Beranda / Pendekar / Pewaris Tahta Ashura / CH. 3 - Perpustakaan Lama

Share

CH. 3 - Perpustakaan Lama

Penulis: Banin SN
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-27 07:44:27

Hari itu, beberapa guru dan penatua di Sekte Pedang Bambu tengah menghadiri pertemuan penting antar sekte di luar Wu’an. Zhang Liao termasuk dalam jajaran guru yang menghadiri pertemuan dan jelas tidak sedang berada di sekte sebagaimana dengan apa yang dituturkan Wang Chong juga Lei Xiu. Keduanya berbohong demi bisa membawa Xiao Xian ke dalam sekte. Sudah sekian lama Wang Chong dan teman-temannya ingin membawa Xiao Xian tetapi selama ada Zhang Liao di dalam sekte, Wang Chong khawatir rencana busuknya akan digagalkan Zhang Liao.

‘Cih, bocah sialan, tak ada lagi yang akan melindungimu kali ini. Kalaupun kau tewas di tangan kami, tak seorang pun akan merasa kehilangan karenamu!’ Wang Chong membatin mana kala ia dan Lei Xiu telah berhasil membawa Xiao Xian menginjak gerbang masuk sekte.

“Akhirnya kita tiba, Kakak… Di mana Guru Zhang, junior ingin segera menemuinya.” Xiao Xian berdecak gembira, benar-benar tak menyangka akan bisa menginjakkan kaki lagi di Sekte Pedang Bambu.

‘Junior katamu? Cih, sejak kapan kami menganggapmu menjadi adik perguruan kami?!’ Lei Xiu membatin kesal tetapi yang ditampakkan oleh wajahnya adalah senyum ramah. “Adik Xiao, tunggu sebentar, Guru Zhang masih sibuk saat ini. Kami akan membawamu ke perpustakaan lama, kau tahu sendiri bukan, keberadaanmu ditakuti dan dibenci banyak orang. Jadi, kami rasa kau perlu kami sembunyikan di perpustakaan lama. Apa kau keberatan?”

Xiao Xian menahan napas sesaat, apa yang dituturkan Lei Xiu memang benar. Keberadaannya bisa membuat banyak orang murka, tetapi, membayangkan perpustakaan lama membuat nyalinya ciut seketika. Perpustakaan lama merupakan penyebutan untuk bangunan tua terbengkalai yang terdapat di satu kilo meter belakang bangunan utama sekte. Banyak yang mengatakan tempat tersebut adalah tempat terkutuk dan nyaris tak ada murid sekte yang berani mendekat ke tempat itu.

“Bisakah junior disembunyikan di kamar mandi atau tempat lain selain tempat itu, kakak?” Xiao Xian memohon tapi Wang Chong dan Lei Xiu menggeleng bersamaan.

“Tak ada waktu lagi, sebelum ada orang yang mengetahui keberadaanmu di sini, kita harus segera bersembunyi. Tenang, kami akan menemanimu di sana,” tutur Wang Chong seolah ingin menepis semua kekhawatiran Xiao Xian.

Lagi-lagi Xiao Xian percaya sebab jaminannya adalah Zhang Liao, sosok guru yang pernah menjadi sosok paling peduli atas nasibnya.

***

Setengah jam kemudian, Lei Xiu, Wang Chong, dan Xiao Xian telah tiba di perpustakaan lama. Aura pekat yang asing tiba-tiba terasa begitu sesak di dada ketiganya. Xiao Xian hampir mundur dan tak mau melanjutkan perjalanan tetapi Lei Xiu dan Wang Chong meyakinkan bahwa mereka hanya sedang takut

“Perasaan ini adalah rasa takut yang wajar, setelah kita berada di sana, aku yakin perasaan sesak ini akan lenyap.”

Apa yang diucapkan Wang Chong ternyata benar. Setelah bunyi derit pintu perpustaakan terdengar dan ketiganya mulai memasuki ruangan, tak ada lagi sensasi sesak yang sebelumnya mengganggu mereka. Aura pekat yang berada di wilayah luar perpustakaan lama sebenarnya merupakan bagian dari formasi sihir yang dipasang oleh leluhur Sekte Pedang Bambu untuk menakuti murid-murid agar tak mendekat ke bangunan terbengkalai itu.

