Beranda / Romansa / Pijatan Nikmat Sang CEO / Bab 1: Awal Perjalanan Arissa

Share

Pijatan Nikmat Sang CEO
Pijatan Nikmat Sang CEO
Penulis: perdy

Bab 1: Awal Perjalanan Arissa

Penulis: perdy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-25 23:07:34

Arissa berjalan masuk ke klinik pijat kecil tempatnya bekerja. Dinding yang mulai kusam dan aroma minyak esensial yang menenangkan sudah menjadi bagian dari kehidupannya. Klinik ini bukan tempat mewah, tetapi baginya, ini adalah rumah kedua.

"Pagi, Arissa! Datang lebih awal lagi, ya?" sapa Lina, rekan kerjanya, sambil menata handuk di rak.

Arissa tersenyum kecil. "Seperti biasa, kan? Lebih baik bersiap sebelum klien datang."

Ia segera menata meja pijat, mempersiapkan minyak aromaterapi, dan memastikan setiap ruangan bersih dan nyaman. Meskipun kerja keras ini melelahkan, ia melakukannya dengan tulus. Pekerjaan ini bukan sekadar mata pencaharian, tetapi juga caranya membantu orang lain menemukan ketenangan.

Hari itu, klinik cukup ramai. Klien datang dengan berbagai keluhan, dan Arissa dengan sabar mendengarkan serta meredakan ketegangan mereka. Salah satu kliennya, seorang wanita muda yang baru pertama kali berkunjung, tampak ragu-ragu saat duduk di ruang tunggu.

"Ini pertama kalinya saya mencoba pijat," kata wanita itu pelan. "Saya hanya... merasa butuh sesuatu untuk membuat saya lebih rileks."

Arissa tersenyum hangat. "Tak perlu khawatir. Saya akan memastikan Anda merasa nyaman."

Sepanjang sesi, wanita itu perlahan mulai bercerita tentang kehidupannya di kota yang baru ia tempati. "Kadang, saya merasa sangat sendirian. Semua orang sibuk, dan saya merasa tidak ada yang benar-benar peduli."

Arissa mengangguk mengerti. "Saya tahu perasaan itu. Tapi, selalu ada cara untuk menemukan kedamaian, bahkan dalam kesendirian."

Wanita itu tersenyum kecil. "Terima kasih, Arissa. Saya rasa saya akan datang lagi."

Setelah klien terakhir pergi, Arissa menghela napas panjang dan merapikan ruangan. Ia memikirkan percakapan tadi. Meski ia sendiri sering merasa sepi, ia selalu mencoba menguatkan orang lain. Memberi, meskipun hanya dalam bentuk perhatian kecil, adalah cara terbaiknya untuk menemukan makna hidup.

Sore itu, seorang pria muda memasuki klinik. Berbeda dari klien biasanya, pria ini mengenakan jas rapi dan membawa aura ketegasan yang tak biasa.

"Selamat sore," katanya dengan suara rendah. "Saya Nathaniel, ingin memesan sesi pijat."

Arissa mempersilakannya duduk dan menyiapkan ruangan. Saat sesi dimulai, ia merasakan ketegangan luar biasa di tubuh pria itu. Otot-ototnya terasa kaku, seolah menahan beban berat.

Setelah beberapa saat, Nathaniel berbisik, "Kadang, saya merasa seperti tak bisa bernapas. Banyak hal yang harus saya pertanggungjawabkan."

Arissa tetap bekerja dalam keheningan, membiarkan kata-kata itu mengalir. "Tekanan memang sulit dihindari, tapi tubuh kita selalu memberi tahu kapan harus beristirahat."

Nathaniel menghela napas panjang, seakan baru menyadari hal itu. Saat sesi berakhir, ia berdiri dan menatap Arissa sejenak sebelum berkata, "Sesi ini sangat membantu. Terima kasih, Arissa."

Arissa tersenyum. "Sama-sama, Nathaniel. Semoga Anda merasa lebih baik."

Saat Nathaniel pergi, Arissa merasa ada sesuatu yang berbeda dalam pertemuan itu. Mungkin, seperti dirinya, pria itu juga menyimpan beban yang tak terlihat. Tanpa disadari, keduanya adalah dua orang asing yang saling memahami tanpa banyak kata.

