“Tidak ada siapa-siapa?!” Xiao Xian menjerit tertahan. Jelas jelas ia merasakan adanya hembusan napas, tak hanya suara tetapi juga sensasi dingin seperti ditiup-tiup, ia yakin ia benar-benar merasakan hembusan napas sesuatu.
‘Hhh… Hhhh… Hhh…’
Kali itu, hembusan napas terasa kembali, yaitu tepat di sebelah kiri telinga Xiao Xian. Xiao Xian melompat mundur dan menggosok telinganya dengan tangan gemetaran. Tak menunggu lama, Xiao Xian berlari ke arah pintu tetapi anehnya, sekencang apapun ia berlari menuju ke pintu perpustakaan lama, jarak keduanya seolah tak pernah berkurang.
Keringat dingin mulai mengucur di pelipis Xiao Xian, membuat lukanya yang menganga terasa perih kembali setelah terkena kucuran keringat.
“Aku tidak percaya hantu! Lagi pula, ini masih siang! Siapa sebenarnya yang sedang mengerjaiku, keluarlah, kita selesaikan ini secara jantan!” Xiao Xian menjerit sekuat tenaga, nyatanya, tak seorang pun menjawab pertanyaan sekaligus tantangannya. Tetapi, deru hembusan napas masih terdengar jelas di telinganya. Terkadang berada di tengkuk belakang, terkadang ada di sisi telinga kanan dan kiri, terkadang juga berada tepat di depan hidungnya.
“Jangan menjadi pecundang! Tunjukkan dirimu!” Xiao Xian memberanikan diri mengumpat, bersamaan dengan itu, sebuah suara mengerikan mendadak menggema di seluruh ruangan.
“Pecundang katamu?!”
BRUAAAK!!!!
Tubuh Xiao Xian terpental ke belakang dan menghantam rak buku, beberapa tumpukan buku yang terjatuh segera menghujani Xiao Xian yang tengah tersungkur ke lantai.
Tap Tap Tap…
Derap langkah kaki mendekat, Xiao Xian masih dalam posisi meringkuk membelakangi arah seseorang yang datang, jadi ia belum mengetahui siapa sosok yang sedang melakukan perundungan kepadanya itu. Karena khawatir akan segera diserang kembali, Xiao Xian mencoba membalikkan badan dan menyingkirkan tumpukan buku yang berjatuhan di kepalanya.
“Si… Siapa… Siapa… Anda?”
Xiao Xian tak pernah percaya kepada hantu tetapi ia bersumpah, sosok yang mendatanginya saat itu bisa dipastikan bukanlah manusia. Setidaknya, tak ada manusia yang tembus pandang seperti sosok pria yang mendekatinya itu.
“Eh, siapa kau sebenarnya?”
Pria tembus pandang itu mengurut janggut, terlihat sedikit kaget atas pertanyaan yang Xiao Xian lontarkan.
“Bukankah aku yang lebih dulu bertanya? Si… Siapa anda?” Xiao Xian mengulang kembali pertanyaannya, tak peduli ketakutannya telah memuncak hingga ke ubun-ubun, nyatanya, rasa penasarannya juga sama besar. Untuk pertama kalinya dalam hidup, baru kali itu Xiao Xian bertemu dengan sosok menyerupai manusia tetapi berwujud tembus pandang.
“Eh, bocah! Kau tak dengar aku juga bertanya?” Pria itu menuding tepat ke arah hidung Xiao Xian. “Bagaimana bisa kau melihat wujudku?” Pria tersebut menggaruk kepalanya yang juga transparan, ia telah berada di perpustakaan lama tersebut selama sekitar empat ratus limah puluh enam tahun, tetapi, baru kali itu ada manusia yang bisa melihat penampakan wujudnya.
Xiao Xian mundur perlahan-lahan, ia cukup yakin bahwa sosok tersebut bukanlah manusia. Sehingga, ia sedang menyusun rencana untuk bisa keluar dari tempat tersebut sesegera mungkin. Sementara itu, sosok pria tembus pandang sepertinya telah mengetahui rencana Xiao Xian.
