Beranda / Urban / Pewaris Naga Majapahit / Bab 11. TANTE GIRANG

Share

Bab 11. TANTE GIRANG

Penulis: MN Rohmadi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-19 07:39:10

Bab 11. TANTE GIRANG

“Lihat tuh, ada tante Girang yang baru saja menemukan mangsanya.”

“Iya, lihat juga tuh. Pria itu memang ganteng. Tapi lihat pakaian yang dikenakannya terlihat sangat jelek.”

“Benar sekali, pantas saja pria itu mau dengan tante Girang itu setelah melihat pakaian yang dikenakannya.”

“Maklumlah jaman sekarang sudah banyak yang meninggalkan norma-norma yang diajarkan agama.”

“Memang benar, jaman ini memang jaman edan kalau tak edan tidak akan mendapatkan apa yang diinginkannya.”

Darko yang sedang berjalan dengan Isabella, entah mengapa bisa mendengar bisikan pengunjung Mall yang sedang membicarakan dirinya.

Awalnya Jaka tidak menyadari kalau yang sedang mereka bicarakan adalah dirinya, akan tetapi setelah mendengar tentang pria yang memakai pakaian jelek barulah dia tahu siapa yang sedang menjadi bahan pergunjingan.

Saat itu juga Jaka tahu kalau yang sedang mereka bicarakan adalah dirinya, perlahan dia memandang ke sekeliling
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 12. LEGENDA TANAH JAWA

    Bab 12. LEGENDA TANAH JAWA Tak lama kemudian Jaka sudah dalam sikap duduk bersila sambil memejamkan matanya, pernafasannya terlihat sangat halus, matanya terpejam. Seakan tubuh Jaka bukan miliknya lagi, dia hanya boneka yang menuruti apa perintah pemiliknya tanpa mampu membantah sedikitpun. Setelah Jaka dalam kondisi fokus dalam semedinya, tiba-tiba sebuah cahaya keemasan memasuki tubuhnya melalui ubun-ubunnya. Cahaya keemasan ini sendiri berasal dari mulut Prabu Antaboga yang sedang membuka matanya dan memindahkan semua kemampuannya yang sangat hebat kedalam tubuh Jaka seperti air bah yang memasuki jurang tanpa dasar di tubuh Jaka. Jaka tidak tahu entah berapa lama dia dalam kondisi semedi, hingga akhirnya dia muncul kembali di hutan yang ada di gunung Kelud dalam keadaan tak sadarkan diri dengan tubuh bersih tanpa ada luka sedikitpun. Jaka tidak tahu kalau dia berada di dalam gua pertapaan Prabu Antaboga selama tujuh hari lamanya. Tim SAR ya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 13. BRONDONG GANTENG

    Bab 13. BRONDONG GANTENG Kembali ke Jaka pada saat ini yang tidak menyadari kemampuan dirinya dan berasal darimana kemampuan ini. Saat ini pendengaran Jaka sangatlah kuat, saat ini dia bisa mendengar dengan jelas setiap bisikan pengunjung Mall dalam jarak seratus meter dengan begitu mudahnya. Jaka sebenarnya merasa risih digandeng tangannya oleh tante Isabella, tapi meskipun merasa risih dia masih diam saja karena menganggap Isabella sebagai ibunya. Maklumlah usia Isabella memang lebih tua dua puluh lima tahun daripada Jaka, sehingga Jaka menganggapnya sebagai tantenya saja. Mungkin saking lugu dan kurang berpengalamannya Jaka sehingga dia merasa biasa saja berjalan berdampingan dengan Isabella. “Jaka, coba kamu pakai baju ini.”Isabella berkata sambil menyerahkan kemeja lengan pendek dan celana panjang kain kepada kepada Jaka sambil tersenyum. Jaka merasa bingung disuruh mencoba pakaian baru oleh Isabella, dia tidak langsung pergi ke ruang ganti mes

