Bab 11. TANTE GIRANG “Lihat tuh, ada tante Girang yang baru saja menemukan mangsanya.” “Iya, lihat juga tuh. Pria itu memang ganteng. Tapi lihat pakaian yang dikenakannya terlihat sangat jelek.” “Benar sekali, pantas saja pria itu mau dengan tante Girang itu setelah melihat pakaian yang dikenakannya.” “Maklumlah jaman sekarang sudah banyak yang meninggalkan norma-norma yang diajarkan agama.” “Memang benar, jaman ini memang jaman edan kalau tak edan tidak akan mendapatkan apa yang diinginkannya.” Darko yang sedang berjalan dengan Isabella, entah mengapa bisa mendengar bisikan pengunjung Mall yang sedang membicarakan dirinya. Awalnya Jaka tidak menyadari kalau yang sedang mereka bicarakan adalah dirinya, akan tetapi setelah mendengar tentang pria yang memakai pakaian jelek barulah dia tahu siapa yang sedang menjadi bahan pergunjingan. Saat itu juga Jaka tahu kalau yang sedang mereka bicarakan adalah dirinya, perlahan dia memandang ke sekeliling
Bab 12. LEGENDA TANAH JAWA Tak lama kemudian Jaka sudah dalam sikap duduk bersila sambil memejamkan matanya, pernafasannya terlihat sangat halus, matanya terpejam. Seakan tubuh Jaka bukan miliknya lagi, dia hanya boneka yang menuruti apa perintah pemiliknya tanpa mampu membantah sedikitpun. Setelah Jaka dalam kondisi fokus dalam semedinya, tiba-tiba sebuah cahaya keemasan memasuki tubuhnya melalui ubun-ubunnya. Cahaya keemasan ini sendiri berasal dari mulut Prabu Antaboga yang sedang membuka matanya dan memindahkan semua kemampuannya yang sangat hebat kedalam tubuh Jaka seperti air bah yang memasuki jurang tanpa dasar di tubuh Jaka. Jaka tidak tahu entah berapa lama dia dalam kondisi semedi, hingga akhirnya dia muncul kembali di hutan yang ada di gunung Kelud dalam keadaan tak sadarkan diri dengan tubuh bersih tanpa ada luka sedikitpun. Jaka tidak tahu kalau dia berada di dalam gua pertapaan Prabu Antaboga selama tujuh hari lamanya. Tim SAR ya
Bab 13. BRONDONG GANTENG Kembali ke Jaka pada saat ini yang tidak menyadari kemampuan dirinya dan berasal darimana kemampuan ini. Saat ini pendengaran Jaka sangatlah kuat, saat ini dia bisa mendengar dengan jelas setiap bisikan pengunjung Mall dalam jarak seratus meter dengan begitu mudahnya. Jaka sebenarnya merasa risih digandeng tangannya oleh tante Isabella, tapi meskipun merasa risih dia masih diam saja karena menganggap Isabella sebagai ibunya. Maklumlah usia Isabella memang lebih tua dua puluh lima tahun daripada Jaka, sehingga Jaka menganggapnya sebagai tantenya saja. Mungkin saking lugu dan kurang berpengalamannya Jaka sehingga dia merasa biasa saja berjalan berdampingan dengan Isabella. “Jaka, coba kamu pakai baju ini.”Isabella berkata sambil menyerahkan kemeja lengan pendek dan celana panjang kain kepada kepada Jaka sambil tersenyum. Jaka merasa bingung disuruh mencoba pakaian baru oleh Isabella, dia tidak langsung pergi ke ruang ganti mes