BRUAAAKKKK!!!
Pintu Perpustakaan lama terbanting cukup keras, si pria tembus pandang tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi putus asa yang terpampang jelas di wajah Xiao Xian. “Jangan harap kau bisa keluar dari tempat ini sebelum aku mendapatkan jawaban yang memuaskan!”
“Apakah setelah aku menjawab pertanyaan, aku bisa bebas?” Xiao Xian bertanya tercekat.
Si pria tembus pandang melipat dua tangannya ke dada. “Bergantung!” tuturnya santai. “Bergantung apakah aku puas atau tidak dengan jawabanmu!”
Xiao Xian menahan napas beberapa saat, andai bocah itu belum terbiasa dengan kesendirian, bisa dipastikan ia tak akan mungkin mampu menahan besarnya rasa takut yang menghantam. Andai Wang Chong atau Lei Xiu yang berada di posisi Xiao Xian saat itu, keduanya pasti segera kehilangan kesadaran atau terkencing di tempat setelah mendapat gangguan dari si pria tembus pandang.
Setelah beberapa saat mengatur napas, Xiao Xian mengepalkan kedua tangannya erat. “Baiklah, mari kita coba. Aku sudah siap menerima pertanyaan.”
Plok Plok Plok Plok!
“Luar biasa sekali bocah ini!” Si pria tembus pandang bertepuk tangan dan terheran-heran dengan bocah kecil yang ada di depannya itu. Nyatanya, Xiao Xian memiliki cukup keberanian dan ketenangan batin untuk menghadapinya. “Baiklah, pertanyaan pertama, apa warna rambutku yang terlihat oleh matamu?” tanya si Pria sembari memegang sejumput rambut panjangnya.
“Ehm… Me… Merah… Sedikit kemerahan, maksudku…”
“Wah! Benar sekali, penglihatanmu bagus juga ternyata! Pertanyaan ke dua, berapa perkiraan usiaku dari wajah dan bentuk fisik yang terlihat di matamu?!”
Xiao Xian memandangi pria tembus pandang itu dengan teliti, sayangnya, ia lebih banyak hidup dalam pengasingan sehingga tak memiliki gambaran yang baik tentang usia seseorang. Dengan sedikit terbata-bata, Xiao Xian menjelaskan situasinya, tetapi pria tembus pandang seperti tak menerima penjelasan Xiao Xian.
“Ehm… Yang kutahu, anda sepertinya seusia dengan Guru Zhang Liao yang ada di sekte Pedang Bambu. Tapi, aku juga tak tahu berapa usia Guru Zhang.”
Pria tembus pandang mengerutkan dahi, ia pernah mendengar nama Zhang Liao ketika beberapa penatua dan guru sekte tengah memeriksa formasi sihir di perpustakaan lama. Lalu, pria itu pun teringat dengan sosok pemuda rupawan berjubah abu-abu. Ingatannya mengatakan bahwa pria rupawan di usia awal tiga puluhan tahun itulah yang memiliki nama Zhang Liao.
“Ha ha ha! Bagus… Bagus… Jika memang ucapanmu jujur, berarti penampakanku menyerupai bocah tiga puluhan tahun, ah, tidak buruk!”
Perlahan-lahan, Xiao Xian mengangkat telapak tangannya. “Apakah itu artinya sekarang aku telah bebas?” Xiao Xian bertanya cukup hati-hati. Sayangnya, tawa bernada meledek segera muncul dari bibir pria tembus pandang.
“Kau bahkan belum menjawab bagian pentingnya, bocah kecil!”
Xiao Xian mengerutkan dahi, seingatnya ia sudah menjawab beberapa pertanyaan yang diaujukan oleh pria tembus pandang.
“Ehm… Kau belum menjawab pertanyaan awalku. Siapa dirimu, mengapa kau bisa melihat keberadaanku?” Pria tembus pandang akhirnya mengungkapkan kembali pertanyaan pertamanya.