Malamnya, Arissa duduk di apartemen kecilnya, menatap jurnal yang selalu ia tulis sebelum tidur. Hari ini, ia menulis lebih banyak dari biasanya. Tentang klien-kliennya, tentang percakapan dengan wanita muda tadi, dan tentang pria bernama Nathaniel.

"Hari ini penuh dengan hal kecil yang membuatku merasa berarti. Aku masih merasa kesepian, tapi mungkin itu hanya bagian dari perjalanan yang harus aku terima."

Ia menutup jurnalnya dan menghela napas. Hidupnya masih sederhana dan penuh tantangan, tetapi ia tahu bahwa setiap langkah kecil yang ia ambil, sekecil apa pun, memiliki makna. Mungkin suatu hari nanti, segalanya akan berubah. Hingga saat itu tiba, ia akan terus bekerja keras dan memberi yang terbaik, seperti yang selalu ia lakukan.

Bab terkait

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 2: Dunia Nathaniel Alvaro

    Nathaniel Alvaro dikenal sebagai sosok pemimpin muda yang sukses di dunia bisnis. Di usia yang relatif muda, ia telah mencapai puncak karier sebagai CEO di sebuah perusahaan teknologi yang sedang berkembang pesat. Dengan penampilan yang selalu rapi, tubuh tegap, dan sikap yang tenang, ia menjadi idola banyak orang. Namun, di balik semua itu, kehidupannya penuh tekanan, persaingan sengit, dan sorotan media yang tiada henti.Setiap pagi, Nathaniel memulai harinya dengan rutinitas ketat. Pukul enam pagi, ia bangun dan berolahraga di gym pribadinya. Hidupnya berjalan dalam ritme yang telah ia biasakan—jadwal padat, keputusan besar, dan ekspektasi tinggi yang harus ia penuhi. Bagi banyak orang, kehidupannya tampak sempurna. Namun, bagi Nathaniel, ini adalah medan perang yang tiada akhir.Di kantor, ia dikenal sebagai pemimpin yang tegas dan serius. Ia jarang tersenyum dan selalu berbicara dengan nada penuh perhitungan. Para karyawan menghormatinya, tetapi juga merasa terintimidasi. Hanya s

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 3: Kelelahan dan Keputusan Tak Terduga

    Hari itu dimulai seperti biasa bagi Nathaniel Alvaro, CEO perusahaan multinasional yang dipimpinnya. Namun, meski pagi di luar terasa lebih sejuk dari biasanya, ruangan kantornya justru terasa semakin panas. Ponsel di mejanya bergetar tanpa henti, tumpukan berkas menggunung, dan layar laptopnya menampilkan angka-angka yang mencerminkan kegagalan proyek besar yang telah ia upayakan selama berbulan-bulan.Proyek ambisius yang seharusnya menjadi pencapaian besar kini berakhir dengan kekecewaan. Klien-klien utama yang sudah lama dijanjikan mundur, menyalahkan kesalahan teknis yang terjadi dalam eksekusi. Ini bukan hanya kekalahan pribadi Nathaniel, tapi juga seluruh tim yang telah bekerja di bawah kepemimpinannya. Dewan direksi, yang biasanya mendukungnya, kini mulai mempertanyakan keputusannya. Kata-kata tajam yang keluar dari mulut mereka meninggalkan luka yang tak terlihat, namun terasa dalam. Nathaniel tahu, ia harus segera bangkit, tetapi untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia mera

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 4: Kunjungan Tak Terduga

    Seminggu kemudian, malam hampir berakhir ketika Arissa mematikan lampu utama di ruang kliniknya. Suasana remang-remang menyelimuti ruangan, menandakan bahwa klinik pijat kecil yang ia kelola telah resmi tutup untuk hari itu. Dengan langkah tenang, ia merapikan peralatan, memastikan semuanya siap untuk esok hari. Meski tubuhnya lelah, ada kepuasan tersendiri yang menghangatkan hatinya—hari ini ia berhasil membantu beberapa klien merasa lebih baik. Baginya, melihat senyum lega di wajah mereka setelah sesi perawatan adalah kebahagiaan yang sederhana namun berarti.Namun, ketenangan itu pecah ketika pintu klinik terbuka dengan suara nyaring. Arissa spontan menoleh, matanya membulat melihat sosok yang berdiri di ambang pintu.Nathaniel Alvaro.CEO sukses yang sebelumnya hanya ia kenal lewat layar berita itu kini berdiri di sana, tapi penampilannya jauh dari kesan sempurna yang biasa melekat padanya. Kemeja putih yang dikenakannya tampak kusut, lengan digulung asal, dan rambutnya yang biasa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 5: Pijatan yang Mengubah Segalanya