Nyatanya, formasi sihir yang mengeluarkan aura intimidasi kuat itu memang berhasil membuat para murid sekte enggan untuk mendekati perpustakaan lama. Tetapi, tidak dengan Wang Chong dan Lei Xiu, keduanya memberanikan diri untuk memasuki perpustakaan lama demi membawa Xiao Xian ke sana.

“Ah, sial! Aku lupa jika hari ini aku ada janji dengan Guru Ming.” Tiba-tiba, Lei Xiu menepuk jidatnya sesaat setelah ia memasuki perpustakaan lama. “Saudara Wang, maaf saja tetapi aku dalam posisi yang tak bisa membatalkan janji,” tutur Lei Xiu lagi menatap Wang Chong penuh kepura-puraan.

Wang Chong tiba-tiba juga memukul dinding kayu perpustakaan seraya mengumpat. “Saudara Lei, bukankah aku juga harus mengumpulkan tugas kepada Guru Huang. Ah, kacau… Kacau…!”

Xiao Xian memandangi keduanya dengan alis bertaut, satu sisi ia mulai merasakan hawa-hawa tak sedap dari tindakan Wang Chong dan Lei Xiu. Sebelum Xiao Xian bisa memberikan respon, baik Wang Chong dan juga Lei Xiu bergumam bersamaan.

“Adik Xiao, tunggu di sini sebentar. Kami akan segera kembali!”

Wang Chong dan Lei Xiu membalikkan badan dan berlari kencang, tanpa peduli Xiao Xian memanggil-manggil nama mereka dengan putus asa.

“Tenang, kami berjanji akan kembali secepatnya!”

Begitulah, Xiao Xian akhirnya terdiam. Setidaknya jika Zhang Liao mengetahui keberadaannya di Perpustakaan Lama, Xiao Xian yakin Zhang Liao akan segera menjemputnya. Sambil menunggu seseorang mendatanginya, Xiao Xian mencoba memberanikan diri untuk berjalan melewati lorong-lorong rak buku yang telah berdebu dan dipenuhi dengan sarang laba-laba.

Tak ada penerangan di sana kecuali sinar matahari yang melesak masuh lewat beberapa atap bangunan yang rusak. Selebihnya, bangunan perpustakaan lama seolah menjadi sebuah ruangan yang tak pernah bertemu siang. Dalam artian, tak peduli matahari tengah bersinar terang, keadaan di dalam bangunan tetaplah temaram.

Jika tak melihat lesakan sinar matahari yang menelisik lewat atap berlubang, Xiao Xian akan lupa jika hari itu masih siang. ‘Ah, ya, bukankah ini siang hari? Apa yang kutakutkan?’ Xiao Xian membatin seraya menggaruk kepala belakangnya, merasa malu karena telah merasa takut berlebihan pada sesuatu yang tak penting.

Ia kemudian menyusuri lorong-lorong perpustakaan. Ketika baru saja keberaiannya terkumpul, tiba-tiba bulu kuduknya meremang. Ia mematung berdiri tanpa berani menolehkan kepala, yang ia tahu adalah, tengkuknya merasakan hembusan napas seseorang.

Jantung Xiao Xian berdegup kencang kala hembusan napas itu kian memburu di belakang telinganya. Yang membuatnya ketakutan adalah, ia telah berada di tengah-tengah perpustakaan dan sama sekali tak mendengar derap langkah kaki. Lalu, bagaimana bisa ada suara hembusan napas di belakang tengkuknya.

“Si… Siapa… itu?” Xiao Xian bergumam terbata-bata, ia ingin berlari keluar dari ruangan itu tetapi untuk keluar dari perpustakaan lama, Xiao Xian harus membalikkan badan terlebih dahulu.

