Tak ada kesempatan bagi Saras untuk kabur atau sekedar berbalik arah lalu pergi dari hadapan Kavindra yang tengah menatapnya lima meter di depan sana.
"Siapa sebenarnya laki-laki ini? Kenapa bisa secepat ini dia tau semua hal tentangku? Bahkan alamat apartemen ini .... Kavindra bisa dengan cepat berada di sini. Berbahaya sekali!!"
Kurang lebih begitu isi pikiran Saras ketika lututnya yang masih lemas karena begitu syok, kini harus dipaksa melangkah menuju Kavindra yang masih setia berdiri di depan pintu apartemennya.
Ada perasaan gugup juga takut yang sedang Saras coba tutup-tutupi saat ia terus berjalan mendekat dan berniat langsung menjelaskan semuanya pada laki-laki itu bahwa .... posisinya di sini ia hanya disuruh dan bukan karena keinginannya sendiri.
"Ka-kamu .... kenapa sampai tau apartemen saya?"
Saras mencoba menekan ketakutannya dengan berpura-pura berani memunculkan wajah tak suka dan marah karena Kavindra mencari tau secara diam-diam di mana tempat tinggalnya.
Padahal itu sesuatu yang privasi dan Saras tidak terima seseorang membuntuti dirinya.
Tapi sebelum mulut laki-laki itu terbuka dan menjawab pertanyaan Saras tadi, perempuan itu kembali bersuara dengan nada tegas dan berani.
"Dengar ya!! Jangan salah paham tentang pertemuan kita malam ini karena saya hanya berniat menggantikan Alita untuk datang di kencan buta bersama kamu. Tentu saja ini sama sekali bukan kemauan saya!!"
Ada senyum miring dengan satu alisnya yang terangkat pada wajah tampan Kavindra, yang itu terlihat menyebalkan sekali bagi Saras yang melihatnya karena merasa diremehkan.
"Begitu? Tapi ... saya sungguh akan berterima kasih pada Alita karena telah memberi tau saya kalah sahabatnya ternyata secantik ini. Saya suka, kamu tipe saya sekali, Saras."
Saat satu tangan laki-laki itu hendak menyentuh sisi wajah Saras, langsung saja Saras menepisnya kasar dan mengeluarkan pelototan tajamnya untuk Kavindra.
"Jangan macam-macam!!" geram Saras dengan nada marah.
"Santai, Baby. Jangan banyak mengeluarkan tenaga untuk marah-marah malam ini. Karena besok ... kita akan bertemu lagi."
Kemudian esoknya, Saras mendapati paginya yang buruk.
Perempuan umur dua puluh empat tahun itu berlarian mengejar lift yang pintunya hampir menutup sepenuhnya.
Beruntung seseorang di dalam lift sana menahan pintu agar tetap bisa terbuka dan Saras akhirnya bisa bernafas lega setelah berhasil ada di dalam lift bersama karyawan lainnya.
"Terimakasih," kata Saras sembari menoleh ke arah samping dan menemukan Dion berdiri di sana dengan senyum lebar andalannya, seperti biasa.
"You're welcome, Baby."
Tolong jangan langsung baper bagi kaum Hawa yang dipanggil dengan sebutan Baby atau Sayang oleh Dion yang terkenal di kantor sebagai playboy kelas kakap!!
Karena jelas Dion mengucapkan kalimat manis lainnya tidak hanya pada satu perempuan, tapi hampir seluruh karyawan perempuan di kantor ini, tapi yang masih belum menikah tentunya.
"Pasti bangun kesiangan?" tebak Dion yang ternyata masih ingin mengobrol dengan Saras selama lift membawa mereka menuju lantai lima belas.
Kembali lagi pada pertanyaan Dion tadi, Saras meng-iyakan tebakan tadi karena penampilannya yang tak begitu rapih pagi ini tentu bisa dengan mudah ditebak oleh orang yang melihatnya kalau Saras memulai paginya dengan tidak terlalu mulus.
"Hmm begitu lah."
"Besok aku jemput kamu deh. Mau ya?"
Tawaran tersebut tidak langsung Saras jawab karena bertepatan dengan pintu lift yang terbuka dan ia lebih dulu keluar dari sana.
Tapi tidak dengan Dion yang pekerjaannya ada di lantai enam belas.
Langkah kakinya belum bisa santai karena setelah keluar dari lift, Saras kembali berlarian demi mengejar waktu meeting yang akan dimulai lima menit lagi.
