Share

Bab 162. Mencemaskan Sekar Pandan

Tubuh Ki Surabang terhempas di rerumputan kering. Tertatih-tatih dia menyeret tubuhnya mundur seraya memegangi dadanya, saat pemuda yang telah mengalahkan dirinya dengan ranting itu mendekat. Urat-urat lehernya tegang karena menahan sakit luar biasa di dada.

Sinar matahari pagi yang menerobos celah dedaunan dan ranting menerpa wajah pucatnya.

"Aku tidak akan menyakitimu selama kau tidak menyakiti gadis itu, Kisanak. Perlu kau tahu, ayah Sekar Pandan telah lama meninggal. Orang yang meninggal tidak mungkin melakukan kejahatan. Hanya orang-orang yang dibutakan amarah saja yang menuduh Pendekar Pedang Sulur Naga melakukan kejahatan lewat tangan ketua perguruan Tangan Seribu. Ini sudah jelas. Pelaku satu-satunya adalah ketua baru itu."

Ki Surabang meludah dengan jijik.

"Kau jangan asal bicara, Anak muda. Kau tidak tahu apa-apa tentang kejahatan Pendekar Pedang Sulur Naga. Pedang itu sebelumnya telah diwariskan kepada Paksi Jingga. Sebelum meninggal di
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status