Bab 1. MAHASISWA MISKIN
"Hai Kuli, cepat kemari!”
Terdengar mahasiswa senior memanggil seorang pemuda yang sedang berjalan di selasar Universitas Matrix.
Mahasiswa yang dipanggil kuli tentu saja tidak menoleh, dia tetap terus berjalan menelusuri Selasar menuju kantin.
Kemudian empat orang mahasiswa Senior langsung menghadang langkah Jaka dengan senyum penuh dengan hinaan terlukis di wajah mereka.
Jaka Kelud langsung berhenti dan menatap keempat mahasiswa senior yang menghadangnya dengan tatapan tidak suka.
Meskipun Jaka merupakan orang miskin, dia tetap tidak suka jika ada orang yang bersikap kasar kepadanya.
Jaka masih bisa mentoleransi orang yang menghina kemiskinannya, akan tetapi jika ada yang berniat mengganggunya maka rasa takut dan rendah dirinya akan menghilang seketika itu juga.
Jaka Kelud sendiri merupakan mahasiswa semester dua, sedangkan mahasiswa senior dan teman-temannya yang menghadang Jaka merupakan mahasiswa semester enam dan merupakan ketua BEM Universitas Matrix.
Mahasiswa yang memimpin para mahasiswa senior ini bernama Yoga yang berasal dari keluarga konglomerat, dengan statusnya ini tentu saja dia selalu memandang rendah setiap mahasiswa yang berasal dari keluarga miskin.
Apalagi dia tahu kalau Jaka Kelud masuk Universitas Matrix ini menggunakan beasiswa yang membuatnya bisa belajar tanpa harus membayar biaya semester dan lainnya.
“Ada apa kak?”Jaka bertanya dengan sopan ke arah mahasiswa yang menghadang langkahnya.
“Kamu ini benar-benar orang miskin yang tidak tahu diri. Kalau dipanggil tuan muda sebaiknya kamu cepat datang dan mendekat, Dasar orang miskin, apa kamu ingin kami hajar terlebih dahulu agar kamu bisa mendengar saat kami panggil?”
“Betul sekali, kalau jadi mahasiswa yang mengandalkan beasiswa itu jangan terlalu belagu, dasar miskin tapi sok bergaya dasar sombong dan tak tahu diri.”
Jaka yang awalnya sudah menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Yoga untuk menanyakan alasan dia dipanggil segera berniat untuk melanjutkannya langkah kakinya lagi ketika mendengar hinaan mahasiswa senior di depannya.
Tentu saja Yoga tidak senang melihat Jaka ingin melanjutkan langkahnya dan seperti menghiraukan perkataannya.
“Berhenti, kamu mau kemana lagi? Cepat kemari,!”
Yoga yang melihat Jaka menghiraukan perkataan anak buahnya segera melambaikan tangannya sambil berteriak dengan menampilkan ekspresi tidak sukanya.
“Cepat menghadap tuan muda.”
Salah seorang mahasiswa senior yang menghadangnya langsung mendorong dada Jaka untuk segera menghadap Yoga.
Tubuh Jaka sedikit terhuyung terkena dorongan mahasiswa senior yang menghadangnya.
Jaka menatap mahasiswa itu dengan tatapan tidak suka terlihat jelas dari sorot matanya yang tajam.
“Kenapa kakak mendorongku?”
“Ha ha ha ha… lihatlah si Kuli mulai marah, ha ha ha ha…”
Bukannya minta maaf, mahasiswa senior ini malah tertawa penuh dengan hinaan sambil menunjuk ke arah Jaka yang sedang menatap ke arahnya dengan mata penuh tatapan tidak senang.
“Cepat pergi sana menghadap tuan muda Yoga!”
Sekali lagi mahasiswa senior yang menghadangnya menghardik dan terlihat tidak sabar melihat sikap Jaka.
Jaka memandangi keempat mahasiswa senior di depannya dan Yoga yang sedang menatap ke arahnya bersama anak buahnya yang lain dengan silih berganti.
Akhirnya Jaka menghela nafas berat sebelum akhirnya berjalan ke arah Yoga dan menyapanya.