Karena yang dipikirkannya hanya tentang waktu yang terus bergerak maju, Saras berusaha untuk tidak telat masuk ke ruang meeting sampai ia terus berlari tanpa memperhatikan sekitar.
Lalu tanpa bisa dicegah, larinya yang ceroboh itu berhasil membuat tubuhnya bertabrakan dengan tubuh seseorang.
"Aduuhh!!"
Yang berakhir mengenaskan dengan tubuh lemah Saras jatuh terduduk di lantai, sedangkan orang yang ditabraknya masih kuat untuk berdiri seolah tabrakan Saras tidak berefek apa-apa pada keadaanya kini.
Dari posisi terduduknya kini, kedua mata Saras mendapati ada tiga pasang kaki milik seorang pria yang ada di hadapannya kini.
"Hai Babe, are you okay?"
Pandangan mata Saras seketika terangkat begitu mendengar suara orang yang sepertinya ia pernah dengar.
Lalu saat akhirnya ia bisa melihat siapa yang sedang menekuk lutut di hadapannya kini, raut wajah Saras langsung speechless dengan kedua bola matanya yang membulat sempurna.
Sosok laki-laki yang datang ke apartemennya semalam, kini nyata ada di hadapannya.
"See? Kita akan bertemu lagi hari ini kan?"
Satu jam setelah jiwanya terguncang hebat karena bertemu Kavindra di kantornya, kini Saras duduk di kubikel tempat kerjanya dengan pandangan kosong tertuju pada layar komputer yang baru saja dinyalakan.
Meeting yang tadi ia hadiri juga ternyata membahas tentang pengangkatan CEO baru di kantornya yang gak lain adalah Kavindra Bagas.
"Kok bisa?!"
"Kenapa harus Kavindra?!"
"Apa lebih baik aku resign aja ya?"
"Duh, tapi nanti jadi pengangguran dong?"
Seperti itulah bayangan tentang berisiknya isi kepala Saras di jam kerjanya sekarang.
Hal yang paling disesali oleh Saras adalah menuruti permintaan Alita untuk menggantikannya datang di kencan buta malam tadi.
Laki-laki yang dicemaskan Saras itu bisa-bisanya dengan enteng menyatakan rasa tertariknya pada Saras di saat yang seharusnya Kavindra sukai adalah Alita, pasangan kencan buta yang sesungguhnya.
Ini kalau Alita sampai tau tentang apa yang terjadi, Saras jadi mengkhawatirkan hubungan pertemanannya dengan Alita akan bagaimana ke depannya nanti.
"Gak!! Gak boleh pokoknya!! Lagian aku gak suka juga sama cowok playboy kaya dia," batin Saras yang terus menghalau segala kemungkinan buruk karena telah berurusan dengan Kavindra.
"Lagi mikirin apa sampai geleng-geleng kepala, hmm?"
"Astaga!!!"
Saras berjingkrak kaget saking syoknya ia menemukan seseorang yang entah sejak kapan sudah berdiri di depan kubikelnya kini.
Lebih terkejut lagi saat tau bahwa yang berdiri di hadapannya adalah sang CEO!!
Buru-buru Saras berdiri dari posisi duduknya dan baru menyadari orang-orang di sekitar kubikelnya sedang mencuri-curi lihat dan dengar ke arahnya yang kini sedang didatangi oleh Kavindra.
Sebuah kejadian langka ketika petinggi perusahaan mau meninjau langsung karyawannya di ruang kerja.
"A-ada yang bisa .... saya bantu, Pak?"
Saras bertanya sembari menundukkan pandangan dan jelas ia menyadari perbedaan sikapnya tadi malam dengan saat di kantor, ketika tau kalau sekarang Kavindra menjadi atasannya.
"Banyak! Datang ke ruangan saya sekarang!!"
Kesepuluh jari Saras bergerak gelisah saat langkahnya mulai mendekati ruang CEO yang sebelum ini jarang sekali Saras masuk ke ruangan bosnya dulu.
Setelah memenangkan diri di depan pintu ruangan yang tertutup, tangan Saras mulai mendorong gagang pintu dan pintu tersebut langsung terbuka.
Tapi detik berikutnya, mulut Saras langsung terbuka lebar karena terkejut melihat apa yang sedang terjadi di meja kerja bosnya tersebut.
