara Kavindra dengan wanita lain di ruang tamu.Buru-buru Saras menggelengkan kepalanya dan lebih mendekatkan gaun itu pada Kavindra."Buang aja. Aku gak berminat menyentuhnya apalagi mengembalikannya pada yang punya," ucap Kavindra seraya bangkit dari posisi duduknya."Gak berminat menyentuhnya gimana? Orang semalam kamu yang membuat gaun ini lolos dari tubuh orangnya kan?"Duh!Saras menyesal telah ceplas-ceplos berbicara pada Kavindra
"Tempat ketemuannya di lantai dua. Nanti bilang aja kalau udah janjian sama yang namanya Kavindra.""Thanks udah bantuin gue. Sesuai kesepakatan, nanti gue bayarin sewa apartemen lo selama tiga bulan."Percakapan terakhir dengan Alita masih Saras ingat ketika ia mulai menjajakan kakinya di lantai dua sebuah restoran mewah di pusat kota Jakarta.Entah mengapa, malam ini Saras mau-mau saja disuruh menggantikan Alita untuk bertemu teman kencan butanya yang sudah disiapkan tante Yuni.Mungkin murni karena ingin membantu sang Sahabat untuk menghindari kencan buta ini. Atau karena iming-iming dibayari sewa apartemennya selama tiga bulan oleh Alita.Maklum, keadaan ekonomi Saras memang tidak sebagus Alita yang dibesarkan dari keluarga kaya raya.Saras niatkan makan malam ini hanya untuk bersenang-senang saja, karena toh belum tentu yang namanya Kavindra itu ganteng.Jadi wajar saja jika Alita tidak mau dijodohkan dengan laki-laki yang belum pernah ditemuinya itu."Dengan Alita?"Saras yang
Tak ada kesempatan bagi Saras untuk kabur atau sekedar berbalik arah lalu pergi dari hadapan Kavindra yang tengah menatapnya lima meter di depan sana."Siapa sebenarnya laki-laki ini? Kenapa bisa secepat ini dia tau semua hal tentangku? Bahkan alamat apartemen ini .... Kavindra bisa dengan cepat berada di sini. Berbahaya sekali!!"Kurang lebih begitu isi pikiran Saras ketika lututnya yang masih lemas karena begitu syok, kini harus dipaksa melangkah menuju Kavindra yang masih setia berdiri di depan pintu apartemennya.Ada perasaan gugup juga takut yang sedang Saras coba tutup-tutupi saat ia terus berjalan mendekat dan berniat langsung menjelaskan semuanya pada laki-laki itu bahwa .... posisinya di sini ia hanya disuruh dan bukan karena keinginannya sendiri."Ka-kamu .... kenapa sampai tau apartemen saya?"Saras mencoba menekan ketakutannya dengan berpura-pura berani memunculkan wajah tak suka dan marah karena Kavindra mencari tau secara diam-diam di mana tempat tinggalnya. Padahal itu
"Mm-maaf."Saras yang sudah sadar dari rasa syok-nya kini berniat menarik pintu kembali agar tertutup.Namun suara Kavindra menghentikannya."Jangan pergi. Urusan saya sudah selesai."Dilihatnya laki-laki itu menjauh dari seorang perempuan berbaju minum yang kini duduk di sisi kiri dengan wajah bete. Mungkin karena permainannya dengan si Bos harus berhenti karena kedatangan Saras."Kamu bisa pergi sekarang," ucap Kavindra pada perempuan tadi yang kiranya masih tidak ikhlas untuk pergi secepat ini padahal belum sampai tahap lebih panas adegan di antara mereka.Tapi pada akhirnya perempuan yang entah siapa itu keluar dari ruangan dan menyisakan Saras yang kini berdiri kaku di hadapan Kavindra dengan menundukkan pandangan."Perempuan itu ... bukan pacar saya."Keterangan tiba-tiba yang disampaikan Kavindra itu membuat kening Saras mengerut tak paham."Ya terus kenapa aku harus? Peduli amat," batin Saras."Ekhmm, saya kasih tau biar kamu gak salah paham dan menjadikan alasan itu untuk men