“Hallo kak, ada apa kakak memanggilku.”
“Nah begitu baru anak yang baik, Jadi orang miskin itu jangan belagu. Apa kamu tidak ingin tetap kuliah di Universitas ini? Belikan aku rokok di minimarket, ini uangnya.”
Yoga melemparkan uang lembaran seratus ribu rupiah ke wajah Jaka dengan ekspresi penuh dengan penghinaan tergambar jelas di wajahnya, setelah menyampaikan perkataan penuh dengan ancaman.
Dengan cepat Jaka pergi ke minimarket yang ada di dekat Universitas untuk membeli rokok pesanan Yoga dengan perasaan kesal, setelah memungut uang seratus ribu rupiah di lantai.
Tak lama kemudian Jaka sudah kembali dan menyerahkan sebungkus rokok dan korek api kepada Yoga dengan tatapan datar.
Dalam hati Jaka sebenarnya sangat marah dan benci diperintah oleh Yoga, tapi dia menyadari keadaan dirinya yang hanya mahasiswa miskin bisa kuliah di Universitas ternama ini saja dengan jalur Beasiswa.
Jaka tidak ingin membuat keributan yang akan membuatnya mendapatkan poin dan beasiswa yang didapatkan akan dicabut oleh pihak Universitas.
Hal ini bagi Jaka bukanlah sesuatu yang memalukan, yang penting dia tidak disuruh melakukan perbuatan jahat atau abnormal.
“Ambil kembaliannya untuk kamu saja, sana cepat pergi baumu itu mengganggu penciuman kami.”
Yoga melemparkan uang lima puluh ribu rupiah kembalian membeli rokok ke lantai seperti sebelumnya saat dia menyuruh Jaka untuk membeli rokok.
Hati Jaka langsung memanas melihat sikap arogan kakak seniornya ini, dengan menahan sabar Jaka mengambil uang lima puluh ribu rupiah itu di lantai kemudian pergi meninggalkan mereka tanpa banyak bicara.
“Ha ha ha ha…. dasar pecundang tetap saja pecundang, makanya jadi orang itu jangan terlalu belagu.”
Suara tawa anak buah Yoga menggema di selasar Universitas berbasis teknologi yang sangat ternama di kota Jakarta ini.
Sementara Yoga dan teman-temannya tampak memandangi punggung Jaka sambil bergosip menghinanya.
Dengan cepat Jaka meninggalkan Yoga dan yang lainnya, melanjutkan perjalanannya ke kantin untuk makan siang.
Selepas berkuliah, Jaka yang mesti mencari tambahan langsung menuju area konstruksi tempatnya bekerja paruh waktu dengan bis.
Tak berselang setengah jam, kini terpampang di hadapannya sebuah area konstruksi gedung apartemen lima puluh lantai yang sedang dalam pembangunan.
“Hai Jaka, kamu sudah datang ayo cepat ganti pakaianmu kita mulai kerja.”
“Siap.”
Begitu memasuki lokasi konstruksi, Jaka sudah disambut seorang mandor proyek dengan ramah.
Ketekunan dan sikap kooperatif Jaka selama bekerja di lokasi konstruksi membuat semua rekan kerjanya sangat menyukainya.
Apalagi tidak suka bicara dan tidak suka membantah setiap perintah mandor atau rekan kerjanya yang meminta bantuan.
Bekerja di lokasi Konstruksi adalah pekerjaan paruh waktu yang dilakukan Jaka Kelud Setiap pulang Kuliah, lebih tepatnya Jaka mulai bekerja pukul empat sore hingga sepuluh malam.
Saat ini Jaka Kelud sudah berganti pakaian kerja dengan helm keamanan terpasang di kepalanya untuk menghindari benda kecil jatuh menimpanya yang akan menyebabkan kecelakaan yang tidak perlu.
Waktu berlalu dengan cepat tidak terasa jam kerja Jaka hampir selesai, saat ini waktu sudah menunjukkan waktu pukul sembilan malam yang berarti satu jam lagi jam kerja Jaka Kelud sudah selesai.
