Bab 4. MENYELAMATKAN INTAN
Jaka berteriak dengan lantang setelah menampar kelima pria yang akan memasukkan Intan kedalam mobil SUV.
Tubuh kelima pria itu langsung jatuh menghantam tanah dengan cepat, untungnya Jaka menampar tidak terlalu keras sehingga keempat pria ini tidak sampai mati. Meskipun tidak sampai mati, tapi dari keempat panca indera mereka berempat mengeluarkan darah yang membuat keempat pria ini langsung tak sadarkan diri tanpa tahu siapa orang yang memukul mereka.
“Kamu tidak apa-apa?”
Jaka segera menanyai Intan yang sedang shock melihat keempat pria yang akan menculiknya tiba-tiba jatuh terkapar begitu saja dan tiba-tiba juga di sampingnya sudah berdiri pria miskin yang dikenalnya.
“Jaka….”
Sepasang mata indah Intan tiba-tiba berkabut setelah mengamati dengan jelas sosok pria yang menolongnya.
Jaka hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya dengan pelan sebagai tanda mengiyakan pertanyaan Intan.
“Jaka…. saya benar-benar tidak tahu apa yang akan terjadi kalau kamu tidak datang… ihik ihik ihik…”
Tiba-tiba Intan menangis terharu sambil menatap Jaka sambil memegangi tangannya, di tatapan mata Intan dipenuhi dengan rasa terimakasih yang tiada terhingga atas pertolongannya.
Kemudian tanpa Jaka bersiap untuk menerima apa yang terjadi, Intan sudah memeluknya dengan erat sambil menangis di dadanya.
Tatapan Jaka langsung kosong memandang ke kejauhan setelah Intan memeluk tubuhnya.
Bau harum parfum mahal dan wangi rambut Intan menyeruak memasuki lobang hidungnya membuat otak Jaka langsung dipenuhi dengan fantasi yang membuatnya tiba-tiba mimisan dan dari lobang hidungnya keluar darah.
“Sudahlah, ayo saya antar kamu pulang. Jangan kelamaan di tempat ini nanti akan menimbulkan kehebohan yang tidak perlu.”
Jaka segera menarik tubuh Intan yang sedang memeluk tubuhnya dengan satu tangan memegangi lobang hidungnya yang mengeluarkan darah.
Hal ini sangatlah wajar, karena selama ini Jaka tidak terlalu dekat dengan wanita, sehingga ketika sekarang ada wanita cantik yang memeluknya tentu saja dia tidak bisa menahan fantasi aneh itu.
Setelah mendorong tubuh Intan agar melepas pelukannya, segera saja Jaka mendongak menatap langit agar darah yang keluar dari mulutnya tidak sampai jatuh.
Sementara itu Intan yang melihat apa yang dilakukan Jaka tampak tersenyum, karena dia juga bisa melihat kalau dari lobang hidung Jaka mengeluarkan darah.
“Tutup pakai ini darahmu.”
Intan segera menyerahkan tisu yang selalu di bawa di dalam tas kecilnya kepada Jaka untuk menghapus dan menghentikan aliran darah yang keluar dari hidungnya.
Jaka segera menerima tisu dari tangan Intan dan menggulung kecil, kemudian memasukkan ke lobang hidungnya untuk mencegah darah keluar.
Pemandangan aneh langsung terpampang di hadapan Intan yang membuatnya tertawa kecil sambil menatap wajah Jaka yang seperti badut.
“Hi hi hi hi… kamu lucu banget seperti badut hi hi hi hi….”
Jaka langsung tersenyum masam melihat tawa Intan yang sedang memandangi wajahnya yang terlihat aneh.
“Ayo kita pergi, jangan sampai ada orang yang melihat kita disini.”
Setelah menutup kedua lubang hidungnya dengan tisu, Jaka segera menarik tangan Intan dan membawanya keluar dari area tempat parkir klub malam.
Dengan tubuh sedikit sempoyongan Intan ikut berjalan dengan cepat di belakang Jaka yang menyeretnya seperti sedang menyeret kayu saja.
“Tunggu jangan cepat-cepat.”
Dengan terengah-engah Intan meminta Jaka untuk memelankan jalannya karena dia sudah tidak bisa berjalan lagi dengan cepat.
Jaka segera menghentikan langkahnya setelah cukup jauh dari club malam yang sebelumnya di kunjungi Intan.
Jaka segera menatap wajah Intan yang ada di depannya yang terlihat memerah dengan keringat membasahi wajahnya.