‘Hhh… Hhhh… Hhh…’

Hembusan napas masih menderu di belakang tengkuknya. Tak ada jalan lain, jika ingin keluar, ia harus membalikkan badan. Xiao Xian menata mental, pelan tapi pasti, ia memutar tubuhnya dengan dua mata menyipit karena menahan ketakutan.

“Aaaaaaaaarrrrghhhhh!!!!” Xiao Xian menjerit sekencang-kencangnya tepat ketika ia telah membalikkan badan.

Bab terkait

  • Pewaris Tahta Ashura   CH. 4 - Menjawab Pertanyaan

    “Tidak ada siapa-siapa?!” Xiao Xian menjerit tertahan. Jelas jelas ia merasakan adanya hembusan napas, tak hanya suara tetapi juga sensasi dingin seperti ditiup-tiup, ia yakin ia benar-benar merasakan hembusan napas sesuatu.‘Hhh… Hhhh… Hhh…’Kali itu, hembusan napas terasa kembali, yaitu tepat di sebelah kiri telinga Xiao Xian. Xiao Xian melompat mundur dan menggosok telinganya dengan tangan gemetaran. Tak menunggu lama, Xiao Xian berlari ke arah pintu tetapi anehnya, sekencang apapun ia berlari menuju ke pintu perpustakaan lama, jarak keduanya seolah tak pernah berkurang.Keringat dingin mulai mengucur di pelipis Xiao Xian, membuat lukanya yang menganga terasa perih kembali setelah terkena kucuran keringat.“Aku tidak percaya hantu! Lagi pula, ini masih siang! Siapa sebenarnya yang sedang mengerjaiku, keluarlah, kita selesaikan ini secara jantan!” Xiao Xian menjerit sekuat tenaga, nyatanya, tak se

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-27
  • Pewaris Tahta Ashura   CH. 5 - Keputusan Xiao Xian

    Xiao Xian tak memahami apa maksud dari pria tembus pandang itu tetapi yang jelas, ia yakin itu bukanlah hal yang baik. Ia segera berlari menuju ke pintu keluar tetapi tiba-tiba, tubuhnya seperti terhisap oleh pusaran angin lalu semuanya menjadi gelap gulita.Bug!!!Tubuh Xiao Xian menghantam permukaan yang keras. Bocah itu mendesis kesakitan lalu membuka mata lebar-lebar dan menemukan dirinya tengah berada di ruang temaram tanpa atap dan tanpa lantai. Kebingungan segera menyergapnya, Xiao Xian menghentak-hentakkan kaki ke lantai yang terlihat seperti udara bebas.“Apa lagi ini?!” Xiao Xian bergumam setengah mengumpat. Rasa-rasanya, seumur hidupnya ia selalu bertemu dengan kesialan bertubi-tubi.“Bocah… Aku belum memperkenalkan diri, bukan?”Seketika, mata Xiao Xian menyisir ke seluruh ruangan, berusaha menemukan keberadaan pria tembus pandang. Tetapi, ia tak menemukan apapun selain udara kosong dan ruang aneh yang tak

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-27
  • Pewaris Tahta Ashura   CH. 1 - Kandang Sapi

    Negeri Atas Angin merupakan daratan tinggi yang berada pada dua ribu meter di atas permukaan air laut. Dengan ketinggian tersebut, Negeri Atas Angin menjadi tempat dengan pemandangan paling syahdu di seluruh wilayah Kekaisaran Bulan Perak. Pada puncak ketinggian Negeri Atas Angin, terdapat gubuk reot dengan atap dedaunan kering dan dinding kayu yang nyaris dipenuhi lubang. Xiao Xian menganggap tempat itu sebagai rumah meski semua orang lebih setuju menyebutnya sebagai kandang sapi. Setiap pagi datang, Xiao Xian akan menuruni gunung, berjalan sejauh tiga kilo meter lalu berhenti pada satu-satunya pohon beringin tua di desa Wu’an. Dengan kaki-kaki kecilnya, Xiao Xian terbiasa memanjat Beringin tua itu demi bisa melihat dengan jelas kegiatan latihan yang ada di Sekte Pedang Bambu. Sesekali, bocah berumur sepuluh tahun itu akan berangan-angan, andai ia hidup tak membawa kutukan, mungkin ia akan berada di dalam Sekte Pedang Bambu dan menjadi murid dalam di sana, memiliki teman, mendapat pe

