Beranda / Urban / Pinangan Jutawan Berkedok Seniman / Lois Memanas-Manasi Hatiku

Share

Lois Memanas-Manasi Hatiku

Penulis: Juniarth
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-16 23:40:19
Lois memelukku?

Untuk apa?

Untuk meruntuhkan pertahanan hati ini sekaligus membuatku luluh akan sikapnya?

Dia pernah berkata saat mabuk ketika kami menginap di villa yang berada di Bandung. Lois pernah berucap jika aku marah dan akan pergi, ia cukup sedikit membuka hatinya dan bersikap manis padaku.

"Aku minta maaf, Ly."

Lois mengeratkan pelukannya. Namun aku berusaha menahan air mata ini agar tidak makin terisak. Sedang kedua tanganku mengepal di sisi kanan kiri tubuh.

Sengaja, aku tidak membalas pelukan Lois meski aku menginginkannya. Untuk apa membalas pelukannya? Itu sama saja dengan menyakiti diri sendiri.

"Kamu pernah bilang, cukup bersikap manis sedikit aja, maka aku pasti luluh. Asal kamu tahu, Lois, waktu itu aku masih bodoh dan buta akan cinta. Tapi sekarang, aku nggak sebodoh itu!"

"Luka yang kamu kasih ... bikin aku bisa merelakan kamu. Nggak masalah kalau sekarang aku terluka, asal setelah ini baik kamu dan aku bisa bahagia dengan jalan masing-masing."

Dengan tangis yang
Juniarth

enjoy reading ... maaf telat up karena ada tugas mendadak...

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (10)
goodnovel comment avatar
Husnul khotimah
lama_ lama muter2 kaya sinetron Indosiar.....kasihan juga lilyah gak pernah merasakan kebahagiaan dlm menghadapi ujian hidup......semangat lilyah kamu memang pantas diperjuangkan meskipun tanpa lois alias mas den Lubis ...
goodnovel comment avatar
Tari Emawan
alurnya cepetin dong, thor. biar ended happily
goodnovel comment avatar
amabilis
terlalu muter2 ceritanya...kayak sinetron
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Aku Sudah Menyerah Dengan Pernikahan Kita

    Akhirnya aku berakhir di pojokan kolam renang hotel ini. Sedang rekan-rekan lainnya menikmati film yang sedang diputar, mengobrol sendiri, menikmati makan malam yang masih tersedia, dan sebagainya. Sedang Lois ... ah, masa bodoh dengan keberadaannya. Entah dia mau menghabiskan waktunya dengan siapapun, aku tidak peduli lagi. Dan semoga saja aku bisa segera mengusir keberadaannya yang masih merajai hatiku. Kemudian, ponselku bergetar dengan bunyi nyaring. Ishak is calling ...Aku tersenyum tipis melihat namanya terpampang di layar ponselku. "Halo, Shak." "Halo, Ly. Maaf baru bisa telfon kamu. Aku sibuk banget hari ini." "Nggak apa-apa, Shak. Kebetulan di pantai sinyalnya nggak bagus." "Gimana liburannya? Senang?" Apa katanya? Senang? Yang ada justru makan hati dan menjengkelkan. "Aku ketemu Lois, Shak," akuku padanya. Bagiku Ishak sudah seperti kakak. "Lois kesana?" Kepalaku mengangguk dengan ponsel masih menempel di telinga. "Dia ... sengaja nemuin kamu atau gimana, Ly?"