    Hari-hari berlalu, dan Nathaniel kembali memutuskan untuk mengunjungi klinik Arissa setelah merasa tubuhnya semakin lelah akibat pekerjaan yang terus-menerus menumpuk. Kali ini, ia datang dengan perasaan yang sedikit berbeda. Pijatan yang diberikan Arissa malam itu tidak hanya meredakan kelelahan fisiknya, tetapi juga memberikan ketenangan batin yang selama ini ia cari tanpa menyadarinya.Setelah tiba di klinik, Nathaniel langsung menuju ruang pijat yang sudah familiar baginya. Arissa, yang sedang merapikan alat-alat pijat, menatapnya sejenak sebelum mengangguk dengan sopan. "Selamat malam, Nathaniel. Apa kabar?" tanyanya dengan senyum yang tetap hangat meski ia tahu betul Nathaniel adalah sosok yang lebih suka menjaga jarak."Baik," jawab Nathaniel singkat, suaranya terdengar lebih lembut dari biasanya. Ia duduk di atas meja pijat dan menunggu Arissa untuk memulai sesi seperti sebelumnya.Arissa mempersiapkan segalanya dengan teliti, memastikan bahwa minyak pijat yang digunakan cukup

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 6: Kejutan di Balik Nama Besar

    Setelah Nathaniel pergi, Arissa merasa sedikit canggung dan bingung. Ia tidak tahu mengapa, tetapi ada sesuatu yang terasa berbeda setiap kali pria itu datang ke kliniknya. Pikirannya terus dipenuhi dengan wajah Nathaniel, sikapnya yang agak kaku namun penuh ketegasan, dan bahkan sedikit ketenangan yang ia rasakan setelah melayani pria itu. Sesi pijat tersebut terasa begitu berbeda dari biasanya.Arissa berjalan keluar dari ruangannya, mengambil secangkir teh hangat, dan mencoba menenangkan dirinya. Namun, saat melangkah menuju ruang depan klinik, ia mendengar suara percakapan ringan dari beberapa kolega yang sedang berbincang di meja resepsionis."Hei, kamu tahu siapa yang baru saja datang kemarin malam?" tanya salah seorang kolega."Siapa?" jawab kolega lainnya dengan penasaran."Pria itu... yang datang dengan wajah lelah dan tampak sangat penting. Ternyata dia itu Nathaniel Alvaro, CEO Alvaro Group. Kamu tahu, yang sering muncul di berita itu!"

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 7: Pertemuan yang Tak Terduga

    Nathaniel Alvaro duduk di ruang kerjanya yang luas, dikelilingi oleh tumpukan dokumen dan laporan penting. Namun, matanya tidak fokus pada layar komputernya atau grafik yang terus bergerak. Semua itu tampak kabur baginya. Pikirannya kembali pada sesi pijat yang ia terima beberapa hari lalu—pijat sederhana, namun memiliki efek yang lebih mendalam daripada yang bisa ia bayangkan.Biasanya, ia adalah sosok yang selalu mengendalikan segala hal di sekitar dirinya. Namun, ada sesuatu tentang Arissa—sesuatu yang membuatnya merasa lebih manusiawi. Sifat Arissa yang lembut, namun kuat, memancarkan ketenangan yang selama ini sulit ia temukan di dunia kerjanya yang penuh dengan tekanan. Bahkan ketika ia berusaha untuk tetap kaku dan menjaga jarak, Arissa tak pernah memberi ruang untuk ketegangan itu berkembang lebih jauh.“Kenapa aku terus memikirkan itu?” Nathaniel bergumam pelan, menggoyangkan kepalanya seakan berusaha menyingkirkan pikiran itu. Namun, s