Saat ini Jaka sedang asyik dengan pekerjaannya mengambil batu batu bata dan dipindahkan ke sebuah troli yang akan dibawa ke atas menggunakan crane.
Pada saat sedang asik membungkuk untuk merapikan batu bata di depannya sambil menunggu troli crane yang baru saja naik menuju lantai dua puluh turun lagi untuk kembali mengangkut batu bata, tiba-tiba dari langit turun hujan batu bata.
Brak brak brak…
“Jaka...!”
“Jaka…!”
***
Bab 2. MUSIBAH YANG MENGEJUTKAN Hujan batu bata itu secara tidak sengaja tepat jatuh di atas kepala dan tubuh Jaka membuat debu berterbangan di sekitarnya yang membuat semua orang di lokasi konstruksi menjerit histeris sambil berteriak seakan tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Sementara itu Jaka yang tertimpa hujan batu bata yang berjumlah ribuan seakan tidak merasakan apa yang menimpa kepala dan tubuhnya. Hingga debu yang sangat padat memenuhi sekelilingnya barulah Jaka menyadari apa yang terjadi di sekelilingnya. Pada saat ini Jaka hanya merasakan tubuh dan kepalanya seperti terkena butiran air hujan dari langit, dia sama sekali menghiraukan teriakan kepanikan semua rekan kerjanya di tempat konstruksi. Seperti tidak sadar dengan apa yang baru saja terjadi pada dirinya, Jaka malahan mengebutkan tangannya di pakaian yang berdebu setelah terkena ribuan batu bata yang jatuh dari lantai dua puluh. Jaka malahan masih asik merapikan batu bata yan
Bab 3. PENCULIKAN Keesokan harinya seperti biasa Jaka berangkat kuliah dengan penuh semangat, seakan musibah yang menimpanya kemarin saat di lokasi konstruksi bukanlah sesuatu yang perlu dianggap serius. Tubuh Jaka tampak bugar, tubuhnya tidak terlihat ada luka luar maupun luka dalam setelah tertimpa ribuan batu bata dari ketinggian gedung lantai dua puluh. Saat jam istirahat kuliah, Jaka pergi ke kantin untuk mengisi perutnya. Di kantin terlihat banyak mahasiswa yang sedang makan sambil berbincang dengan rekan-rekan mereka. Kehadiran Jaka tidaklah langsung menarik perhatian mahasiswa wanita yang sedang duduk bergerombol. Sedangkan mahasiswa pria tampak tidak terlalu memperdulikan Jaka yang baru saja datang memasuki kantin. “Bu Minten, minta bakso satu sama kupat.” “Baik mas, tunggu sebentar ya?”Bu Minten yang merupakan salah satu pedagang yang berjualan di kantin tersenyum dengan ramah kearah Jaka. Di Kantin kampus ada puluhan UMKM
Bab 4. MENYELAMATKAN INTAN Jaka berteriak dengan lantang setelah menampar kelima pria yang akan memasukkan Intan kedalam mobil SUV. Tubuh kelima pria itu langsung jatuh menghantam tanah dengan cepat, untungnya Jaka menampar tidak terlalu keras sehingga keempat pria ini tidak sampai mati. Meskipun tidak sampai mati, tapi dari keempat panca indera mereka berempat mengeluarkan darah yang membuat keempat pria ini langsung tak sadarkan diri tanpa tahu siapa orang yang memukul mereka. “Kamu tidak apa-apa?”Jaka segera menanyai Intan yang sedang shock melihat keempat pria yang akan menculiknya tiba-tiba jatuh terkapar begitu saja dan tiba-tiba juga di sampingnya sudah berdiri pria miskin yang dikenalnya. “Jaka….”Sepasang mata indah Intan tiba-tiba berkabut setelah mengamati dengan jelas sosok pria yang menolongnya. Jaka hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya dengan pelan sebagai tanda mengiyakan pertanyaan Intan. “Jaka…. saya benar-benar tidak tahu a
