Awalnya Saras begitu antusias saat mengetahui dirinya akan pergi ke Jepang untuk pertama kalinya dalam hidup.
Namun realita yang terjadi ketika ia masuk ke dalam pesawat, ketakutannya mulai muncul dan Saras bingung harus bagaimana mengendalikan ketakutannya saat pesawat mulai take off.
"Saras, tolong cek jadwal di hari kedua."
Kavindra menoleh dan menemukan sekretarisnya sedang memejamkan mata dan berpegangan erat pada kursi yang didudukinya.
Awalnya laki-laki itu tidak mengerti dengan apa yang sedang dilakukan Saras dengan memejamkan matanya seperti itu.
Tapi kemudian Kavindra tersenyum usil begitu sadar bahwa perempuan di sampingnya ini sedang ketakutan naik pesawat.
"Kamu takut, hmm?"
Saras membuka matanya saat merasakan tangan Kavindra menarik tubuhnya mendekat hingga kepala Saras bersandar di bahu laki-laki itu.
"I-iya, Pak."
Di kepala Kavindra, langsung terlintas ide modus untuk Saras yang sedang coba ia luluhkan hatinya tersebut.
Tangan kanannya sudah merengkuh tubuh perempuan itu hingga keduanya semakin menempel dan Kavindra membisikkan sesuatu di telinga Saras.
"Aku punya cara untuk menghilangkan ketakutan kamu saat di pesawat."
Karena posisinya yang sedang tak berdaya, Saras hanya bisa pasrah tubuhnya dipeluk modus oleh Kavindra.
Kepalanya menengadah karena pertanyaan Kavindra barusan membuat Saras tertarik untuk balik bertanya.
"Cara apa, Pak?"
Kavindra tersenyum miring. "Dengan cara ini....."
Lalu Kavindra membenturkan bibirnya pada Saras. Jelas saja Saras langsung memundurkan wajahnya dan menatap horor ke arah bosnya itu.
"Pak! Nanti---"
"Ssttt ... nikmati saja biar ketakutanmu hilang."
Kembali wajah Saras ditarik mendekat dan bibir keduanya bertemu kembali.
Perempuan yang sudah lama menjomblo itu, menjerit sekuatnya di dalam hati dengan kedua tangan yang meremas kuat jas hitam di tubuh Kavindra.
Masalahnya ... ini adalah first kiss yang Saras jaga selama ini dan Kavindra mengambilnya dengan mudah.
Saras ingin protes, namun tak bisa disangkal olehnya jika ketakutan sebelumnya mendadak hilang dan digantikan dengan perasaan seperti ada banyak kupu-kupu yang berterbangan di perutnya kini.
Entah Saras harus marah atau bersyukur dengan terenggutnya first kiss miliknya karena ulah si Bos.
***
Hari pertama di Jepang, Saras langsung menemani Kavindra untuk bertemu rekan bisnisnya di sebuah restoran mewah kota Osaka.
Perempuan yang tidak pernah bermimpi sebelumnya untuk menjadi sekretaris, kini merasa sangat bodoh sekali karena tidak pintar berbahasa Jepang dan hanya diam saja mendengarkan obrolan lancar Kavindra dengan rekan bisnisnya tersebut.
Terakhir, Saras mengikuti gerakan Kavindra membungkukkan badan pada rekan bisnisnya sebelum mereka akhirnya berpisah dan Saras baru bisa menghela nafas lega.
"Kecantikan kamu menurun 2% karena tidak bisa berbahasa asing," komentar Kavindra saat keduanya berjalan keluar dari restoran tersebut.
"Bukan salah saya, karena sebelumnya saya tidak pernah bermimpi untuk menjadi sekertaris CEO. Bapak kan yang maksa milih saya."
Saraa melihat Kavindra memunculkan smirk di wajahnya untuk kemudian secara tiba-tiba menarik tubuh Saras hingga menempel dengan tubuh laki-laki itu.
"Memang ... kamu gak pantes jadi sekretarisku. Karena lebih pantas ... jadi istriku saja."
Saras bergidik ngeri dan langsung melepaskan diri saat sulit yang akan mengantarkan keduanya kini berdiri di depan mobil yang pintunya sudah dibukakan.
"Hari pertama dan kedua, kita masih kerja di sini. Tapi dua hari setelah itu, aku akan ajak kamu untuk jalan-jalan keliling Jepang. Itung-itung pra-honeymoon sebelum kita menikah sungguhan, nanti."