“Sebaiknya kamu segera pulang, tak baik wanita secantik kamu di luar malam-malam begini.”
Intan tampak terkejut mendengar saran dari Jaka, dia sama sekali tidak menyangka kalau pria miskin yang selama ini selalu bersikap rendah diri bisa memujinya sebagai wanita cantik.
Intan langsung tersenyum dan menatap Jaka dengan tatapan menggoda dalam diam.
Jaka yang di tatap oleh Intan tampak mengernyitkan dahinya, dia tampak bingung melihat Intan menatapnya seperti tatapan seorang kekasih kepada dirinya.
Sementara itu di kejauhan lebih tepatnya di depan club malam sebelumnya terlihat lampu sirine polisi terlihat memasuki tempat parkir club malam itu di iringi sirine ambulans di belakangnya.
“Ada Polisi, Sepertinya ada yang melaporkan kejadian ini ke polisi. Ini sangat berbahaya kalau kita sampai ketahuan.” gumam Jaka dalam hatinya.
Kemudian tanpa berkata apa-apa lagi dia melambaikan tangan ke arah taksi yang sedang lewat.
Setelah taksi itu berhenti, Jaka segera menarik tangan Intan untuk masuk ke dalam taksi meninggalkan keterkejutan di hati Intan.
“Berangkat pak.”
Darko memerintahkan sopir taksi untuk menjalankan kendaraannya setelah Jaka dan Intan masuk ke kursi belakang.”
Tanpa banyak bicara sopir taksi menjalankan mobilnya meskipun dia belum menanyakan tujuan Jaka dan Intan.
Setelah berjalan cukup jauh barulah sopir taksi bertanya sambil menatap kearah Jaka melalui spion yang ada di atas kepalanya.
“Om, anda mau diantar kemana?”
Jaka tidak langsung menjawab pertanyaan sopir taksi, sebaliknya dia menoleh ke arah Intan yang duduk di sampingnya kemudian berkata, “Alamat rumahmu dimana?”
“Pergi ke Pondok Indah pak.”
Terdengar suara Intan menyebutkan alamat yang dituju sambil memandang ke arah sopir taksi.
“Baik Non.”
Setelah mendapat jawaban dari Intan, sopir taksi segera fokus mengemudi menatap kearah jalanan di depannya dan menghiraukan Jaka dan Intan yang sedang terdiam dengan pikirannya masing-masing.
Sementara itu Jaka tampak terkejut begitu tahu kalau alamat yang dituju taksi ini adalah Jakarta selatan selnih tepatnya di komplek perumahan mewah Pondok Indah.
Meskipun Jaka baru satu tahun tinggal di Jakarta dan belum terlalu banyak berkunjung ke sisi lain kota Jakarta, tapi Jaka sudah tahu dimana letaknya perumahan mewah Pondok Indah.
Jaka tampak tersenyum masam mengetahui kalau dia akan mengantar Jaka ke Jakarta Selatan, karena dia harus balik lagi ke tempat kostnya yang ada di Jakarta pusat lagi setelah mengantar Intan ke rumahnya.
Seharusnya dia pulang untuk beristirahat setelah musibah yang menimpanya di lokasi konstruksi, tapi kini dia tidak akan bisa beristirahat lebih awal demi teman kuliahnya ini.
Akhirnya taksi yang dinaiki mereka berhenti di depan sebuah rumah mewah tiga lantai yang sangat mewah, dari pintu gerbang terlihat deretan mobil mewah berbaris rapi di garasi rumah mewah ini.
“Ayo turun,” Intan segera mengajak Jaka untuk ikut turun dari taksi.
“Aku langsung pulang saja, yang penting kamu sudah sampai rumah dengan selamat.”
Jaka menolak ajakan Intan untuk mampir ke rumahnya yang terlihat mewah, tapi Intan tampaknya tidak mengijinkan Jaka untuk langsung pulang.
Tangan Jaka dipegang dan ditarik keluar dari dalam taksi setelah dia membayar ongkos taksinya.
Dengan tanpa daya Jaka ikut keluar dari taksi dan berdiri dengan gugup di depan pintu gerbang setinggi tiga meter di depannya.
“Apa tidak sebaiknya saya langsung pulang saja? Yang penting kamu sudah sampai di rumah dengan selamat.”
Jaka berkata dengan wajah penuh dengan permohonan berusaha menghindari ajakan Intan untuk mampir ke rumahnya.
Bagi Jaka sangatlah tidak pantas bagi dia yang berasal dari keluarga miskin sampai memasuki rumah yang begitu mewah di depannya.
