Share

Bab 5. DIUSIR

Author: MN Rohmadi
last update Last Updated: 2024-12-03 13:11:31

Bab 5. DI USIR

     “Non Intan anda sudah pulang?”

Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara orang yang menyapa Intan dari balik jeruji pintu gerbang.

     “Eh pak Danang, cepat buka pintu gerbangnya.”

Bukannya menjawab sapaan penjaga rumahnya, Intan malah menyuruh Danang untuk membuka pintu gerbangnya.

      Segera saja pintu gerbang besi itu terbuka dari dalam, kemudian Intan masuk ke halaman Mansion keluarga Warsito sambil tangannya menggandeng tangan Jaka.

      Pemandangan ini tentu saja membuat Danang penasaran dengan pria yang di bawa pulang nona mudanya.

     “Siapa pemuda itu? Apakah dia pacar baru Non Intan?”

Danang hanya bisa membatin dalam hatinya, melihat pemandangan yang tidak biasa.

      Setahu Danang, Intan sama sekali belum mempunyai pacar karena selama ini dia sama sekali tidak melihat ada teman pria yang datang mengunjungi Intan.

      Dengan sangat ramah, Intan menarik tangan Jaka memasuki Mansion tiga lantai milik keluarganya.

      Jaka yang terbiasa hidup di gubuk dengan pagar kayu dan berlantai semen tampak kagum melihat kemegahan serta keindahan interior serta eksterior rumah keluarga Intan.

      Saat kakinya menginjak lantai rumah Intan yang terbuat dari marmer import, secara otomatis Jaka membuka sepatunya itu adalah sesuatu yang lumrah sebagai orang yang hidup di kampung saat memasuki rumah dengan lantai yang bersih dan mengkilat.

     “Hei, kenapa kamu melepas sepatunya?”

Intan yang melihat apa yang sedang dilakukan Jaka langsung menegurnya.

     “Sepatuku kotor, saya takut sepatuku mengotori lantai rumahmu.”

     “Heisss… kenapa kamu bicara seperti itu? Cepat pakai lagi sepatumu, rumahku ini bukan masjid tempat ibadah yang harus di lepas sepatunya setiap kali masuk rumah.”

Intan langsung meminta Jaka memakai sepatunya kembali, dengan perlahan Jaka memakai sepatunya kemudian mengikuti Intan masuk kedalam Mansion, lebih tepatnya ke ruang tamu.

      Saat ini waktu sudah tengan malam sehingga seluruh keluarga Warsito sudah tidur lelap, setelah meminta Jaka duduk di sofa, Intan segera pergi ke dapur untuk mengambil jus dingin di lemari es kemudian dibawa ke ruang tamu untuk disuguhkan kepada Jaka.

      Jaka masih mengagumi keindahan Mansion mewah tempat tinggal Intan, ketika Intan datang sambil membawa satu gelas es jus lemon segar.

      “Silahkan diminum, maaf hanya ada ini maklumlah sudah malam. Saya tidak tega membangunkan bibi pembantu untuk membuatkan makanan untuk kita.”

Intan meletakkan gelas yang berisi jus Lemon dingin di depan Jaka sambil tersenyum.       

      Jaka yang mendapatkan sambutan penuh dengan keramahan dari Intan tentu saja merasa malu, bagaimanapun juga dia anak dari kampung yang terbiasa dipandang rendah oleh semua orang. 

      Ketika kini dia mendapatkan sambutan yang sangat ramah dari Intan tentu saja Jaka merasa tidak nyaman dan tidak tahu harus bersikap seperti apa menghadapi keadaan yang belum pernah terjadi seumur hidupnya.

      “Intan, kamu sudah pulang? Ini siapa yang bertamu malam-malam begini?”

Tiba-tiba terdengar suara orang yang menyapa Intan dari nada suaranya terlihat penasaran dengan apa yang dilihatnya.

     “Ayah, kenalin ini Jaka teman kuliah Intan”

Intan segera menoleh ke arah sumber suara, ternyata yang membuat kaget Intan adalah ayahnya atau Rustam Warsito pengusaha sukses di ibukota Jakarta.

     Rustam segera memandangi Jaka dengan penuh selidik, tiba-tiba keningnya berkerut ketika dia memandangi penampilan Jaka dengan seksama.

