Share

Bab 5. DIUSIR

Penulis: MN Rohmadi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-03 13:11:31

Bab 5. DI USIR

     “Non Intan anda sudah pulang?”

Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara orang yang menyapa Intan dari balik jeruji pintu gerbang.

     “Eh pak Danang, cepat buka pintu gerbangnya.”

Bukannya menjawab sapaan penjaga rumahnya, Intan malah menyuruh Danang untuk membuka pintu gerbangnya.

      Segera saja pintu gerbang besi itu terbuka dari dalam, kemudian Intan masuk ke halaman Mansion keluarga Warsito sambil tangannya menggandeng tangan Jaka.

      Pemandangan ini tentu saja membuat Danang penasaran dengan pria yang di bawa pulang nona mudanya.

     “Siapa pemuda itu? Apakah dia pacar baru Non Intan?”

Danang hanya bisa membatin dalam hatinya, melihat pemandangan yang tidak biasa.

      Setahu Danang, Intan sama sekali belum mempunyai pacar karena selama ini dia sama sekali tidak melihat ada teman pria yang datang mengunjungi Intan.

      Dengan sangat ramah, Intan menarik tangan Jaka memasuki Mansion tiga lantai milik keluarganya.

      Jaka yang terbiasa hidup di gubuk dengan pagar kayu dan berlantai semen tampak kagum melihat kemegahan serta keindahan interior serta eksterior rumah keluarga Intan.

      Saat kakinya menginjak lantai rumah Intan yang terbuat dari marmer import, secara otomatis Jaka membuka sepatunya itu adalah sesuatu yang lumrah sebagai orang yang hidup di kampung saat memasuki rumah dengan lantai yang bersih dan mengkilat.

     “Hei, kenapa kamu melepas sepatunya?”

Intan yang melihat apa yang sedang dilakukan Jaka langsung menegurnya.

     “Sepatuku kotor, saya takut sepatuku mengotori lantai rumahmu.”

     “Heisss… kenapa kamu bicara seperti itu? Cepat pakai lagi sepatumu, rumahku ini bukan masjid tempat ibadah yang harus di lepas sepatunya setiap kali masuk rumah.”

Intan langsung meminta Jaka memakai sepatunya kembali, dengan perlahan Jaka memakai sepatunya kemudian mengikuti Intan masuk kedalam Mansion, lebih tepatnya ke ruang tamu.

      Saat ini waktu sudah tengan malam sehingga seluruh keluarga Warsito sudah tidur lelap, setelah meminta Jaka duduk di sofa, Intan segera pergi ke dapur untuk mengambil jus dingin di lemari es kemudian dibawa ke ruang tamu untuk disuguhkan kepada Jaka.

      Jaka masih mengagumi keindahan Mansion mewah tempat tinggal Intan, ketika Intan datang sambil membawa satu gelas es jus lemon segar.

      “Silahkan diminum, maaf hanya ada ini maklumlah sudah malam. Saya tidak tega membangunkan bibi pembantu untuk membuatkan makanan untuk kita.”

Intan meletakkan gelas yang berisi jus Lemon dingin di depan Jaka sambil tersenyum.       

      Jaka yang mendapatkan sambutan penuh dengan keramahan dari Intan tentu saja merasa malu, bagaimanapun juga dia anak dari kampung yang terbiasa dipandang rendah oleh semua orang. 

      Ketika kini dia mendapatkan sambutan yang sangat ramah dari Intan tentu saja Jaka merasa tidak nyaman dan tidak tahu harus bersikap seperti apa menghadapi keadaan yang belum pernah terjadi seumur hidupnya.

      “Intan, kamu sudah pulang? Ini siapa yang bertamu malam-malam begini?”

Tiba-tiba terdengar suara orang yang menyapa Intan dari nada suaranya terlihat penasaran dengan apa yang dilihatnya.

     “Ayah, kenalin ini Jaka teman kuliah Intan”

Intan segera menoleh ke arah sumber suara, ternyata yang membuat kaget Intan adalah ayahnya atau Rustam Warsito pengusaha sukses di ibukota Jakarta.

     Rustam segera memandangi Jaka dengan penuh selidik, tiba-tiba keningnya berkerut ketika dia memandangi penampilan Jaka dengan seksama.