Bab 5. DI USIR “Non Intan anda sudah pulang?”Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara orang yang menyapa Intan dari balik jeruji pintu gerbang. “Eh pak Danang, cepat buka pintu gerbangnya.”Bukannya menjawab sapaan penjaga rumahnya, Intan malah menyuruh Danang untuk membuka pintu gerbangnya. Segera saja pintu gerbang besi itu terbuka dari dalam, kemudian Intan masuk ke halaman Mansion keluarga Warsito sambil tangannya menggandeng tangan Jaka. Pemandangan ini tentu saja membuat Danang penasaran dengan pria yang di bawa pulang nona mudanya. “Siapa pemuda itu? Apakah dia pacar baru Non Intan?”Danang hanya bisa membatin dalam hatinya, melihat pemandangan yang tidak biasa. Setahu Danang, Intan sama sekali belum mempunyai pacar karena selama ini dia sama sekali tidak melihat ada teman pria yang datang mengunjungi Intan. Dengan sangat ramah, Intan menarik tangan Jaka memasuki Mansion tiga lantai milik keluarganya. Jaka yang terbiasa hidup di gubuk
Bab 6. SALAH PAHAM “Intan saya pulang dulu.” “Jaka tunggu, jangan pergi biar pak sopir mengantarmu pulang.” “Tidak perlu, saya naik taksi saja,” sahut Jaka yang sudah mulai berjalan keluar dari ruang tamu Mansion keluarga Warsito. Intan yang melihat Jaka pergi begitu saja dari rumahnya merasa sangat bersalah dan akan menyusul keluar, tapi langkahnya terhenti karena tangannya di pegang dengan kuat oleh Rustam yang menatapnya dengan mata memerah karena marah. “Diamlah, biarkan orang miskin itu pergi. Apa kamu tahu siapa kamu dan siapa dia? Lihatlah keluarga kita, apa pantas putri keluarga Warsito bergaul dengan pria miskin seperti itu?” “Ayah, ayah tidak tahu siapa Jaka itu? Kenapa ayah begitu kasar kepadanya? Apa ayah tahu kalau tidak ada Jaka yang datang menolong Intan mungkin Intan malam ini tidak bisa pulang menemui ayah. Ayah sudah memalukan Intan… hiks hiks hiks…”Intan berteriak sambil berusaha melepaskan tangannya yang dicengkram dengan erat oleh Ru
Bab 7. PENGHINAAN DUA WANITA CANTIK Sementara itu Jaka yang ada di dalam taksi tampak tersenyum masam mengingat perlakuan orang tua Intan kepadanya. Sebelumnya dia memang sudah menolak untuk masuk kedalam Mansion keluarga Warsito yang terlihat begitu megah, karena dia yang sudah terbiasa akan hinaan dari orang-orang yang lebih kaya darinya sudah menyadari apa yang akan terjadi pada dirinya jika masuk kedalam rumah yang begitu mewah. Dan kenyataan ini benar-benar terjadi, membuat Jaka hanya bisa menghela nafas berat mengingat kejadian pahit di rumah Intan. Akhirnya taksi yang dinaiki Jaka sampai juga di gang yang menuju kontrakannya, setelah membayar ongkos taksi Jaka keluar dengan tak lupa mengucapkan terimakasih kepada sopir taksi. Kontrakan Jaka terletak dalam sebuah gang, maklumlah Jaka hanya mampu menyewa rumah di tempat ini yang harga sewanya cukup murah, yaitu satu juta rupiah satu bulannya dengan kamar mandi didalam dan listrik membayar sendiri.