"Mm-maaf."Saras yang sudah sadar dari rasa syok-nya kini berniat menarik pintu kembali agar tertutup.Namun suara Kavindra menghentikannya."Jangan pergi. Urusan saya sudah selesai."Dilihatnya laki-laki itu menjauh dari seorang perempuan berbaju minum yang kini duduk di sisi kiri dengan wajah bete. Mungkin karena permainannya dengan si Bos harus berhenti karena kedatangan Saras."Kamu bisa pergi sekarang," ucap Kavindra pada perempuan tadi yang kiranya masih tidak ikhlas untuk pergi secepat ini padahal belum sampai tahap lebih panas adegan di antara mereka.Tapi pada akhirnya perempuan yang entah siapa itu keluar dari ruangan dan menyisakan Saras yang kini berdiri kaku di hadapan Kavindra dengan menundukkan pandangan."Perempuan itu ... bukan pacar saya."Keterangan tiba-tiba yang disampaikan Kavindra itu membuat kening Saras mengerut tak paham."Ya terus kenapa aku harus? Peduli amat," batin Saras."Ekhmm, saya kasih tau biar kamu gak salah paham dan menjadikan alasan itu untuk men
["Aya kangen kamu. Kapan pulang ke rumah?"]Saras mendecih saat nama anak kecil itu disebut oleh Faiz sebagai alasan agar ia mau pulang ke rumah.Ia tak berniat merespon kalimat itu dengan jawaban akan pulang segera. Tapi Saras langsung beralasan sedang sibuk dan mematikan sambungan telepon tanpa menunggu persetujuan dari Faiz.Laki-laki bernama Faiz itu ... yang bersama Saras selama lima tahun namun berakhir menikahi kakak perempuannya.Dan Aya adalah buah hati mereka berdua.Kenyataan menyakitkan itu yang membuat Saras malas pulang ke rumah, bahkan saat Idul Fitri pun ia akan mencari seribu alasan agar tidak pulang ke rumah dan bertemu Faiz, duda anak satu karena kakak perempuan Saras sudah meninggal dunia setelah melahirkan Aya.Apa yang lebih menyakitkan dari itu?Saras diminta untuk melakukan pernikahan turun ranjang dengan Faiz dan jelas-jelas ditolak oleh perempuan yang sakit hatinya belum juga sembuh sampai sekarang.Berusaha membuang kenangan menyesakkan itu, Saras mengambil
Awalnya Saras begitu antusias saat mengetahui dirinya akan pergi ke Jepang untuk pertama kalinya dalam hidup.Namun realita yang terjadi ketika ia masuk ke dalam pesawat, ketakutannya mulai muncul dan Saras bingung harus bagaimana mengendalikan ketakutannya saat pesawat mulai take off."Saras, tolong cek jadwal di hari kedua."Kavindra menoleh dan menemukan sekretarisnya sedang memejamkan mata dan berpegangan erat pada kursi yang didudukinya.Awalnya laki-laki itu tidak mengerti dengan apa yang sedang dilakukan Saras dengan memejamkan matanya seperti itu.Tapi kemudian Kavindra tersenyum usil begitu sadar bahwa perempuan di sampingnya ini sedang ketakutan naik pesawat."Kamu takut, hmm?" Saras membuka matanya saat merasakan tangan Kavindra menarik tubuhnya mendekat hingga kepala Saras bersandar di bahu laki-laki itu."I-iya, Pak."Di kepala Kavindra, langsung terlintas ide modus untuk Saras yang sedang coba ia luluhkan hatinya tersebut.Tangan kanannya sudah merengkuh tubuh perempuan
"Aku akan ngajarin kamu bahasa Jepang malam ini."Saras mengikuti langkah Kavindra yang kini mendekat ke arah sisi tempat tidur.Seperti dugaannya, laki-laki tampan namun meresahkan itu duduk santai di sisi tempat tidur dan tanpa aba-aba langsung menarik tangan Saras untuk ikut duduk di dekatnya."Kamu tahu? Bahasa Jepangnya aku cinta sama kamu, apa?"Saras memutar bola matanya malas, sadar kalau buaya ganteng di depannya kini sedang modus. Padahal kalau niat belajar mah yang ditanyakan ya kalimat dasar seperti 'selamat pagi' dalam bahasa Jepang itu apa, bukan justru kalimat ungkapan cinta yang terkesan seolah Kavindra ingin menjebak Saras agar mau mengatakan kalimat cinta pada laki-laki itu.Dih! Saras nggak mudah dikibulin ya."Gak tahu. Aku cuma tahu bahasa Jepang satu kata, kawaii ... artinya lucu kan?"Saras melihat Kavindra tersenyum dan mengganggukan kepala. Lalu tanpa diduga menjawil pipi Saras dengan gemas."Iya, lucu kayak kamu."Perempuan single terhormat itu langsung menye