    “Intan, kenapa kamu pulang semalam ini?”

Tanpa menghiraukan Jaka yang sudah berdiri dari tempat duduknya dan siap menjabat tangan Rustam Warsito untuk memperkenalkan diri, ketika Rustam malah bertanya kepada Intan dan terlihat jijik setelah melihat penampilan Jaka yang terlihat dengan jelas berasal dari keluarga miskin.

      Ekspresi wajah Jaka seketika menjadi jelek melihat sikap abai orang tua Intan kepada dirinya.

     “Ayah, tadi Intan habis bertemu dengan teman di Cafe.”

     “Kamu ini, kalau mau berteman itu harus lihat-lihat orangnya jangan asal berteman. Kamu jangan pernah malu-maluin keluarga kita, apa kata orang jika tahu kalau generasi muda keluarga Warsito bergaul dengan orang miskin?” 

      Perkataan Intan langsung diputus ditengah jalan sebelum dia menjelaskan alasan dia bisa bersama Jaka.

      Hal seperti ini sangatlah wajar bagi keluarga konglomerat sekelas keluarga Warsito untuk menjaga pergaulan dan pertemanannya.

       Meskipun mereka tidak pernah memandang rendah karyawan mereka saat di kantor maupun di rumah, akan tetapi mereka sangat melarang anak mereka bergaul dengan orang dari kalangan yang lebih rendah dari keluarga Warsito.

      Pikiran ini sering di lakukan seluruh keluarga kaya dimanapun tempatnya, mereka hanya akan bersikap ramah saat sedang direkam oleh wartawan maupun saat berada di situasi membutuhkan sikap baik kepada kalangan bawah.

      Seperti saat ini ketika Intan pulang bersama seorang teman pria yang terlihat dari keluarga miskin, sikap asli Rustam terlihat sangat jelas.

      Jaka yang merasa diabaikan orang tua Intan ekspresi wajahnya langsung berubah menjadi jelek. 

      Sebelumnya dia sudah merasa dan tahu kalau setiap orang kaya tidak akan suka dengan dirinya yang berasal dari keluarga miskin.

      Akan tetapi tadi dia dipaksa Intan untuk masuk kedalam rumahnya yang mewah, dengan tanpa daya dia akhirnya ikut masuk kedalam rumah Intan.

      Tapi kini setelah melihat sikap orang tua Intan yang tidak suka dengan kehadirannya di rumah mereka, membuat perasaan Jaka menjadi buruk dan perasaan rendah dirinya semakin bertambah.

      Perlahan Jaka mulai bangkit dari duduknya dan berdiri menghadap ke arah Rustam yang sedang menasehati Intan. 

     “Intan saya pamit mau pulang terlebih dahulu.”

Dengan perasaan segan Jaka berpamitan kepada Intan, dia tidak berpamitan dengan Rustam Warsito atau ayahnya Intan karena sedari awal sepertinya tidak menyukai kedatangannya bersama Intan.

     Tentu saja Jaka tahu diri kalau dia yang berasal dari keluarga miskin memang sama sekali tidak pantas bergaul dengan Intan yang berasal dari keluarga kaya.

     Tapi apa yang dilakukan Jaka semakin membuat Rustam atau ayahnya Intan semakin tidak suka dengan Jaka melihat ketidak sopanan nya yang tidak berpamitan kepada dirinya saat berpamitan mau pulang.

    “Jaka kamu istirahat sebentar habisin jusnya terlebih dahulu.”

    “Terimakasih, saya pulang saja dulu sudah malam.”

    “Kalau mau pulang cepat pulang, jangan lama-lama disini mengganggu istirahat orang saja.”

     Rustam yang mendengar Jaka berpamitan dengan Intan langsung menyahut dan memotong percakapan mereka.

      Sebagai orang tua tentu saja Rustam sangat menjaga pergaulan Intan agar jangan sampai salah pergaulan, apalagi sampai berpacaran dengan teman pria yang berasal dari keluarga miskin.

     “Om saya pamitan, maaf sudah mengganggu istirahat Om sekeluarga.”

Meskipun kesal dengan Rustam, Jaka akhirnya tetap berpamitan juga setelah diusir secara halus olehnya.

     “Pergilah, lain kali jangan pernah datang ke tempat ini lagi.”