Bab 8. PERMINTAAN MAAF Pedagang bubur ayam tampak tersenyum masam melihat tingkah laku kedua wanita cantik ini. “Ternyata kecantikan tidak bisa membuat kedua wanita ini bersikap baik kepada orang lain, tapi kecantikannya malah di gunakan untuk menghina orang lain. Sepertinya mereka belum mendapat karma dari apa yang mereka ucapkan,” gumam pedagang bubur ayam sambil mencuci mangkuk kotor di tangannya. Tentu saja pedagang bubur ayam tidak berani menghentikan perkataan kedua wanita cantik itu yang menghina Jaka, karena dia juga orang kecil dan sedang berdagang, jadi tidak elok jika membuat keributan di tempat kerjanya. Jaka yang pergi meninggalkan lapak bubur ayam, segera berjalan dengan cepat menuju rumah kontrakannya. Jaka sudah kebal dengan segala ejekan dari orang-orang disekitarnya sehingga dia sama sekali tidak marah, yang bisa dilakukannya hanyalah menahan semua emosinya dalam hati. Waktu berjalan dengan cepat, saat ini Jaka sudah berangkat kuliah sepe
Bab 9. ISABELLA “Apa? Kaos polos seperti ini saja harganya lima ratus ribu rupiah? Tulisannya juga cuma sebuah simbol kecil, benar-benar mahal pakaian di tempat ini.”Jaka menghela nafas sambil menggeleng-gelengkan kepalanya setelah melihat harga yang tercantum pada setiap pakaian pria yang di pajang. Sebenarnya harga yang tercantum di setiap pakaian yang dipajang sangatlah wajar, karena pakaian yang di jual di Mall ini merupakan barang kelas menengah keatas. Berbeda dengan pakaian yang dikenakan Jaka yang dibeli dengan harga murah di pasar tradisional yang ada di desanya, yang dibuka dua kali dalam satu minggu. Jaka melihat kearah pakaian yang dikenakannya, senyumnya tampak masam setelah melihat pakaian yang dikenakannya. “Ternyata pakaianku sangatlah jelek dan sepertinya tidak pantas di pakai di tempat seperti ini,” gumam Jaka setelah melihat pakaian yang dikenakannya dari atas hingga bawah dan melihat sepatunya yang sudah butut. Rasa malu seketika
Bab 145. ANITA TEMAN SEMASA SMA “Apakah orang yang kamu ceritakan itu, pria dan sopirnya yang tertabrak mobil SUV putih di jalan dekat jembatan layang?” kata Jaka sambil menatap wajah cantik Intan yang duduk di depannya. “Ternyata kamu tahu juga tentang kecelakaan itu?” “Tentu saja tahu, kan sekarang apapun yang terjadi di mana-mana akan cepat masuk ke berita online,” kata Jaka Kelud diplomatis. Tentu saja Jaka Kelud membuat alasan ini untuk menghindari kecurigaan Intan, kalau dia menceritakan pengalamannya secara jujur, kalau yang menolong pria itu adalah dia, maka kemungkinan besar Intan malah akan menuduhnya yang menabrak mobilnya, alih-alih memuji dirinya. Hal ini tentu saja tidak dikehendaki Jaka Kelud. Setelah berbicara mengenai suami dari wanita yang bertemu dengan mereka di lobi Cafe, akhirnya pesanan mereka dihidangkan diatas meja. Mereka makan dalam diam, menikmati makan malamnya, hingga tak lama kemudian diatas meja yang terlihat hanya piring
Bab 144. KENANGAN SEORANG WANITA PARUH BAYA Pemilik sepasang mata ini adalah seorang wanita paruh baya yang sebelumnya pernah melihat Jaka Kelud di Cafe Bintang saat sedang berkumpul bersama teman sosialitanya. “Bukankah ini pemuda yang sebelumnya pernah saya lihat di Cafe? Jadi pemuda ini namanya adalah Jaka Kelud .” “Ternyata pemuda ini adalah seorang mahasiswa yang berprestasi dan mengharumkan nama bangsa Indonesia di kancah Internasional.” “Tapi yang membuat saya heran, kenapa wajahnya sangat mirip dengan wajah mas Rustam semasa masih muda? Apakah… apakah… jangan-jangan dia adalah Rangga Buwono anakku yang hanyut di sungai dua puluh tahun yang lalu? Tapi namanya Jaka kelud, itu bukan seperti nama anakku? Sebenarnya apa yang terjadi pada dunia ini? Apakah mas Rustam punya saudara di kampung selain yang pernah saya kenal? Ataukah mas Rustam diam-diam bermain api di belakangmu dan berselingkuh dengan wanita lain?” Wanita paruh baya yang mempunyai wajah cant