Apalagi sekarang hampir tengah malam, sehingga lebih tidak pantas lagi bagi Jaka untuk bertamu di rumah seorang wanita.
Intan hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, “Anu, Jaka... aku hanya ingin berterima kasih padamu... Jadi... mau kan mampir ke rumahku untuk...”
Mendengar itu, Jaka hanya bisa menelan ludah menatap rona merah di wajah Intan. Apalagi... menatap tubuh Intan yang begitu berisi dan montok itu...
***
Bab 5. DI USIR “Non Intan anda sudah pulang?”Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara orang yang menyapa Intan dari balik jeruji pintu gerbang. “Eh pak Danang, cepat buka pintu gerbangnya.”Bukannya menjawab sapaan penjaga rumahnya, Intan malah menyuruh Danang untuk membuka pintu gerbangnya. Segera saja pintu gerbang besi itu terbuka dari dalam, kemudian Intan masuk ke halaman Mansion keluarga Warsito sambil tangannya menggandeng tangan Jaka. Pemandangan ini tentu saja membuat Danang penasaran dengan pria yang di bawa pulang nona mudanya. “Siapa pemuda itu? Apakah dia pacar baru Non Intan?”Danang hanya bisa membatin dalam hatinya, melihat pemandangan yang tidak biasa. Setahu Danang, Intan sama sekali belum mempunyai pacar karena selama ini dia sama sekali tidak melihat ada teman pria yang datang mengunjungi Intan. Dengan sangat ramah, Intan menarik tangan Jaka memasuki Mansion tiga lantai milik keluarganya. Jaka yang terbiasa hidup di gubuk
Bab 6. SALAH PAHAM “Intan saya pulang dulu.” “Jaka tunggu, jangan pergi biar pak sopir mengantarmu pulang.” “Tidak perlu, saya naik taksi saja,” sahut Jaka yang sudah mulai berjalan keluar dari ruang tamu Mansion keluarga Warsito. Intan yang melihat Jaka pergi begitu saja dari rumahnya merasa sangat bersalah dan akan menyusul keluar, tapi langkahnya terhenti karena tangannya di pegang dengan kuat oleh Rustam yang menatapnya dengan mata memerah karena marah. “Diamlah, biarkan orang miskin itu pergi. Apa kamu tahu siapa kamu dan siapa dia? Lihatlah keluarga kita, apa pantas putri keluarga Warsito bergaul dengan pria miskin seperti itu?” “Ayah, ayah tidak tahu siapa Jaka itu? Kenapa ayah begitu kasar kepadanya? Apa ayah tahu kalau tidak ada Jaka yang datang menolong Intan mungkin Intan malam ini tidak bisa pulang menemui ayah. Ayah sudah memalukan Intan… hiks hiks hiks…”Intan berteriak sambil berusaha melepaskan tangannya yang dicengkram dengan erat oleh Ru
Bab 7. PENGHINAAN DUA WANITA CANTIK Sementara itu Jaka yang ada di dalam taksi tampak tersenyum masam mengingat perlakuan orang tua Intan kepadanya. Sebelumnya dia memang sudah menolak untuk masuk kedalam Mansion keluarga Warsito yang terlihat begitu megah, karena dia yang sudah terbiasa akan hinaan dari orang-orang yang lebih kaya darinya sudah menyadari apa yang akan terjadi pada dirinya jika masuk kedalam rumah yang begitu mewah. Dan kenyataan ini benar-benar terjadi, membuat Jaka hanya bisa menghela nafas berat mengingat kejadian pahit di rumah Intan. Akhirnya taksi yang dinaiki Jaka sampai juga di gang yang menuju kontrakannya, setelah membayar ongkos taksi Jaka keluar dengan tak lupa mengucapkan terimakasih kepada sopir taksi. Kontrakan Jaka terletak dalam sebuah gang, maklumlah Jaka hanya mampu menyewa rumah di tempat ini yang harga sewanya cukup murah, yaitu satu juta rupiah satu bulannya dengan kamar mandi didalam dan listrik membayar sendiri.