Rustam melambaikan tangannya untuk mengusir Jaka diikuti perkataannya yang cukup menyakitkan  di telinga.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 6. SALAH PAHAM

    Bab 6. SALAH PAHAM “Intan saya pulang dulu.” “Jaka tunggu, jangan pergi biar pak sopir mengantarmu pulang.” “Tidak perlu, saya naik taksi saja,” sahut Jaka yang sudah mulai berjalan keluar dari ruang tamu Mansion keluarga Warsito. Intan yang melihat Jaka pergi begitu saja dari rumahnya merasa sangat bersalah dan akan menyusul keluar, tapi langkahnya terhenti karena tangannya di pegang dengan kuat oleh Rustam yang menatapnya dengan mata memerah karena marah. “Diamlah, biarkan orang miskin itu pergi. Apa kamu tahu siapa kamu dan siapa dia? Lihatlah keluarga kita, apa pantas putri keluarga Warsito bergaul dengan pria miskin seperti itu?” “Ayah, ayah tidak tahu siapa Jaka itu? Kenapa ayah begitu kasar kepadanya? Apa ayah tahu kalau tidak ada Jaka yang datang menolong Intan mungkin Intan malam ini tidak bisa pulang menemui ayah. Ayah sudah memalukan Intan… hiks hiks hiks…”Intan berteriak sambil berusaha melepaskan tangannya yang dicengkram dengan erat oleh Ru

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 7. PENGHINAAN DUA WANITA CANTIK

    Bab 7. PENGHINAAN DUA WANITA CANTIK Sementara itu Jaka yang ada di dalam taksi tampak tersenyum masam mengingat perlakuan orang tua Intan kepadanya. Sebelumnya dia memang sudah menolak untuk masuk kedalam Mansion keluarga Warsito yang terlihat begitu megah, karena dia yang sudah terbiasa akan hinaan dari orang-orang yang lebih kaya darinya sudah menyadari apa yang akan terjadi pada dirinya jika masuk kedalam rumah yang begitu mewah. Dan kenyataan ini benar-benar terjadi, membuat Jaka hanya bisa menghela nafas berat mengingat kejadian pahit di rumah Intan. Akhirnya taksi yang dinaiki Jaka sampai juga di gang yang menuju kontrakannya, setelah membayar ongkos taksi Jaka keluar dengan tak lupa mengucapkan terimakasih kepada sopir taksi. Kontrakan Jaka terletak dalam sebuah gang, maklumlah Jaka hanya mampu menyewa rumah di tempat ini yang harga sewanya cukup murah, yaitu satu juta rupiah satu bulannya dengan kamar mandi didalam dan listrik membayar sendiri.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 8. PERMINTAAN MAAF

    Bab 8. PERMINTAAN MAAF Pedagang bubur ayam tampak tersenyum masam melihat tingkah laku kedua wanita cantik ini. “Ternyata kecantikan tidak bisa membuat kedua wanita ini bersikap baik kepada orang lain, tapi kecantikannya malah di gunakan untuk menghina orang lain. Sepertinya mereka belum mendapat karma dari apa yang mereka ucapkan,” gumam pedagang bubur ayam sambil mencuci mangkuk kotor di tangannya. Tentu saja pedagang bubur ayam tidak berani menghentikan perkataan kedua wanita cantik itu yang menghina Jaka, karena dia juga orang kecil dan sedang berdagang, jadi tidak elok jika membuat keributan di tempat kerjanya. Jaka yang pergi meninggalkan lapak bubur ayam, segera berjalan dengan cepat menuju rumah kontrakannya. Jaka sudah kebal dengan segala ejekan dari orang-orang disekitarnya sehingga dia sama sekali tidak marah, yang bisa dilakukannya hanyalah menahan semua emosinya dalam hati. Waktu berjalan dengan cepat, saat ini Jaka sudah berangkat kuliah sepe

