Beranda / Urban / Pinangan Jutawan Berkedok Seniman / Sehina Itu Hingga Tidak Layak Untuk Lois

Share

Sehina Itu Hingga Tidak Layak Untuk Lois

Penulis: Juniarth
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-23 14:12:59
"Gi, Nin, gue pamit dulu ya?"

Lebih baik berpamitan pada kedua temanku ini jika tidak bisa kembali satu bis dengan mereka. Dari pada nanti mereka kembali memarahiku karena menghilang tanpa pesan.

"Kemana, Ly?" tanyanya dengan nada heran.

Kami sedang di toko oleh-oleh Malioboro bersama rombongan kantor.

Aku membasahi bibir dengan mata mengerjap cepat berulang kali.

"Ehm ... itu ... suami gue ... ternyata dia belum balik. Barusan ngirim pesan kalau dia pengen ngobrol bentar katanya," kilahku.

"Lama nggak? Soalnya satu jam lagi kata panitia kita harus balik ke hotel, Ly."

"Ehm ... sebelum nanti malam, gue pastiin udah balik ke hotel biar bisa satu bis sama kalian."

"Lo diantar suami ke hotel?"

Kepalaku mengangguk sekenanya agar Gia dan Nina tidak curiga dengan kebohonganku. Bisa menjadi gossip menggelegar jika mereka tahu bila aku akan bertemu dengan Pak Presdir.

Lalu kepala Gia dan Nina melongok ke keluar toko untuk mencari sosok suamiku yang sebenarnya tidak ada. Itu hanya keboho
Juniarth

1570 kata ... enjoy reading ...

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (6)
goodnovel comment avatar
THIKA Sary
terluka htiku oleh kata2 pak Presdir,tak terasa menetes air mataku
goodnovel comment avatar
Rahma Wati
maciiii tor bener2 tajam mulut presdir
goodnovel comment avatar
Reka Yana
semangat tor, sehat2 selalu, semoga secepatnya bisa lanjut up nya thor, sukses pokoknya Thor,
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Aku Bisa Melakukan Hal Yang Lebih Dari Ini

    "Permisi, Pak Presdir. Saya undur diri." Usai mengucap salam dan membungkuk hormat pada beliau, aku melangkah keluar lounge dengan sesak di dada. Persetan dengan cek setengah milyar yang kukembalikan pada beliau. Di tengah langkah kaki, mana yang harus kupilih? Tetap bertahan dengan pernikahan ini seperti keinginan Lois atau mengakhirinya sesuai permintaan Pak Presdir? *** Tepat pukul dua siang, aku sudah berada di hotel menggunakan ojek online. Lalu segera menuju kamar Lois karena di sanalah tasku berada. Aku segera mengemasi semua pakaian ke dalam tas lalu meninggalkan kamar itu. Rencananya pukul tiga sore kami harus meninggalkan hotel dan langsung bertolak ke Ibu Kota. Sembari menunggu Gia dan Nina yang mungkin sedang mengemasi pakaiannya, aku menunggu kedatangan mereka di lobby hotel. Tidak berapa lama kemudian, satu demi satu rombongan keluar dari kamar menuju bis masing-masing. "Gimana, Ly? Suami lo ngomong apaan?" tanya Nina. Aku tersenyum tipis, "Antara cerai atau

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-23
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Apa Kamu Seyakin Itu Bisa Hidup Tanpa Aku?

    Sejak tadi aku pura-pura terlelap padahal telingaku bisa mendengar apa yang Lois bicarakan dengan asistennya. Kadang suara mereka terdengar jelas kadang terdengar samar hingga aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas. "Baik, Den Mas. Saya akan pastikan ketika Mbak Lilyah sudah keluar dari rumah sakit, semuanya sudah siap sesuai keinginan Den Mas. Jangan khawatir." "Mungkin dua hari lagi Lilyah bisa pulang. Jangan lupa ambil Bu Sri. Terserah Pak Wawan mau pakai alasan apa kalau kepala pelayan tanya." Kepala pelayan? Maksudnya apa? "Baik, Den Mas. Malam ini juga saya akan menyusun rencananya." "Bagus. Oke, sementara itu aja. Pak Wawan bisa kembali pulang. Terima kasih untuk semuanya. Aku bangga punya asisten kayak Pak Wawan." Pak Wawan membungkuk hormat di hadapan Lois. "Sama-sama, Den Mas. Saya juga senang bisa melayani Den Mas. Suatu kehormatan bisa mengabdi pada keluarga Hartadi yang berjasa banyak pada keluarga saya." Pernah kah kalian melihat seorang kasim yang setia pada p