Bab 8. PERMINTAAN MAAF Pedagang bubur ayam tampak tersenyum masam melihat tingkah laku kedua wanita cantik ini. “Ternyata kecantikan tidak bisa membuat kedua wanita ini bersikap baik kepada orang lain, tapi kecantikannya malah di gunakan untuk menghina orang lain. Sepertinya mereka belum mendapat karma dari apa yang mereka ucapkan,” gumam pedagang bubur ayam sambil mencuci mangkuk kotor di tangannya. Tentu saja pedagang bubur ayam tidak berani menghentikan perkataan kedua wanita cantik itu yang menghina Jaka, karena dia juga orang kecil dan sedang berdagang, jadi tidak elok jika membuat keributan di tempat kerjanya. Jaka yang pergi meninggalkan lapak bubur ayam, segera berjalan dengan cepat menuju rumah kontrakannya. Jaka sudah kebal dengan segala ejekan dari orang-orang disekitarnya sehingga dia sama sekali tidak marah, yang bisa dilakukannya hanyalah menahan semua emosinya dalam hati. Waktu berjalan dengan cepat, saat ini Jaka sudah berangkat kuliah sepe
Bab 1. MAHASISWA MISKIN "Hai Kuli, cepat kemari!”Terdengar mahasiswa senior memanggil seorang pemuda yang sedang berjalan di selasar Universitas Matrix. Mahasiswa yang dipanggil kuli tentu saja tidak menoleh, dia tetap terus berjalan menelusuri Selasar menuju kantin. Kemudian empat orang mahasiswa Senior langsung menghadang langkah Jaka dengan senyum penuh dengan hinaan terlukis di wajah mereka. Jaka Kelud langsung berhenti dan menatap keempat mahasiswa senior yang menghadangnya dengan tatapan tidak suka. Meskipun Jaka merupakan orang miskin, dia tetap tidak suka jika ada orang yang bersikap kasar kepadanya. Jaka masih bisa mentoleransi orang yang menghina kemiskinannya, akan tetapi jika ada yang berniat mengganggunya maka rasa takut dan rendah dirinya akan menghilang seketika itu juga. Jaka Kelud sendiri merupakan mahasiswa semester dua, sedangkan mahasiswa senior dan teman-temannya yang menghadang Jaka merupakan mahasiswa semester enam dan
Bab 2. MUSIBAH YANG MENGEJUTKAN Hujan batu bata itu secara tidak sengaja tepat jatuh di atas kepala dan tubuh Jaka membuat debu berterbangan di sekitarnya yang membuat semua orang di lokasi konstruksi menjerit histeris sambil berteriak seakan tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Sementara itu Jaka yang tertimpa hujan batu bata yang berjumlah ribuan seakan tidak merasakan apa yang menimpa kepala dan tubuhnya. Hingga debu yang sangat padat memenuhi sekelilingnya barulah Jaka menyadari apa yang terjadi di sekelilingnya. Pada saat ini Jaka hanya merasakan tubuh dan kepalanya seperti terkena butiran air hujan dari langit, dia sama sekali menghiraukan teriakan kepanikan semua rekan kerjanya di tempat konstruksi. Seperti tidak sadar dengan apa yang baru saja terjadi pada dirinya, Jaka malahan mengebutkan tangannya di pakaian yang berdebu setelah terkena ribuan batu bata yang jatuh dari lantai dua puluh. Jaka malahan masih asik merapikan batu bata yan
Bab 3. PENCULIKAN Keesokan harinya seperti biasa Jaka berangkat kuliah dengan penuh semangat, seakan musibah yang menimpanya kemarin saat di lokasi konstruksi bukanlah sesuatu yang perlu dianggap serius. Tubuh Jaka tampak bugar, tubuhnya tidak terlihat ada luka luar maupun luka dalam setelah tertimpa ribuan batu bata dari ketinggian gedung lantai dua puluh. Saat jam istirahat kuliah, Jaka pergi ke kantin untuk mengisi perutnya. Di kantin terlihat banyak mahasiswa yang sedang makan sambil berbincang dengan rekan-rekan mereka. Kehadiran Jaka tidaklah langsung menarik perhatian mahasiswa wanita yang sedang duduk bergerombol. Sedangkan mahasiswa pria tampak tidak terlalu memperdulikan Jaka yang baru saja datang memasuki kantin. “Bu Minten, minta bakso satu sama kupat.” “Baik mas, tunggu sebentar ya?”Bu Minten yang merupakan salah satu pedagang yang berjualan di kantin tersenyum dengan ramah kearah Jaka. Di Kantin kampus ada puluhan UMKM
