Bab 15. KEMARAHAN TANTE ISABELLA “Tante, sebaiknya tangan anda jangan menyentuh paha saya.”Dengan polosnya, Jaka mengatakan apa yang ada dalam hatinya. Bukannya segera mengangkat telapak tangannya yang sedang menyentuh pangkal paha Jaka, tante Isabella malah terlihat tersenyum semakin lebar melihat tingkah Jaka yang wajahnya sudah memerah. “Memangnya kenapa? Memangnya kamu tidak suka sama tante?” “Bu… bu… bukan begitu tante, hanya saja saya merasa kurang nyaman jika tangan tante berada di paha saya.” Isabella semakin berbinar saat mendengar pembelaan Jaka, senyumnya bertambah lebar saja melihat tingkah Jaka. “He he he he… sepertinya kamu belum tahu, pekerjaan apa yang saya tawarkan untuk kamu ya?” Jaka hanya menganggukkan kepalanya saja dengan pelan sambil menatap wajah tante Isabella di depannya dengan penuh tanya tergambar jelas di ekspresi wajahnya. “Kamu ingin tahu pekerjaan apa yang akan tante berikan padamu? Baiklah sekarang kamu pejamk
Bab 16. JADI MILYARDER Setelah mendapatkan pakaiannya, dengan cepat Jaka melepaskan pakaian yang di belikan Isabella dan menggantinya dengan pakaian lamanya. Hanya dalam hitungan detik penampilan Jaka yang ganteng sudah berubah kembali seperti sedia kala dengan pakaian kusamnya. “Tante saya pergi dulu, saya tidak tertarik dengan pekerjaan yang anda tawarkan.”Setelah berpamitan, Jaka keluar dari villa milik tante Isabella yang biasa digunakan untuk memadu kasih dengan Brondong muda yang menjadi mangsanya. Parman yang sedang asik merokok dan memasang telinga untuk mendengar keributan lainnya, tampak terkejut ketika pintu utama terbuka dan melihat Jaka keluar dengan pakaian kusam dan ransel kusam berada di punggungnya. “Jaka, apa yang terjadi? Kenapa kamu buru-buru pulang?” “Pak Parman, sepertinya saya tidak cocok dengan pekerjaan yang ditawarkan tante Isabella. Saya mau pulang saja, mari pak Parman.” Parman berdiri termangu melihat kepergian Jaka dengan
Bab 17. SETENGAH TRILIUN RUPIAH Jaka segera mengatur ulang pengaturan saham miliknya yang tidak lagi melakukan pembelian otomatis setiap kali mendapatkan keuntungan, karena sekarang dia sudah punya waktu untuk mengontrol dan melihat perkembangan bursa saham Internasional. Apalagi sekarang dia sudah kuliah di Universitas Matrik mengambil prodi Manajemen Bisnis, yang tentu saja lebih mendalami dunia bisnis sebuah perusahaan. Waktu itu Jaka memang lebih suka membeli saham perusahaan Internasional daripada Investasi dalam negeri. Akan tetapi sekarang setelah cukup dewasa dan mempelajari ilmu bisnis di Universitas Matrix, jiwa nasionalnya mulai tertanam dan mempunyai niat untuk berinvestasi pada perusahaan dalam negeri dengan uang yang dimiliki dari hasil sahamnya. Jaka segera sujud syukur menghadap kearah kiblat sebagai tanda ucapan syukur atas rezeki yang Alloh berikan kepadanya. Malam ini Jaka tidur dengan nyenyak setelah memeriksa investasi saham mil
Bab 18. DI CURIGAI Tak lama kemudian Customer cantik yang menghilang masuk ke dalam kantor sudah kembali dan berdiri di depan Jaka sambil tersenyum. “Pak Jaka, manajer ingin bertemu dengan anda. Mari saya antar ke ruangannya.” Jaka hanya tersenyum ringan kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan mengikuti Customer cantik memasuki ke sebuah ruangan yang ada di lantai tiga. Kedatangan Jaka langsung disambut seorang pria paruh baya yang memakai pakaian kerja profesional dan mempersilahkannya duduk di sofa yang ada di ruang manajer ini sambil tersenyum ramah. “Silahkan duduk pak Jaka,” ucap manajer sambil berdiri dan tangannya langsung menjabat tangan Jaka. Setelah Jaka duduk di sofa bersama manajer Bank, customer cantik itu berpamitan untuk kembali ke lobi untuk melayani nasabah yang lain. Buku rekening Bank dan kartu Bank milik Jaka sudah tergeletak diatas meja yang ada di depannya saat sepasang mata Jaka yang tajam menatap keberadaannya.