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-24
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Ciuman Lima Detik

    "Jangan nekat kalau butuh apa-apa, kamu cukup tekan tombol hijau itu lalu bilang sama perawat."Lois berucap dengan wajah sedekat ini dengan wajahku. Belum lagi kedua tangannya masih bertumpu di kanan kiri tubuhku di ranjang pesakitan yang kududuki. Tubuhku seperti dipenjara Lois dengan cara yang elegan dan manis. Aku merasa diterbangkan ke langit namun tidak siap andai kembali dijatuhkan ke bumi. "Aku berangkat ke Bandung dulu. Kalau boring di kamar sendirian, kamu bisa telfon Gia dan Nina, biar mereka jengukin kamu kesini." Kedua alisku berkerut mendengar ucpannya, "Gimana caranya kamu bisa tahu kalau Gia dan Nina itu sahabatku?" "Rahasia umum." "Kamu mengintai gerak-gerikku?" "Pekerjaanku terlalu padat untuk ngawasin kamu. Jadi, jangan besar rasa." Aku menghela nafas panjang lalu kemudian membuang muka. Memangnya, aku ini sespesial apa sampai berharap Lois mengintai gerak gerikku? Benar katanya, aku terlalu besar rasa dengan menganggapnya mencintaiku. Bodohnya aku ini."Kal

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-25
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Balas Dendam Termanis

    Baru memasuki gerbang kawasan perumahan parlente ini, kami sudah dihadang oleh tiga orang satpam yang meminta kartu identitas pemilik rumah. Asisten Lois, Pak Wawan, segera mengangsurkan sebuah kartu lalu satpam itu mencocokkannya dengan mesin pengecek otomatis. Bahwa tidak boleh ada orang tanpa kartu identitas yang boleh masuk ke kawasan perumahan ini bila tidak memiliki kartu pengenal khusus. Ketika mobil MPV premium ini kembali dilajukan oleh sopir, Lois masih memejamkan mata dengan erat. Selelah itukah dirinya? "Permisi, Pak Wawan, kita mau kemana ya?" tanyaku dengan suara pelan. Pak Wawan hanya tersenyum tipis. "Nanti Mbak Lilyah akan tahu sendiri." "Tapi, Lois masih tidur." "Tidak apa-apa, Mbak. Den Mas mungkin kelelahan dengan aktivitas di pabrik dan sudah ketentuan dokter jika beliau sudah lepas dari pekerjaan harus segera tidur." Alisku sedikit berkerut mendengar penuturan Pak Wawan. "Ehm ... apa Lois memiliki gangguan kesehatan?" "Ceritanya panjang, Mbak. Kita

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-26
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Bukan Seratus Persen Perhatian

    Di rumah Lois yang tidak megah namun segala fasilitas ada, aku mendadak seperti putri mahkota yang mendapat banyak kenyamanan. Baru bangun tidur saja, sudah ada susu yang disiapkan Lois. Sudah ada pelayan yang membersihkan dan merapikan kamarku. Bahkan jika mau, aku tinggal menunjuk mana pakaian yang akan kukenakan lalu mereka akan mengambilkannya. “Saya bisa ambil baju sendiri, Bu Sri.” “Apa Mbak Lilyah sudah sehat sungguhan? Kalau belum sehat, pelayan bisa mengambilkannya.” “Saya udah lebih baik, Bu Sri,” ucapku sambil duduk di tepi ranjang. “Kalau belum sehat lebih baik Mbak Lilyah bilang. Kalau ada apa-apa nanti saya takut Den Mas Lubis marah besar,” jelasnya dengan wajah khawatir. “Saya benar-benar udah jauh lebih baik, Bu Sri.” Akan mandi saja, pelayan rumah ini sudah menyiapkan air hangat di dalam bath up beserta aromaterapi dan bunga di dalamnya. “Bu Sri tidak perlu repot-repot. Saya bisa menyiapkan airnya sendiri.” “Sudah kewajiban pelayan, Mbak. Jangan merasa tidak

