Share

Chapter 148

"Arsan, apa maksudmu?" ulang Marren menyentuh wajah Arsan yang basah oleh bulir-bulir air mata yang membasahi.

"Arsan, Sayang... Sayamohon padamu, tolong katakan yang sejujurnya," desak Marren dengan tatapan memohon seraya membelai wajah Arsan dengan lembut dan membuat Arsan meraih tangan Marren dan menciuminya.

Arsan menerawang jauh seolah mengenang sesuatu dengan wajah terluka, "Saat itu Saya bertengkar hebat dengan Papa, karena tiba-tiba saya tak boleh melanjutkan kuliah ke Inggris seperti yang di sepakati sebelumnya, jika hanya untuk bersenang-senang dan tak serius seperti Arland.

Saya kesal, semua selalu dibanding-bandingkan dengan Arland. Apa, apa selalu Arland."

Arsan menahan isaknya. Marren membelai wajah lelah Arsan yang tertutup mendung kesedihan.

"Saat itu juga Saya mengatakan bahwa saya akan membuktikan bahwa Saya mampu dan akan melebihi Arland yang Papa selalu banggakan.

Saya tak butuh Papa dan semuanya lagi. Percuma hidup serasa tak diinginkan, lebih baik hidup tanp
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status