Bab 19. DIREKTUR BAMBANG Kehebohan ini terjadi di kalangan petinggi Bank, penyebab kehebohan ini dikarenakan ada salah satu nasabah yang menarik uangnya dari rekening yang ada di Bank ini dipindahkan ke rekening Bank lain. Awalnya kehadiran Jaka sama sekali tidak menarik perhatian, dia duduk santai antri untuk mendapatkan pelayanan dari petugas Bank. Akan tetapi saat petugas Bank yang melayani Jaka melihat nilai transaksi yang tercatat di dokumen penarikan dana, wajah petugas Bank tampak memucat. “Pak Jaka, apakah penarikan yang anda lakukan ini tidak salah?”Teller yang melayani Jaka bertanya, sambil menatap kearah Jaka dengan tatapan tidak percaya, karena tidak biasanya ada nasabah yang menarik dananya yang begitu besar sekaligus. “Tidak salah, silahkan anda pindahkan nominal yang tercatat di dokumen ini ke rekening Bank saya ke Bank yang saya tunjuk.” “Mohon bapak menunggu sebentar, saya harus melaporkan ini ke atasan saya. Nominal yang anda ta
Bab 20. KETAKUTAN MANAJER BUDI Jaka sama sekali tidak peduli dengan direktur Bambang yang menatapnya dengan perasaan aneh, ketika dia meneguk teh panas di dalam cangkir teh dengan sekali teguk.. “Tehnya sudah habis, silahkan bapak katakan apa yang ingin anda katakan.”Jaka berkata dengan santai sambil meletakkan cangkir porselen di tangannya kembali ke atas meja. Ekspresi direktur Bambang seketika menjadi buruk setelah mendengar perkataan Jaka, dia yang seorang direktur merasa tidak dihargai oleh seorang pemuda yang terlihat biasa saja. Akan tetapi semua harga dirinya di tekan dengan kuat dan otaknya harus selalu dingin untuk mengatasi hal ini. Ego direktur Bambang ditekan sekuat-kuatnya agar emosinya tidak meluap dan semakin memperburuk situasi yang di luar kendalinya. Bagi direktur Bambang kehilangan dana dari nasabah sebesar lima ratus milyar merupakan sebuah musibah besar dan dia tahu kalau dia akan dimintai pertanggung jawaban oleh atasannya di Ban
Bab 21. DIPANDANG RENDAH Jaka tetap diam, sepasang matanya menatap direktur Bambang dan manajer Budi dengan tatapan datar. Kedua orang yang dipandang Jaka, entah kenapa merasa bulu kuduknya meremang seakan sedang di tatap oleh sepasang mata binatang buas yang siap memangsa mereka. Kedua orang ini juga merasa heran, kenapa perasaan mereka menjadi begitu aneh saat di tatap Jaka, padahal Jaka hanya seorang pemuda dengan pakaian sederhana yang terlihat sebagai pemuda miskin. Akan tetapi jika mengingat uang yang dimiliki Jaka, mereka tentu saja tidak berani mengungkapkan apa yang dalam hatinya secara terang-terangan. Apalagi setelah mereka tahu kalau Jaka mempunyai uang sebanyak lima ratus milyar, dan dia juga ingin memindahkan uang itu ke Bank lain yang merupakan saingan mereka. Beberapa saat kemudian, Jaka berdiri dari duduknya, kemudian berkata, “Maaf pak direktur, saya masih punya pekerjaan lain. Sebaiknya saya keluar saja dulu untuk menyelesaikan ur