Bab 14. MASIH PERJAKA Isabella sebagai wanita berpengalaman yang sudah sering bermain dengan banyak pria muda sangat senang melihat sikap Jaka yang tampak gugup saat di dekatinya. “Tante, sebaiknya tante jangan terlalu dekat duduknya dengan saya.” “Kenapa? Memangnya saya tidak boleh duduk berdekatan denganmu?” “Bukan begitu tante, hanya saja saya merasa tidak nyaman kalau ada orang yang melihat saya duduk terlalu dekat dengan tante.” “Hi hi hi hi… kamu jangan khawatir, di rumah ini tidak ada orang lain. Hanya kita berdua saja yang ada di rumah ini.” “Tapi…?” Jaka merasa serba salah mendengar jawaban Isabella. Isabella semakin senang melihat sikap Jaka yang terlihat gugup, dengan sikap Jaka yang terlihat gugup, Isabella langsung tahu kalau Jaka masih perjaka dan belum pernah berhubungan intim dengan wanita. Keperjakaan seorang pemuda merupakan vitamin bagi Isabella yang pengejar nafsu setan untuk meremajakan kulitnya yang sudah mulai berker
Bab 15. KEMARAHAN TANTE ISABELLA “Tante, sebaiknya tangan anda jangan menyentuh paha saya.”Dengan polosnya, Jaka mengatakan apa yang ada dalam hatinya. Bukannya segera mengangkat telapak tangannya yang sedang menyentuh pangkal paha Jaka, tante Isabella malah terlihat tersenyum semakin lebar melihat tingkah Jaka yang wajahnya sudah memerah. “Memangnya kenapa? Memangnya kamu tidak suka sama tante?” “Bu… bu… bukan begitu tante, hanya saja saya merasa kurang nyaman jika tangan tante berada di paha saya.” Isabella semakin berbinar saat mendengar pembelaan Jaka, senyumnya bertambah lebar saja melihat tingkah Jaka. “He he he he… sepertinya kamu belum tahu, pekerjaan apa yang saya tawarkan untuk kamu ya?” Jaka hanya menganggukkan kepalanya saja dengan pelan sambil menatap wajah tante Isabella di depannya dengan penuh tanya tergambar jelas di ekspresi wajahnya. “Kamu ingin tahu pekerjaan apa yang akan tante berikan padamu? Baiklah sekarang kamu pejamk
Bab 16. JADI MILYARDER Setelah mendapatkan pakaiannya, dengan cepat Jaka melepaskan pakaian yang di belikan Isabella dan menggantinya dengan pakaian lamanya. Hanya dalam hitungan detik penampilan Jaka yang ganteng sudah berubah kembali seperti sedia kala dengan pakaian kusamnya. “Tante saya pergi dulu, saya tidak tertarik dengan pekerjaan yang anda tawarkan.”Setelah berpamitan, Jaka keluar dari villa milik tante Isabella yang biasa digunakan untuk memadu kasih dengan Brondong muda yang menjadi mangsanya. Parman yang sedang asik merokok dan memasang telinga untuk mendengar keributan lainnya, tampak terkejut ketika pintu utama terbuka dan melihat Jaka keluar dengan pakaian kusam dan ransel kusam berada di punggungnya. “Jaka, apa yang terjadi? Kenapa kamu buru-buru pulang?” “Pak Parman, sepertinya saya tidak cocok dengan pekerjaan yang ditawarkan tante Isabella. Saya mau pulang saja, mari pak Parman.” Parman berdiri termangu melihat kepergian Jaka dengan
Bab 17. SETENGAH TRILIUN RUPIAH Jaka segera mengatur ulang pengaturan saham miliknya yang tidak lagi melakukan pembelian otomatis setiap kali mendapatkan keuntungan, karena sekarang dia sudah punya waktu untuk mengontrol dan melihat perkembangan bursa saham Internasional. Apalagi sekarang dia sudah kuliah di Universitas Matrik mengambil prodi Manajemen Bisnis, yang tentu saja lebih mendalami dunia bisnis sebuah perusahaan. Waktu itu Jaka memang lebih suka membeli saham perusahaan Internasional daripada Investasi dalam negeri. Akan tetapi sekarang setelah cukup dewasa dan mempelajari ilmu bisnis di Universitas Matrix, jiwa nasionalnya mulai tertanam dan mempunyai niat untuk berinvestasi pada perusahaan dalam negeri dengan uang yang dimiliki dari hasil sahamnya. Jaka segera sujud syukur menghadap kearah kiblat sebagai tanda ucapan syukur atas rezeki yang Alloh berikan kepadanya. Malam ini Jaka tidur dengan nyenyak setelah memeriksa investasi saham mil
