Share

Prahara Dikejar CEO
Prahara Dikejar CEO
Author: Quensha Asmahas

Teman Kencan Meresahkan!!

"Tempat ketemuannya di lantai dua.  Nanti bilang aja kalau udah janjian sama yang namanya Kavindra."

"Thanks udah bantuin gue. Sesuai kesepakatan, nanti gue bayarin sewa apartemen lo selama tiga bulan."

Percakapan terakhir dengan Alita masih Saras ingat ketika ia mulai menjajakan kakinya di lantai dua sebuah restoran mewah di pusat kota Jakarta.

Entah mengapa, malam ini Saras mau-mau saja disuruh menggantikan Alita untuk bertemu teman kencan butanya yang sudah disiapkan tante Yuni.

Mungkin murni karena ingin membantu sang Sahabat untuk menghindari kencan buta ini. Atau karena iming-iming dibayari sewa apartemennya selama tiga bulan oleh Alita.

Maklum, keadaan ekonomi Saras memang tidak sebagus Alita yang dibesarkan dari keluarga kaya raya.

Saras niatkan makan malam ini hanya untuk bersenang-senang saja, karena toh belum tentu yang namanya Kavindra itu ganteng.

Jadi wajar saja jika Alita tidak mau dijodohkan dengan laki-laki yang belum pernah ditemuinya itu.

"Dengan Alita?"

Saras yang baru saja duduk lima menit seorang diri, kini baru saja didatangi laki-laki dengan setelan jas rapi yang memanggilnya dengan nama sang sahabat.

Mungkin laki-laki ini yang namanya Kavindra.

"Hmm Kavindra kan?"

Saras balik bertanya sekaligus menghindar dari keharusan menjawab pertanyaan laki-laki tadi, kalau dirinya bukanlah sosok Alita.

"Iya. Saya kira kamu menolak untuk datang."

Kedua bola mata Saras tidak terlepas memperhatikan gerak-gerik Kavindra yang kini sudah duduk di depannya, terhalang meja bundar di antara keduanya.

"Berubah pikiran bukan sesuatu yang salah, bukan?" tanya Saras mencoba menjadi sosok yang enak diajak bicara demi nama baik sang sahabat di depan teman kencan butanya .... yang ternyata yeaah cukup tampan dan menarik juga kalau dilihat-lihat.

"Tentu. Justru karena kamu berubah pikiran untuk mau bertemu saya, saya jadi bisa melihat betapa cantiknya perempuan di depan saya ini," sahut Kavindra dengan senyum menawan.

Sedangkan Saras, mendadak isi perutnya gejolak ingin muntah mendengar kalimat gombal dari laki-laki dewasa di depannya yang bukan lagi seorang ABG.

Tapi Saras menahannya dengan pura-pura menampilkan sebuah senyum, lalu menanggapi ucapan Kavindra dengan santai.

"Benarkah? Saya merasa senang dipuji cantik seperti itu oleh kamu yang juga .... tampan."

Obrolan keduanya terjeda saat makanan yang dipesan telah datang.  Lalu keduanya mulai menikmati makan malam disertai percakapan singkat untuk menjadi lebih dekat.

"Di pertemuan pertama ini, saya sudah tertarik sama kamu. Bagaimana kalau kita melanjutkannya ke jenjang yang lebih serius? Menikah mungkin?"

Saras bergidik ngeri saat tangannya digenggam erat oleh Kavindra untuk kemudian dikecupnya punggung tangan Saras, yang membuat perempuan jomblo itu bukannya baper justru ingin cepat-cepat pulang.

"Pantes Alita gak mau dijodohin sama ini cowok. Orang modelnya kayak playboy gini," batin Saras yang menilai Kavindra ini orangnya seperti apa. Dan Saras berusaha tetap menampilkan senyum seramah mungkin di depan Kavindra.

"Duh ... gimana ya? Tapi menurut saya ini terlalu cepat karena kita baru bertemu satu kali. Jadi ... bisa beri saya waktu dulu untuk memikirkannya?"

Setelah mengucapkan kalimat penolakan secara halus tersebut, Saras juga melepaskan genggaman Kavindra dari tangannya.

"Boleh. Tapi saya sungguh tidak akan melepaskan seseorang yang sudah membuat saya jatuh cinta."

Takut sekali Saras ketika Kavindra menatapnya seperti hewan buas yang sudah menemukan mangsanya dan kapanpun bisa diterkamnya tanpa mau dilepaskan kembali.