Bab 8. PERMINTAAN MAAF Pedagang bubur ayam tampak tersenyum masam melihat tingkah laku kedua wanita cantik ini. “Ternyata kecantikan tidak bisa membuat kedua wanita ini bersikap baik kepada orang lain, tapi kecantikannya malah di gunakan untuk menghina orang lain. Sepertinya mereka belum mendapat karma dari apa yang mereka ucapkan,” gumam pedagang bubur ayam sambil mencuci mangkuk kotor di tangannya. Tentu saja pedagang bubur ayam tidak berani menghentikan perkataan kedua wanita cantik itu yang menghina Jaka, karena dia juga orang kecil dan sedang berdagang, jadi tidak elok jika membuat keributan di tempat kerjanya. Jaka yang pergi meninggalkan lapak bubur ayam, segera berjalan dengan cepat menuju rumah kontrakannya. Jaka sudah kebal dengan segala ejekan dari orang-orang disekitarnya sehingga dia sama sekali tidak marah, yang bisa dilakukannya hanyalah menahan semua emosinya dalam hati. Waktu berjalan dengan cepat, saat ini Jaka sudah berangkat kuliah sepe
Bab 7. PENGHINAAN DUA WANITA CANTIK Sementara itu Jaka yang ada di dalam taksi tampak tersenyum masam mengingat perlakuan orang tua Intan kepadanya. Sebelumnya dia memang sudah menolak untuk masuk kedalam Mansion keluarga Warsito yang terlihat begitu megah, karena dia yang sudah terbiasa akan hinaan dari orang-orang yang lebih kaya darinya sudah menyadari apa yang akan terjadi pada dirinya jika masuk kedalam rumah yang begitu mewah. Dan kenyataan ini benar-benar terjadi, membuat Jaka hanya bisa menghela nafas berat mengingat kejadian pahit di rumah Intan. Akhirnya taksi yang dinaiki Jaka sampai juga di gang yang menuju kontrakannya, setelah membayar ongkos taksi Jaka keluar dengan tak lupa mengucapkan terimakasih kepada sopir taksi. Kontrakan Jaka terletak dalam sebuah gang, maklumlah Jaka hanya mampu menyewa rumah di tempat ini yang harga sewanya cukup murah, yaitu satu juta rupiah satu bulannya dengan kamar mandi didalam dan listrik membayar sendiri.
Bab 6. SALAH PAHAM “Intan saya pulang dulu.” “Jaka tunggu, jangan pergi biar pak sopir mengantarmu pulang.” “Tidak perlu, saya naik taksi saja,” sahut Jaka yang sudah mulai berjalan keluar dari ruang tamu Mansion keluarga Warsito. Intan yang melihat Jaka pergi begitu saja dari rumahnya merasa sangat bersalah dan akan menyusul keluar, tapi langkahnya terhenti karena tangannya di pegang dengan kuat oleh Rustam yang menatapnya dengan mata memerah karena marah. “Diamlah, biarkan orang miskin itu pergi. Apa kamu tahu siapa kamu dan siapa dia? Lihatlah keluarga kita, apa pantas putri keluarga Warsito bergaul dengan pria miskin seperti itu?” “Ayah, ayah tidak tahu siapa Jaka itu? Kenapa ayah begitu kasar kepadanya? Apa ayah tahu kalau tidak ada Jaka yang datang menolong Intan mungkin Intan malam ini tidak bisa pulang menemui ayah. Ayah sudah memalukan Intan… hiks hiks hiks…”Intan berteriak sambil berusaha melepaskan tangannya yang dicengkram dengan erat oleh Ru
Bab 5. DI USIR “Non Intan anda sudah pulang?”Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara orang yang menyapa Intan dari balik jeruji pintu gerbang. “Eh pak Danang, cepat buka pintu gerbangnya.”Bukannya menjawab sapaan penjaga rumahnya, Intan malah menyuruh Danang untuk membuka pintu gerbangnya. Segera saja pintu gerbang besi itu terbuka dari dalam, kemudian Intan masuk ke halaman Mansion keluarga Warsito sambil tangannya menggandeng tangan Jaka. Pemandangan ini tentu saja membuat Danang penasaran dengan pria yang di bawa pulang nona mudanya. “Siapa pemuda itu? Apakah dia pacar baru Non Intan?”Danang hanya bisa membatin dalam hatinya, melihat pemandangan yang tidak biasa. Setahu Danang, Intan sama sekali belum mempunyai pacar karena selama ini dia sama sekali tidak melihat ada teman pria yang datang mengunjungi Intan. Dengan sangat ramah, Intan menarik tangan Jaka memasuki Mansion tiga lantai milik keluarganya. Jaka yang terbiasa hidup di gubuk