Tiga hari setelah pulang dari Jepang.Saras baru saja membuka mata di pagi hari dan telinganya langsung mendengar suara bel apartemen terus berbunyi tanpa henti."Siapa sih?!" tanya Saras dengan menahan kesal.Namun perempuan itu tetap melangkah keluar dari kamar dan menuju pintu utama.Setelah dibuka, ia langsung menemukan wajah tertekuk Alita di depannya kini."Kita harus bicara!" tegas Alita.Dan Saras hanya mengangguk pelan, lalu mempersilahkan temannya itu untuk masuk ke dalam apartemen."Ceritain apa yang aku gak tahu tentang kamu dan Kavindra!"Dengan wajah baru bangun tidur, Saras menatap Alita yang meminta dengan tak sabaran. Padahal dia tidak perlu mengkhawatirkan apapun karena Saras tidak memiliki perasaan pada Kavindra."Inti dari cerita yang mau lo tau ... gue gak ada hubungan apapun sama Kavindra. Sebelumnya, tentu lo tahu kalau di anak dari atasan gue di kantor.""Tapi gue gak nyangka kalau lo akan jadi sekertarisnya juga!"Dari dulu, Saras selalu mencoba nyaman untuk b
"Ini..."Saras menyodorkan gaun kurang bahan yang ia temukan saat beres-beres ruang tamu.Ekspresi Kavindra saat ini biasa saja. Laki-laki itu bahkan tidak menghiraukan gaun yang Saras beri dan terus berjalan menuju dapur."Barangkali cewek semalem nanyain gaun ini. Bisa kamu simpan dan kembalikan pada orangnya."Tapi Saras tetap menyodorkan gaun itu dan mengikuti langkah Kavindra yang kini berada di dapur apartemen.Menatap laki-laki yang kini sedang menenggak minuman kaleng, isi kepala Saras tidak bisa ditahan untuk memikirkan kejadian tadi malam antara Kavindra dengan wanita lain di ruang tamu.Buru-buru Saras menggelengkan kepalanya dan lebih mendekatkan gaun itu pada Kavindra."Buang aja. Aku gak berminat menyentuhnya apalagi mengembalikannya pada yang punya," ucap Kavindra seraya bangkit dari posisi duduknya."Gak berminat menyentuhnya gimana? Orang semalam kamu yang membuat gaun ini lolos dari tubuh orangnya kan?"Duh!Saras menyesal telah ceplas-ceplos berbicara pada Kavindra
"Tempat ketemuannya di lantai dua. Nanti bilang aja kalau udah janjian sama yang namanya Kavindra.""Thanks udah bantuin gue. Sesuai kesepakatan, nanti gue bayarin sewa apartemen lo selama tiga bulan."Percakapan terakhir dengan Alita masih Saras ingat ketika ia mulai menjajakan kakinya di lantai dua sebuah restoran mewah di pusat kota Jakarta.Entah mengapa, malam ini Saras mau-mau saja disuruh menggantikan Alita untuk bertemu teman kencan butanya yang sudah disiapkan tante Yuni.Mungkin murni karena ingin membantu sang Sahabat untuk menghindari kencan buta ini. Atau karena iming-iming dibayari sewa apartemennya selama tiga bulan oleh Alita.Maklum, keadaan ekonomi Saras memang tidak sebagus Alita yang dibesarkan dari keluarga kaya raya.Saras niatkan makan malam ini hanya untuk bersenang-senang saja, karena toh belum tentu yang namanya Kavindra itu ganteng.Jadi wajar saja jika Alita tidak mau dijodohkan dengan laki-laki yang belum pernah ditemuinya itu."Dengan Alita?"Saras yang
"Ini..."Saras menyodorkan gaun kurang bahan yang ia temukan saat beres-beres ruang tamu.Ekspresi Kavindra saat ini biasa saja. Laki-laki itu bahkan tidak menghiraukan gaun yang Saras beri dan terus berjalan menuju dapur."Barangkali cewek semalem nanyain gaun ini. Bisa kamu simpan dan kembalikan pada orangnya."Tapi Saras tetap menyodorkan gaun itu dan mengikuti langkah Kavindra yang kini berada di dapur apartemen.Menatap laki-laki yang kini sedang menenggak minuman kaleng, isi kepala Saras tidak bisa ditahan untuk memikirkan kejadian tadi malam antara Kavindra dengan wanita lain di ruang tamu.Buru-buru Saras menggelengkan kepalanya dan lebih mendekatkan gaun itu pada Kavindra."Buang aja. Aku gak berminat menyentuhnya apalagi mengembalikannya pada yang punya," ucap Kavindra seraya bangkit dari posisi duduknya."Gak berminat menyentuhnya gimana? Orang semalam kamu yang membuat gaun ini lolos dari tubuh orangnya kan?"Duh!Saras menyesal telah ceplas-ceplos berbicara pada Kavindra