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 14. MASIH PERJAKA

    Bab 14. MASIH PERJAKA Isabella sebagai wanita berpengalaman yang sudah sering bermain dengan banyak pria muda sangat senang melihat sikap Jaka yang tampak gugup saat di dekatinya. “Tante, sebaiknya tante jangan terlalu dekat duduknya dengan saya.” “Kenapa? Memangnya saya tidak boleh duduk berdekatan denganmu?” “Bukan begitu tante, hanya saja saya merasa tidak nyaman kalau ada orang yang melihat saya duduk terlalu dekat dengan tante.” “Hi hi hi hi… kamu jangan khawatir, di rumah ini tidak ada orang lain. Hanya kita berdua saja yang ada di rumah ini.” “Tapi…?” Jaka merasa serba salah mendengar jawaban Isabella. Isabella semakin senang melihat sikap Jaka yang terlihat gugup, dengan sikap Jaka yang terlihat gugup, Isabella langsung tahu kalau Jaka masih perjaka dan belum pernah berhubungan intim dengan wanita. Keperjakaan seorang pemuda merupakan vitamin bagi Isabella yang pengejar nafsu setan untuk meremajakan kulitnya yang sudah mulai berker

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 15. KEMARAHAN TANTE ISABELLA

    Bab 15. KEMARAHAN TANTE ISABELLA “Tante, sebaiknya tangan anda jangan menyentuh paha saya.”Dengan polosnya, Jaka mengatakan apa yang ada dalam hatinya. Bukannya segera mengangkat telapak tangannya yang sedang menyentuh pangkal paha Jaka, tante Isabella malah terlihat tersenyum semakin lebar melihat tingkah Jaka yang wajahnya sudah memerah. “Memangnya kenapa? Memangnya kamu tidak suka sama tante?” “Bu… bu… bukan begitu tante, hanya saja saya merasa kurang nyaman jika tangan tante berada di paha saya.” Isabella semakin berbinar saat mendengar pembelaan Jaka, senyumnya bertambah lebar saja melihat tingkah Jaka. “He he he he… sepertinya kamu belum tahu, pekerjaan apa yang saya tawarkan untuk kamu ya?” Jaka hanya menganggukkan kepalanya saja dengan pelan sambil menatap wajah tante Isabella di depannya dengan penuh tanya tergambar jelas di ekspresi wajahnya. “Kamu ingin tahu pekerjaan apa yang akan tante berikan padamu? Baiklah sekarang kamu pejamk

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 16. JADI MILYARDER

    Bab 16. JADI MILYARDER Setelah mendapatkan pakaiannya, dengan cepat Jaka melepaskan pakaian yang di belikan Isabella dan menggantinya dengan pakaian lamanya. Hanya dalam hitungan detik penampilan Jaka yang ganteng sudah berubah kembali seperti sedia kala dengan pakaian kusamnya. “Tante saya pergi dulu, saya tidak tertarik dengan pekerjaan yang anda tawarkan.”Setelah berpamitan, Jaka keluar dari villa milik tante Isabella yang biasa digunakan untuk memadu kasih dengan Brondong muda yang menjadi mangsanya. Parman yang sedang asik merokok dan memasang telinga untuk mendengar keributan lainnya, tampak terkejut ketika pintu utama terbuka dan melihat Jaka keluar dengan pakaian kusam dan ransel kusam berada di punggungnya. “Jaka, apa yang terjadi? Kenapa kamu buru-buru pulang?” “Pak Parman, sepertinya saya tidak cocok dengan pekerjaan yang ditawarkan tante Isabella. Saya mau pulang saja, mari pak Parman.” Parman berdiri termangu melihat kepergian Jaka dengan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 17. SETENGAH TRILIUN RUPIAH

    Bab 17. SETENGAH TRILIUN RUPIAH Jaka segera mengatur ulang pengaturan saham miliknya yang tidak lagi melakukan pembelian otomatis setiap kali mendapatkan keuntungan, karena sekarang dia sudah punya waktu untuk mengontrol dan melihat perkembangan bursa saham Internasional. Apalagi sekarang dia sudah kuliah di Universitas Matrik mengambil prodi Manajemen Bisnis, yang tentu saja lebih mendalami dunia bisnis sebuah perusahaan. Waktu itu Jaka memang lebih suka membeli saham perusahaan Internasional daripada Investasi dalam negeri. Akan tetapi sekarang setelah cukup dewasa dan mempelajari ilmu bisnis di Universitas Matrix, jiwa nasionalnya mulai tertanam dan mempunyai niat untuk berinvestasi pada perusahaan dalam negeri dengan uang yang dimiliki dari hasil sahamnya. Jaka segera sujud syukur menghadap kearah kiblat sebagai tanda ucapan syukur atas rezeki yang Alloh berikan kepadanya. Malam ini Jaka tidur dengan nyenyak setelah memeriksa investasi saham mil