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-27
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Nggak Cinta Tapi Dicium Berkali-Kali

    “Aku pernah janji ke Lois. Kalau dia bantuin aku nyari tahu kebenaran siapa pemfitnah foto dan video syurku, aku janji nggak akan balik ke Ishak. Tapi, begitu kenyataan terungkap, aku malah ingkar janji karena masih cinta Ishak.” Bu Sri menatapku penuh keterkejutan. “Aku ninggalin Lois demi Ishak didepan mata Lois langsung, Bu Sri. Itu kesalahan terbodohku.” “Astaga, Mbak Lilyah. Lalu, kenapa kalian masih bisa bersama setelah pengkhianatan itu?” “Karena Lois nggak pernah menjatuhkan talaknya meski aku berkhianat.” “Baru kali ini Bu Sri tahu Den Mas Lubis sesabar ini, Mbak." Kepalaku mengangguk, "Dia sangat sabar menghadapiku dan sangat sabar meremukkan hatiku dengan cara yang dia mau." "Mbak Lilyah nggak boleh bilang gitu." Kepalaku kembali mengangguk saja karena sadar akan kesalahan diri sendiri. "Kalau boleh tahu, apa alasan Den Mas berbuat gitu, Mbak?” “Dia pengen lihat aku nggak bisa sama lelaki manapun. Dia pengen lihat aku tersiksa nggak bisa bersama lelaki yang kucinta

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-27
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Aku Bukan Majikanmu, Aku Suamimu

    21.45 WIB "Udah malam banget ternyata. Tapi kenapa Lois belum pulang juga?" gumamku sambil menatap keluar jendela. Aku tengah bersantai di sofa ruang kerja Lois sambil menikmati home theatre yang ada di sini. Lengkap dan terhubung dengan segala macam siaran. Sejak tadi siang aku sudah berdiam di sini sambil menghabiskan waktu. Cukup membosankan karena biasanya mulai pagi hingga siang aku sibuk bekerja, bukan sibuk menonton drama atau film action hingga sebosan ini rasanya. "Enaknya dichat duluan atau nunggu Lois ngechat duluan ya?" Gengsi rasanya jika aku harus mulai menghubunginya lebih dulu apalagi hanya sekedar bertanya pukul berapa dia pulang. "Kayak aku tuh bucin banget. Belum lagi kalau nanti dia ngolok-ngolok aku karena ketahuan peduli banget. Ah ... nggak jadi aja lah." Aku kembali meletakkan ponsel di meja kemudian tepat pukul sepuluh malam, ketukan di pintu ruang kerja membuatku menoleh. Bu Sri pelakunya. "Kenapa, Bu Sri?" Ia berjalan sopan ke arahku. "Maaf, Mbak L

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-28
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Sasaran Pak Presdir Yang Harus Dilenyapkan

    "Buka pintu lemarinya dulu," ucap Lois pelan sambil menuntun tangan kananku melakukannya. Usai terbuka, dia kembali menuntun tanganku masuk ke dalam lemari. Tepatnya di belakang baju yang terlipat ada sebuah kotak kecil berwarna coklat dengan uliran angka stainless di depannya. Mirip brankas mini. "Sekarang tekan sandinya seperti instruksiku," ucapnya lagi persis di depan telingaku. Tapi kini, tangan kanan dan kiri Lois justru bertengger di pinggangku. Sesekali ibu jarinya bergerak pelan seperti memberi usapan lembut. Badanku mendadak panas dingin, geli, dan jantungku seperti bekerja diluar kewajaran. "Delapan enam tujuh satu tiga empat dua enam," ucap Lois lirih. Dengan posisi punggungku menempel sempurna di dadanya dan wajahnya yang berada tepat di sebelah kanan wajahku, mana mungkin aku bisa berkonsentrasi. Tit! Tit! Tit! "Ke ... kenapa nggak mau lanjut, Lois?" tanyaku dengan hanya melirik wajahnya saja. "Kamu salah nekan angka, Ly." "Oh ... " "Kenapa bisa salah padahal u

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-29

Bab terbaru

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Bikin Anak Lagi Yuk?