    “Intan, kenapa kamu pulang semalam ini?”

Tanpa menghiraukan Jaka yang sudah berdiri dari tempat duduknya dan siap menjabat tangan Rustam Warsito untuk memperkenalkan diri, ketika Rustam malah bertanya kepada Intan dan terlihat jijik setelah melihat penampilan Jaka yang terlihat dengan jelas berasal dari keluarga miskin.

      Ekspresi wajah Jaka seketika menjadi jelek melihat sikap abai orang tua Intan kepada dirinya.

     “Ayah, tadi Intan habis bertemu dengan teman di Cafe.”

     “Kamu ini, kalau mau berteman itu harus lihat-lihat orangnya jangan asal berteman. Kamu jangan pernah malu-maluin keluarga kita, apa kata orang jika tahu kalau generasi muda keluarga Warsito bergaul dengan orang miskin?” 

      Perkataan Intan langsung diputus ditengah jalan sebelum dia menjelaskan alasan dia bisa bersama Jaka.

      Hal seperti ini sangatlah wajar bagi keluarga konglomerat sekelas keluarga Warsito untuk menjaga pergaulan dan pertemanannya.

       Meskipun mereka tidak pernah memandang rendah karyawan mereka saat di kantor maupun di rumah, akan tetapi mereka sangat melarang anak mereka bergaul dengan orang dari kalangan yang lebih rendah dari keluarga Warsito.

      Pikiran ini sering di lakukan seluruh keluarga kaya dimanapun tempatnya, mereka hanya akan bersikap ramah saat sedang direkam oleh wartawan maupun saat berada di situasi membutuhkan sikap baik kepada kalangan bawah.

      Seperti saat ini ketika Intan pulang bersama seorang teman pria yang terlihat dari keluarga miskin, sikap asli Rustam terlihat sangat jelas.

      Jaka yang merasa diabaikan orang tua Intan ekspresi wajahnya langsung berubah menjadi jelek. 

      Sebelumnya dia sudah merasa dan tahu kalau setiap orang kaya tidak akan suka dengan dirinya yang berasal dari keluarga miskin.

      Akan tetapi tadi dia dipaksa Intan untuk masuk kedalam rumahnya yang mewah, dengan tanpa daya dia akhirnya ikut masuk kedalam rumah Intan.

      Tapi kini setelah melihat sikap orang tua Intan yang tidak suka dengan kehadirannya di rumah mereka, membuat perasaan Jaka menjadi buruk dan perasaan rendah dirinya semakin bertambah.

      Perlahan Jaka mulai bangkit dari duduknya dan berdiri menghadap ke arah Rustam yang sedang menasehati Intan. 

     “Intan saya pamit mau pulang terlebih dahulu.”

Dengan perasaan segan Jaka berpamitan kepada Intan, dia tidak berpamitan dengan Rustam Warsito atau ayahnya Intan karena sedari awal sepertinya tidak menyukai kedatangannya bersama Intan.

     Tentu saja Jaka tahu diri kalau dia yang berasal dari keluarga miskin memang sama sekali tidak pantas bergaul dengan Intan yang berasal dari keluarga kaya.

     Tapi apa yang dilakukan Jaka semakin membuat Rustam atau ayahnya Intan semakin tidak suka dengan Jaka melihat ketidak sopanan nya yang tidak berpamitan kepada dirinya saat berpamitan mau pulang.

    “Jaka kamu istirahat sebentar habisin jusnya terlebih dahulu.”

    “Terimakasih, saya pulang saja dulu sudah malam.”

    “Kalau mau pulang cepat pulang, jangan lama-lama disini mengganggu istirahat orang saja.”

     Rustam yang mendengar Jaka berpamitan dengan Intan langsung menyahut dan memotong percakapan mereka.

      Sebagai orang tua tentu saja Rustam sangat menjaga pergaulan Intan agar jangan sampai salah pergaulan, apalagi sampai berpacaran dengan teman pria yang berasal dari keluarga miskin.

     “Om saya pamitan, maaf sudah mengganggu istirahat Om sekeluarga.”

Meskipun kesal dengan Rustam, Jaka akhirnya tetap berpamitan juga setelah diusir secara halus olehnya.

     “Pergilah, lain kali jangan pernah datang ke tempat ini lagi.”

