"Aku akan ngajarin kamu bahasa Jepang malam ini."
Saras mengikuti langkah Kavindra yang kini mendekat ke arah sisi tempat tidur.Seperti dugaannya, laki-laki tampan namun meresahkan itu duduk santai di sisi tempat tidur dan tanpa aba-aba langsung menarik tangan Saras untuk ikut duduk di dekatnya."Kamu tahu? Bahasa Jepangnya aku cinta sama kamu, apa?"Saras memutar bola matanya malas, sadar kalau buaya ganteng di depannya kini sedang modus. Padahal kalau niat belajar mah yang ditanyakan ya kalimat dasar seperti 'selamat pagi' dalam bahasa Jepang itu apa, bukan justru kalimat ungkapan cinta yang terkesan seolah Kavindra ingin menjebak Saras agar mau mengatakan kalimat cinta pada laki-laki itu.Dih! Saras nggak mudah dikibulin ya."Gak tahu. Aku cuma tahu bahasa Jepang satu kata, kawaii ... artinya lucu kan?"Saras melihat Kavindra tersenyum dan mengganggukan kepala. Lalu tanpa diduga menjawil pipi Saras dengan gemas."Iya, lucu kayak kamu."Perempuan single terhormat itu langsung menyentuh pipinya dan menghapus secara terang-terangan bekas tangan Kavindra di pipinya yang mulus.Tingkah Saras tersebut membuat Kavindra terkekeh dan geleng-geleng kepala. Ia semakin tertarik dengan perempuan di hadapannya kini.Lalu tangannya terulur ke hadapan Saras. "Mana iPad yang aku titipkan sama kamu?"Ditanya seperti itu, Saras langsung menoleh ke segala arah mencari tas miliknya, di mana iPad tersebut disimpan olehnya.Saras mengambilnya begitu melihat tas abu-abu tergeletak di sofa tunggal yang ada di kamar hotel itu. Sebelum berbalik melangkah pada Kavindra, Saras melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 23.40 waktu Jepang."Kapan nih cowok keluar dari kamar gue? Gak ngasih waktu untuk gue istirahat apa ya?" gerutu Saras dalam hati.Namun saat ia kembali menghadap Kavindra, senyum sopannya muncul sembari menyerahkan iPad milik laki-laki itu."Kamu mau belajar dari mana? Dari video percakapan sehari-hari atau .... dari film biru?""What?!" Saras hampir berteriak kaget dengan kalimat terakhir yang keluar dari mulut Kavindra.Bisa-bisanya ia disuruh belajar bahasa Jepang dari video film biru yang diproduksi negara itu.Memang agak-agak bosnya ini."Haha, bercanda Ras. Aku gak akan nunjukin filmnya kalau bukan kamu yang minta."Saras menatap sini ke arah Kavindra sembari berkata."Dih! Siapa juga yang mau minta? Gak akan!"Kemudian belajar bareng tentang kalimat dasar bahasa Jepang itu dilakukan oleh keduanya.Sampai setengah jam kemudian, Saras yang tubuhnya sudah lelah justru ketiduran tanpa sadar."Aahh...." Kavindra meregangkan otot tubuhnya sesaat, sebelum akhirnya ia sadar kalau perempuan berwajah jutek itu sudah jatuh tertidur di sampingnya."Cantik," ucap Kavindra tanpa sadar.Senyumnya muncul saat memandang wajah damai Saras ketika terlelap tidur.Sebelumnya .... Kavindra tidak percaya dengan istilah 'jatuh cinta pada pandangan pertama'. Namun sekarang, pada sosok perempuan di dekatnya kini Kavindra merasakan jatuh cinta benar pada pandangan pertama.Bukan karena Kavindra menyangka kalau Saras itu beneran Alita. Dia sudah tahu kebohongan itu, karena sebelumnya foto Alita sudah ditunjukan padanya.Tapi karena sosok Saras yang unik dan tidak gampang digapai membuat Kavindra justru jadi jatuh cinta secepat itu dan ingin sekali memiliki Saras sepenuhnya, menikahinya kalau bisa.Di tengah kegiatannya memandangi si pencuri hati, ponsel yang Kavindra bahwa di saku celana bergetar lama, tanda ada sebuah panggilan masuk.Saat ia mengeluarkannya, layar ponsel itu menyala dan memunculkan nama 'mamih' di sana.Kavindra bergerak menjauh dari Saras yang sudah masuk ke alam mimpi, lalu menjawab telepon."Halo, Mih."