Tiga hari setelah pulang dari Jepang.Saras baru saja membuka mata di pagi hari dan telinganya langsung mendengar suara bel apartemen terus berbunyi tanpa henti."Siapa sih?!" tanya Saras dengan menahan kesal.Namun perempuan itu tetap melangkah keluar dari kamar dan menuju pintu utama.Setelah dibuka, ia langsung menemukan wajah tertekuk Alita di depannya kini."Kita harus bicara!" tegas Alita.Dan Saras hanya mengangguk pelan, lalu mempersilahkan temannya itu untuk masuk ke dalam apartemen."Ceritain apa yang aku gak tahu tentang kamu dan Kavindra!"Dengan wajah baru bangun tidur, Saras menatap Alita yang meminta dengan tak sabaran. Padahal dia tidak perlu mengkhawatirkan apapun karena Saras tidak memiliki perasaan pada Kavindra."Inti dari cerita yang mau lo tau ... gue gak ada hubungan apapun sama Kavindra. Sebelumnya, tentu lo tahu kalau di anak dari atasan gue di kantor.""Tapi gue gak nyangka kalau lo akan jadi sekertarisnya juga!"Dari dulu, Saras selalu mencoba nyaman untuk b
"Aku akan ngajarin kamu bahasa Jepang malam ini."Saras mengikuti langkah Kavindra yang kini mendekat ke arah sisi tempat tidur.Seperti dugaannya, laki-laki tampan namun meresahkan itu duduk santai di sisi tempat tidur dan tanpa aba-aba langsung menarik tangan Saras untuk ikut duduk di dekatnya."Kamu tahu? Bahasa Jepangnya aku cinta sama kamu, apa?"Saras memutar bola matanya malas, sadar kalau buaya ganteng di depannya kini sedang modus. Padahal kalau niat belajar mah yang ditanyakan ya kalimat dasar seperti 'selamat pagi' dalam bahasa Jepang itu apa, bukan justru kalimat ungkapan cinta yang terkesan seolah Kavindra ingin menjebak Saras agar mau mengatakan kalimat cinta pada laki-laki itu.Dih! Saras nggak mudah dikibulin ya."Gak tahu. Aku cuma tahu bahasa Jepang satu kata, kawaii ... artinya lucu kan?"Saras melihat Kavindra tersenyum dan mengganggukan kepala. Lalu tanpa diduga menjawil pipi Saras dengan gemas."Iya, lucu kayak kamu."Perempuan single terhormat itu langsung menye
Awalnya Saras begitu antusias saat mengetahui dirinya akan pergi ke Jepang untuk pertama kalinya dalam hidup.Namun realita yang terjadi ketika ia masuk ke dalam pesawat, ketakutannya mulai muncul dan Saras bingung harus bagaimana mengendalikan ketakutannya saat pesawat mulai take off."Saras, tolong cek jadwal di hari kedua."Kavindra menoleh dan menemukan sekretarisnya sedang memejamkan mata dan berpegangan erat pada kursi yang didudukinya.Awalnya laki-laki itu tidak mengerti dengan apa yang sedang dilakukan Saras dengan memejamkan matanya seperti itu.Tapi kemudian Kavindra tersenyum usil begitu sadar bahwa perempuan di sampingnya ini sedang ketakutan naik pesawat."Kamu takut, hmm?" Saras membuka matanya saat merasakan tangan Kavindra menarik tubuhnya mendekat hingga kepala Saras bersandar di bahu laki-laki itu."I-iya, Pak."Di kepala Kavindra, langsung terlintas ide modus untuk Saras yang sedang coba ia luluhkan hatinya tersebut.Tangan kanannya sudah merengkuh tubuh perempuan