Bab 22. LAPTOP CANGGIH Melihat karyawan yang melayaninya tidak kunjung pergi untuk mengambil laptop yang diinginkannya, Jaka menatapnya dengan tatapan aneh yang membuat bulu kuduk karyawan wanita itu serasa tenggelam ke dunia lain saat bertemu dengan tatapan mata Jaka. Kemudian karyawan itu tersadar ketika Jaka menegurnya untuk mengambil laptop yang di inginkan. “Ehem… apakah laptopnya tidak ada? Kalau tidak ada saya akan pergi.” “Eh… eh… ada… ada, sebentar saya ambilkan dulu.”Dengan gugup karyawan wanita yang melayaninya segera bangkit dari duduknya dan menemui pemilik toko untuk mengambil laptop Acer Predator 21 X, karena seri laptop ini merupakan laptop yang sangat langka dan harganya juga sangat mahal, sehingga dia harus minta izin kepada pemilik toko. Pemilik toko menatap karyawannya ketika mendengar laporannya kalau ada pelanggan yang ingin membeli laptop edisi khusus yang harganya selangit itu. “Apa? Ada pelanggan yang mencari laptop Predator
Bab 61. DITUDUH MEMASANG GUNA-GUNA Ekspresi wajah Jaka seketika menggelap begitu mendengar perkataan dari mulut Ridwan yang menghinanya. “Lihat itu wajahmu yang menjadi jelek. Kalau orang kampung tetap saja orang kampung, meskipun di dandani seperti apapun tetap saja tampang kampungnya tidak akan berubah, ha ha ha ha…” “Meskipun berasal dari kampung, tapi saya merasa mempunyai wajah lebih ganteng daripada dirimu yang orang kota,ha ha ha ha….” kata Jaka sambil tersenyum dan tertawa balik sambil menatap wajah Ridwan dengan senyum penuh ejekan. “Kurang ajar, dasar orang kampung. Kamu tidak pantas berada di komunitas ini, pergilah atau saya hajar!” balas Ridwan dan mengancam serta mengusir Jaka dari pesta ini. Wajah Ridwan memerah dan nafasnya memburu, ketika mendengar perkatan Jaka. Sebagai tuan muda generasi kedua kaya, tentu saja Ridwan yang terbiasa dihormati dan disanjung-sanjung teman serta orang di sekelilingnya, tentu saja dia tidak terima mendengar ejekan
Bab 60. BERTEMU SAINGAN CINTA Dalam perjanjian itu dia hanya akan berbohong dengan teman-temannya Intan saja, akan tetapi sekarang dia di tanya seorang pria paruh baya yang penampilannya sangat sederhana, sehingga Jaka bingung untuk menjawabnya. Pada saat Jaka ingin menceritakan dengan jujur penyebab kedatangannya di Mansion ini, tiba-tiba ada orang yang memanggil namanya. “Jaka, kenapa kamu di luar? Masuklah, saya mencari-cari kamu.” Jaka segera menoleh ke arah sumber suara, seketika wajahnya berubah ketika tahu siapa yang memanggil namanya. Segera saja Jaka berdiri dan berkata kepada pria tua yang sedang duduk santai di halaman rumah sambil merokok, “Paman, temanku sudah memanggil. Maaf saya meninggalkan paman.” “Pergilah, nikmati pesta ulang tahun anakku,” ucap pria paruh baya ini sambil melambaikan tangannya. Jaka segera pergi meninggalkan pria paruh baya yang diajaknya mengobrol, Jaka sama sekali tidak menyadari kalau pria paruh baya yang