["Kamis nanti kamu sudah ada di Indonesia kan?"]Mamih bertanya to the point dan Kavindra pun menjawab cepat."Iya, kenapa?"["Mamih akan aja kamu untuk bertemu orang tua Alita. Kita akan membicarakan tanggal pernikahan kalian, secepatnya."]Kavindra menghela nafas panjang, ia muak dengan orang tuanya sendiri yang turut ikut campur soal pasangan hidupnya. Seolah tidak ada kebebasan untuk laki-laki berusia dua puluh tujuh tahun itu untuk memilih sendiri calon istrinya."Gimana nanti, Mih. Maaf saja kalau tidak jadi pulang hari kamis. Kerjaanku sebagai CEO baru, lagi banyak, nggak ngurusin soal perjodohan."Di seberang sana, mamih kesal setelah mendengar jawaban putranya tersebut dan mengeluarkan kata-kata ancaman tiap kali Kavindra tidak mau nurut dengan perintahnya.["Kamu harus nurut sama mamih, Kavindra! Kalau nggak, posisi kamu sebagai CEO akan digantikan oleh kakak perempuan kamu!"]Kavindra tidak merespon panjang lebar, hanya dua huruf 'Ya' lalu sambungan telepon ia putus dari pihaknya.Sesaat, Kavindra berusaha menormalkan perasaannya yang memburuk setelah menerima panggilan dari mamih.Dia seorang laki-laki sejati, tidak boleh takut diancam oleh siapapun, apalagi diancam oleh seorang perempuan, walaupun itu orang tuanya sendiri.Tidak. Pokoknya Kavindra akan memperjuangkan kebebasannya untuk menentukan pasangan hidup sendiri.Peduli amat soal jabatan penting di perusahaan! Kavindra masih bisa makan dengan pekerjaan sampingannya yang lain.Selesai memperbaiki suasana hatinya, laki-laki penuh pesona itu kembali berjalan ke arah tempat tidur, ingin mengecek keadaan Saras yang sudah tidur lebih dulu.Sempat juga ia melirik jam di pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 00.40 waktu Jepang.Awalnya Kavindra berniat membenarkan posisi tidur Saras yang terlihat tidak nyaman, namun ia jadi salah fokus setelah melihat wajah perempuan itu."Astaga!" Kavindra berseru tak menyangka, saat menemukan perubahan Saras setelah ia tinggal pergi sebentar untuk mengangkat panggilan.Sekretaris pribadinya itu kini tertidur miring dengan cairan bening yang terlihat keluar dari sudut bibirnya.Bukannya merasa jijik dengan sisi lain dari seorang Saras Fadela, Kavindra justru ingin tertawa terbahak-bahak melihat kenyataan kalau cewek cantik ternyata saat tidur juga bisa ileran seperti ini."Duh, cantik-cantik kok suka bikin pulau kalau tidur" ledek Kavindra merasa lucu.Kemudian laki-laki dengan pangkat CEO itu segera membuka ponsel dan menyiapkan kamera ponsel untuk ia arahkan ke dekat wajah Saras.Bahkan ia zoom sekalian agar iler di wajah cantik Saras terlihat jelas."Hahaha, uppppssss!"Kavindra menutup mulutnya saat keinginan untuk tertawa kencang itu semakin kuat. Ia cek lagi hasil foto wajah ilerab Saras di ponselnya dan Kavindra tersenyum lebar, hampir ingin menyemburkan tawanya lagi karena foto aib yang ia ambil saat Saras tidur ileran.Diam-diam Kavindra juga sangat berterima kasih pada Saras, karena perempuan itu hadir di hidupnya sebagai orang yang bisa memperbaiki suasana hati Kavindra dalam waktu cepat."Honey, secepatnya aku harus bisa milikin kamu."Kemudian Kavindra baru mengangkat tubuh Saras dan ia posisikan tidur perempuan itu dengan nyaman.Sekali lagi, sebelum ia kembali ke kamarnya, Kavindra pandangi wajah pulas Saras dan tangannya tanpa jijik mengelap cairan di sudut bibir