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 9. ISABELLA

    Bab 9. ISABELLA “Apa? Kaos polos seperti ini saja harganya lima ratus ribu rupiah? Tulisannya juga cuma sebuah simbol kecil, benar-benar mahal pakaian di tempat ini.”Jaka menghela nafas sambil menggeleng-gelengkan kepalanya setelah melihat harga yang tercantum pada setiap pakaian pria yang di pajang. Sebenarnya harga yang tercantum di setiap pakaian yang dipajang sangatlah wajar, karena pakaian yang di jual di Mall ini merupakan barang kelas menengah keatas. Berbeda dengan pakaian yang dikenakan Jaka yang dibeli dengan harga murah di pasar tradisional yang ada di desanya, yang dibuka dua kali dalam satu minggu. Jaka melihat kearah pakaian yang dikenakannya, senyumnya tampak masam setelah melihat pakaian yang dikenakannya. “Ternyata pakaianku sangatlah jelek dan sepertinya tidak pantas di pakai di tempat seperti ini,” gumam Jaka setelah melihat pakaian yang dikenakannya dari atas hingga bawah dan melihat sepatunya yang sudah butut. Rasa malu seketika

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 10. TAWARAN KERJA MENGGIURKAN

    Bab 10. TAWARAN KERJA MENGGIURKAN Isabella kembali tersenyum mendengar pertanyaan Jaka, kemudian menatap Jaka dengan tatapan sendu dan matanya memerah menahan nafsunya yang mulai naik keubun-ubun setelah berdekatan dengan Jaka. Fantasi Isabella sudah mengembara kemana-mana membayangkan apa yang akan terjadi jika dia bisa menaklukkan Jaka dan bisa bermain di atas tempat tidur dengannya. “Pekerjaan yang tante tawarkan sangat mudah dan menyenangkan, jika kamu menerima tawaran ini tante bisa membelikan sepeda motor, baju bagus dan uang yang banyak.” Isabella berkata dengan senyuman penuh dengan kegembiraan menghiasi wajahnya. Jaka yang mendengar tawaran Isabella menatapnya dengan ekspresi bodoh, dalam hati dia tidak mengerti. Pekerjaan apa yang akan di berikan wanita di depannya, masa iya ada pekerjaan yang mudah dan menyenangkan dengan bayaran yang cukup menggiurkan bagi Jaka yang masih lugu ini. Otak Jaka terus bekerja memikirkan pekerjaan apa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 11. TANTE GIRANG

    Bab 11. TANTE GIRANG “Lihat tuh, ada tante Girang yang baru saja menemukan mangsanya.” “Iya, lihat juga tuh. Pria itu memang ganteng. Tapi lihat pakaian yang dikenakannya terlihat sangat jelek.” “Benar sekali, pantas saja pria itu mau dengan tante Girang itu setelah melihat pakaian yang dikenakannya.” “Maklumlah jaman sekarang sudah banyak yang meninggalkan norma-norma yang diajarkan agama.” “Memang benar, jaman ini memang jaman edan kalau tak edan tidak akan mendapatkan apa yang diinginkannya.” Darko yang sedang berjalan dengan Isabella, entah mengapa bisa mendengar bisikan pengunjung Mall yang sedang membicarakan dirinya. Awalnya Jaka tidak menyadari kalau yang sedang mereka bicarakan adalah dirinya, akan tetapi setelah mendengar tentang pria yang memakai pakaian jelek barulah dia tahu siapa yang sedang menjadi bahan pergunjingan. Saat itu juga Jaka tahu kalau yang sedang mereka bicarakan adalah dirinya, perlahan dia memandang ke sekeliling

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 12. LEGENDA TANAH JAWA

    Bab 12. LEGENDA TANAH JAWA Tak lama kemudian Jaka sudah dalam sikap duduk bersila sambil memejamkan matanya, pernafasannya terlihat sangat halus, matanya terpejam. Seakan tubuh Jaka bukan miliknya lagi, dia hanya boneka yang menuruti apa perintah pemiliknya tanpa mampu membantah sedikitpun. Setelah Jaka dalam kondisi fokus dalam semedinya, tiba-tiba sebuah cahaya keemasan memasuki tubuhnya melalui ubun-ubunnya. Cahaya keemasan ini sendiri berasal dari mulut Prabu Antaboga yang sedang membuka matanya dan memindahkan semua kemampuannya yang sangat hebat kedalam tubuh Jaka seperti air bah yang memasuki jurang tanpa dasar di tubuh Jaka. Jaka tidak tahu entah berapa lama dia dalam kondisi semedi, hingga akhirnya dia muncul kembali di hutan yang ada di gunung Kelud dalam keadaan tak sadarkan diri dengan tubuh bersih tanpa ada luka sedikitpun. Jaka tidak tahu kalau dia berada di dalam gua pertapaan Prabu Antaboga selama tujuh hari lamanya. Tim SAR ya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 13. BRONDONG GANTENG