Wajah Xiao Xian memancarkan aura sedih dan marah dalam waktu yang sama. Setelah beberapa waktu diam, Xiao Xian akhirnya membuka suara. “Namaku adalah Xiao Xian. Selain itu, aku tak tahu apa-apa tentang diriku karena orang tuaku memutus hubungan keluarga denganku. Aku bahkan tidak tahu seperti apa rupa ayah dan ibuku.”
“Eh, jawabanmu belum lengkap, ingat itu!” Pria tembus pandang menuding Xiao Xian tanpa peduli dengan nasib tragis yang dituturkan oleh Xiao Xian.
“Tentang itu…” Xiao Xian kesulitan memberi jawaban. “Itu terjadi begitu saja. Apakah jawaban ini tidak memuaskan anda?”
Pria tembus pandang berjubah hitam itu tertawa terbahak-bahak. “Tidak juga, sepertinya aku cukup puas dengan jawabanmu. Tetapi, karena kau telah menunjukkan bakat bisa melihat wujudku, maka, kau tak memiliki pilihan lain selain kujadikan wadah nyawaku. Ha ha ha!”
Xiao Xian tak memahami apa maksud dari pria tembus pandang itu tetapi yang jelas, ia yakin itu bukanlah hal yang baik. Ia segera berlari menuju ke pintu keluar tetapi tiba-tiba, tubuhnya seperti terhisap oleh pusaran angin lalu semuanya menjadi gelap gulita.Bug!!!Tubuh Xiao Xian menghantam permukaan yang keras. Bocah itu mendesis kesakitan lalu membuka mata lebar-lebar dan menemukan dirinya tengah berada di ruang temaram tanpa atap dan tanpa lantai. Kebingungan segera menyergapnya, Xiao Xian menghentak-hentakkan kaki ke lantai yang terlihat seperti udara bebas.“Apa lagi ini?!” Xiao Xian bergumam setengah mengumpat. Rasa-rasanya, seumur hidupnya ia selalu bertemu dengan kesialan bertubi-tubi.“Bocah… Aku belum memperkenalkan diri, bukan?”Seketika, mata Xiao Xian menyisir ke seluruh ruangan, berusaha menemukan keberadaan pria tembus pandang. Tetapi, ia tak menemukan apapun selain udara kosong dan ruang aneh yang tak
Negeri Atas Angin merupakan daratan tinggi yang berada pada dua ribu meter di atas permukaan air laut. Dengan ketinggian tersebut, Negeri Atas Angin menjadi tempat dengan pemandangan paling syahdu di seluruh wilayah Kekaisaran Bulan Perak. Pada puncak ketinggian Negeri Atas Angin, terdapat gubuk reot dengan atap dedaunan kering dan dinding kayu yang nyaris dipenuhi lubang. Xiao Xian menganggap tempat itu sebagai rumah meski semua orang lebih setuju menyebutnya sebagai kandang sapi. Setiap pagi datang, Xiao Xian akan menuruni gunung, berjalan sejauh tiga kilo meter lalu berhenti pada satu-satunya pohon beringin tua di desa Wu’an. Dengan kaki-kaki kecilnya, Xiao Xian terbiasa memanjat Beringin tua itu demi bisa melihat dengan jelas kegiatan latihan yang ada di Sekte Pedang Bambu. Sesekali, bocah berumur sepuluh tahun itu akan berangan-angan, andai ia hidup tak membawa kutukan, mungkin ia akan berada di dalam Sekte Pedang Bambu dan menjadi murid dalam di sana, memiliki teman, mendapat pe