perempuan itu."Have a nice dream, Baby."Tiga hari setelah pulang dari Jepang.Saras baru saja membuka mata di pagi hari dan telinganya langsung mendengar suara bel apartemen terus berbunyi tanpa henti."Siapa sih?!" tanya Saras dengan menahan kesal.Namun perempuan itu tetap melangkah keluar dari kamar dan menuju pintu utama.Setelah dibuka, ia langsung menemukan wajah tertekuk Alita di depannya kini."Kita harus bicara!" tegas Alita.Dan Saras hanya mengangguk pelan, lalu mempersilahkan temannya itu untuk masuk ke dalam apartemen."Ceritain apa yang aku gak tahu tentang kamu dan Kavindra!"Dengan wajah baru bangun tidur, Saras menatap Alita yang meminta dengan tak sabaran. Padahal dia tidak perlu mengkhawatirkan apapun karena Saras tidak memiliki perasaan pada Kavindra."Inti dari cerita yang mau lo tau ... gue gak ada hubungan apapun sama Kavindra. Sebelumnya, tentu lo tahu kalau di anak dari atasan gue di kantor.""Tapi gue gak nyangka kalau lo akan jadi sekertarisnya juga!"Dari dulu, Saras selalu mencoba nyaman untuk b
"Ini..."Saras menyodorkan gaun kurang bahan yang ia temukan saat beres-beres ruang tamu.Ekspresi Kavindra saat ini biasa saja. Laki-laki itu bahkan tidak menghiraukan gaun yang Saras beri dan terus berjalan menuju dapur."Barangkali cewek semalem nanyain gaun ini. Bisa kamu simpan dan kembalikan pada orangnya."Tapi Saras tetap menyodorkan gaun itu dan mengikuti langkah Kavindra yang kini berada di dapur apartemen.Menatap laki-laki yang kini sedang menenggak minuman kaleng, isi kepala Saras tidak bisa ditahan untuk memikirkan kejadian tadi malam antara Kavindra dengan wanita lain di ruang tamu.Buru-buru Saras menggelengkan kepalanya dan lebih mendekatkan gaun itu pada Kavindra."Buang aja. Aku gak berminat menyentuhnya apalagi mengembalikannya pada yang punya," ucap Kavindra seraya bangkit dari posisi duduknya."Gak berminat menyentuhnya gimana? Orang semalam kamu yang membuat gaun ini lolos dari tubuh orangnya kan?"Duh!Saras menyesal telah ceplas-ceplos berbicara pada Kavindra
"Tempat ketemuannya di lantai dua. Nanti bilang aja kalau udah janjian sama yang namanya Kavindra.""Thanks udah bantuin gue. Sesuai kesepakatan, nanti gue bayarin sewa apartemen lo selama tiga bulan."Percakapan terakhir dengan Alita masih Saras ingat ketika ia mulai menjajakan kakinya di lantai dua sebuah restoran mewah di pusat kota Jakarta.Entah mengapa, malam ini Saras mau-mau saja disuruh menggantikan Alita untuk bertemu teman kencan butanya yang sudah disiapkan tante Yuni.Mungkin murni karena ingin membantu sang Sahabat untuk menghindari kencan buta ini. Atau karena iming-iming dibayari sewa apartemennya selama tiga bulan oleh Alita.Maklum, keadaan ekonomi Saras memang tidak sebagus Alita yang dibesarkan dari keluarga kaya raya.Saras niatkan makan malam ini hanya untuk bersenang-senang saja, karena toh belum tentu yang namanya Kavindra itu ganteng.Jadi wajar saja jika Alita tidak mau dijodohkan dengan laki-laki yang belum pernah ditemuinya itu."Dengan Alita?"Saras yang
