Bab 8. PERMINTAAN MAAF Pedagang bubur ayam tampak tersenyum masam melihat tingkah laku kedua wanita cantik ini. “Ternyata kecantikan tidak bisa membuat kedua wanita ini bersikap baik kepada orang lain, tapi kecantikannya malah di gunakan untuk menghina orang lain. Sepertinya mereka belum mendapat karma dari apa yang mereka ucapkan,” gumam pedagang bubur ayam sambil mencuci mangkuk kotor di tangannya. Tentu saja pedagang bubur ayam tidak berani menghentikan perkataan kedua wanita cantik itu yang menghina Jaka, karena dia juga orang kecil dan sedang berdagang, jadi tidak elok jika membuat keributan di tempat kerjanya. Jaka yang pergi meninggalkan lapak bubur ayam, segera berjalan dengan cepat menuju rumah kontrakannya. Jaka sudah kebal dengan segala ejekan dari orang-orang disekitarnya sehingga dia sama sekali tidak marah, yang bisa dilakukannya hanyalah menahan semua emosinya dalam hati. Waktu berjalan dengan cepat, saat ini Jaka sudah berangkat kuliah sepe
Bab 9. ISABELLA “Apa? Kaos polos seperti ini saja harganya lima ratus ribu rupiah? Tulisannya juga cuma sebuah simbol kecil, benar-benar mahal pakaian di tempat ini.”Jaka menghela nafas sambil menggeleng-gelengkan kepalanya setelah melihat harga yang tercantum pada setiap pakaian pria yang di pajang. Sebenarnya harga yang tercantum di setiap pakaian yang dipajang sangatlah wajar, karena pakaian yang di jual di Mall ini merupakan barang kelas menengah keatas. Berbeda dengan pakaian yang dikenakan Jaka yang dibeli dengan harga murah di pasar tradisional yang ada di desanya, yang dibuka dua kali dalam satu minggu. Jaka melihat kearah pakaian yang dikenakannya, senyumnya tampak masam setelah melihat pakaian yang dikenakannya. “Ternyata pakaianku sangatlah jelek dan sepertinya tidak pantas di pakai di tempat seperti ini,” gumam Jaka setelah melihat pakaian yang dikenakannya dari atas hingga bawah dan melihat sepatunya yang sudah butut. Rasa malu seketika
Bab 10. TAWARAN KERJA MENGGIURKAN Isabella kembali tersenyum mendengar pertanyaan Jaka, kemudian menatap Jaka dengan tatapan sendu dan matanya memerah menahan nafsunya yang mulai naik keubun-ubun setelah berdekatan dengan Jaka. Fantasi Isabella sudah mengembara kemana-mana membayangkan apa yang akan terjadi jika dia bisa menaklukkan Jaka dan bisa bermain di atas tempat tidur dengannya. “Pekerjaan yang tante tawarkan sangat mudah dan menyenangkan, jika kamu menerima tawaran ini tante bisa membelikan sepeda motor, baju bagus dan uang yang banyak.” Isabella berkata dengan senyuman penuh dengan kegembiraan menghiasi wajahnya. Jaka yang mendengar tawaran Isabella menatapnya dengan ekspresi bodoh, dalam hati dia tidak mengerti. Pekerjaan apa yang akan di berikan wanita di depannya, masa iya ada pekerjaan yang mudah dan menyenangkan dengan bayaran yang cukup menggiurkan bagi Jaka yang masih lugu ini. Otak Jaka terus bekerja memikirkan pekerjaan apa
Bab 11. TANTE GIRANG “Lihat tuh, ada tante Girang yang baru saja menemukan mangsanya.” “Iya, lihat juga tuh. Pria itu memang ganteng. Tapi lihat pakaian yang dikenakannya terlihat sangat jelek.” “Benar sekali, pantas saja pria itu mau dengan tante Girang itu setelah melihat pakaian yang dikenakannya.” “Maklumlah jaman sekarang sudah banyak yang meninggalkan norma-norma yang diajarkan agama.” “Memang benar, jaman ini memang jaman edan kalau tak edan tidak akan mendapatkan apa yang diinginkannya.” Darko yang sedang berjalan dengan Isabella, entah mengapa bisa mendengar bisikan pengunjung Mall yang sedang membicarakan dirinya. Awalnya Jaka tidak menyadari kalau yang sedang mereka bicarakan adalah dirinya, akan tetapi setelah mendengar tentang pria yang memakai pakaian jelek barulah dia tahu siapa yang sedang menjadi bahan pergunjingan. Saat itu juga Jaka tahu kalau yang sedang mereka bicarakan adalah dirinya, perlahan dia memandang ke sekeliling