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 8: Tawaran yang Menggoda

    Beberapa hari setelah pertemuan keduanya yang penuh dengan ketegangan itu, Nathaniel kembali muncul di klinik. Pagi itu, Arissa sedang sibuk menyusun beberapa catatan dan menyiapkan perlengkapan pijat untuk kliennya yang lain. Ia terkejut saat mendengar suara pintu dibuka, dan untuk kedua kalinya, Nathaniel muncul, namun kali ini ada sesuatu yang berbeda dalam sikapnya. Ia tidak terlihat hanya ingin relaksasi sesaat. Ada tujuan yang jelas, dan ia membawa aura yang lebih serius daripada sebelumnya.Arissa menatapnya sejenak, merasa canggung meski sudah mengenal pria itu lebih baik. "Nathaniel, ada yang bisa saya bantu?" tanyanya, berusaha tetap profesional, meskipun hatinya sedikit berdebar.Nathaniel berdiri di ambang pintu, memandang Arissa dengan tatapan yang penuh ketegasan, tetapi juga ada kelembutan yang tak bisa disembunyikan. "Saya ingin menawarkan sesuatu kepada Anda," katanya, suaranya terdengar lebih dalam dari sebelumnya, seolah menyimpan beban berat.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 9: Batas yang Tertantang

    Hari pertama sebagai terapis pribadi Nathaniel dimulai. Arissa merasa sedikit cemas, meski ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa semuanya akan berjalan sesuai rencana. Sejak pagi, ia mempersiapkan ruangan klinik dengan lebih hati-hati dari biasanya. Semua peralatan yang diperlukan sudah siap, dan suasana di dalam ruangannya sudah diatur agar terasa nyaman dan tenang. Namun, ada perasaan aneh yang tak bisa ia hilangkan. Sesuatu yang lebih besar dari sekadar rutinitasnya sebagai seorang terapis.Ketika bel pintu berbunyi, Arissa menoleh dan melihat Nathaniel berdiri di depan pintu, mengenakan jas hitamnya yang rapi dan wajahnya yang tampak lebih serius dari biasanya. Ia masuk tanpa berkata apa-apa, dan sesaat suasana menjadi canggung. Arissa mencoba menenangkan diri dan mengingat batas yang telah ia tetapkan sebelumnya.“Selamat sore, Nathaniel,” sapa Arissa dengan nada formal. “Silakan duduk. Sesi ini hanya untuk relaksasi, sesuai dengan kesepakatan kita

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26

Bab terbaru

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 45: Bayangan Keraguan

    Di satu sisi, ia ingin mengabaikan semuanya dan tetap fokus pada pekerjaannya. Tetapi semakin hari, semakin sulit baginya untuk tidak merasa tertekan. Ruang kerja yang dulunya terasa nyaman kini berubah menjadi tempat yang menyesakkan. Bahkan, interaksinya dengan Nathaniel pun semakin berjarak, seolah mempertegas bahwa ia memang tidak lagi diterima di lingkungan ini.Puncaknya terjadi saat makan siang di kantin perusahaan. Saat Arissa masuk dan membawa nampannya ke meja biasa, beberapa karyawan yang sebelumnya sering makan bersamanya tiba-tiba terdiam dan saling bertukar pandang. Salah satu dari mereka, seorang wanita bernama Clara, berdehem pelan dan berkata, "Maaf, Arissa. Kursi ini sudah ditempati."Arissa menatap mereka dengan bingung. "Oh... aku bisa duduk di tempat lain.""Mungkin memang lebih baik begitu," sahut yang lain dengan nada tak bersahabat.Arissa merasakan hatinya mencelos, tetapi ia menelan perasaannya dan berjalan menuju sudut ruangan y

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 44 Pengaruh dalam Lingkungan Kerja

    Tak butuh waktu lama sebelum perubahan ini mulai berdampak pada pekerjaan mereka. Karyawan lain mulai memperhatikan bagaimana interaksi mereka yang dulunya tampak lebih cair kini menjadi kaku dan formal. Ada bisikan di antara rekan-rekan mereka, spekulasi tentang apakah sesuatu telah terjadi antara bos mereka dan Arissa.Vanessa, yang selalu memperhatikan dengan penuh minat, tentu saja tidak melewatkan hal ini. Ia menyeringai puas saat melihat bagaimana Nathaniel tampaknya mulai menjauh dari Arissa. Baginya, ini adalah tanda bahwa rencananya mulai membuahkan hasil.Suatu hari, saat Arissa berada di pantry kantor, Vanessa mendekatinya dengan ekspresi yang tampak simpatik tetapi sarat kepalsuan. "Kau terlihat lelah akhir-akhir ini, Arissa. Sesuatu terjadi?"Arissa menoleh dan memberikan senyum tipis. "Aku baik-baik saja, Vanessa. Hanya sibuk dengan pekerjaan."Vanessa tertawa kecil. "Oh, aku mengerti. Pekerjaan memang bisa membuat seseorang stres, terutama