Tak ada kesempatan bagi Saras untuk kabur atau sekedar berbalik arah lalu pergi dari hadapan Kavindra yang tengah menatapnya lima meter di depan sana."Siapa sebenarnya laki-laki ini? Kenapa bisa secepat ini dia tau semua hal tentangku? Bahkan alamat apartemen ini .... Kavindra bisa dengan cepat berada di sini. Berbahaya sekali!!"Kurang lebih begitu isi pikiran Saras ketika lututnya yang masih lemas karena begitu syok, kini harus dipaksa melangkah menuju Kavindra yang masih setia berdiri di depan pintu apartemennya.Ada perasaan gugup juga takut yang sedang Saras coba tutup-tutupi saat ia terus berjalan mendekat dan berniat langsung menjelaskan semuanya pada laki-laki itu bahwa .... posisinya di sini ia hanya disuruh dan bukan karena keinginannya sendiri."Ka-kamu .... kenapa sampai tau apartemen saya?"Saras mencoba menekan ketakutannya dengan berpura-pura berani memunculkan wajah tak suka dan marah karena Kavindra mencari tau secara diam-diam di mana tempat tinggalnya. Padahal itu
"Mm-maaf."Saras yang sudah sadar dari rasa syok-nya kini berniat menarik pintu kembali agar tertutup.Namun suara Kavindra menghentikannya."Jangan pergi. Urusan saya sudah selesai."Dilihatnya laki-laki itu menjauh dari seorang perempuan berbaju minum yang kini duduk di sisi kiri dengan wajah bete. Mungkin karena permainannya dengan si Bos harus berhenti karena kedatangan Saras."Kamu bisa pergi sekarang," ucap Kavindra pada perempuan tadi yang kiranya masih tidak ikhlas untuk pergi secepat ini padahal belum sampai tahap lebih panas adegan di antara mereka.Tapi pada akhirnya perempuan yang entah siapa itu keluar dari ruangan dan menyisakan Saras yang kini berdiri kaku di hadapan Kavindra dengan menundukkan pandangan."Perempuan itu ... bukan pacar saya."Keterangan tiba-tiba yang disampaikan Kavindra itu membuat kening Saras mengerut tak paham."Ya terus kenapa aku harus? Peduli amat," batin Saras."Ekhmm, saya kasih tau biar kamu gak salah paham dan menjadikan alasan itu untuk men
["Aya kangen kamu. Kapan pulang ke rumah?"]Saras mendecih saat nama anak kecil itu disebut oleh Faiz sebagai alasan agar ia mau pulang ke rumah.Ia tak berniat merespon kalimat itu dengan jawaban akan pulang segera. Tapi Saras langsung beralasan sedang sibuk dan mematikan sambungan telepon tanpa menunggu persetujuan dari Faiz.Laki-laki bernama Faiz itu ... yang bersama Saras selama lima tahun namun berakhir menikahi kakak perempuannya.Dan Aya adalah buah hati mereka berdua.Kenyataan menyakitkan itu yang membuat Saras malas pulang ke rumah, bahkan saat Idul Fitri pun ia akan mencari seribu alasan agar tidak pulang ke rumah dan bertemu Faiz, duda anak satu karena kakak perempuan Saras sudah meninggal dunia setelah melahirkan Aya.Apa yang lebih menyakitkan dari itu?Saras diminta untuk melakukan pernikahan turun ranjang dengan Faiz dan jelas-jelas ditolak oleh perempuan yang sakit hatinya belum juga sembuh sampai sekarang.Berusaha membuang kenangan menyesakkan itu, Saras mengambil
Awalnya Saras begitu antusias saat mengetahui dirinya akan pergi ke Jepang untuk pertama kalinya dalam hidup.Namun realita yang terjadi ketika ia masuk ke dalam pesawat, ketakutannya mulai muncul dan Saras bingung harus bagaimana mengendalikan ketakutannya saat pesawat mulai take off."Saras, tolong cek jadwal di hari kedua."Kavindra menoleh dan menemukan sekretarisnya sedang memejamkan mata dan berpegangan erat pada kursi yang didudukinya.Awalnya laki-laki itu tidak mengerti dengan apa yang sedang dilakukan Saras dengan memejamkan matanya seperti itu.Tapi kemudian Kavindra tersenyum usil begitu sadar bahwa perempuan di sampingnya ini sedang ketakutan naik pesawat."Kamu takut, hmm?" Saras membuka matanya saat merasakan tangan Kavindra menarik tubuhnya mendekat hingga kepala Saras bersandar di bahu laki-laki itu."I-iya, Pak."Di kepala Kavindra, langsung terlintas ide modus untuk Saras yang sedang coba ia luluhkan hatinya tersebut.Tangan kanannya sudah merengkuh tubuh perempuan