Karena sudah muak mendengar Kavindra terus membahas pernikahan, Saras memberanikan diri untuk mencubit lengan bosnya itu ketika mereka sudah duduk di jok mobil. Lalu berbisik di telinganya.
"Saya tidak berminat untuk menikah dengan anda, bapak Kavindra yang terhormat! Jadi berhenti membahas pernikahan yang tidak akan terjadi di antara kita!"
Saras berniat untuk menarik kembali tubuhnya dari dekat Kavindra, tapi laki-laki itu dengan cepat menahannya dan lagi-lagi mencuri kecup pada bibir Saras dengan tanpa izin.
"Aku suka perempuan seperti kamu, Saras. Sangat menantang untuk aku taklukkan."
Saras langsung menghapus jejak sentuhan Kavindra di bibirnya dengan punggung tangan, lalu melotot tajam pada Kavindra.
"You wish!!"
Malamnya, Saras sudah membersihkan diri dengan mengganti pakaian kerjanya dengan piyama tidur.
Ia baru memiliki waktu luangnya untuk memeriksa ponsel dan menemukan banyak pesan masuk dari berbagai nomor kontak di ponselnya.
Salah satunya pesan dari Alita yang berjumlah lima.
Langsung saja Saras membuka dan membaca pesan tersebut.
[Aku ketinggalan info apa tentang kamu dan Kavindra?]
Mulai dari pesan ini, perasaan Saras jadi tak enak, seperti telah mengkhianati sahabatnya sendiri.
Sara kembali membaca empat pesan selanjutnya dari Alita.
[Kamu diangkat jadi sekertaris Kavindra? Kok gak cerita?!]
[Ras, ketemuan yuk. Sibuk banget sih kamu.]
[Gue ingetin, jangan sampai lo jatuh cinta sama Kavindra!]
[What?! Lo lagi di Jepang sama Kavindra?!]
"Duh, gimana jawabannya nih?"
Saras meletakkan ponselnya di atas tempat tidur dan memijat keningnya yang pusing.
Belum sampai ia menemukan solusi untuk membalas pesan dari Alita, telinga perempuan itu mendengar pintu kamar hotelnya sedang berusaha dibuka oleh seseorang.
Saraa yang takut bahwa itu pencuri atau orang jahat, langsung saja berlari ke arah pintu kamar hotel.
"Stop!!"
Saras berteriak panik sembari menahan pintu yang hampir berhasil dibuka oleh seseorang di luar sana.
"Apakah kamu orang jahat? Tolong jangan masuk ke dalam," ucap Saras dengan bahasa Inggris dan berharap seseorang itu memahami apa yang diucapkannya.
Tapi bukannya menjawab, seseorang di luar sana lebih kuat mendorong pintu dan Saras yang tak mau kalah untuk tetap menahannya.
Hingga terjadilah aksi saling dorong mendorong antara Saras dan orang di luar sana.
Ia ingin sekali menghubungi Kavindra untuk meminta tolong, tapi ponselnya jauh tergeletak di atas kasur.
"JANGAN!"
Saras ingin terus menahan pintu tersebut namun tenaganya tak sebanding dengan orang di luar sana yang dengan sekuat tenaga mendorong pintu hingga akhirnya terbuka dan tubuh Saras langsung terjatuh ke lantai.
"Aduh!"
"Siapa yang kamu sangka maling, huh?"
Saras meringis sakit karena bokongnya mencium lantai dengan cara terjatuh. Ia pun dibantu sosok laki-laki di depannya yang ternyata Kavindra untuk bangkit dari posisi mengenaskannya.
Lalu terdengar Kavindra berbicara lagi tentang tuduhan Saras bahwa yang berusaha masuk itu pencuri.
"Lagi pula mana ada maling di hotel mewah seperti ini, Saras. Tersinggung aku disangka maling sama kamu."
Kedua mata Saras melirik kesal pada Kavindra yang baru saja menyalahkan dirinya. Padahal jelas-jelas di sini yang salah adalah laki-laki itu.
"Wajar aku nyangka kamu tuh maling, karena tau password kamar hotelku dan mencoba masuk diam-diam. Tindakan kamu udah jelas-jelas mirip maling, tau gak?"
Saras melepaskan pegangannya pada lengan Kavindra dan bergerak mundur, memberi jarak di antara keduanya.