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-17
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Layaknya Suami Perhatian

    Lois segera menarik tangan kananku keluar dari kamar Pak Presdir lalu menekan tombol turun pada lift. Sedang tangan kiriku sibuk mengusap air mata yang berderai. Ting!Begitu pintu lift terbuka, Lois segera menarikku masuk dan segera menekan tombol tutup dan menekan angka tiga. Tidak ada orang yang berada di lift selain kami berdua. Beruntunglah karena akan panjang ceritanya jika ada yang tahu aku bergandengan tangan dengan putra Pak Presdir satu ini. "Ly, maafin ucapan Romoku."Kepalaku menunduk untuk menyembunyikan air mata sambil mengangguk. "Apa yang Pak Presdir ucapin itu emang benar, Lois. Kamu itu pewaris, wajar kalau disayang dan dicarikan pendamping yang sepadan. Bukan sama aku yang bisanya bikin nama baik keluarga besar Hartadi tercoreng. Jangankan keluarga besarmu, keluargaku sendiri aja malu karena foto dan video itu.""Lagi pula, kamu nggak cinta aku, ngapain mempersulit diri sendiri, Lois? Ngapain kamu sampai sebertanggung jawab ini? Nggak perlu, Lois."Belum sempat L

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-18
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Hak Yang Diminta

    "Semakin sering kamu minta cerai, maka semakin lama pula kamu jadi istriku. Jadi, nurut aja!"Tidak ada yang bisa kukatakan selain diam saja sembari menikmati pelukan hangat Lois. Sungguh kepalaku sangat pening dan ragaku lemas sekali. Tangan Lois bergerak pelan mengusap rambutku dan kembali memberi ciuman di sana. Sialan sekali suami di atas kertasku ini. Apa dia ingin membuatku mati merana karena mencintainya tapi tidak bisa memilikinya?Tidak berapa lama, Pak Wawan datang ke kamar Lois. Membawa menu makan malam yang sehat untukku. Kemudian ia undur diri setelah menata semua makanan itu di atas meja. "Ly, makan dulu. Biar aku suapin."Disuapi Lois? Yang benar saja dia. Sikap manisnya itu mengapa datang di saat aku ingin nelepaskan diri darinya. Kepalaku menggeleng pelan. "Aku bisa sendiri, Lois. Aku mau kita ada batasan biar aku nggak terbawa perasaan."Lagi-lagi, Lois tidak mengindahkan ucapanku. Dia justru membantuku duduk di atas ranjang king sizenya. Lalu memposisikan diri d

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-20
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Meluangkan Waktu Untuk Pak Presdir

    "Maaf, Lois. Badanku masih lemas." Kemudian aku memalingkan wajah untuk menghindari belaian tangannya di wajahku. Lalu berusaha berdiri dari pangkuannya dan melangkah ke sisi kiri ranjang. Tempatku tadi berbaring. Hingga aku merebahkan tubuh, Lois tidak mengucapkan satu patah kata pun. Dia hanya menatap gerak-gerikku dengan bertelanjang dada dan handuk yang meliliti pinggangnya saja. Biarlah aku menolak permintaannya sebagai seorang suami karena aku benar-benar tidak siap. Andai dia benar-benar meminta haknya lalu kembali pergi meninggalkanku seorang diri seperti kemarin, sumpah demi apapun aku tidak siap menjalaninya. Ketika aku setengah terlelap dalam posisi miring, tiba-tiba sebuah pelukan melingkari perutku. Lampu kamar juga sudah dimatikan dan berganti lampu tidur yang redup. Begitu aku terkejut dan akan menyingkirkan tangannya, Lois justru menciumi leherku lalu tangannya bergerak menahan pundakku. "Lois! Hentikan!" peringatku sambil menyingkirkan tangannya. Bukannya

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-21
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Sehina Itu Hingga Tidak Layak Untuk Lois

    "Gi, Nin, gue pamit dulu ya?" Lebih baik berpamitan pada kedua temanku ini jika tidak bisa kembali satu bis dengan mereka. Dari pada nanti mereka kembali memarahiku karena menghilang tanpa pesan. "Kemana, Ly?" tanyanya dengan nada heran. Kami sedang di toko oleh-oleh Malioboro bersama rombongan kantor. Aku membasahi bibir dengan mata mengerjap cepat berulang kali. "Ehm ... itu ... suami gue ... ternyata dia belum balik. Barusan ngirim pesan kalau dia pengen ngobrol bentar katanya," kilahku."Lama nggak? Soalnya satu jam lagi kata panitia kita harus balik ke hotel, Ly.""Ehm ... sebelum nanti malam, gue pastiin udah balik ke hotel biar bisa satu bis sama kalian." "Lo diantar suami ke hotel?" Kepalaku mengangguk sekenanya agar Gia dan Nina tidak curiga dengan kebohonganku. Bisa menjadi gossip menggelegar jika mereka tahu bila aku akan bertemu dengan Pak Presdir.Lalu kepala Gia dan Nina melongok ke keluar toko untuk mencari sosok suamiku yang sebenarnya tidak ada. Itu hanya keboho