Rustam melambaikan tangannya untuk mengusir Jaka diikuti perkataannya yang cukup menyakitkan  di telinga.

***

Related chapters

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 6. SALAH PAHAM

    Bab 6. SALAH PAHAM “Intan saya pulang dulu.” “Jaka tunggu, jangan pergi biar pak sopir mengantarmu pulang.” “Tidak perlu, saya naik taksi saja,” sahut Jaka yang sudah mulai berjalan keluar dari ruang tamu Mansion keluarga Warsito. Intan yang melihat Jaka pergi begitu saja dari rumahnya merasa sangat bersalah dan akan menyusul keluar, tapi langkahnya terhenti karena tangannya di pegang dengan kuat oleh Rustam yang menatapnya dengan mata memerah karena marah. “Diamlah, biarkan orang miskin itu pergi. Apa kamu tahu siapa kamu dan siapa dia? Lihatlah keluarga kita, apa pantas putri keluarga Warsito bergaul dengan pria miskin seperti itu?” “Ayah, ayah tidak tahu siapa Jaka itu? Kenapa ayah begitu kasar kepadanya? Apa ayah tahu kalau tidak ada Jaka yang datang menolong Intan mungkin Intan malam ini tidak bisa pulang menemui ayah. Ayah sudah memalukan Intan… hiks hiks hiks…”Intan berteriak sambil berusaha melepaskan tangannya yang dicengkram dengan erat oleh Ru

    Last Updated : 2025-01-17
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 7. PENGHINAAN DUA WANITA CANTIK

    Bab 7. PENGHINAAN DUA WANITA CANTIK Sementara itu Jaka yang ada di dalam taksi tampak tersenyum masam mengingat perlakuan orang tua Intan kepadanya. Sebelumnya dia memang sudah menolak untuk masuk kedalam Mansion keluarga Warsito yang terlihat begitu megah, karena dia yang sudah terbiasa akan hinaan dari orang-orang yang lebih kaya darinya sudah menyadari apa yang akan terjadi pada dirinya jika masuk kedalam rumah yang begitu mewah. Dan kenyataan ini benar-benar terjadi, membuat Jaka hanya bisa menghela nafas berat mengingat kejadian pahit di rumah Intan. Akhirnya taksi yang dinaiki Jaka sampai juga di gang yang menuju kontrakannya, setelah membayar ongkos taksi Jaka keluar dengan tak lupa mengucapkan terimakasih kepada sopir taksi. Kontrakan Jaka terletak dalam sebuah gang, maklumlah Jaka hanya mampu menyewa rumah di tempat ini yang harga sewanya cukup murah, yaitu satu juta rupiah satu bulannya dengan kamar mandi didalam dan listrik membayar sendiri.

    Last Updated : 2025-01-17
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 8. PERMINTAAN MAAF

    Bab 8. PERMINTAAN MAAF Pedagang bubur ayam tampak tersenyum masam melihat tingkah laku kedua wanita cantik ini. “Ternyata kecantikan tidak bisa membuat kedua wanita ini bersikap baik kepada orang lain, tapi kecantikannya malah di gunakan untuk menghina orang lain. Sepertinya mereka belum mendapat karma dari apa yang mereka ucapkan,” gumam pedagang bubur ayam sambil mencuci mangkuk kotor di tangannya. Tentu saja pedagang bubur ayam tidak berani menghentikan perkataan kedua wanita cantik itu yang menghina Jaka, karena dia juga orang kecil dan sedang berdagang, jadi tidak elok jika membuat keributan di tempat kerjanya. Jaka yang pergi meninggalkan lapak bubur ayam, segera berjalan dengan cepat menuju rumah kontrakannya. Jaka sudah kebal dengan segala ejekan dari orang-orang disekitarnya sehingga dia sama sekali tidak marah, yang bisa dilakukannya hanyalah menahan semua emosinya dalam hati. Waktu berjalan dengan cepat, saat ini Jaka sudah berangkat kuliah sepe

    Last Updated : 2025-01-17
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 9. ISABELLA