    Bab 13. BRONDONG GANTENG Kembali ke Jaka pada saat ini yang tidak menyadari kemampuan dirinya dan berasal darimana kemampuan ini. Saat ini pendengaran Jaka sangatlah kuat, saat ini dia bisa mendengar dengan jelas setiap bisikan pengunjung Mall dalam jarak seratus meter dengan begitu mudahnya. Jaka sebenarnya merasa risih digandeng tangannya oleh tante Isabella, tapi meskipun merasa risih dia masih diam saja karena menganggap Isabella sebagai ibunya. Maklumlah usia Isabella memang lebih tua dua puluh lima tahun daripada Jaka, sehingga Jaka menganggapnya sebagai tantenya saja. Mungkin saking lugu dan kurang berpengalamannya Jaka sehingga dia merasa biasa saja berjalan berdampingan dengan Isabella. “Jaka, coba kamu pakai baju ini.”Isabella berkata sambil menyerahkan kemeja lengan pendek dan celana panjang kain kepada kepada Jaka sambil tersenyum. Jaka merasa bingung disuruh mencoba pakaian baru oleh Isabella, dia tidak langsung pergi ke ruang ganti mes

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20

Bab terbaru

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 146. HUKUMAN BAGI PARA PREMAN

    Bab 146. HUKUMAN BAGI PARA PREMAN Tap…. Kepalan tangan preman itu di pegang dengan kuat oleh tangan Jaka kelud yang telah menghadang tinjunya. “Eh… apa yang kamu lakukan? Cepat lepaskan tanganku, atau kamu akan mati!” bentak preman yang di pegang kepalan tangannya oleh Jaka Kelud. Sebenarnya perkataan preman ini sangat lucu, bagaimana mungkin dia bisa menggertak Jaka Kelud, ketika tangannya dipegang dengan kuat oleh orang yang dia gertak. Sementara itu Jaka Kelud yang sudah mengunci kepalan tangan preman itu, menatapnya sambil tersenyum sinis. “Apa katamu? Kamu mengancam membunuhku? Ha ha ha ha… sepertinya kamu tidak tahu apa yang sedang kamu hadapi. Baiklah kalau begitu, sebaiknya kamu saya kirim ke neraka agar dunia ini lebih aman dari orang-orang seperti kalian,” kata Jaka datar. Setelah itu dia mengangkat tubuh preman itu melalui tangan yang di pegangnya dan melemparnya sejauh lima puluh meter hingga terhenti ketika tubuhnya menghantam

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 145. ANITA TEMAN SEMASA SMA

    Bab 145. ANITA TEMAN SEMASA SMA “Apakah orang yang kamu ceritakan itu, pria dan sopirnya yang tertabrak mobil SUV putih di jalan dekat jembatan layang?” kata Jaka sambil menatap wajah cantik Intan yang duduk di depannya. “Ternyata kamu tahu juga tentang kecelakaan itu?” “Tentu saja tahu, kan sekarang apapun yang terjadi di mana-mana akan cepat masuk ke berita online,” kata Jaka Kelud diplomatis. Tentu saja Jaka Kelud membuat alasan ini untuk menghindari kecurigaan Intan, kalau dia menceritakan pengalamannya secara jujur, kalau yang menolong pria itu adalah dia, maka kemungkinan besar Intan malah akan menuduhnya yang menabrak mobilnya, alih-alih memuji dirinya. Hal ini tentu saja tidak dikehendaki Jaka Kelud. Setelah berbicara mengenai suami dari wanita yang bertemu dengan mereka di lobi Cafe, akhirnya pesanan mereka dihidangkan diatas meja. Mereka makan dalam diam, menikmati makan malamnya, hingga tak lama kemudian diatas meja yang terlihat hanya piring

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 144. KENANGAN SEORANG WANITA PARUH BAYA