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-23
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Aku Bisa Melakukan Hal Yang Lebih Dari Ini

    "Permisi, Pak Presdir. Saya undur diri." Usai mengucap salam dan membungkuk hormat pada beliau, aku melangkah keluar lounge dengan sesak di dada. Persetan dengan cek setengah milyar yang kukembalikan pada beliau. Di tengah langkah kaki, mana yang harus kupilih? Tetap bertahan dengan pernikahan ini seperti keinginan Lois atau mengakhirinya sesuai permintaan Pak Presdir? *** Tepat pukul dua siang, aku sudah berada di hotel menggunakan ojek online. Lalu segera menuju kamar Lois karena di sanalah tasku berada. Aku segera mengemasi semua pakaian ke dalam tas lalu meninggalkan kamar itu. Rencananya pukul tiga sore kami harus meninggalkan hotel dan langsung bertolak ke Ibu Kota. Sembari menunggu Gia dan Nina yang mungkin sedang mengemasi pakaiannya, aku menunggu kedatangan mereka di lobby hotel. Tidak berapa lama kemudian, satu demi satu rombongan keluar dari kamar menuju bis masing-masing. "Gimana, Ly? Suami lo ngomong apaan?" tanya Nina. Aku tersenyum tipis, "Antara cerai atau

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-23
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Apa Kamu Seyakin Itu Bisa Hidup Tanpa Aku?

    Sejak tadi aku pura-pura terlelap padahal telingaku bisa mendengar apa yang Lois bicarakan dengan asistennya. Kadang suara mereka terdengar jelas kadang terdengar samar hingga aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas. "Baik, Den Mas. Saya akan pastikan ketika Mbak Lilyah sudah keluar dari rumah sakit, semuanya sudah siap sesuai keinginan Den Mas. Jangan khawatir." "Mungkin dua hari lagi Lilyah bisa pulang. Jangan lupa ambil Bu Sri. Terserah Pak Wawan mau pakai alasan apa kalau kepala pelayan tanya." Kepala pelayan? Maksudnya apa? "Baik, Den Mas. Malam ini juga saya akan menyusun rencananya." "Bagus. Oke, sementara itu aja. Pak Wawan bisa kembali pulang. Terima kasih untuk semuanya. Aku bangga punya asisten kayak Pak Wawan." Pak Wawan membungkuk hormat di hadapan Lois. "Sama-sama, Den Mas. Saya juga senang bisa melayani Den Mas. Suatu kehormatan bisa mengabdi pada keluarga Hartadi yang berjasa banyak pada keluarga saya." Pernah kah kalian melihat seorang kasim yang setia pada p

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-24
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Ciuman Lima Detik

    "Jangan nekat kalau butuh apa-apa, kamu cukup tekan tombol hijau itu lalu bilang sama perawat."Lois berucap dengan wajah sedekat ini dengan wajahku. Belum lagi kedua tangannya masih bertumpu di kanan kiri tubuhku di ranjang pesakitan yang kududuki. Tubuhku seperti dipenjara Lois dengan cara yang elegan dan manis. Aku merasa diterbangkan ke langit namun tidak siap andai kembali dijatuhkan ke bumi. "Aku berangkat ke Bandung dulu. Kalau boring di kamar sendirian, kamu bisa telfon Gia dan Nina, biar mereka jengukin kamu kesini." Kedua alisku berkerut mendengar ucpannya, "Gimana caranya kamu bisa tahu kalau Gia dan Nina itu sahabatku?" "Rahasia umum." "Kamu mengintai gerak-gerikku?" "Pekerjaanku terlalu padat untuk ngawasin kamu. Jadi, jangan besar rasa." Aku menghela nafas panjang lalu kemudian membuang muka. Memangnya, aku ini sespesial apa sampai berharap Lois mengintai gerak gerikku? Benar katanya, aku terlalu besar rasa dengan menganggapnya mencintaiku. Bodohnya aku ini."Kal

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-25

Bab terbaru

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Bikin Anak Lagi Yuk?