    Bab 9. ISABELLA “Apa? Kaos polos seperti ini saja harganya lima ratus ribu rupiah? Tulisannya juga cuma sebuah simbol kecil, benar-benar mahal pakaian di tempat ini.”Jaka menghela nafas sambil menggeleng-gelengkan kepalanya setelah melihat harga yang tercantum pada setiap pakaian pria yang di pajang. Sebenarnya harga yang tercantum di setiap pakaian yang dipajang sangatlah wajar, karena pakaian yang di jual di Mall ini merupakan barang kelas menengah keatas. Berbeda dengan pakaian yang dikenakan Jaka yang dibeli dengan harga murah di pasar tradisional yang ada di desanya, yang dibuka dua kali dalam satu minggu. Jaka melihat kearah pakaian yang dikenakannya, senyumnya tampak masam setelah melihat pakaian yang dikenakannya. “Ternyata pakaianku sangatlah jelek dan sepertinya tidak pantas di pakai di tempat seperti ini,” gumam Jaka setelah melihat pakaian yang dikenakannya dari atas hingga bawah dan melihat sepatunya yang sudah butut. Rasa malu seketika

    Last Updated : 2025-01-18
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 10. TAWARAN KERJA MENGGIURKAN

    Bab 10. TAWARAN KERJA MENGGIURKAN Isabella kembali tersenyum mendengar pertanyaan Jaka, kemudian menatap Jaka dengan tatapan sendu dan matanya memerah menahan nafsunya yang mulai naik keubun-ubun setelah berdekatan dengan Jaka. Fantasi Isabella sudah mengembara kemana-mana membayangkan apa yang akan terjadi jika dia bisa menaklukkan Jaka dan bisa bermain di atas tempat tidur dengannya. “Pekerjaan yang tante tawarkan sangat mudah dan menyenangkan, jika kamu menerima tawaran ini tante bisa membelikan sepeda motor, baju bagus dan uang yang banyak.” Isabella berkata dengan senyuman penuh dengan kegembiraan menghiasi wajahnya. Jaka yang mendengar tawaran Isabella menatapnya dengan ekspresi bodoh, dalam hati dia tidak mengerti. Pekerjaan apa yang akan di berikan wanita di depannya, masa iya ada pekerjaan yang mudah dan menyenangkan dengan bayaran yang cukup menggiurkan bagi Jaka yang masih lugu ini. Otak Jaka terus bekerja memikirkan pekerjaan apa

    Last Updated : 2025-01-18
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 11. TANTE GIRANG

    Bab 11. TANTE GIRANG “Lihat tuh, ada tante Girang yang baru saja menemukan mangsanya.” “Iya, lihat juga tuh. Pria itu memang ganteng. Tapi lihat pakaian yang dikenakannya terlihat sangat jelek.” “Benar sekali, pantas saja pria itu mau dengan tante Girang itu setelah melihat pakaian yang dikenakannya.” “Maklumlah jaman sekarang sudah banyak yang meninggalkan norma-norma yang diajarkan agama.” “Memang benar, jaman ini memang jaman edan kalau tak edan tidak akan mendapatkan apa yang diinginkannya.” Darko yang sedang berjalan dengan Isabella, entah mengapa bisa mendengar bisikan pengunjung Mall yang sedang membicarakan dirinya. Awalnya Jaka tidak menyadari kalau yang sedang mereka bicarakan adalah dirinya, akan tetapi setelah mendengar tentang pria yang memakai pakaian jelek barulah dia tahu siapa yang sedang menjadi bahan pergunjingan. Saat itu juga Jaka tahu kalau yang sedang mereka bicarakan adalah dirinya, perlahan dia memandang ke sekeliling

    Last Updated : 2025-01-19
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 12. LEGENDA TANAH JAWA

    Bab 12. LEGENDA TANAH JAWA Tak lama kemudian Jaka sudah dalam sikap duduk bersila sambil memejamkan matanya, pernafasannya terlihat sangat halus, matanya terpejam. Seakan tubuh Jaka bukan miliknya lagi, dia hanya boneka yang menuruti apa perintah pemiliknya tanpa mampu membantah sedikitpun. Setelah Jaka dalam kondisi fokus dalam semedinya, tiba-tiba sebuah cahaya keemasan memasuki tubuhnya melalui ubun-ubunnya. Cahaya keemasan ini sendiri berasal dari mulut Prabu Antaboga yang sedang membuka matanya dan memindahkan semua kemampuannya yang sangat hebat kedalam tubuh Jaka seperti air bah yang memasuki jurang tanpa dasar di tubuh Jaka. Jaka tidak tahu entah berapa lama dia dalam kondisi semedi, hingga akhirnya dia muncul kembali di hutan yang ada di gunung Kelud dalam keadaan tak sadarkan diri dengan tubuh bersih tanpa ada luka sedikitpun. Jaka tidak tahu kalau dia berada di dalam gua pertapaan Prabu Antaboga selama tujuh hari lamanya. Tim SAR ya