Bab 4. MENYELAMATKAN INTAN Jaka berteriak dengan lantang setelah menampar kelima pria yang akan memasukkan Intan kedalam mobil SUV. Tubuh kelima pria itu langsung jatuh menghantam tanah dengan cepat, untungnya Jaka menampar tidak terlalu keras sehingga keempat pria ini tidak sampai mati. Meskipun tidak sampai mati, tapi dari keempat panca indera mereka berempat mengeluarkan darah yang membuat keempat pria ini langsung tak sadarkan diri tanpa tahu siapa orang yang memukul mereka. “Kamu tidak apa-apa?”Jaka segera menanyai Intan yang sedang shock melihat keempat pria yang akan menculiknya tiba-tiba jatuh terkapar begitu saja dan tiba-tiba juga di sampingnya sudah berdiri pria miskin yang dikenalnya. “Jaka….”Sepasang mata indah Intan tiba-tiba berkabut setelah mengamati dengan jelas sosok pria yang menolongnya. Jaka hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya dengan pelan sebagai tanda mengiyakan pertanyaan Intan. “Jaka…. saya benar-benar tidak tahu a
Bab 3. PENCULIKAN Keesokan harinya seperti biasa Jaka berangkat kuliah dengan penuh semangat, seakan musibah yang menimpanya kemarin saat di lokasi konstruksi bukanlah sesuatu yang perlu dianggap serius. Tubuh Jaka tampak bugar, tubuhnya tidak terlihat ada luka luar maupun luka dalam setelah tertimpa ribuan batu bata dari ketinggian gedung lantai dua puluh. Saat jam istirahat kuliah, Jaka pergi ke kantin untuk mengisi perutnya. Di kantin terlihat banyak mahasiswa yang sedang makan sambil berbincang dengan rekan-rekan mereka. Kehadiran Jaka tidaklah langsung menarik perhatian mahasiswa wanita yang sedang duduk bergerombol. Sedangkan mahasiswa pria tampak tidak terlalu memperdulikan Jaka yang baru saja datang memasuki kantin. “Bu Minten, minta bakso satu sama kupat.” “Baik mas, tunggu sebentar ya?”Bu Minten yang merupakan salah satu pedagang yang berjualan di kantin tersenyum dengan ramah kearah Jaka. Di Kantin kampus ada puluhan UMKM
Bab 2. MUSIBAH YANG MENGEJUTKAN Hujan batu bata itu secara tidak sengaja tepat jatuh di atas kepala dan tubuh Jaka membuat debu berterbangan di sekitarnya yang membuat semua orang di lokasi konstruksi menjerit histeris sambil berteriak seakan tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Sementara itu Jaka yang tertimpa hujan batu bata yang berjumlah ribuan seakan tidak merasakan apa yang menimpa kepala dan tubuhnya. Hingga debu yang sangat padat memenuhi sekelilingnya barulah Jaka menyadari apa yang terjadi di sekelilingnya. Pada saat ini Jaka hanya merasakan tubuh dan kepalanya seperti terkena butiran air hujan dari langit, dia sama sekali menghiraukan teriakan kepanikan semua rekan kerjanya di tempat konstruksi. Seperti tidak sadar dengan apa yang baru saja terjadi pada dirinya, Jaka malahan mengebutkan tangannya di pakaian yang berdebu setelah terkena ribuan batu bata yang jatuh dari lantai dua puluh. Jaka malahan masih asik merapikan batu bata yan
Bab 1. MAHASISWA MISKIN "Hai Kuli, cepat kemari!”Terdengar mahasiswa senior memanggil seorang pemuda yang sedang berjalan di selasar Universitas Matrix. Mahasiswa yang dipanggil kuli tentu saja tidak menoleh, dia tetap terus berjalan menelusuri Selasar menuju kantin. Kemudian empat orang mahasiswa Senior langsung menghadang langkah Jaka dengan senyum penuh dengan hinaan terlukis di wajah mereka. Jaka Kelud langsung berhenti dan menatap keempat mahasiswa senior yang menghadangnya dengan tatapan tidak suka. Meskipun Jaka merupakan orang miskin, dia tetap tidak suka jika ada orang yang bersikap kasar kepadanya. Jaka masih bisa mentoleransi orang yang menghina kemiskinannya, akan tetapi jika ada yang berniat mengganggunya maka rasa takut dan rendah dirinya akan menghilang seketika itu juga. Jaka Kelud sendiri merupakan mahasiswa semester dua, sedangkan mahasiswa senior dan teman-temannya yang menghadang Jaka merupakan mahasiswa semester enam dan