Bab 18. DI CURIGAI Tak lama kemudian Customer cantik yang menghilang masuk ke dalam kantor sudah kembali dan berdiri di depan Jaka sambil tersenyum. “Pak Jaka, manajer ingin bertemu dengan anda. Mari saya antar ke ruangannya.” Jaka hanya tersenyum ringan kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan mengikuti Customer cantik memasuki ke sebuah ruangan yang ada di lantai tiga. Kedatangan Jaka langsung disambut seorang pria paruh baya yang memakai pakaian kerja profesional dan mempersilahkannya duduk di sofa yang ada di ruang manajer ini sambil tersenyum ramah. “Silahkan duduk pak Jaka,” ucap manajer sambil berdiri dan tangannya langsung menjabat tangan Jaka. Setelah Jaka duduk di sofa bersama manajer Bank, customer cantik itu berpamitan untuk kembali ke lobi untuk melayani nasabah yang lain. Buku rekening Bank dan kartu Bank milik Jaka sudah tergeletak diatas meja yang ada di depannya saat sepasang mata Jaka yang tajam menatap keberadaannya.
Bab 110. GENG BANG JAGO Kening Jaka berkerut ketika mendengar perkataan kedua preman di depannya, dalam hati dia berkata, “Sepertinya ada orang yang ingin mati, berani membuat masalah denganku.” Semangat Jaka kini sudah berubah setelah tahu, kalau dia memiliki kekuatan yang sangat hebat warisan dari Naga Majapahit yang sedang bertapa. “Terus apa mau kalian? Kalau kalian tidak menerima uang sepuluh ribu ini, maka uang ini akan saya masukkan ke dalam kantong lagi,” kata Jaka sambil mengambil uang yang tergeletak di atas meja. Brakk…. Melihat keberanian Jaka, seketika kedua preman ini langsung menggebrak meja dengan keras, membuat pemilik warung nasi goreng ketakutan. Jaka tampak tidak peduli dengan kemarahan kedua preman di depannya, dia menatap kedua preman itu dengan tatapan sinis. “Kamu melawan perintah kami? Apa kamu mau mati?” bentak salah satu preman yang berdiri di belakang temannya sambil menyodorkan tinjunya kearah Jaka. “Pergilah,
Bab 109. AJIAN LAMPAH LANGIT Saking senangnya Jaka melompat begitu saja keatas, dan tanpa sadar lompatannya sangatlah tinggi hingga melewati genteng rumahnya yang berlantai tiga. Wuss… Tentu saja Jaka sangat panik ketika tubuhnya tiba-tiba saja melesat ke atas dengan sangat cepat melewati atap rumahnya dan terus naik hingga ketinggian seratus meter. Jaka segera mengatur nafas dan emosinya untuk mengontrol gerakan tubuhnya yang melayang di udara. Setelah nafasnya kembali normal dan menghilang rasa kagetnya, dengan perlahan Jaka berusaha mempraktekkan ilmu Ajian Lampah Langit yang membuatnya bisa melayang di udara hampa. Setelah menghentikan daya lontar tubuhnya, Jaka berusaha menapakkan kakinya di atas udara dan ajaibnya, seketika itu juga udara yang di injak kakinya langsung memadat. “Wah hebat, ternyata ilmu yang diberikan guru Naga sangat hebat,” ucap Jaka sambil berjalan-jalan di atas udara kosong sambil menari. Saking senangnya bisa berjal