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-27
  • Pewaris Tahta Ashura   CH. 2 - Latar Belakang Xiao Xian

    Perjalanan dari Beringin tua menuju ke Sekte Pedang Bambu merupakan perjalanan paling mendebarkan yang pernah dirasakan oleh Xiao Xian. Hal itu mengingatkannya pada tiga tahun silam kala Kasim Hong Li membawanya untuk pertama kali ke desa Wu’an. Tiga tahun sebelumnya, Xiao Xian adalah putra dari bangsawan terpandang di ibu kota Negeri Atas Angin. Meski terlahir sebagai anak keluarga bangsawan, Xiao Xian sama sekali tak merasakan masa indah atau kebahagiaan. Hal tersebut lantaran Xiao Xian hanya hidup dalam rumah pengasingan yang jauh dari kemegahan keluarga bangsawan.Setiap tiga kali sehari, seorang pelayan akan mengirimkan makanan di pengasingan lalu pergi setelahnya. Meninggalkan Xiao Xian kecil sendirian. Bocah itu bahkan belum pernah mengenal atau bertemu dengan ayahnya. Suatu ketika, seorang kasim mendatangi pengasingan Xiao Xian dan mengatakan bahwa ayah Xiao Xian memerintahkannya untuk membawa Xiao Xian berguru ke sekte kecil di pegunungan yang bernama Sekte Ped

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-27

Bab terbaru

  • Pewaris Tahta Ashura   CH. 5 - Keputusan Xiao Xian

    Xiao Xian tak memahami apa maksud dari pria tembus pandang itu tetapi yang jelas, ia yakin itu bukanlah hal yang baik. Ia segera berlari menuju ke pintu keluar tetapi tiba-tiba, tubuhnya seperti terhisap oleh pusaran angin lalu semuanya menjadi gelap gulita.Bug!!!Tubuh Xiao Xian menghantam permukaan yang keras. Bocah itu mendesis kesakitan lalu membuka mata lebar-lebar dan menemukan dirinya tengah berada di ruang temaram tanpa atap dan tanpa lantai. Kebingungan segera menyergapnya, Xiao Xian menghentak-hentakkan kaki ke lantai yang terlihat seperti udara bebas.“Apa lagi ini?!” Xiao Xian bergumam setengah mengumpat. Rasa-rasanya, seumur hidupnya ia selalu bertemu dengan kesialan bertubi-tubi.“Bocah… Aku belum memperkenalkan diri, bukan?”Seketika, mata Xiao Xian menyisir ke seluruh ruangan, berusaha menemukan keberadaan pria tembus pandang. Tetapi, ia tak menemukan apapun selain udara kosong dan ruang aneh yang tak

  • Pewaris Tahta Ashura   CH. 4 - Menjawab Pertanyaan

    “Tidak ada siapa-siapa?!” Xiao Xian menjerit tertahan. Jelas jelas ia merasakan adanya hembusan napas, tak hanya suara tetapi juga sensasi dingin seperti ditiup-tiup, ia yakin ia benar-benar merasakan hembusan napas sesuatu.‘Hhh… Hhhh… Hhh…’Kali itu, hembusan napas terasa kembali, yaitu tepat di sebelah kiri telinga Xiao Xian. Xiao Xian melompat mundur dan menggosok telinganya dengan tangan gemetaran. Tak menunggu lama, Xiao Xian berlari ke arah pintu tetapi anehnya, sekencang apapun ia berlari menuju ke pintu perpustakaan lama, jarak keduanya seolah tak pernah berkurang.Keringat dingin mulai mengucur di pelipis Xiao Xian, membuat lukanya yang menganga terasa perih kembali setelah terkena kucuran keringat.“Aku tidak percaya hantu! Lagi pula, ini masih siang! Siapa sebenarnya yang sedang mengerjaiku, keluarlah, kita selesaikan ini secara jantan!” Xiao Xian menjerit sekuat tenaga, nyatanya, tak se