    POV RADEN MAS / LOIS Luis dan Lewis sudah sering bertandang ke rumah Romo dan Ibu sejak aku dan Lilyah pindah ke Jakarta. Entah sudah berapa bulan kami di Jakarta. Bahkan Romo dan Ibu khusus membuat acara welcome party untuk keduanya dengan mengundang keluarga Hartadi saja. Acara itu lumayan meriah tapi tidak ada Lilyah. Dia tidak mau datang karena takut pada Romo dan Ibu, ditambah keduanya juga tidak mengundang Lilyah. Meski aku memaksanya untuk datang namun tetap saja Lilyah tidak mau. Saudara-saudara begitu gemas melihat Luis dan Lewis saat bermain dengan keponakan yang lain. Pasalnya kedua anak kembarku itu benar-benar menggemaskan dan rupawan. “Yang, ayo ke rumah Romo dan Ibu. Ini akhir pekan lho.” Ajakku. Lilyah baru saja memasukkan bekal Luis dan Lewis ke dalam tas. “Kapan-kapan aja, Mas. Kalau aku udah diundang Romo dan Ibumu. Untuk saat ini biar kayak gini dulu. Aku cuma nggak mau mereka ilfil sama aku.” “Lagian, aku sama si kembar udah biasa sembunyi dari media tenta

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Senyum Bahagia Palsu Istriku

    POV RADEN MAS / LOIS "Den Mas, akta kelahiran Mas Luis dan Mas Lewis sudah jadi," ucap Pak Wawan, asisten pribadiku. Aku yang sedang duduk di kursi kebesaran CEO Hartadi Group lantas menerima map hijau berisi akta kelahiran baru kedua jagoanku. Gegas aku membuka map itu dan membaca kata demi kata yang tertulis di sana dengan seksama. Tidak ada yang berubah selain nama kedua putraku itu. Raden Mas Satria Luis Hartadi. Raden Mas Satria Lewis Hartadi. Dan nama Lilyah masih tertulis jelas sebagai ibu kandung keduanya. "Makasih, Pak Wawan. Nanti akan aku tunjukin ke Lilyah." Sudah satu minggu ini kami menempati rumah baru yang berada tidak jauh dari rumah Romo dan Ibu. Tentu saja Lilyah berusaha beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Begitu juga dengan Luis dan Lewis. Biasanya kami tinggal di tempat yang minim polusi dan masih bisa menikmati pepohon tinggi di Bandung, kini justru disuguhi dengan pemandangan gedung bertingkat dan hawa yang panas. Sejak kami pindah ke Jakarta,

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Raden Mas Satria Luis dan Lewis Hartadi

    POV RADEN MAS / LOIS "Kalau kamu nggak nyaman, kita bisa cari rumah yang sesuai seleramu aja, Yang. Nggak masalah kok meski nggak dekat sama rumah Romo dan Ibu."Aku tidak tega melihat Lilyah kembali hancur ketika terus-terusan ditolak keluarga Hartadi untuk sesuatu hal yang tidak ia lakukan. Ekspresinya kini terlihat meragu dan tidak nyaman sama sekali dengan tangan menepuk pantat Luis yang mulai terlelap. "Aku akan bilang Romo dan Ibu kalau kamu nggak suka tinggal di Jakarta. Alasannya logis kan?!"Lalu Lilyah melepas ASI dari mulut Luis perlahan sekali kemudian mengancingkan pengait baju di bagian dada sambil duduk. Aku pun sama, memberi guling kecil untuk dirangkul Lewis agar tidak merasa aku meninggalkannya lalu duduk menghadap Lilyah."Kita ngobrol di ruang tengah aja yuk, Mas?" Pintanya dan aku menuruti.Kututup pintu kamar perlahan sekali lalu menuju ruang tengah dengan merangkul pundak Lilyah. Rumah sudah sepi karena semua pelayan, bodyguard, dan asistenku sudah masuk ke da