Bab 108. MENGELUARKAN KEMAMPUAN TERSEMBUNYI Sebenarnya Jaka bisa langsung memerintahkan Rektor Agus untuk langsung menerimanya masuk kelas bersama teman-temannya. Akan tetapi Jaka tidak melakukan itu, karena dia ingin saat dia diterima masuk kelas, tidak ada pelanggaran hukum dan kedisiplinan. Karena itulah Jaka berusaha menaklukan jiwa dan pikiran Rektor Agus dengan lembut, sehingga dia bisa berpikir secara logis dan tidak langsung menerima begitu saja bisikan yang masuk ke otaknya. “Begini saja, terima Jaka masuk ke kelas yang sama dengan temannya, tapi beri dia ujian susulan kenaikan semester tiga. Dan satu lagi, cabut beasiswanya sebagai hukuman atas ketidak disiplinannya selama ini.” Bisikan itu kembali masuk ke otaknya bersamaan dengan rasa sakit yang menyerang kepalanya. “Siapa kamu? Kenapa kamu bisa masuk ke pikiranku,” kata Rektor Agus dalam benaknya. “Aku? Aku adalah jiwa bersih dan jiwa baik yang ada di dalam tubuhmu, atau yang lebih dikenal
BAB 107. AJIAN PENAKLUK JIWA Mahasiswa itu terus memperhatikan Jaka dan Intan yang menghiraukan mereka dan terus berjalan menuju kantor dosen. Tak lama kemudian Jaka dan Intan sampai juga di kantor dosen Saras. Begitu sampai di kantor dosen, orang yang mereka cari sepertinya belum berangkat, sehingga Intan mengajak Jaka menunggunya. “Jaka, sebaiknya kita menunggu bu Saras terlebih dahulu. Bagaimanapun juga kamu juga tidak tahu akan masuk kelas ke semester tiga atau mengikuti mata kuliah semester satu bersama mahasiswa baru,” ucap Intan yang mencari kursi untuk duduk menunggu kedatangan dosen Saras yang ada di luar kantor. Sambil menunggu kedatangan dosen Saras, Intan menanyakan apa sebenarnya yang terjadi dengan Jaka, hingga tiba-tiba saja menghilang tidak ada kabar berita selama tujuh bulan lamanya. Dengan terus terang, Jaka menceritakan apa yang terjadi. Meskipun berterus terang, Jaka tidak menceritakan pertemuannya dengan mbah Marijan di dimensi Le
Bab 106. KEMBALI KE KAMPUS “Betul, ini adalah ide yang bagus untuk mendapatkan saran dari Intan tentang apa yang terjadi dalam tujuh bulan ini.” Kemudian menekan tombol panggil pada ponselnya, segera saja panggilannya sudah ada yang menerimanya. “Hallo… ini siapa?” terdengar suara lembut dari seorang wanita yang menjawab panggilan telepon Jaka. “Hallo, ini Jaka,” sahut Jaka dengan penuh semangat, dia sangat mengenali suara Intan meskipun dia sudah tidak bertemu selama tujuh bulan, menurut tanggalan di dunia fana. “Jaka?... Apa?... kamu Jaka… Jaka Kelud?” teriak Intan dari seberang ponselnya. Pagi ini Intan sedang mengemudikan mobil kesayangannya menuju kampus Universitas Matrix, ketika tiba-tiba saja ada panggilan masuk kedalam ponselnya. Awalnya Intan merasa terkejut melihat nama orang yang meneleponnya, dengan rasa penasaran dia menerima panggilan telepon Jaka. Begitu dia mendengar suara Jaka yang sudah lama tidak terdengar seketika memb
Bab 105. MENYADARI APA YANG TERJADI Sambil mengemudi, Jaka mulai membaca pesan-pesan yang masuk ke ponselnya. Seketika matanya membelalak lebar seakan tidak percaya dengan apa yang dibacanya. Karena dalam catatan pesan yang masuk, ada pesan yang masuk ke ponselnya sejak satu bulan, dua bulan, tiga bulan hingga banyak yang tujuh bulan yang lalu, sesuai dengan dokumen pengiriman pesan serta panggilan telepon yang masuk ke ponselnya. “Gila, ini benar-benar gila. Sebenarnya ponselku yang salah dan error atau memang saya yang lupa tidak pernah membuka pesan yang masuk? Tapi tidak mungkin, bukankah kemarin saya berkunjung ke desa wisata Suramadu baru semalaman saja? Dan ponselku kebetulan lowbat, tapi kenapa catatan waktu di ponsel tertulis kalau pesan yang masuk memang itu adanya?” Ciiit…. Dalam bingungnya, Jaka segera melihat waktu serta tanggal dan bulan yang muncul secara otomatis di ponselnya. Seketika mata Jaka membelalak sangat lebar dan tan