Perjalanan dari Beringin tua menuju ke Sekte Pedang Bambu merupakan perjalanan paling mendebarkan yang pernah dirasakan oleh Xiao Xian. Hal itu mengingatkannya pada tiga tahun silam kala Kasim Hong Li membawanya untuk pertama kali ke desa Wu’an. Tiga tahun sebelumnya, Xiao Xian adalah putra dari bangsawan terpandang di ibu kota Negeri Atas Angin. Meski terlahir sebagai anak keluarga bangsawan, Xiao Xian sama sekali tak merasakan masa indah atau kebahagiaan. Hal tersebut lantaran Xiao Xian hanya hidup dalam rumah pengasingan yang jauh dari kemegahan keluarga bangsawan.Setiap tiga kali sehari, seorang pelayan akan mengirimkan makanan di pengasingan lalu pergi setelahnya. Meninggalkan Xiao Xian kecil sendirian. Bocah itu bahkan belum pernah mengenal atau bertemu dengan ayahnya. Suatu ketika, seorang kasim mendatangi pengasingan Xiao Xian dan mengatakan bahwa ayah Xiao Xian memerintahkannya untuk membawa Xiao Xian berguru ke sekte kecil di pegunungan yang bernama Sekte Ped
Hari itu, beberapa guru dan penatua di Sekte Pedang Bambu tengah menghadiri pertemuan penting antar sekte di luar Wu’an. Zhang Liao termasuk dalam jajaran guru yang menghadiri pertemuan dan jelas tidak sedang berada di sekte sebagaimana dengan apa yang dituturkan Wang Chong juga Lei Xiu. Keduanya berbohong demi bisa membawa Xiao Xian ke dalam sekte. Sudah sekian lama Wang Chong dan teman-temannya ingin membawa Xiao Xian tetapi selama ada Zhang Liao di dalam sekte, Wang Chong khawatir rencana busuknya akan digagalkan Zhang Liao.‘Cih, bocah sialan, tak ada lagi yang akan melindungimu kali ini. Kalaupun kau tewas di tangan kami, tak seorang pun akan merasa kehilangan karenamu!’ Wang Chong membatin mana kala ia dan Lei Xiu telah berhasil membawa Xiao Xian menginjak gerbang masuk sekte.“Akhirnya kita tiba, Kakak… Di mana Guru Zhang, junior ingin segera menemuinya.” Xiao Xian berdecak gembira, benar-benar tak menyangka akan bisa menginj
Xiao Xian tak memahami apa maksud dari pria tembus pandang itu tetapi yang jelas, ia yakin itu bukanlah hal yang baik. Ia segera berlari menuju ke pintu keluar tetapi tiba-tiba, tubuhnya seperti terhisap oleh pusaran angin lalu semuanya menjadi gelap gulita.Bug!!!Tubuh Xiao Xian menghantam permukaan yang keras. Bocah itu mendesis kesakitan lalu membuka mata lebar-lebar dan menemukan dirinya tengah berada di ruang temaram tanpa atap dan tanpa lantai. Kebingungan segera menyergapnya, Xiao Xian menghentak-hentakkan kaki ke lantai yang terlihat seperti udara bebas.“Apa lagi ini?!” Xiao Xian bergumam setengah mengumpat. Rasa-rasanya, seumur hidupnya ia selalu bertemu dengan kesialan bertubi-tubi.“Bocah… Aku belum memperkenalkan diri, bukan?”Seketika, mata Xiao Xian menyisir ke seluruh ruangan, berusaha menemukan keberadaan pria tembus pandang. Tetapi, ia tak menemukan apapun selain udara kosong dan ruang aneh yang tak
“Tidak ada siapa-siapa?!” Xiao Xian menjerit tertahan. Jelas jelas ia merasakan adanya hembusan napas, tak hanya suara tetapi juga sensasi dingin seperti ditiup-tiup, ia yakin ia benar-benar merasakan hembusan napas sesuatu.‘Hhh… Hhhh… Hhh…’Kali itu, hembusan napas terasa kembali, yaitu tepat di sebelah kiri telinga Xiao Xian. Xiao Xian melompat mundur dan menggosok telinganya dengan tangan gemetaran. Tak menunggu lama, Xiao Xian berlari ke arah pintu tetapi anehnya, sekencang apapun ia berlari menuju ke pintu perpustakaan lama, jarak keduanya seolah tak pernah berkurang.Keringat dingin mulai mengucur di pelipis Xiao Xian, membuat lukanya yang menganga terasa perih kembali setelah terkena kucuran keringat.“Aku tidak percaya hantu! Lagi pula, ini masih siang! Siapa sebenarnya yang sedang mengerjaiku, keluarlah, kita selesaikan ini secara jantan!” Xiao Xian menjerit sekuat tenaga, nyatanya, tak se