    Bab 144. KENANGAN SEORANG WANITA PARUH BAYA Pemilik sepasang mata ini adalah seorang wanita paruh baya yang sebelumnya pernah melihat Jaka Kelud di Cafe Bintang saat sedang berkumpul bersama teman sosialitanya. “Bukankah ini pemuda yang sebelumnya pernah saya lihat di Cafe? Jadi pemuda ini namanya adalah Jaka Kelud .” “Ternyata pemuda ini adalah seorang mahasiswa yang berprestasi dan mengharumkan nama bangsa Indonesia di kancah Internasional.” “Tapi yang membuat saya heran, kenapa wajahnya sangat mirip dengan wajah mas Rustam semasa masih muda? Apakah… apakah… jangan-jangan dia adalah Rangga Buwono anakku yang hanyut di sungai dua puluh tahun yang lalu? Tapi namanya Jaka kelud, itu bukan seperti nama anakku? Sebenarnya apa yang terjadi pada dunia ini? Apakah mas Rustam punya saudara di kampung selain yang pernah saya kenal? Ataukah mas Rustam diam-diam bermain api di belakangmu dan berselingkuh dengan wanita lain?” Wanita paruh baya yang mempunyai wajah cant

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 143. IDOLA GEN Z

    Bab 143. IDOLA GEN Z Pada Ronde kedua, barulah Jaka mulai mengincar kelemahan lawannya. Kali ini dia melakukan gerakan bantingan yang sangat cepat dengan cara menangkap pukulan Tagumi dan membantingnya dengan kecepatan yang tidak diduga-duga sebelumnya. Pukulan Tagumi sebenarnya sangat cepat, dan kembali dengan cepat pula ke posisi awalnya. Akan tetapi kecepatan pukulan Tagumi, masih terlalu lambat bagi Jaka Kelud. Sehingga dia bisa dengan cepat menangkap tangan Tagumi dan membantingnya mengikuti luncuran tenaga pukulannya. Bugh….!Suara berdebam menggema di arena pertandingan ketika tubuh Tagumi jatuh terbanting dengan telak. Sebenarnya bantingan Jaka Kelud tidak terlalu keras dalam pikirannya, akan tetapi kenyataannya berbeda bagi lawannya. Begitu tubuhnya terbanting ke atas matras, secara kebetulan tulang punggungnya terkilir, sehingga Tagumi terkapar tidak berdaya. “Satu… dua… tiga… sepuluh…” Wasit menghitung dengan cepat ke arah Ta

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 142. MONSTER TURNAMEN

    Bab 142. MONSTER TURNAMEN Darah menyembur dari mulut Ronaldo, setelah terkena tendangan Legendaris Jaka Kelud. Begitu terkena tendangan, tulang rusuknya patah membuat kesombongannya langsung di bungkam. Tim Official dari Amerika langsung emosi melihat Ronaldo kalah dengan telak menghadapi peserta dari Indonesia. Kemenangan Jaka dan Hendra Putra, membuat Indonesia bisa mengikuti babak selanjutnya. Hari berikutnya Jaka dan Hendra Putra tidak ada jadwal bertanding, akan tetapi mereka tetap mengikuti setiap pertandingan yang menghadirkan tim dari Indonesia. Kali ini ada dua peserta dari Indonesia yang giliran tanding, yaitu Rubiman dan Bas Wahyu. Kedua peserta ini berasal dari provinsi Riau dan provinsi Kalimantan barat. Jaka tampak bersemangat melihat penampilan mereka berdua, apalagi dengan penampilan Rubiman yang merupakan pesilat tangguh yang menguasai Silat harimau Minang. Rubiman menang angka melawan peserta dari negara Afrika, sedangkan Ba

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 141. TENDANGAN LEGENDARIS

    Bab 141. TENDANGAN LEGENDARIS Jaka menghindari setiap serangan Chao Phraya dengan sangat mudah, tubuhnya meliuk-liuk seperti pohon bambu yang tertiup angin. Para penonton langsung berdecak kagum melihat begitu luwes nya tubuh Jaka Kelud menghindari setiap serangan dari atlet Muay Thai ini. Chao Phraya yang begitu semangat menyerang Jaka Kelud dan semua serangannya tidak ada yang mengenai sasaran, terlihat semakin emosi. Wajah Chao Phraya memerah, keringat sebesar kacang kedelai mulai menghiasi wajahnya dan nafasnya mulai memburu, saking semangatnya untuk segera mengalahkan Jaka kelud. Para penonton bersorak memberi semangat kepada Jaka Kelud, bahkan ada yang berteriak meminta Jaka Kelud untuk segera membalas serangan lawannya. “Jaka, cepat beraksi, hajar lawanmu!” “Jaka jangan diam saja!” Mendengar teriakan para penonton, Jaka mulai terpancing untuk melakukan serangan balasan. Tatapan mata Jaka yang sedari tadi tampak santai, mulai terli