"Bukan maling, aku hanya mencoba untuk masuk ke dalam kamar hotel yang aku pesan dengan uang sendiri. Jadi kamu jangan larang aku untuk masuk ke kamar ini."
Kedua mata Saras semakin mendelik kesal pada Kavindra karena laki-laki itu berlaku seenaknya tanpa memberi ruang privasi untuknya.
"Terserah!"
"Aku akan ngajarin kamu bahasa Jepang malam ini."Saras mengikuti langkah Kavindra yang kini mendekat ke arah sisi tempat tidur.Seperti dugaannya, laki-laki tampan namun meresahkan itu duduk santai di sisi tempat tidur dan tanpa aba-aba langsung menarik tangan Saras untuk ikut duduk di dekatnya."Kamu tahu? Bahasa Jepangnya aku cinta sama kamu, apa?"Saras memutar bola matanya malas, sadar kalau buaya ganteng di depannya kini sedang modus. Padahal kalau niat belajar mah yang ditanyakan ya kalimat dasar seperti 'selamat pagi' dalam bahasa Jepang itu apa, bukan justru kalimat ungkapan cinta yang terkesan seolah Kavindra ingin menjebak Saras agar mau mengatakan kalimat cinta pada laki-laki itu.Dih! Saras nggak mudah dikibulin ya."Gak tahu. Aku cuma tahu bahasa Jepang satu kata, kawaii ... artinya lucu kan?"Saras melihat Kavindra tersenyum dan mengganggukan kepala. Lalu tanpa diduga menjawil pipi Saras dengan gemas."Iya, lucu kayak kamu."Perempuan single terhormat itu langsung menye
Tiga hari setelah pulang dari Jepang.Saras baru saja membuka mata di pagi hari dan telinganya langsung mendengar suara bel apartemen terus berbunyi tanpa henti."Siapa sih?!" tanya Saras dengan menahan kesal.Namun perempuan itu tetap melangkah keluar dari kamar dan menuju pintu utama.Setelah dibuka, ia langsung menemukan wajah tertekuk Alita di depannya kini."Kita harus bicara!" tegas Alita.Dan Saras hanya mengangguk pelan, lalu mempersilahkan temannya itu untuk masuk ke dalam apartemen."Ceritain apa yang aku gak tahu tentang kamu dan Kavindra!"Dengan wajah baru bangun tidur, Saras menatap Alita yang meminta dengan tak sabaran. Padahal dia tidak perlu mengkhawatirkan apapun karena Saras tidak memiliki perasaan pada Kavindra."Inti dari cerita yang mau lo tau ... gue gak ada hubungan apapun sama Kavindra. Sebelumnya, tentu lo tahu kalau di anak dari atasan gue di kantor.""Tapi gue gak nyangka kalau lo akan jadi sekertarisnya juga!"Dari dulu, Saras selalu mencoba nyaman untuk b
"Ini..."Saras menyodorkan gaun kurang bahan yang ia temukan saat beres-beres ruang tamu.Ekspresi Kavindra saat ini biasa saja. Laki-laki itu bahkan tidak menghiraukan gaun yang Saras beri dan terus berjalan menuju dapur."Barangkali cewek semalem nanyain gaun ini. Bisa kamu simpan dan kembalikan pada orangnya."Tapi Saras tetap menyodorkan gaun itu dan mengikuti langkah Kavindra yang kini berada di dapur apartemen.Menatap laki-laki yang kini sedang menenggak minuman kaleng, isi kepala Saras tidak bisa ditahan untuk memikirkan kejadian tadi malam antara Kavindra dengan wanita lain di ruang tamu.Buru-buru Saras menggelengkan kepalanya dan lebih mendekatkan gaun itu pada Kavindra."Buang aja. Aku gak berminat menyentuhnya apalagi mengembalikannya pada yang punya," ucap Kavindra seraya bangkit dari posisi duduknya."Gak berminat menyentuhnya gimana? Orang semalam kamu yang membuat gaun ini lolos dari tubuh orangnya kan?"Duh!Saras menyesal telah ceplas-ceplos berbicara pada Kavindra