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 43 Konfrontasi yang Tak Terhindarkan

    Setelah pria itu pergi, Nathaniel menyandarkan tubuhnya di kursi, pikirannya bekerja lebih cepat dari sebelumnya. Sekarang semuanya mulai masuk akal. Serangan ini terlalu terkoordinasi untuk sekadar kebetulan.Ia tahu bahwa ada dua hal yang harus ia lakukan. Pertama, ia harus memastikan bahwa Arissa tidak sampai terluka karena permainan licik ini. Kedua, ia harus menghadapi Vanessa secara langsung.Tanpa membuang waktu, ia mengambil ponselnya dan menghubungi Vanessa."Aku ingin bicara denganmu. Sekarang," katanya dengan suara penuh tekanan.Ada jeda di ujung telepon sebelum Vanessa menjawab dengan nada manis yang dibuat-buat. "Nathaniel, ada apa? Kau terdengar serius.""Kantorku. Lima belas menit."Nathaniel tidak memberi kesempatan Vanessa untuk menolak sebelum menutup teleponnya. Ia menatap keluar jendela, rahangnya mengeras.Jika Vanessa berpikir bahwa ia bisa bermain-main dengannya, maka ia akan segera menyadari betapa salahnya an

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 42: Benih Keraguan

    Nathaniel duduk di balik mejanya, menatap amplop yang sama yang diberikan Vanessa sehari sebelumnya. Sejak menerima laporan itu, pikirannya terus dihantui oleh informasi yang terkandung di dalamnya. Ia ingin mengabaikannya, ingin percaya bahwa Arissa tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Namun, semakin banyak laporan serupa berdatangan, semakin sulit baginya untuk menepis keraguan yang mulai tumbuh di benaknya.Di meja, ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari salah satu eksekutif senior berbunyi:"Nathaniel, kita perlu membicarakan ini. Beberapa klien mulai mempertanyakan keamanan informasi perusahaan setelah rumor soal kebocoran data yang melibatkan seseorang dari staf pribadimu. Aku harap kau bisa memberikan klarifikasi segera."Nathaniel menghela napas panjang. Ia sudah terbiasa menghadapi serangan bisnis, tetapi kali ini berbeda. Serangan itu tidak hanya menargetkan dirinya, tetapi juga Arissa—seseorang yang, meskipun ia enggan mengakuinya, telah menjadi bagian penting dalam hidu

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 41: Jebakan yang Terencana

    Vanessa tidak lagi sekadar bermain dalam bayangan. Setelah gagal mendapatkan hati Nathaniel, ia kini bertekad untuk memastikan bahwa Arissa hancur, tidak hanya dalam kariernya tetapi juga dalam hubungan pribadinya dengan Nathaniel.Dengan cermat, ia telah mengumpulkan berbagai informasi mengenai Arissa, dari latar belakang keluarga hingga kebiasaan kecilnya. Ia tahu bahwa untuk benar-benar menjatuhkan Arissa, ia tidak bisa hanya mengandalkan gosip atau fitnah biasa. Ia butuh sesuatu yang lebih kuat—sesuatu yang bisa mengguncang kepercayaan Nathaniel dan dewan direksi terhadap Arissa.Malam itu, di dalam apartemennya yang mewah, Vanessa duduk dengan segelas anggur merah di tangannya, menelusuri layar laptopnya. Di hadapannya, seorang pria bertubuh tegap dengan ekspresi licik menunggu instruksi lebih lanjut."Kau sudah mendapatkan semua yang kuminta?" Vanessa bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari layar.Pria itu, seorang penyelidik bayaran yang sudah sering menangani pekerjaan ko