Bab 143. IDOLA GEN Z Pada Ronde kedua, barulah Jaka mulai mengincar kelemahan lawannya. Kali ini dia melakukan gerakan bantingan yang sangat cepat dengan cara menangkap pukulan Tagumi dan membantingnya dengan kecepatan yang tidak diduga-duga sebelumnya. Pukulan Tagumi sebenarnya sangat cepat, dan kembali dengan cepat pula ke posisi awalnya. Akan tetapi kecepatan pukulan Tagumi, masih terlalu lambat bagi Jaka Kelud. Sehingga dia bisa dengan cepat menangkap tangan Tagumi dan membantingnya mengikuti luncuran tenaga pukulannya. Bugh….!Suara berdebam menggema di arena pertandingan ketika tubuh Tagumi jatuh terbanting dengan telak. Sebenarnya bantingan Jaka Kelud tidak terlalu keras dalam pikirannya, akan tetapi kenyataannya berbeda bagi lawannya. Begitu tubuhnya terbanting ke atas matras, secara kebetulan tulang punggungnya terkilir, sehingga Tagumi terkapar tidak berdaya. “Satu… dua… tiga… sepuluh…” Wasit menghitung dengan cepat ke arah Ta
Bab 142. MONSTER TURNAMEN Darah menyembur dari mulut Ronaldo, setelah terkena tendangan Legendaris Jaka Kelud. Begitu terkena tendangan, tulang rusuknya patah membuat kesombongannya langsung di bungkam. Tim Official dari Amerika langsung emosi melihat Ronaldo kalah dengan telak menghadapi peserta dari Indonesia. Kemenangan Jaka dan Hendra Putra, membuat Indonesia bisa mengikuti babak selanjutnya. Hari berikutnya Jaka dan Hendra Putra tidak ada jadwal bertanding, akan tetapi mereka tetap mengikuti setiap pertandingan yang menghadirkan tim dari Indonesia. Kali ini ada dua peserta dari Indonesia yang giliran tanding, yaitu Rubiman dan Bas Wahyu. Kedua peserta ini berasal dari provinsi Riau dan provinsi Kalimantan barat. Jaka tampak bersemangat melihat penampilan mereka berdua, apalagi dengan penampilan Rubiman yang merupakan pesilat tangguh yang menguasai Silat harimau Minang. Rubiman menang angka melawan peserta dari negara Afrika, sedangkan Ba
Bab 141. TENDANGAN LEGENDARIS Jaka menghindari setiap serangan Chao Phraya dengan sangat mudah, tubuhnya meliuk-liuk seperti pohon bambu yang tertiup angin. Para penonton langsung berdecak kagum melihat begitu luwes nya tubuh Jaka Kelud menghindari setiap serangan dari atlet Muay Thai ini. Chao Phraya yang begitu semangat menyerang Jaka Kelud dan semua serangannya tidak ada yang mengenai sasaran, terlihat semakin emosi. Wajah Chao Phraya memerah, keringat sebesar kacang kedelai mulai menghiasi wajahnya dan nafasnya mulai memburu, saking semangatnya untuk segera mengalahkan Jaka kelud. Para penonton bersorak memberi semangat kepada Jaka Kelud, bahkan ada yang berteriak meminta Jaka Kelud untuk segera membalas serangan lawannya. “Jaka, cepat beraksi, hajar lawanmu!” “Jaka jangan diam saja!” Mendengar teriakan para penonton, Jaka mulai terpancing untuk melakukan serangan balasan. Tatapan mata Jaka yang sedari tadi tampak santai, mulai terli