    POV RADEN MAS / LOIS Luis dan Lewis sudah sering bertandang ke rumah Romo dan Ibu sejak aku dan Lilyah pindah ke Jakarta. Entah sudah berapa bulan kami di Jakarta. Bahkan Romo dan Ibu khusus membuat acara welcome party untuk keduanya dengan mengundang keluarga Hartadi saja. Acara itu lumayan meriah tapi tidak ada Lilyah. Dia tidak mau datang karena takut pada Romo dan Ibu, ditambah keduanya juga tidak mengundang Lilyah. Meski aku memaksanya untuk datang namun tetap saja Lilyah tidak mau. Saudara-saudara begitu gemas melihat Luis dan Lewis saat bermain dengan keponakan yang lain. Pasalnya kedua anak kembarku itu benar-benar menggemaskan dan rupawan. “Yang, ayo ke rumah Romo dan Ibu. Ini akhir pekan lho.” Ajakku. Lilyah baru saja memasukkan bekal Luis dan Lewis ke dalam tas. “Kapan-kapan aja, Mas. Kalau aku udah diundang Romo dan Ibumu. Untuk saat ini biar kayak gini dulu. Aku cuma nggak mau mereka ilfil sama aku.” “Lagian, aku sama si kembar udah biasa sembunyi dari media tenta

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Senyum Bahagia Palsu Istriku

    POV RADEN MAS / LOIS "Den Mas, akta kelahiran Mas Luis dan Mas Lewis sudah jadi," ucap Pak Wawan, asisten pribadiku. Aku yang sedang duduk di kursi kebesaran CEO Hartadi Group lantas menerima map hijau berisi akta kelahiran baru kedua jagoanku. Gegas aku membuka map itu dan membaca kata demi kata yang tertulis di sana dengan seksama. Tidak ada yang berubah selain nama kedua putraku itu. Raden Mas Satria Luis Hartadi. Raden Mas Satria Lewis Hartadi. Dan nama Lilyah masih tertulis jelas sebagai ibu kandung keduanya. "Makasih, Pak Wawan. Nanti akan aku tunjukin ke Lilyah." Sudah satu minggu ini kami menempati rumah baru yang berada tidak jauh dari rumah Romo dan Ibu. Tentu saja Lilyah berusaha beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Begitu juga dengan Luis dan Lewis. Biasanya kami tinggal di tempat yang minim polusi dan masih bisa menikmati pepohon tinggi di Bandung, kini justru disuguhi dengan pemandangan gedung bertingkat dan hawa yang panas. Sejak kami pindah ke Jakarta,

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Raden Mas Satria Luis dan Lewis Hartadi

    POV RADEN MAS / LOIS "Kalau kamu nggak nyaman, kita bisa cari rumah yang sesuai seleramu aja, Yang. Nggak masalah kok meski nggak dekat sama rumah Romo dan Ibu."Aku tidak tega melihat Lilyah kembali hancur ketika terus-terusan ditolak keluarga Hartadi untuk sesuatu hal yang tidak ia lakukan. Ekspresinya kini terlihat meragu dan tidak nyaman sama sekali dengan tangan menepuk pantat Luis yang mulai terlelap. "Aku akan bilang Romo dan Ibu kalau kamu nggak suka tinggal di Jakarta. Alasannya logis kan?!"Lalu Lilyah melepas ASI dari mulut Luis perlahan sekali kemudian mengancingkan pengait baju di bagian dada sambil duduk. Aku pun sama, memberi guling kecil untuk dirangkul Lewis agar tidak merasa aku meninggalkannya lalu duduk menghadap Lilyah."Kita ngobrol di ruang tengah aja yuk, Mas?" Pintanya dan aku menuruti.Kututup pintu kamar perlahan sekali lalu menuju ruang tengah dengan merangkul pundak Lilyah. Rumah sudah sepi karena semua pelayan, bodyguard, dan asistenku sudah masuk ke da