  • Pewaris Tahta Ashura   CH. 3 - Perpustakaan Lama

    Hari itu, beberapa guru dan penatua di Sekte Pedang Bambu tengah menghadiri pertemuan penting antar sekte di luar Wu’an. Zhang Liao termasuk dalam jajaran guru yang menghadiri pertemuan dan jelas tidak sedang berada di sekte sebagaimana dengan apa yang dituturkan Wang Chong juga Lei Xiu. Keduanya berbohong demi bisa membawa Xiao Xian ke dalam sekte. Sudah sekian lama Wang Chong dan teman-temannya ingin membawa Xiao Xian tetapi selama ada Zhang Liao di dalam sekte, Wang Chong khawatir rencana busuknya akan digagalkan Zhang Liao.‘Cih, bocah sialan, tak ada lagi yang akan melindungimu kali ini. Kalaupun kau tewas di tangan kami, tak seorang pun akan merasa kehilangan karenamu!’ Wang Chong membatin mana kala ia dan Lei Xiu telah berhasil membawa Xiao Xian menginjak gerbang masuk sekte.“Akhirnya kita tiba, Kakak… Di mana Guru Zhang, junior ingin segera menemuinya.” Xiao Xian berdecak gembira, benar-benar tak menyangka akan bisa menginj

  • Pewaris Tahta Ashura   CH. 2 - Latar Belakang Xiao Xian

    Perjalanan dari Beringin tua menuju ke Sekte Pedang Bambu merupakan perjalanan paling mendebarkan yang pernah dirasakan oleh Xiao Xian. Hal itu mengingatkannya pada tiga tahun silam kala Kasim Hong Li membawanya untuk pertama kali ke desa Wu’an. Tiga tahun sebelumnya, Xiao Xian adalah putra dari bangsawan terpandang di ibu kota Negeri Atas Angin. Meski terlahir sebagai anak keluarga bangsawan, Xiao Xian sama sekali tak merasakan masa indah atau kebahagiaan. Hal tersebut lantaran Xiao Xian hanya hidup dalam rumah pengasingan yang jauh dari kemegahan keluarga bangsawan.Setiap tiga kali sehari, seorang pelayan akan mengirimkan makanan di pengasingan lalu pergi setelahnya. Meninggalkan Xiao Xian kecil sendirian. Bocah itu bahkan belum pernah mengenal atau bertemu dengan ayahnya. Suatu ketika, seorang kasim mendatangi pengasingan Xiao Xian dan mengatakan bahwa ayah Xiao Xian memerintahkannya untuk membawa Xiao Xian berguru ke sekte kecil di pegunungan yang bernama Sekte Ped

  • Pewaris Tahta Ashura   CH. 1 - Kandang Sapi

    Negeri Atas Angin merupakan daratan tinggi yang berada pada dua ribu meter di atas permukaan air laut. Dengan ketinggian tersebut, Negeri Atas Angin menjadi tempat dengan pemandangan paling syahdu di seluruh wilayah Kekaisaran Bulan Perak. Pada puncak ketinggian Negeri Atas Angin, terdapat gubuk reot dengan atap dedaunan kering dan dinding kayu yang nyaris dipenuhi lubang. Xiao Xian menganggap tempat itu sebagai rumah meski semua orang lebih setuju menyebutnya sebagai kandang sapi. Setiap pagi datang, Xiao Xian akan menuruni gunung, berjalan sejauh tiga kilo meter lalu berhenti pada satu-satunya pohon beringin tua di desa Wu’an. Dengan kaki-kaki kecilnya, Xiao Xian terbiasa memanjat Beringin tua itu demi bisa melihat dengan jelas kegiatan latihan yang ada di Sekte Pedang Bambu. Sesekali, bocah berumur sepuluh tahun itu akan berangan-angan, andai ia hidup tak membawa kutukan, mungkin ia akan berada di dalam Sekte Pedang Bambu dan menjadi murid dalam di sana, memiliki teman, mendapat pe

DMCA.com Protection Status