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 18. DI CURIGAI

    Bab 18. DI CURIGAI Tak lama kemudian Customer cantik yang menghilang masuk ke dalam kantor sudah kembali dan berdiri di depan Jaka sambil tersenyum. “Pak Jaka, manajer ingin bertemu dengan anda. Mari saya antar ke ruangannya.” Jaka hanya tersenyum ringan kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan mengikuti Customer cantik memasuki ke sebuah ruangan yang ada di lantai tiga. Kedatangan Jaka langsung disambut seorang pria paruh baya yang memakai pakaian kerja profesional dan mempersilahkannya duduk di sofa yang ada di ruang manajer ini sambil tersenyum ramah. “Silahkan duduk pak Jaka,” ucap manajer sambil berdiri dan tangannya langsung menjabat tangan Jaka. Setelah Jaka duduk di sofa bersama manajer Bank, customer cantik itu berpamitan untuk kembali ke lobi untuk melayani nasabah yang lain. Buku rekening Bank dan kartu Bank milik Jaka sudah tergeletak diatas meja yang ada di depannya saat sepasang mata Jaka yang tajam menatap keberadaannya.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 19. DIREKTUR BAMBANG

    Bab 19. DIREKTUR BAMBANG Kehebohan ini terjadi di kalangan petinggi Bank, penyebab kehebohan ini dikarenakan ada salah satu nasabah yang menarik uangnya dari rekening yang ada di Bank ini dipindahkan ke rekening Bank lain. Awalnya kehadiran Jaka sama sekali tidak menarik perhatian, dia duduk santai antri untuk mendapatkan pelayanan dari petugas Bank. Akan tetapi saat petugas Bank yang melayani Jaka melihat nilai transaksi yang tercatat di dokumen penarikan dana, wajah petugas Bank tampak memucat. “Pak Jaka, apakah penarikan yang anda lakukan ini tidak salah?”Teller yang melayani Jaka bertanya, sambil menatap kearah Jaka dengan tatapan tidak percaya, karena tidak biasanya ada nasabah yang menarik dananya yang begitu besar sekaligus. “Tidak salah, silahkan anda pindahkan nominal yang tercatat di dokumen ini ke rekening Bank saya ke Bank yang saya tunjuk.” “Mohon bapak menunggu sebentar, saya harus melaporkan ini ke atasan saya. Nominal yang anda ta

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23

Bab terbaru

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 115. MENGHADANG MOBIL PENCULIK

    Bab 115. MENGHADANG MOBIL PENCULIK “Tolong beri jalan,” ucap Jaka sambil menatap ketiga pemuda kampung di depannya. “Beri jalan? He he he he…. sepertinya kamu tidak tahu apa yang terjadi pada dirimu yang sudah berani memasuki kamar wanita yang bukan muhrim?” celetuk Anto sambil menatap sinis ke arah Jaka. Ketiga pemuda kampung ini berjejer rapi menghalangi jalan keluar Jaka dari kamar kontrakan Dian Utami. “Bang Anto, apa yang kamu lakukan? Beri jalan kepada temanku!” perintah Dian Utami sambil melotot ke arah Anto dan kedua temannya. Anto dan kedua temannya seakan tidak mendengar perkataan Dian Utami, mereka bertiga tetap menghalangi jalan keluar Jaka dengan senyum penuh ejekan membayang di wajah mereka. Jaka menatap pemuda kampung di depannya dengan perasaan tidak suka, melihat ketiganya bersikeras untuk menghalangi jalannya, Jaka tetap melangkah untuk menabrak mereka bertiga. Telapak tangan Jaka mengibas seperti mengusir lalat yang mengerubuti

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 114. DISANGKA KUMPUL KEBO

    Bab 114. DISANGKA KUMPUL KEBO Tiga wanita yang ada di rumah kontrakan Dian Utami memandangi sosok Jaka dan Dian Utami silih berganti, dengan hati penuh dengan seribu pertanyaan. “Teman-teman, kenalkan ini Jaka,” kata Dian Utami begitu memasuki rumah kontrakannya. “Hai,” sapa Jaka kepada ketiga gadis yang ada di rumah kontrakan. “Ehem… ehem… Dian, ngomong-ngomong sejak kapan kamu kenal dengan Om ganteng ini?” tanya salah satu teman Dian sambil melirik ke arah Jaka dengan ekspresi penasaran. Bagaimanapun juga mereka berempat adalah sahabat baik, sehingga apa yang terjadi pada setiap orang, yang lainnya pasti tahu. Tapi sekarang ketika Dian Utami pulang sambil membawa Jaka, tentu saja mereka bertiga sangat terkejut dan penasaran. “Perlu diceritakan apa tidak ya?” canda Dian dengan ekspresi lucu dan memainkan matanya ke arah mereka. Pada saat ini, Dian Utami sangat senang, karena dia bisa bertemu dengan pemuda pujaannya yang semalam dikenali.