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 140. MELAWAN CHAO PHRAYA ATLET MUAY THAI

    Bab 140. MELAWAN CHAO PHRAYA ATLET MUAY THAI Senyum Jaka seketika mengembang, ketika melihat mobil yang dikendarai Ridwan memasuki terowongan. Dan kebetulan juga jalanan sepi dan hanya ada mobil Ridwan yang memasuki terowongan itu. Tubuh Jaka yang sedang melayang di langit segera menukik seperti pesawat tempur yang akan menjatuhkan Bom ke sasarannya. Bummm…! Begitu memasuki terowongan dan tepat berada di belakang mobil Ridwan, tangan Jaka bergerak mengibas. Seketika mobil Ridwan yang sudah oleng jalannya, akibat pengemudinya dalam keadaan mabuk langsung terangkat. Kemudian Jaka mengibas dengan kuat hingga mobil Ridwan meluncur dengan cepat menabrak dinding terowongan dan menimbulkan suara dentuman yang sangat keras, menggema di dalam terowongan. Dalam sekejap mobil yang dikemudikan Ridwan langsung ringsek, berubah menjadi besi gepeng, setelah terkena kibasan tangan Jaka Kelud yang dipenuhi energi Prana yang sangat kuat. Tubuh Ridwan ya

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 139. MENGIKUTI RIDWAN

    Bab 139. MENGIKUTI RIDWAN Kemudian Jaka segera mengetik sesuatu di laptopnya, tak lama kemudian di layar laptopnya muncul penampakan peta denah lokasi tempat tinggal Ridwan, sesuai dengan nomor telepon yang baru saja di hack Jaka Kelud. “Hmmm… ternyata rumahmu cukup bagus juga. Baiklah, saya akan memberimu pelajaran yang tidak bisa dilupakan, agar kamu tidak macam-macam lagi kepadaku.” Jaka menutup layar laptopnya setelah mengetahui alamat rumah Ridwan, Jaka segera menyeruput kopi hitamnya perlahan untuk menikmati sensasinya. Akhirnya waktu yang di tunggunya pun tiba, yaitu tengah malam untuk melaksanakan misinya. Begitu waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam, sosok Jaka terbang melayang keluar dari lantai tiga rumahnya, melesat seperti kelelawar membelah gelapnya malam. Begitu cepatnya tubuh Jaka melesat menuju arah yang sudah di tentukan dalam benaknya, tak lama kemudian sosok hitam sudah berdiri di atas sebuah bangunan mewah sesuai dengan

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 138. MENGHACK PONSEL BANG SAPTO DAN RIDWAN

    Bab 138. MENGHACK PONSEL BANG SAPTO DAN RIDWAN Sementara itu mahasiswa yang keluar dari gedung Olah raga dengan ekspresi jelek, sudah sampai di depan markas tentara bayaran Hitam. “Loh, ada apa nih? Kenapa kantornya diberi garis Polisi?” mahasiswa itu berkata sambil mengernyitkan dahinya melihat pemandangan yang tidak diharapkan. Pandangannya menyebar ke segala penjuru, dia bisa melihat kalau di setiap sudut jalan ada anggota Polisi yang memakai seragam maupun memakai pakaian sipil sedang berkumpul. “Apa sebenarnya yang terjadi dengan kantor Bang Sapto? Kenapa saya bisa tidak tahu?” Mahasiswa itu tidak jadi menghentikan kendaraannya, dia terus berjalan dengan pelan sambil mengamati situasi perusahaan penyedia petugas keamanan, tempat bang Sapto berkantor. Setelah cukup jauh meninggalkan markas tentara bayaran yang di jaga Polisi, mahasiswa itu menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Kemudian dia keluar dari mobil menuju warung rokok untuk membe

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status