["Aya kangen kamu. Kapan pulang ke rumah?"]Saras mendecih saat nama anak kecil itu disebut oleh Faiz sebagai alasan agar ia mau pulang ke rumah.Ia tak berniat merespon kalimat itu dengan jawaban akan pulang segera. Tapi Saras langsung beralasan sedang sibuk dan mematikan sambungan telepon tanpa menunggu persetujuan dari Faiz.Laki-laki bernama Faiz itu ... yang bersama Saras selama lima tahun namun berakhir menikahi kakak perempuannya.Dan Aya adalah buah hati mereka berdua.Kenyataan menyakitkan itu yang membuat Saras malas pulang ke rumah, bahkan saat Idul Fitri pun ia akan mencari seribu alasan agar tidak pulang ke rumah dan bertemu Faiz, duda anak satu karena kakak perempuan Saras sudah meninggal dunia setelah melahirkan Aya.Apa yang lebih menyakitkan dari itu?Saras diminta untuk melakukan pernikahan turun ranjang dengan Faiz dan jelas-jelas ditolak oleh perempuan yang sakit hatinya belum juga sembuh sampai sekarang.Berusaha membuang kenangan menyesakkan itu, Saras mengambil
"Mm-maaf."Saras yang sudah sadar dari rasa syok-nya kini berniat menarik pintu kembali agar tertutup.Namun suara Kavindra menghentikannya."Jangan pergi. Urusan saya sudah selesai."Dilihatnya laki-laki itu menjauh dari seorang perempuan berbaju minum yang kini duduk di sisi kiri dengan wajah bete. Mungkin karena permainannya dengan si Bos harus berhenti karena kedatangan Saras."Kamu bisa pergi sekarang," ucap Kavindra pada perempuan tadi yang kiranya masih tidak ikhlas untuk pergi secepat ini padahal belum sampai tahap lebih panas adegan di antara mereka.Tapi pada akhirnya perempuan yang entah siapa itu keluar dari ruangan dan menyisakan Saras yang kini berdiri kaku di hadapan Kavindra dengan menundukkan pandangan."Perempuan itu ... bukan pacar saya."Keterangan tiba-tiba yang disampaikan Kavindra itu membuat kening Saras mengerut tak paham."Ya terus kenapa aku harus? Peduli amat," batin Saras."Ekhmm, saya kasih tau biar kamu gak salah paham dan menjadikan alasan itu untuk men
Tak ada kesempatan bagi Saras untuk kabur atau sekedar berbalik arah lalu pergi dari hadapan Kavindra yang tengah menatapnya lima meter di depan sana."Siapa sebenarnya laki-laki ini? Kenapa bisa secepat ini dia tau semua hal tentangku? Bahkan alamat apartemen ini .... Kavindra bisa dengan cepat berada di sini. Berbahaya sekali!!"Kurang lebih begitu isi pikiran Saras ketika lututnya yang masih lemas karena begitu syok, kini harus dipaksa melangkah menuju Kavindra yang masih setia berdiri di depan pintu apartemennya.Ada perasaan gugup juga takut yang sedang Saras coba tutup-tutupi saat ia terus berjalan mendekat dan berniat langsung menjelaskan semuanya pada laki-laki itu bahwa .... posisinya di sini ia hanya disuruh dan bukan karena keinginannya sendiri."Ka-kamu .... kenapa sampai tau apartemen saya?"Saras mencoba menekan ketakutannya dengan berpura-pura berani memunculkan wajah tak suka dan marah karena Kavindra mencari tau secara diam-diam di mana tempat tinggalnya. Padahal itu
"Tempat ketemuannya di lantai dua. Nanti bilang aja kalau udah janjian sama yang namanya Kavindra.""Thanks udah bantuin gue. Sesuai kesepakatan, nanti gue bayarin sewa apartemen lo selama tiga bulan."Percakapan terakhir dengan Alita masih Saras ingat ketika ia mulai menjajakan kakinya di lantai dua sebuah restoran mewah di pusat kota Jakarta.Entah mengapa, malam ini Saras mau-mau saja disuruh menggantikan Alita untuk bertemu teman kencan butanya yang sudah disiapkan tante Yuni.Mungkin murni karena ingin membantu sang Sahabat untuk menghindari kencan buta ini. Atau karena iming-iming dibayari sewa apartemennya selama tiga bulan oleh Alita.Maklum, keadaan ekonomi Saras memang tidak sebagus Alita yang dibesarkan dari keluarga kaya raya.Saras niatkan makan malam ini hanya untuk bersenang-senang saja, karena toh belum tentu yang namanya Kavindra itu ganteng.Jadi wajar saja jika Alita tidak mau dijodohkan dengan laki-laki yang belum pernah ditemuinya itu."Dengan Alita?"Saras yang