Hari itu, beberapa guru dan penatua di Sekte Pedang Bambu tengah menghadiri pertemuan penting antar sekte di luar Wu’an. Zhang Liao termasuk dalam jajaran guru yang menghadiri pertemuan dan jelas tidak sedang berada di sekte sebagaimana dengan apa yang dituturkan Wang Chong juga Lei Xiu. Keduanya berbohong demi bisa membawa Xiao Xian ke dalam sekte. Sudah sekian lama Wang Chong dan teman-temannya ingin membawa Xiao Xian tetapi selama ada Zhang Liao di dalam sekte, Wang Chong khawatir rencana busuknya akan digagalkan Zhang Liao.‘Cih, bocah sialan, tak ada lagi yang akan melindungimu kali ini. Kalaupun kau tewas di tangan kami, tak seorang pun akan merasa kehilangan karenamu!’ Wang Chong membatin mana kala ia dan Lei Xiu telah berhasil membawa Xiao Xian menginjak gerbang masuk sekte.“Akhirnya kita tiba, Kakak… Di mana Guru Zhang, junior ingin segera menemuinya.” Xiao Xian berdecak gembira, benar-benar tak menyangka akan bisa menginj
Perjalanan dari Beringin tua menuju ke Sekte Pedang Bambu merupakan perjalanan paling mendebarkan yang pernah dirasakan oleh Xiao Xian. Hal itu mengingatkannya pada tiga tahun silam kala Kasim Hong Li membawanya untuk pertama kali ke desa Wu’an. Tiga tahun sebelumnya, Xiao Xian adalah putra dari bangsawan terpandang di ibu kota Negeri Atas Angin. Meski terlahir sebagai anak keluarga bangsawan, Xiao Xian sama sekali tak merasakan masa indah atau kebahagiaan. Hal tersebut lantaran Xiao Xian hanya hidup dalam rumah pengasingan yang jauh dari kemegahan keluarga bangsawan.Setiap tiga kali sehari, seorang pelayan akan mengirimkan makanan di pengasingan lalu pergi setelahnya. Meninggalkan Xiao Xian kecil sendirian. Bocah itu bahkan belum pernah mengenal atau bertemu dengan ayahnya. Suatu ketika, seorang kasim mendatangi pengasingan Xiao Xian dan mengatakan bahwa ayah Xiao Xian memerintahkannya untuk membawa Xiao Xian berguru ke sekte kecil di pegunungan yang bernama Sekte Ped
Negeri Atas Angin merupakan daratan tinggi yang berada pada dua ribu meter di atas permukaan air laut. Dengan ketinggian tersebut, Negeri Atas Angin menjadi tempat dengan pemandangan paling syahdu di seluruh wilayah Kekaisaran Bulan Perak. Pada puncak ketinggian Negeri Atas Angin, terdapat gubuk reot dengan atap dedaunan kering dan dinding kayu yang nyaris dipenuhi lubang. Xiao Xian menganggap tempat itu sebagai rumah meski semua orang lebih setuju menyebutnya sebagai kandang sapi. Setiap pagi datang, Xiao Xian akan menuruni gunung, berjalan sejauh tiga kilo meter lalu berhenti pada satu-satunya pohon beringin tua di desa Wu’an. Dengan kaki-kaki kecilnya, Xiao Xian terbiasa memanjat Beringin tua itu demi bisa melihat dengan jelas kegiatan latihan yang ada di Sekte Pedang Bambu. Sesekali, bocah berumur sepuluh tahun itu akan berangan-angan, andai ia hidup tak membawa kutukan, mungkin ia akan berada di dalam Sekte Pedang Bambu dan menjadi murid dalam di sana, memiliki teman, mendapat pe