Bab 140. MELAWAN CHAO PHRAYA ATLET MUAY THAI Senyum Jaka seketika mengembang, ketika melihat mobil yang dikendarai Ridwan memasuki terowongan. Dan kebetulan juga jalanan sepi dan hanya ada mobil Ridwan yang memasuki terowongan itu. Tubuh Jaka yang sedang melayang di langit segera menukik seperti pesawat tempur yang akan menjatuhkan Bom ke sasarannya. Bummm…! Begitu memasuki terowongan dan tepat berada di belakang mobil Ridwan, tangan Jaka bergerak mengibas. Seketika mobil Ridwan yang sudah oleng jalannya, akibat pengemudinya dalam keadaan mabuk langsung terangkat. Kemudian Jaka mengibas dengan kuat hingga mobil Ridwan meluncur dengan cepat menabrak dinding terowongan dan menimbulkan suara dentuman yang sangat keras, menggema di dalam terowongan. Dalam sekejap mobil yang dikemudikan Ridwan langsung ringsek, berubah menjadi besi gepeng, setelah terkena kibasan tangan Jaka Kelud yang dipenuhi energi Prana yang sangat kuat. Tubuh Ridwan ya
Bab 139. MENGIKUTI RIDWAN Kemudian Jaka segera mengetik sesuatu di laptopnya, tak lama kemudian di layar laptopnya muncul penampakan peta denah lokasi tempat tinggal Ridwan, sesuai dengan nomor telepon yang baru saja di hack Jaka Kelud. “Hmmm… ternyata rumahmu cukup bagus juga. Baiklah, saya akan memberimu pelajaran yang tidak bisa dilupakan, agar kamu tidak macam-macam lagi kepadaku.” Jaka menutup layar laptopnya setelah mengetahui alamat rumah Ridwan, Jaka segera menyeruput kopi hitamnya perlahan untuk menikmati sensasinya. Akhirnya waktu yang di tunggunya pun tiba, yaitu tengah malam untuk melaksanakan misinya. Begitu waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam, sosok Jaka terbang melayang keluar dari lantai tiga rumahnya, melesat seperti kelelawar membelah gelapnya malam. Begitu cepatnya tubuh Jaka melesat menuju arah yang sudah di tentukan dalam benaknya, tak lama kemudian sosok hitam sudah berdiri di atas sebuah bangunan mewah sesuai dengan
Bab 138. MENGHACK PONSEL BANG SAPTO DAN RIDWAN Sementara itu mahasiswa yang keluar dari gedung Olah raga dengan ekspresi jelek, sudah sampai di depan markas tentara bayaran Hitam. “Loh, ada apa nih? Kenapa kantornya diberi garis Polisi?” mahasiswa itu berkata sambil mengernyitkan dahinya melihat pemandangan yang tidak diharapkan. Pandangannya menyebar ke segala penjuru, dia bisa melihat kalau di setiap sudut jalan ada anggota Polisi yang memakai seragam maupun memakai pakaian sipil sedang berkumpul. “Apa sebenarnya yang terjadi dengan kantor Bang Sapto? Kenapa saya bisa tidak tahu?” Mahasiswa itu tidak jadi menghentikan kendaraannya, dia terus berjalan dengan pelan sambil mengamati situasi perusahaan penyedia petugas keamanan, tempat bang Sapto berkantor. Setelah cukup jauh meninggalkan markas tentara bayaran yang di jaga Polisi, mahasiswa itu menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Kemudian dia keluar dari mobil menuju warung rokok untuk membe
Bab 137. MENANG DENGAN MUDAH Semua penonton terdiam untuk sesaat dengan rahang jatuh, melihat betapa kuatnya tendangan yang dilakukan Jaka Kelud. Akhirnya keheningan itu berakhir dan berganti dengan sorak sorai kemenangan dari penonton yang berasal dari kota Jakarta. “Bravo… hidup Jaka, hidup Jaka, hidup Jakarta….!Sorak sorai penonton yang memuja kekuatan Jaka Kelud menciutkan para peserta dari wilayah lain. Mereka bertanya-tanya, ‘siapakah peserta bernama Jaka Kelud ini? Bagaimana bisa dia mempunyai tenaga yang begitu kuat, sekali tendangannya bisa membuat lawannya terlempar hingga dua puluh meter dan jatuh menabrak para penonton di tribun.’ Setelah kemenangan ini, Jaka merupakan lawan yang sangat diwaspadai oleh para peserta Turnamen Beladiri Bebas tingkat Nasional. Turnamen Beladiri Bebas yang diselenggarakan antar mahasiswa seluruh dunia ini, tentu saja berbeda dengan pertarungan bebas seperti MMA maupun pertandingan bebas bawah tanah