    Last Updated : 2025-01-19
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 13. BRONDONG GANTENG

    Bab 13. BRONDONG GANTENG Kembali ke Jaka pada saat ini yang tidak menyadari kemampuan dirinya dan berasal darimana kemampuan ini. Saat ini pendengaran Jaka sangatlah kuat, saat ini dia bisa mendengar dengan jelas setiap bisikan pengunjung Mall dalam jarak seratus meter dengan begitu mudahnya. Jaka sebenarnya merasa risih digandeng tangannya oleh tante Isabella, tapi meskipun merasa risih dia masih diam saja karena menganggap Isabella sebagai ibunya. Maklumlah usia Isabella memang lebih tua dua puluh lima tahun daripada Jaka, sehingga Jaka menganggapnya sebagai tantenya saja. Mungkin saking lugu dan kurang berpengalamannya Jaka sehingga dia merasa biasa saja berjalan berdampingan dengan Isabella. “Jaka, coba kamu pakai baju ini.”Isabella berkata sambil menyerahkan kemeja lengan pendek dan celana panjang kain kepada kepada Jaka sambil tersenyum. Jaka merasa bingung disuruh mencoba pakaian baru oleh Isabella, dia tidak langsung pergi ke ruang ganti mes

    Last Updated : 2025-01-20

Latest chapter

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 61. DITUDUH MEMASANG GUNA-GUNA

    Bab 61. DITUDUH MEMASANG GUNA-GUNA Ekspresi wajah Jaka seketika menggelap begitu mendengar perkataan dari mulut Ridwan yang menghinanya. “Lihat itu wajahmu yang menjadi jelek. Kalau orang kampung tetap saja orang kampung, meskipun di dandani seperti apapun tetap saja tampang kampungnya tidak akan berubah, ha ha ha ha…” “Meskipun berasal dari kampung, tapi saya merasa mempunyai wajah lebih ganteng daripada dirimu yang orang kota,ha ha ha ha….” kata Jaka sambil tersenyum dan tertawa balik sambil menatap wajah Ridwan dengan senyum penuh ejekan. “Kurang ajar, dasar orang kampung. Kamu tidak pantas berada di komunitas ini, pergilah atau saya hajar!” balas Ridwan dan mengancam serta mengusir Jaka dari pesta ini. Wajah Ridwan memerah dan nafasnya memburu, ketika mendengar perkatan Jaka. Sebagai tuan muda generasi kedua kaya, tentu saja Ridwan yang terbiasa dihormati dan disanjung-sanjung teman serta orang di sekelilingnya, tentu saja dia tidak terima mendengar ejekan

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 60. BERTEMU SAINGAN CINTA

    Bab 60. BERTEMU SAINGAN CINTA Dalam perjanjian itu dia hanya akan berbohong dengan teman-temannya Intan saja, akan tetapi sekarang dia di tanya seorang pria paruh baya yang penampilannya sangat sederhana, sehingga Jaka bingung untuk menjawabnya. Pada saat Jaka ingin menceritakan dengan jujur penyebab kedatangannya di Mansion ini, tiba-tiba ada orang yang memanggil namanya. “Jaka, kenapa kamu di luar? Masuklah, saya mencari-cari kamu.” Jaka segera menoleh ke arah sumber suara, seketika wajahnya berubah ketika tahu siapa yang memanggil namanya. Segera saja Jaka berdiri dan berkata kepada pria tua yang sedang duduk santai di halaman rumah sambil merokok, “Paman, temanku sudah memanggil. Maaf saya meninggalkan paman.” “Pergilah, nikmati pesta ulang tahun anakku,” ucap pria paruh baya ini sambil melambaikan tangannya. Jaka segera pergi meninggalkan pria paruh baya yang diajaknya mengobrol, Jaka sama sekali tidak menyadari kalau pria paruh baya yang