Bab 59. PACAR BOHONGAN Jaka yang menjadi pusat perhatian tampak cuek saja, perlahan dia berjalan kepinggir dan mengambil segelas jus jeruk yang sudah dihidangkan. Apa yang dilakukan Jaka langsung menjadi pusat perhatian dan menjadi bahan pergunjingan di antara mereka. “Lihat pria yang di bawa Intan, apakah kamu mengenalnya?” “Tidak tahu, tapi ganteng juga tampangnya.” “Mari kita tebakan, apakah pemuda itu dari keluarga kaya atau keluarga miskin.” “Walah, paling juga berasal dari keluarga biasa, hanya tampang dan penampilannya saja yang keren.” “Mari kita tanyakan pada Intan, siapa pria yang datang bersamanya.”Setelah saling menebak tentang Jaka, para gadis segera berjalan mendekat kearah Intan yang sedang asik ngobrol dengan Cecilia. “Hai Intan, tumben kamu datang bersama cowok. Apa kamu tidak ingin memberitahukan kami, siapa orang yang kamu bawa itu?” ucap salah satu teman Intan yang datang mendekatinya. “Owh itu Jaka, dia teman satu kampus
Bab 58. PESTA ULANG TAHUN “Apa? Kamu membawa mobil sendiri?” Intan berteriak tanpa sadar begitu mendengar jawaban Jaka. “Kenapa kamu berteriak? Memangnya salah kalau saya membawa mobil sendiri?” “Tidak-tidak salah, apa benar kalau kamu membawa mobil sendiri? Saya tidak percaya.” “Kenapa tidak percaya? Saya tidak berbohong. Kalau tidak percaya ayo kita pergi ke mobil saya.” Mata Intan menatap bibir Jaka yang sedang berbicara, dia menggelengkan kepalanya pelan, seakan tidak percaya dengan apa yang barusan dikatakannya. “Sudahlah, hari sudah semakin malam, sebaiknya kita segera pergi ke rumah temanku.” Menghiraukan keengganan Jaka, Intan segera menarik tangan Jaka untuk berjalan lebih cepat ke arah mobilnya. Dengan tanpa daya, akhirnya Jaka duduk di mobil mewah Intan di samping kursi pengemudi. Tentu saja yang pegang kemudi adalah Intan, karena dia belum percaya kalau Jaka bisa mengemudi, apalagi mempunyai mobil seperti perkataannya.
Bab 57. BERUBAH PENAMPILAN Jaka menatap wajah Intan yang berada disampingnya dengan tatapan penuh selidik, seakan sedang mengetahui kejujuran yang tersimpan di benaknya. “Apa kamu tidak percaya dengan diriku? Percayalah, hanya kamu yang ada dalam pikiranku dan akan menemaniku ke acara ulang tahun temanku.” Akhirnya Jaka menghela nafas berat, sebenarnya dia tidak ingin menemani Intan ke acara ulang tahun itu. Akan tetapi ketika melihat wajah Intan yang terlihat memelas dan penuh dengan permohonan, pada akhirnya Jaka menerima ajakan Intan. Waktu berlalu dengan cepat, malamnya Jaka menunggu Intan di depan sebuah Mall yang cukup besar di kota Jakarta ini, sesuai dengan perjanjian yang siang tadi mereka lakukan. Tentu saja ada alasan kenapa Intan meminta Jaka menunggu di Mall besar ini, pertama dia belum berani membawa Jaka ke rumahnya, meskipun orang tuanya sudah memahami kesalahpahaman sebelumnya. Akan tetapi Intan masih belum berani terang-terangan di
Bab 56. PAHLAWAN UNIVERSITAS Dalam sekejap tubuh Jaka sudah dikelilingi puluhan mahasiswa, kemudian beberapa mahasiswa mengangkat tubuh Jaka dan melemparkannya ke atas berulang kali sambil berteriak mengelu-elukan Jaka. Jaka yang di kelilingi para mahasiswa dan dielu-elukan tentu saja hanya bisa diam dan membiarkan mereka mengangkat tubuhnya dan mengaraknya masuk ke dalam auditorium Universitas Matrix. Jaka sama sekali tidak menyangka kalau dirinya begitu dielu-elukan ketika masuk ke kampus, banyak bunga dan kertas yang sudah disobek kecil-kecil di semprotkan ke atas tubuh Jaka, yang membuat suasana semakin ramai saja. Sesampainya di auditorium suasana semakin riuh, bahkan dosen Saras dan dosen yang lainnya juga sudah datang ketika mendengar keramaian di halaman kampus. Ternyata hari ini di auditorium Universitas Matrix sudah di dekorasi sedemikian rupa untuk menyambut kemenangan Jaka dalam pertandingan Silat persahabatan antar Universitas se kota Jakarta