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 40: Pertempuran Terbuka

    Hari itu, sebuah pertemuan bisnis besar diadakan di salah satu hotel mewah di pusat kota. Para klien dan mitra bisnis terbaik Nathaniel berkumpul untuk membahas beberapa proyek besar yang akan datang. Ini adalah kesempatan penting untuk menunjukkan kekuatan dan kredibilitas perusahaan, serta kemampuan Nathaniel untuk mengendalikan segala situasi yang datang.Namun, ketegangan sudah memuncak sejak pagi. Nathaniel merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Rasa cemas menggerogoti hatinya, dan ia tahu bahwa Markus Reinhardt tidak akan membiarkannya begitu saja. Hari itu adalah hari yang menantang, dan Nathaniel bisa merasakannya di setiap langkahnya.Pertemuan itu dimulai dengan lancar. Nathaniel memperkenalkan proyek-proyek baru yang akan membawa perusahaan ke level yang lebih tinggi. Para peserta terlihat antusias, banyak yang memberikan apresiasi terhadap ide-ide baru yang disampaikan Nathaniel. Namun, ketika suasana mulai mereda, Markus yang sudah lama menunggu momen yang tepat, berdiri

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 39: Menentukan Langkah yang Tepat

    Arissa duduk di mejanya, matanya kosong menatap layar komputer yang sudah lama tidak ia sentuh. Seluruh ruangan terasa sepi dan berat. Pikirannya terus terbayang pada gosip yang beredar, yang semakin memengaruhi bukan hanya Nathaniel, tetapi juga dirinya. Meskipun ia berusaha tetap profesional, perasaan bersalah semakin menggerogoti hatinya.“Apakah semuanya akan menjadi lebih buruk karena aku?” pikirnya dalam hati. “Apa aku benar-benar pantas berada di sini?”Arissa merasa semakin terjebak. Kehadirannya di sisi Nathaniel, yang awalnya hanya sebatas hubungan profesional, kini telah menjadi pusat dari masalah besar. Gosip mengenai hubungan mereka yang lebih dari sekadar rekan kerja terus menyebar, dan meskipun Nathaniel berusaha untuk tetap tegar, Arissa tahu bahwa beban ini sangat berat bagi dirinya. Bahkan beberapa rekan kerja yang dulu ramah, kini mulai menghindarinya atau memberi tatapan penuh tanda tanya. Sebagian besar dari mereka mungkin tidak berani mengungkapkan secara langsun

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 38: Klarifikasi yang Menegangkan

    Setelah rapat yang penuh ketegangan dengan dewan direksi, Nathaniel kembali merasakan beban berat di pundaknya. Meskipun ia sudah berusaha untuk menanggapi rumor yang beredar dengan tenang, tekanan dari dewan direksi semakin tidak bisa dihindari. Dewan merasa bahwa situasi ini tidak bisa diabaikan begitu saja—terutama karena gosip yang beredar sudah mulai memengaruhi hubungan dengan klien dan mitra bisnis utama perusahaan.Nathaniel tahu bahwa ia harus memberikan klarifikasi yang memadai. Tetapi, meskipun ia tetap berusaha menjaga sikap profesional, ada rasa frustasi yang tak bisa disembunyikan. Selama bertahun-tahun, ia telah membangun reputasi yang solid di dunia bisnis, dan sekarang, semua itu terancam oleh desas-desus yang tidak berdasar. Ia merasa semakin terpojok, namun ia tidak bisa membiarkan hal ini merusak segala yang telah ia capai.Pagi itu, di ruang rapat yang besar, Nathaniel duduk di hadapan dewan direksi. Mata mereka yang penuh keraguan dan perhatian membuat suasana se

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 37: Serangan yang Tersembunyi

    Markus Reinhardt, yang selalu mencari cara untuk menggulingkan posisi Nathaniel, tidak menyia-nyiakan kesempatan setelah melihat keretakan yang mulai muncul dalam hubungan profesional Nathaniel dan Arissa. Sejak gala amal itu, dia mulai merencanakan langkah-langkah strategis untuk menjatuhkan reputasi Nathaniel. Gosip tentang kedekatan mereka mulai ia sebarkan secara sengaja di antara para klien dan mitra bisnis Nathaniel, dengan tujuan untuk menodai citra Nathaniel sebagai seorang pemimpin.Markus, yang selalu ahli dalam membaca situasi, mengetahui bahwa kekuatan Nathaniel terletak pada pengaruhnya yang luar biasa di dunia bisnis, dan bahwa reputasi adalah salah satu aset terpenting bagi seorang pemimpin. Oleh karena itu, ia mulai merancang narasi yang akan membuat Nathaniel tampak tidak profesional dan tidak dapat dipercaya. Rumor yang tersebar mulai mengguncang fondasi perusahaan Nathaniel."Apakah kamu mendengar tentang Nathaniel?" suara seorang mitra bisnis terdengar jelas di tel

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status