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 113. PERTEMUAN YANG TIDAK DISANGKA

    Bab 113. PERTEMUAN YANG TIDAK DISANGKA Dian Utami yang melihat Jaka tampak bingung, hanya bisa tersipu malu. Memang pergaulan di kota besar, membuat setiap Individu di dalamnya menjadi seseorang yang pemberani dan menghilangkan rasa malu untuk sebagian individu. Seperti halnya Dian Utami yang mempunyai impian untuk mempunyai kekasih dari golongan kaya. Kini ketika dia bertemu seorang pemuda yang mengemudikan mobil mewah, tentu saja dia berusaha keras untuk mendapatkannya. Meskipun dia berusaha menyembunyikan rasa malunya. “Iya, kalau boleh,” sahut Dian Utami sambil menundukkan wajahnya menahan malu. “Sepertinya tidak perlu, mungkin lain kali kalau kita bertemu lagi akan saya pikirkan,” kata Jaka pada akhirnya. Tentu saja Jaka tidak ingin banyak orang mengetahui nomor ponselnya yang akan membuatnya merasa tidak nyaman. Setelah itu Jaka masuk kedalam mobilnya dan membuka kaca jendelanya dan berkata, “Terimakasih sudah membantu membawakan baran

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 112. DIAN UTAMI

    Bab 112. DIAN UTAMI Ekspresi Jaka tetap datar, namun dari sinar matanya bang Jago bisa melihat, kalau di tatapan pemuda di depannya ini ada cahaya kematian yang terpancar. Akhirnya sampai juga Jaka di depan bang Jago dan jarak mereka hanya sisa dua meter lagi. “Sepertinya kalian sudah sering membuat masalah dan mengganggu masyarakat kecil. Hmmm… sebaiknya kamu sebagai pemimpin mereka diapakan ya?” gumam Jaka sambil mengusap dagunya yang mulus, sambil tersenyum sinis ke arah bang Jago. “Ampun, tolong ampuni saya. Kami tidak akan berbuat onar lagi,” pinta bang Jago sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada. Dakh… “Argh….” Tiba-tiba sebuah tendangan kilat mengenai perut bang Jago yang mau berlutut kepadanya sebagai bentuk permintaan maaf. Jaka yang tidak menyukai ada orang yang berlutut kepada sesama manusia. Apalagi kepada dirinya, segera saja dia mengayunkan kakinya yang tepat mengenai perut bang Jago. Tendangan kilat itu

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 111. SERANGAN MAUT MENYELESAIKAN MASALAH

    Bab 111. SERANGAN MAUT MENYELESAIKAN MASALAH Orang yang merupakan pemimpin para preman ini segera turun dari motornya dan berjalan ke arah Jaka dengan langkah tegap dan tatapan penuh dengan penghinaan memandang kearah Jaka. “Hei keparat, apakah kamu yang sudah berani melukai anak buahku?” gertak bang Jago begitu turun dari motornya. Jaka tidak menjawab pertanyaan bang Jago, dia tetap duduk dengan santai, tapi bola matanya berputar dan ekspresi wajahnya penuh dengan ejekan. “Kurang ajar, apa kamu tidak tahu sekarang sedang berada dimana? Cepat kamu berikan uang pengobatan untuk anak buahku, kalau tidak kamu akan saya hajar lebih parah dari anak buahku!” Jaka tetap diam, dia sangat malas beradu argumen dengan para preman yang sukanya membuat onar terhadap masyarakat. “Kurang ajar, sepertinya kamu orang bisu yang perlu diberi pelajaran, agar tahu kamu sedang berhadapan dengan siapa. Kamu, kamu, dan kamu hajar keparat ini dan suruh dia berlutut di hadapa