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   CEO Baru

    POV RADEN MAS / LOIS Dengan jas hitam yang terasa pas melekat di tubuh, aku turun dari mobil MPV Premiun usai pintunya dibuka oleh asistenku, Pak Wawan. Di depan loby pabrik sigaret yang dulu kupimpin, pengawal yang biasa bersama Romo langsung mengamankan jalanku menuju aula. Tidak ada media satupun yang kuizinkan untuk meliput pengangkatanku sebagai CEO Hartadi Group yang baru. Aku tidak mau wajahku malang melintang di media manapun lalu dikaitkan dengan kerajaan bisnis keluarga Hartadi yang turun temurun ini. Nanti efeknya bisa ke keluarga kecilku. Begitu memasuki aula rapat pabrik yang sekarang berubah lebih modern, jajaran direksi sudah menungguku. Lalu seulas senyum kusuguhkan sambil menyalami tangan mereka satu demi satu. "Selamat Mas Lubis." "Semoga sukses." "Semoga Hartadi Group makin berjaya dengan anda sebagai pemimpinnya." Rasanya aku terlalu muda duduk di kursi ini mengingat kolega bisnis Romo sudah berumur semua. Romo saja yang terlalu cepat ingin mengundurkan d

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Serah Terima Jabatan

    POV RADEN MAS / LOIS "Nggak bisa apa, Romo?" tanyaku dengan menatap beliau lekat. "Lubis, Romo dan Ibumu terlahir dari keluarga yang menjaga etika, harga diri, sopan santun, juga tata krama yang tinggi. Coba kamu lihat orang-orang yang bermartabat tinggi di luar sana, sudikah mengangkat menantu yang pernah digauli lelaki lain lalu sempat menjadi perbincangan orang lain meski videonya udah nggak ada di dunia maya?" Aku hanya menatap Romo tanpa mengangguk atau menggeleng. "Lebih baik mereka menikahkan putranya sama yatim piatu yang benar-benar terjaga kehormatannya, Lubis. Karena kehormatan itu ... adalah harga tertinggi seorang perempuan yang nggak bisa dibeli dengan apapun kalau udah terlanjur dihancurkan laki-laki lain." "Tapi aku mencintai Lilyah dan mau menerima kekurangannya di masa lalu, Romo. Dia itu dijebak. Bukan seenak hati nyodorin kehormatannya demi lelaki lain," ucapku pelan namun tegas. Kepala Romo menggeleng, "Maaf, Romo dan Ibumu nggak bisa, Lubis. Maaf." Lalu aku

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Lewis Dan Luis Mulai Ada Di Hati

    POV RADEN MAS / LOIS "Selamanya! Katakan sama Romo dan Ibumu, orang tua mana yang bisa menerima perempuan bekas lelaki lain?! Hati orang tua mana yang bisa merelakan putra kesayangannya menikah sama perempuan yang pernah digilir sama bajingan-bajingan?!" "Nggak ada, Lubis! Nggak ada orang tua yang bisa terima itu!" Romo berucap tegas meski tidak keras karena ada Luis dan Lewis. Jangan sampai mereka mendengar perdebatan yang menyangkutpautkan tentang Ibu mereka. Walau mereka belum memahaminya. "Tapi aku udah bersihin semua video Lilyah yang udah diunggah di dunia maya, Romo." "Tetap aja, Lubis! Tetap aja jatuhnya dia itu perempuan yang pernah ditiduri lelaki lain! Asal kamu tahu, Romo nggak masalah kamu nikah sama dia asal nggak ada masa lalu kelamnya yang kayak gitu! Tapi, takdir berkata lain. Dia tetap perempuan kotor!" "Meski Lilyah dijebak saudaranya sendiri?" tanyaku dengan tatapan mengiba. *** Pukul delapan malam, aku baru tiba di Bandung. Helikopter perusahaan turun di