Bab 55. SITUASI YANG MEMBINGUNGKAN Tubuh Jaka melenggak lenggok seperti sedang menari ketika menghindari pukulan beruntun satpam ini, kemudian Jaka yang sudah kesal dengan apa yang dilakukan satpam ini segera menampar wajah satpam di depannya hingga terpelanting dan jatuh menghantam lantai. Satpam ini sepertinya terluka cukup parah, karena pipinya langsung bengkak di giginya hancur terkena tamparan Jaka. Pemandangan ini tentu saja mengejutkan semua orang yang melihat keributan ini, sementara itu Sulistina yang sebelumnya masih duduk di kursinya, segera berdiri dan berjalan keluar Cafe untuk menghentikan keributan ini. Sebelum keluar dari Cafe, Sulistina membayar makanannya terlebih dahulu ke meja kasir, baru pergi menemui Jaka. “Boss, sebaiknya kita pergi dari tempat ini untuk menghindari masalah yang lain lagi,” bisik Sulis yang sudah berada di dekat Jaka. “Sebentar, biar saya bayar makanan kita terlebih dahulu.” “Tidak perlu Boss, saya sudah
Bab 54. SATPAM TAK TAHU DIRI “Pak, pak pak Satpam tolong lerai mereka,” ucap Sulistina begitu kedua satpam sudah sampai di depan mejanya. “Ini ada apa bu? Kenapa ada keributan seperti ini?” salah satu satpam membalas pertanyaan Sulistina dengan ekspresi tidak senang terlihat di raut wajahnya. “Itu yang berbaju merah mengganggu makan malam kami, dan Boss saya mengajak pria yang berbaju merah untuk pergi ke halaman untuk duel agar tidak merusak tempat ini. Pak satpam tolong hentikan mereka,” bujuk Sulistina dengan tatapan penuh harap. “Baiklah, kami akan melerai mereka. Apalagi ini adalah cafe dan mereka dilarang membuat keributan di tempat ini, meskipun di halaman Cafe.” “Baik, ibu harap tunggu disini agar tidak terluka.” Setelah menyanggupi permintaan Sulistina, kedua Satpam bergegas pergi ke halaman untuk melerai Jaka dan Edo. Sementara itu Jaka dan Sulistina yang sudah sampai di halaman Cafe sudah dalam posisi siaga untuk melakukan pertarungan.
Bab 53. SEBUAH TAMPARAN Tangan Jaka menggenggam erat telapak tangan pria yang memegang bahunya dan menjauhkan dari bahunya, bukan hanya itu genggaman tangan Jaka yang seperti jepit besi langsung meremukan jari jemari tangan pria yang sok Jago ingin mengintimidasi Jaka. Kratak…. “Auuu www…” jeritan pria itu sangat mengerikan ketika telapak tangannya hancur digenggam Jaka. Kejadian ini tentu saja mengejutkan Edo dan Sulistina serta pengunjung Cafe, semua orang memusatkan pandangannya ke arah pria yang baru saja berteriak kesakitan seperti kambing di sembelih. Jaka melepaskan genggaman pada telapak tangan temannya Edo, kemudian melanjutkan makannya, seakan tidak pernah terjadi apapun di sekitarnya. Sementara itu temannya Edo yang telapak tangannya hancur tampak melompat-lompat sambil memegangi tangannya dengan keringat dingin membasahi tubuhnya. Rasa takut seketika menghantui dirinya setelah telapak tangannya hancur setelah di pegang tangan Jaka. “