"Tempat ketemuannya di lantai dua. Nanti bilang aja kalau udah janjian sama yang namanya Kavindra.""Thanks udah bantuin gue. Sesuai kesepakatan, nanti gue bayarin sewa apartemen lo selama tiga bulan."Percakapan terakhir dengan Alita masih Saras ingat ketika ia mulai menjajakan kakinya di lantai dua sebuah restoran mewah di pusat kota Jakarta.Entah mengapa, malam ini Saras mau-mau saja disuruh menggantikan Alita untuk bertemu teman kencan butanya yang sudah disiapkan tante Yuni.Mungkin murni karena ingin membantu sang Sahabat untuk menghindari kencan buta ini. Atau karena iming-iming dibayari sewa apartemennya selama tiga bulan oleh Alita.Maklum, keadaan ekonomi Saras memang tidak sebagus Alita yang dibesarkan dari keluarga kaya raya.Saras niatkan makan malam ini hanya untuk bersenang-senang saja, karena toh belum tentu yang namanya Kavindra itu ganteng.Jadi wajar saja jika Alita tidak mau dijodohkan dengan laki-laki yang belum pernah ditemuinya itu."Dengan Alita?"Saras yang
Tak ada kesempatan bagi Saras untuk kabur atau sekedar berbalik arah lalu pergi dari hadapan Kavindra yang tengah menatapnya lima meter di depan sana."Siapa sebenarnya laki-laki ini? Kenapa bisa secepat ini dia tau semua hal tentangku? Bahkan alamat apartemen ini .... Kavindra bisa dengan cepat berada di sini. Berbahaya sekali!!"Kurang lebih begitu isi pikiran Saras ketika lututnya yang masih lemas karena begitu syok, kini harus dipaksa melangkah menuju Kavindra yang masih setia berdiri di depan pintu apartemennya.Ada perasaan gugup juga takut yang sedang Saras coba tutup-tutupi saat ia terus berjalan mendekat dan berniat langsung menjelaskan semuanya pada laki-laki itu bahwa .... posisinya di sini ia hanya disuruh dan bukan karena keinginannya sendiri."Ka-kamu .... kenapa sampai tau apartemen saya?"Saras mencoba menekan ketakutannya dengan berpura-pura berani memunculkan wajah tak suka dan marah karena Kavindra mencari tau secara diam-diam di mana tempat tinggalnya. Padahal itu
"Mm-maaf."Saras yang sudah sadar dari rasa syok-nya kini berniat menarik pintu kembali agar tertutup.Namun suara Kavindra menghentikannya."Jangan pergi. Urusan saya sudah selesai."Dilihatnya laki-laki itu menjauh dari seorang perempuan berbaju minum yang kini duduk di sisi kiri dengan wajah bete. Mungkin karena permainannya dengan si Bos harus berhenti karena kedatangan Saras."Kamu bisa pergi sekarang," ucap Kavindra pada perempuan tadi yang kiranya masih tidak ikhlas untuk pergi secepat ini padahal belum sampai tahap lebih panas adegan di antara mereka.Tapi pada akhirnya perempuan yang entah siapa itu keluar dari ruangan dan menyisakan Saras yang kini berdiri kaku di hadapan Kavindra dengan menundukkan pandangan."Perempuan itu ... bukan pacar saya."Keterangan tiba-tiba yang disampaikan Kavindra itu membuat kening Saras mengerut tak paham."Ya terus kenapa aku harus? Peduli amat," batin Saras."Ekhmm, saya kasih tau biar kamu gak salah paham dan menjadikan alasan itu untuk men
["Aya kangen kamu. Kapan pulang ke rumah?"]Saras mendecih saat nama anak kecil itu disebut oleh Faiz sebagai alasan agar ia mau pulang ke rumah.Ia tak berniat merespon kalimat itu dengan jawaban akan pulang segera. Tapi Saras langsung beralasan sedang sibuk dan mematikan sambungan telepon tanpa menunggu persetujuan dari Faiz.Laki-laki bernama Faiz itu ... yang bersama Saras selama lima tahun namun berakhir menikahi kakak perempuannya.Dan Aya adalah buah hati mereka berdua.Kenyataan menyakitkan itu yang membuat Saras malas pulang ke rumah, bahkan saat Idul Fitri pun ia akan mencari seribu alasan agar tidak pulang ke rumah dan bertemu Faiz, duda anak satu karena kakak perempuan Saras sudah meninggal dunia setelah melahirkan Aya.Apa yang lebih menyakitkan dari itu?Saras diminta untuk melakukan pernikahan turun ranjang dengan Faiz dan jelas-jelas ditolak oleh perempuan yang sakit hatinya belum juga sembuh sampai sekarang.Berusaha membuang kenangan menyesakkan itu, Saras mengambil