Dalam hati, Saras terus mengeluh dan menyesal telah menggantikan Alita pada kencan buta bersama Kavindra.

Sepertinya laki-laki itu tidak main-main dengan ucapannya barusan dan Saras takut ketika kebenaran yang sesungguhnya terkuak, mungkin Kavindra akan marah dan kecewa karena Saras bukanlah Alita.

Ketika makan malam dan kencan buta bersama Kavindra itu selesai, pulangnya Saras menolak diantar oleh laki-laki itu dan memilih tetap pulang diantar oleh supir pribadi yang disuruh oleh Alita.

Alasan lainnya karena Saras akan pulang ke apartemennya sendiri dan itu jelas jangan sampai Kavindra mengantarnya pulang jika tidak mau kebohongan ini terbongkar.

[Gimana doi? Ganteng kan?]

Itu adalah pesan pembuka yang Alita  kirimkan pada Saras setelah ia selesai dengan kencan butanya bersama  Kavindra.

Perempuan asal Bandung itu menempelkan bahunya di sandaran jok mobil, lalu membalas pesan dari Alita secepat mungkin karena ia ingin menceritakan semuanya malam ini pada sang sahabat.

[Ganteng sih, tapi kelakuannya bukan tipe gue banget. Aura playboy dari cowok bernama Kavindra ini sangat amat bisa gue rasakan!]

Saras kemudian menghela napas panjang setelah ponselnya kembali mati, dan ia membuang tatapan keluar kaca mobil.

Saat itulah bayang-bayang akan masa lalu begitu saja berputar di kepala Saras.

Tentang laki-laki yang menggombalinya terakhir kali sebelum kini telah resmi menjadi kakak iparnya.

Akhir hubungan yang membuat luka dalam di hati perempuan dua puluh empat tahun tersebut masih ada sampai saat ini.

Oleh karena itu, Saras yang gagal move on lebih memilih untuk terus menjomblo sampai tak terasa sudah dua tahun ia tidak pernah menjalin hubungan dengan laki-laki manapun.

Itu yang membuat Saras sedikit kaget dan langsung ilfeel saat kembali mendapat gombalan dari seorang laki-laki.

Saras hanya merasa .... sebuah gombalan sudah bukan masanya lagi bagi dia yang umurnya sudah matang untuk menikah.

Perempuan single itu tidak butuh kata-kata manis karena yang dibutuhkan cukup bukti dan tindakan yang serius.

Tapi kalau  diseriusi orang seperti Kavindra yang kelihatannya playboy itu, Saras harus pikir-pikir dulu untuk mengiyakan.

Sebab ia tidak mau menikah dengan laki-laki yang punya masa lalu sering bergonta-ganti pasangan.

Apa kabar dirinya yang selalu setia pada satu orang ini?

Lamunan singkatnya buyar saat mobil yang dinaiki Saras sudah sampai di tempat tujuan.

Bertepatan dengan chat jawaban dari Alita yang masuk ke ponselnya.

[Duh .... kurang puas kalau lo belum cerita langsung depan gue! Tunggu ketemu besok, oke?]

Saras mengetikkan balasan untuk Alita sembari berjalan masuk ke dalam lift yang akan membawanya menuju lantai lima belas, di mana kamar apartemennya berada.

Setelah berhasil mengirimkan balasan untuk Alita, Saras tidak langsung menyimpan ponselnya ke dalam tas karena sebuah pangilan dari nomor asing baru saja masuk ke dalam ponselnya.

Dengan ragu, Saras mengangkat panggilan tersebut karena siapa tahu memang penting.

"Halo?"

["Kamu tidak bisa membohongi saya, Saras Fadela. Berperan sebagai pengganti Alita? Huh!! mudah sekali ditebak."]

Detik itu juga, lutut Saras langsung lemas seketika. Ternyata seseorang yang meneleponnya kini tak lain adalah Kavindra!!

Dan laki-laki itu sudah mengetahuinya sejak awal. Tapi mengapa tetap dilanjutkan kencan buta tadi?

Saking terkejutnya Sarah, sekarang ia masih terus diam tanpa menjawab sepatah kata pun sampai pintu lift terbuka dan ia segera keluar dari sana dengan langkah lunglai.

["Setelah ini, jangan harap kamu bisa terlepas dari saya, Saras Fadela!"]

Dan tubuh Saras langsung mematung saat mendapati seseorang yang kini berdiri di depan unit apartemennya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status