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 59. PACAR BOHONGAN

    Bab 59. PACAR BOHONGAN Jaka yang menjadi pusat perhatian tampak cuek saja, perlahan dia berjalan kepinggir dan mengambil segelas jus jeruk yang sudah dihidangkan. Apa yang dilakukan Jaka langsung menjadi pusat perhatian dan menjadi bahan pergunjingan di antara mereka. “Lihat pria yang di bawa Intan, apakah kamu mengenalnya?” “Tidak tahu, tapi ganteng juga tampangnya.” “Mari kita tebakan, apakah pemuda itu dari keluarga kaya atau keluarga miskin.” “Walah, paling juga berasal dari keluarga biasa, hanya tampang dan penampilannya saja yang keren.” “Mari kita tanyakan pada Intan, siapa pria yang datang bersamanya.”Setelah saling menebak tentang Jaka, para gadis segera berjalan mendekat kearah Intan yang sedang asik ngobrol dengan Cecilia. “Hai Intan, tumben kamu datang bersama cowok. Apa kamu tidak ingin memberitahukan kami, siapa orang yang kamu bawa itu?” ucap salah satu teman Intan yang datang mendekatinya. “Owh itu Jaka, dia teman satu kampus

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 58. PESTA ULANG TAHUN

    Bab 58. PESTA ULANG TAHUN “Apa? Kamu membawa mobil sendiri?” Intan berteriak tanpa sadar begitu mendengar jawaban Jaka. “Kenapa kamu berteriak? Memangnya salah kalau saya membawa mobil sendiri?” “Tidak-tidak salah, apa benar kalau kamu membawa mobil sendiri? Saya tidak percaya.” “Kenapa tidak percaya? Saya tidak berbohong. Kalau tidak percaya ayo kita pergi ke mobil saya.” Mata Intan menatap bibir Jaka yang sedang berbicara, dia menggelengkan kepalanya pelan, seakan tidak percaya dengan apa yang barusan dikatakannya. “Sudahlah, hari sudah semakin malam, sebaiknya kita segera pergi ke rumah temanku.” Menghiraukan keengganan Jaka, Intan segera menarik tangan Jaka untuk berjalan lebih cepat ke arah mobilnya. Dengan tanpa daya, akhirnya Jaka duduk di mobil mewah Intan di samping kursi pengemudi. Tentu saja yang pegang kemudi adalah Intan, karena dia belum percaya kalau Jaka bisa mengemudi, apalagi mempunyai mobil seperti perkataannya.

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 57. BERUBAH PENAMPILAN

    Bab 57. BERUBAH PENAMPILAN Jaka menatap wajah Intan yang berada disampingnya dengan tatapan penuh selidik, seakan sedang mengetahui kejujuran yang tersimpan di benaknya. “Apa kamu tidak percaya dengan diriku? Percayalah, hanya kamu yang ada dalam pikiranku dan akan menemaniku ke acara ulang tahun temanku.” Akhirnya Jaka menghela nafas berat, sebenarnya dia tidak ingin menemani Intan ke acara ulang tahun itu. Akan tetapi ketika melihat wajah Intan yang terlihat memelas dan penuh dengan permohonan, pada akhirnya Jaka menerima ajakan Intan. Waktu berlalu dengan cepat, malamnya Jaka menunggu Intan di depan sebuah Mall yang cukup besar di kota Jakarta ini, sesuai dengan perjanjian yang siang tadi mereka lakukan. Tentu saja ada alasan kenapa Intan meminta Jaka menunggu di Mall besar ini, pertama dia belum berani membawa Jaka ke rumahnya, meskipun orang tuanya sudah memahami kesalahpahaman sebelumnya. Akan tetapi Intan masih belum berani terang-terangan di