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   CEO Baru

    POV RADEN MAS / LOIS Dengan jas hitam yang terasa pas melekat di tubuh, aku turun dari mobil MPV Premiun usai pintunya dibuka oleh asistenku, Pak Wawan. Di depan loby pabrik sigaret yang dulu kupimpin, pengawal yang biasa bersama Romo langsung mengamankan jalanku menuju aula. Tidak ada media satupun yang kuizinkan untuk meliput pengangkatanku sebagai CEO Hartadi Group yang baru. Aku tidak mau wajahku malang melintang di media manapun lalu dikaitkan dengan kerajaan bisnis keluarga Hartadi yang turun temurun ini. Nanti efeknya bisa ke keluarga kecilku. Begitu memasuki aula rapat pabrik yang sekarang berubah lebih modern, jajaran direksi sudah menungguku. Lalu seulas senyum kusuguhkan sambil menyalami tangan mereka satu demi satu. "Selamat Mas Lubis." "Semoga sukses." "Semoga Hartadi Group makin berjaya dengan anda sebagai pemimpinnya." Rasanya aku terlalu muda duduk di kursi ini mengingat kolega bisnis Romo sudah berumur semua. Romo saja yang terlalu cepat ingin mengundurkan d

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Serah Terima Jabatan

    POV RADEN MAS / LOIS "Nggak bisa apa, Romo?" tanyaku dengan menatap beliau lekat. "Lubis, Romo dan Ibumu terlahir dari keluarga yang menjaga etika, harga diri, sopan santun, juga tata krama yang tinggi. Coba kamu lihat orang-orang yang bermartabat tinggi di luar sana, sudikah mengangkat menantu yang pernah digauli lelaki lain lalu sempat menjadi perbincangan orang lain meski videonya udah nggak ada di dunia maya?" Aku hanya menatap Romo tanpa mengangguk atau menggeleng. "Lebih baik mereka menikahkan putranya sama yatim piatu yang benar-benar terjaga kehormatannya, Lubis. Karena kehormatan itu ... adalah harga tertinggi seorang perempuan yang nggak bisa dibeli dengan apapun kalau udah terlanjur dihancurkan laki-laki lain." "Tapi aku mencintai Lilyah dan mau menerima kekurangannya di masa lalu, Romo. Dia itu dijebak. Bukan seenak hati nyodorin kehormatannya demi lelaki lain," ucapku pelan namun tegas. Kepala Romo menggeleng, "Maaf, Romo dan Ibumu nggak bisa, Lubis. Maaf." Lalu aku

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Lewis Dan Luis Mulai Ada Di Hati

    POV RADEN MAS / LOIS "Selamanya! Katakan sama Romo dan Ibumu, orang tua mana yang bisa menerima perempuan bekas lelaki lain?! Hati orang tua mana yang bisa merelakan putra kesayangannya menikah sama perempuan yang pernah digilir sama bajingan-bajingan?!" "Nggak ada, Lubis! Nggak ada orang tua yang bisa terima itu!" Romo berucap tegas meski tidak keras karena ada Luis dan Lewis. Jangan sampai mereka mendengar perdebatan yang menyangkutpautkan tentang Ibu mereka. Walau mereka belum memahaminya. "Tapi aku udah bersihin semua video Lilyah yang udah diunggah di dunia maya, Romo." "Tetap aja, Lubis! Tetap aja jatuhnya dia itu perempuan yang pernah ditiduri lelaki lain! Asal kamu tahu, Romo nggak masalah kamu nikah sama dia asal nggak ada masa lalu kelamnya yang kayak gitu! Tapi, takdir berkata lain. Dia tetap perempuan kotor!" "Meski Lilyah dijebak saudaranya sendiri?" tanyaku dengan tatapan mengiba. *** Pukul delapan malam, aku baru tiba di Bandung. Helikopter perusahaan turun di