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Tidak Akan Pernah Ada Restu

    POV RADEN MAS / LOIS "Kita harus bicara, Lubis!" Hanya itu yang Romo katakan lalu beliau berlalu bersama Ibu. Kemudian aku dan Mbak Syaila mengikuti keduanya dengan menggendong si kembar menuju ke dalam rumah megah kedua orang tuaku ini. Rumah yang bisa membuat siapapun tersesat jika tidak terbiasa berada di dalamnya. Lirikan sinis dari kakak pertamaku yang haus harta, Mbak Ayu, tidak kuhiraukan sama sekali ketika melihat kedatanganku. Dia pernah hampir mencelakai si kembar ketika masih berada di kandungan Lilyah. Dan tidak akan kubiarkan kedua kalinya dia menyentuh Luis dan Lewis walau hanya sekedar mengusap pipinya. Jujur, aku gugup dan merasa sangat bersalah pada Romo dan Ibu karena hubungan kami tidak kunjung membaik pasca aku lebih memilih Lilyah dan kehamilannya kala itu. "Mbak, kira-kira Romo sama Ibu mau ngomong apa?" Bisikku dengan menyamakan langkah dengannya. "Kalau aku tahu duluan itu namanya aku mau jadi dukun, Lubis." Sungguh candaan Mbak Syaila tidak membuat

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Kedatanganku Dengan Si Kembar

    POV RADEN MAS / LOIS Hari ini akan menjadi pertama kalinya aku kembali ke pabrik sigaret di Bandung yang setahun lalu kutinggalkan demi melindungi Lilyah dan kedua putra kembarku dari intervensi keluarga besarku. Dulu aku membangun pabrik ini dengan susah payah bahkan jatuh bangun untuk menunjukkan pada Romo, Ibu, dan keluarga besar Hartadi jika aku bisa sehebat Romo membawahi bisnis sigaret turun temurun keluargaku. Namun, demi kebahagiaan Lilyah dan ketenangannya merawat si kembar, aku memutuskan untuk meninggalkan semua fasilitas eksklusif premium yang keluargaku berikan. Pikirku, harta bisa kucari dari bisnis pribadiku, tanpa harus mengorbankan perasaan istri dan kedua buah hatiku yang tidak berdosa. "Kamu yakin nggak mau ikut?" tanyaku sambil menatap Lilyah lekat-lekat. Dia tengah mencukur jambang di rahangku dengan begitu telaten. Kepalanya kemudian menggeleng pelan dengan tetap mencukur rambut halus itu agar penampilanku tetap menarik. "Masih ada waktu lima belas meni

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Dihibur Harapan Yang Tak Pasti

    POV RADEN MAS / LOIS “Saya tinggal dulu, Pak Daniel.” Aku tidak menjawab pertanyaan Pak Daniel tentang si kembar dan memilih berlau dari taman bermain itu. Aku belum bisa mengakui si kembar dan Lilyah pada dunia secepat ini. Khawatir nanti akan menimbulkan perselisihan lagi antara aku dan keluarga Hartadi. Aku tidak tega melihat Lilyah dan kedua putra kembarku terluka karena penolakan dari keluarga besar Hartadi. Setelah berada di salah satu toilet khusus pria, aku mengirimkan sebuah pesan pada Lilyah. [Pesan dariku : Aku ke toilet dulu. Mendadak mulas banget, Yang.] Padahal pesan itu mengandung kebohongan seratus persen hanya untuk menghindari persepsi Daniel tentang keberadaan si kembar dan juga Lilyah. Biarlah seperti ini dulu entah sampai kapan. Yang penting kami bahagia dan tidak membuat hati siapapun terluka. *** “Mas, kamu kok belum balik dari toilet?” Itu suara Lilyah dari sambungan telfon. “Apa perutmu masih mulas?” Bukan mulas, juga bukan masih di toilet.

DMCA.com Protection Status