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 110. GENG BANG JAGO

    Bab 110. GENG BANG JAGO Kening Jaka berkerut ketika mendengar perkataan kedua preman di depannya, dalam hati dia berkata, “Sepertinya ada orang yang ingin mati, berani membuat masalah denganku.” Semangat Jaka kini sudah berubah setelah tahu, kalau dia memiliki kekuatan yang sangat hebat warisan dari Naga Majapahit yang sedang bertapa. “Terus apa mau kalian? Kalau kalian tidak menerima uang sepuluh ribu ini, maka uang ini akan saya masukkan ke dalam kantong lagi,” kata Jaka sambil mengambil uang yang tergeletak di atas meja. Brakk…. Melihat keberanian Jaka, seketika kedua preman ini langsung menggebrak meja dengan keras, membuat pemilik warung nasi goreng ketakutan. Jaka tampak tidak peduli dengan kemarahan kedua preman di depannya, dia menatap kedua preman itu dengan tatapan sinis. “Kamu melawan perintah kami? Apa kamu mau mati?” bentak salah satu preman yang berdiri di belakang temannya sambil menyodorkan tinjunya kearah Jaka. “Pergilah,

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 109. AJIAN LAMPAH LANGIT

    Bab 109. AJIAN LAMPAH LANGIT Saking senangnya Jaka melompat begitu saja keatas, dan tanpa sadar lompatannya sangatlah tinggi hingga melewati genteng rumahnya yang berlantai tiga. Wuss… Tentu saja Jaka sangat panik ketika tubuhnya tiba-tiba saja melesat ke atas dengan sangat cepat melewati atap rumahnya dan terus naik hingga ketinggian seratus meter. Jaka segera mengatur nafas dan emosinya untuk mengontrol gerakan tubuhnya yang melayang di udara. Setelah nafasnya kembali normal dan menghilang rasa kagetnya, dengan perlahan Jaka berusaha mempraktekkan ilmu Ajian Lampah Langit yang membuatnya bisa melayang di udara hampa. Setelah menghentikan daya lontar tubuhnya, Jaka berusaha menapakkan kakinya di atas udara dan ajaibnya, seketika itu juga udara yang di injak kakinya langsung memadat. “Wah hebat, ternyata ilmu yang diberikan guru Naga sangat hebat,” ucap Jaka sambil berjalan-jalan di atas udara kosong sambil menari. Saking senangnya bisa berjal

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 108. MENGELUARKAN KEMAMPUAN TERSEMBUNYI

    Bab 108. MENGELUARKAN KEMAMPUAN TERSEMBUNYI Sebenarnya Jaka bisa langsung memerintahkan Rektor Agus untuk langsung menerimanya masuk kelas bersama teman-temannya. Akan tetapi Jaka tidak melakukan itu, karena dia ingin saat dia diterima masuk kelas, tidak ada pelanggaran hukum dan kedisiplinan. Karena itulah Jaka berusaha menaklukan jiwa dan pikiran Rektor Agus dengan lembut, sehingga dia bisa berpikir secara logis dan tidak langsung menerima begitu saja bisikan yang masuk ke otaknya. “Begini saja, terima Jaka masuk ke kelas yang sama dengan temannya, tapi beri dia ujian susulan kenaikan semester tiga. Dan satu lagi, cabut beasiswanya sebagai hukuman atas ketidak disiplinannya selama ini.” Bisikan itu kembali masuk ke otaknya bersamaan dengan rasa sakit yang menyerang kepalanya. “Siapa kamu? Kenapa kamu bisa masuk ke pikiranku,” kata Rektor Agus dalam benaknya. “Aku? Aku adalah jiwa bersih dan jiwa baik yang ada di dalam tubuhmu, atau yang lebih dikenal

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 107. AJIAN PENAKLUK JIWA

    BAB 107. AJIAN PENAKLUK JIWA Mahasiswa itu terus memperhatikan Jaka dan Intan yang menghiraukan mereka dan terus berjalan menuju kantor dosen. Tak lama kemudian Jaka dan Intan sampai juga di kantor dosen Saras. Begitu sampai di kantor dosen, orang yang mereka cari sepertinya belum berangkat, sehingga Intan mengajak Jaka menunggunya. “Jaka, sebaiknya kita menunggu bu Saras terlebih dahulu. Bagaimanapun juga kamu juga tidak tahu akan masuk kelas ke semester tiga atau mengikuti mata kuliah semester satu bersama mahasiswa baru,” ucap Intan yang mencari kursi untuk duduk menunggu kedatangan dosen Saras yang ada di luar kantor. Sambil menunggu kedatangan dosen Saras, Intan menanyakan apa sebenarnya yang terjadi dengan Jaka, hingga tiba-tiba saja menghilang tidak ada kabar berita selama tujuh bulan lamanya. Dengan terus terang, Jaka menceritakan apa yang terjadi. Meskipun berterus terang, Jaka tidak menceritakan pertemuannya dengan mbah Marijan di dimensi Le

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status