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Tidak Akan Pernah Ada Restu

    POV RADEN MAS / LOIS "Kita harus bicara, Lubis!" Hanya itu yang Romo katakan lalu beliau berlalu bersama Ibu. Kemudian aku dan Mbak Syaila mengikuti keduanya dengan menggendong si kembar menuju ke dalam rumah megah kedua orang tuaku ini. Rumah yang bisa membuat siapapun tersesat jika tidak terbiasa berada di dalamnya. Lirikan sinis dari kakak pertamaku yang haus harta, Mbak Ayu, tidak kuhiraukan sama sekali ketika melihat kedatanganku. Dia pernah hampir mencelakai si kembar ketika masih berada di kandungan Lilyah. Dan tidak akan kubiarkan kedua kalinya dia menyentuh Luis dan Lewis walau hanya sekedar mengusap pipinya. Jujur, aku gugup dan merasa sangat bersalah pada Romo dan Ibu karena hubungan kami tidak kunjung membaik pasca aku lebih memilih Lilyah dan kehamilannya kala itu. "Mbak, kira-kira Romo sama Ibu mau ngomong apa?" Bisikku dengan menyamakan langkah dengannya. "Kalau aku tahu duluan itu namanya aku mau jadi dukun, Lubis." Sungguh candaan Mbak Syaila tidak membuat

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Kedatanganku Dengan Si Kembar

    POV RADEN MAS / LOIS Hari ini akan menjadi pertama kalinya aku kembali ke pabrik sigaret di Bandung yang setahun lalu kutinggalkan demi melindungi Lilyah dan kedua putra kembarku dari intervensi keluarga besarku. Dulu aku membangun pabrik ini dengan susah payah bahkan jatuh bangun untuk menunjukkan pada Romo, Ibu, dan keluarga besar Hartadi jika aku bisa sehebat Romo membawahi bisnis sigaret turun temurun keluargaku. Namun, demi kebahagiaan Lilyah dan ketenangannya merawat si kembar, aku memutuskan untuk meninggalkan semua fasilitas eksklusif premium yang keluargaku berikan. Pikirku, harta bisa kucari dari bisnis pribadiku, tanpa harus mengorbankan perasaan istri dan kedua buah hatiku yang tidak berdosa. "Kamu yakin nggak mau ikut?" tanyaku sambil menatap Lilyah lekat-lekat. Dia tengah mencukur jambang di rahangku dengan begitu telaten. Kepalanya kemudian menggeleng pelan dengan tetap mencukur rambut halus itu agar penampilanku tetap menarik. "Masih ada waktu lima belas meni

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Dihibur Harapan Yang Tak Pasti

    POV RADEN MAS / LOIS “Saya tinggal dulu, Pak Daniel.” Aku tidak menjawab pertanyaan Pak Daniel tentang si kembar dan memilih berlau dari taman bermain itu. Aku belum bisa mengakui si kembar dan Lilyah pada dunia secepat ini. Khawatir nanti akan menimbulkan perselisihan lagi antara aku dan keluarga Hartadi. Aku tidak tega melihat Lilyah dan kedua putra kembarku terluka karena penolakan dari keluarga besar Hartadi. Setelah berada di salah satu toilet khusus pria, aku mengirimkan sebuah pesan pada Lilyah. [Pesan dariku : Aku ke toilet dulu. Mendadak mulas banget, Yang.] Padahal pesan itu mengandung kebohongan seratus persen hanya untuk menghindari persepsi Daniel tentang keberadaan si kembar dan juga Lilyah. Biarlah seperti ini dulu entah sampai kapan. Yang penting kami bahagia dan tidak membuat hati siapapun terluka. *** “Mas, kamu kok belum balik dari toilet?” Itu suara Lilyah dari sambungan telfon. “Apa perutmu masih mulas?” Bukan mulas, juga bukan masih di toilet.

DMCA.com Protection Status