Bab 104. KEMBALI KE RUMAH Sambil mengemudi pikiran Jaka kembali ke tempat aneh yang bernama desa Suramadu dan bertemu dengan mbah Marijan. Jaka sangat tahu kalau tempat yang baru saja dia datangi bukanlah mimpi, tapi sebuah tempat yang merupakan desa wisata, itu yang ada dalam pikiran Jaka. Jaka tidak menyadari kalau dia sudah berada di dimensi lelembut itu selama tujuh hari lamanya, Jaka menganggap baru sebentar saja, padahal tujuh hari di dimensi lelembut sama dengan tujuh bulan di dimensi manusia fana. Jaka tentu saja belum menyadari hal ini, dia mengemudikan mobilnya untuk pulang. Tak lama kemudian sampailah Jaka di depan pintu gerbang rumahnya, sepasang mata Jaka membelalak tidak percaya melihat apa yang ada di depannya. “Aneh, kenapa rumahku ditumbuhi banyak sekali rumput liar? Apakah saya salah mendatangi rumahku?” gumam Jaka saat akan membuka pintu gerbang rumahnya. Jaka tidak jadi membuka pintu gerbang rumahnya, dia mengedarkan pandangannya ke se
Bab 103. KEMBALI KE DIMENSI MANUSIA FANA Jaka yang mendengar penuturan mbah Marijan tampak termangu dan terdiam, otaknya segera mengingat apa yang terjadi pada dirinya beberapa waktu yang lalu. Akhirnya dia menyadari kalau di dalam tubuhnya ada sesuatu yang membuatnya sangat memahami dan sangat cepat menguasai ilmu beladiri silat, meskipun hanya sekedar menonton dari video aplikasi online. “Iya mbah, kalau di pikir-pikir saya juga heran, bagaimana mungkin saya bisa menguasai ilmu silat dengan sangat mudah, meskipun hanya melihat setiap jurus dan cara bertanding para jago silat melalui video online.” “Nah itu maksud mbah, Karena kamu sudah datang sendiri ke tempat mbah, maka mbah akan mengajari cara agar kamu bisa membangkitkan kekuatan yang ada di dalam tubuhmu. Apakah kamu mengikuti saran dan petunjuk dari mbah?” ucap mbah Marijan dengan tatapan serius ke arah Jaka Kelud. “Mau mbah, tentu saja saya mau diberi petunjuk oleh mbah Marijan, kalau tidak merep
Bab 102. PENCERAHAN “Mbah Marijan, ternyata anda tinggal di sini. Jadi anda ketua kampung di desa ini?” tanya Jaka dengan wajah berbinar. Tentu saja Jaka sangat senang disaat dia sedang kesulitan untuk mencari pertolongan, pada saat ini juga dia bertemu dengan seseorang yang dikenalnya. “Jaka Kelud, tidak saya sangka ternyata kamu datang mengunjungi gubug reotku ini,” kata Mbah Marijan dengan senyuman menghiasi wajahnya. Sementara itu jawara penjaga rumah Mbah Marijan tampak terdiam dan keheranan menyaksikan interaksi tuannya dengan anak muda yang baru datang ini. Kemudian Mbah Marijan mengajak Jaka memasuki pendopo rumahnya yang ternyata sangat megah seperti pendopo kerajaan. Padahal Mbah Marijan hanya seorang kepala kampung atau lurah di desa Suramadu. Seperti apa kemegahan dan keindahan istana kadipaten maupun istana kerajaan, jika pendopo rumah seorang kepala kampung saja sudah begini mewah dan indahnya. Jaka memandangi ukiran antik di setia