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 56. PAHLAWAN UNIVERSITAS

    Bab 56. PAHLAWAN UNIVERSITAS Dalam sekejap tubuh Jaka sudah dikelilingi puluhan mahasiswa, kemudian beberapa mahasiswa mengangkat tubuh Jaka dan melemparkannya ke atas berulang kali sambil berteriak mengelu-elukan Jaka. Jaka yang di kelilingi para mahasiswa dan dielu-elukan tentu saja hanya bisa diam dan membiarkan mereka mengangkat tubuhnya dan mengaraknya masuk ke dalam auditorium Universitas Matrix. Jaka sama sekali tidak menyangka kalau dirinya begitu dielu-elukan ketika masuk ke kampus, banyak bunga dan kertas yang sudah disobek kecil-kecil di semprotkan ke atas tubuh Jaka, yang membuat suasana semakin ramai saja. Sesampainya di auditorium suasana semakin riuh, bahkan dosen Saras dan dosen yang lainnya juga sudah datang ketika mendengar keramaian di halaman kampus. Ternyata hari ini di auditorium Universitas Matrix sudah di dekorasi sedemikian rupa untuk menyambut kemenangan Jaka dalam pertandingan Silat persahabatan antar Universitas se kota Jakarta

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 55. SITUASI YANG MEMBINGUNGKAN

    Bab 55. SITUASI YANG MEMBINGUNGKAN Tubuh Jaka melenggak lenggok seperti sedang menari ketika menghindari pukulan beruntun satpam ini, kemudian Jaka yang sudah kesal dengan apa yang dilakukan satpam ini segera menampar wajah satpam di depannya hingga terpelanting dan jatuh menghantam lantai. Satpam ini sepertinya terluka cukup parah, karena pipinya langsung bengkak di giginya hancur terkena tamparan Jaka. Pemandangan ini tentu saja mengejutkan semua orang yang melihat keributan ini, sementara itu Sulistina yang sebelumnya masih duduk di kursinya, segera berdiri dan berjalan keluar Cafe untuk menghentikan keributan ini. Sebelum keluar dari Cafe, Sulistina membayar makanannya terlebih dahulu ke meja kasir, baru pergi menemui Jaka. “Boss, sebaiknya kita pergi dari tempat ini untuk menghindari masalah yang lain lagi,” bisik Sulis yang sudah berada di dekat Jaka. “Sebentar, biar saya bayar makanan kita terlebih dahulu.” “Tidak perlu Boss, saya sudah

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 54. SATPAM TAK TAHU DIRI

    Bab 54. SATPAM TAK TAHU DIRI “Pak, pak pak Satpam tolong lerai mereka,” ucap Sulistina begitu kedua satpam sudah sampai di depan mejanya. “Ini ada apa bu? Kenapa ada keributan seperti ini?” salah satu satpam membalas pertanyaan Sulistina dengan ekspresi tidak senang terlihat di raut wajahnya. “Itu yang berbaju merah mengganggu makan malam kami, dan Boss saya mengajak pria yang berbaju merah untuk pergi ke halaman untuk duel agar tidak merusak tempat ini. Pak satpam tolong hentikan mereka,” bujuk Sulistina dengan tatapan penuh harap. “Baiklah, kami akan melerai mereka. Apalagi ini adalah cafe dan mereka dilarang membuat keributan di tempat ini, meskipun di halaman Cafe.” “Baik, ibu harap tunggu disini agar tidak terluka.” Setelah menyanggupi permintaan Sulistina, kedua Satpam bergegas pergi ke halaman untuk melerai Jaka dan Edo. Sementara itu Jaka dan Sulistina yang sudah sampai di halaman Cafe sudah dalam posisi siaga untuk melakukan pertarungan.

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 53. SEBUAH TAMPARAN

    Bab 53. SEBUAH TAMPARAN Tangan Jaka menggenggam erat telapak tangan pria yang memegang bahunya dan menjauhkan dari bahunya, bukan hanya itu genggaman tangan Jaka yang seperti jepit besi langsung meremukan jari jemari tangan pria yang sok Jago ingin mengintimidasi Jaka. Kratak…. “Auuu www…” jeritan pria itu sangat mengerikan ketika telapak tangannya hancur digenggam Jaka. Kejadian ini tentu saja mengejutkan Edo dan Sulistina serta pengunjung Cafe, semua orang memusatkan pandangannya ke arah pria yang baru saja berteriak kesakitan seperti kambing di sembelih. Jaka melepaskan genggaman pada telapak tangan temannya Edo, kemudian melanjutkan makannya, seakan tidak pernah terjadi apapun di sekitarnya. Sementara itu temannya Edo yang telapak tangannya hancur tampak melompat-lompat sambil memegangi tangannya dengan keringat dingin membasahi tubuhnya. Rasa takut seketika menghantui dirinya setelah telapak tangannya hancur setelah di pegang tangan Jaka. “

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status