Bab 12. LEGENDA TANAH JAWA Tak lama kemudian Jaka sudah dalam sikap duduk bersila sambil memejamkan matanya, pernafasannya terlihat sangat halus, matanya terpejam. Seakan tubuh Jaka bukan miliknya lagi, dia hanya boneka yang menuruti apa perintah pemiliknya tanpa mampu membantah sedikitpun. Setelah Jaka dalam kondisi fokus dalam semedinya, tiba-tiba sebuah cahaya keemasan memasuki tubuhnya melalui ubun-ubunnya. Cahaya keemasan ini sendiri berasal dari mulut Prabu Antaboga yang sedang membuka matanya dan memindahkan semua kemampuannya yang sangat hebat kedalam tubuh Jaka seperti air bah yang memasuki jurang tanpa dasar di tubuh Jaka. Jaka tidak tahu entah berapa lama dia dalam kondisi semedi, hingga akhirnya dia muncul kembali di hutan yang ada di gunung Kelud dalam keadaan tak sadarkan diri dengan tubuh bersih tanpa ada luka sedikitpun. Jaka tidak tahu kalau dia berada di dalam gua pertapaan Prabu Antaboga selama tujuh hari lamanya. Tim SAR ya
Bab 13. BRONDONG GANTENG Kembali ke Jaka pada saat ini yang tidak menyadari kemampuan dirinya dan berasal darimana kemampuan ini. Saat ini pendengaran Jaka sangatlah kuat, saat ini dia bisa mendengar dengan jelas setiap bisikan pengunjung Mall dalam jarak seratus meter dengan begitu mudahnya. Jaka sebenarnya merasa risih digandeng tangannya oleh tante Isabella, tapi meskipun merasa risih dia masih diam saja karena menganggap Isabella sebagai ibunya. Maklumlah usia Isabella memang lebih tua dua puluh lima tahun daripada Jaka, sehingga Jaka menganggapnya sebagai tantenya saja. Mungkin saking lugu dan kurang berpengalamannya Jaka sehingga dia merasa biasa saja berjalan berdampingan dengan Isabella. “Jaka, coba kamu pakai baju ini.”Isabella berkata sambil menyerahkan kemeja lengan pendek dan celana panjang kain kepada kepada Jaka sambil tersenyum. Jaka merasa bingung disuruh mencoba pakaian baru oleh Isabella, dia tidak langsung pergi ke ruang ganti mes
Bab 14. MASIH PERJAKA Isabella sebagai wanita berpengalaman yang sudah sering bermain dengan banyak pria muda sangat senang melihat sikap Jaka yang tampak gugup saat di dekatinya. “Tante, sebaiknya tante jangan terlalu dekat duduknya dengan saya.” “Kenapa? Memangnya saya tidak boleh duduk berdekatan denganmu?” “Bukan begitu tante, hanya saja saya merasa tidak nyaman kalau ada orang yang melihat saya duduk terlalu dekat dengan tante.” “Hi hi hi hi… kamu jangan khawatir, di rumah ini tidak ada orang lain. Hanya kita berdua saja yang ada di rumah ini.” “Tapi…?” Jaka merasa serba salah mendengar jawaban Isabella. Isabella semakin senang melihat sikap Jaka yang terlihat gugup, dengan sikap Jaka yang terlihat gugup, Isabella langsung tahu kalau Jaka masih perjaka dan belum pernah berhubungan intim dengan wanita. Keperjakaan seorang pemuda merupakan vitamin bagi Isabella yang pengejar nafsu setan untuk meremajakan kulitnya yang sudah mulai berker
Bab 15. KEMARAHAN TANTE ISABELLA “Tante, sebaiknya tangan anda jangan menyentuh paha saya.”Dengan polosnya, Jaka mengatakan apa yang ada dalam hatinya. Bukannya segera mengangkat telapak tangannya yang sedang menyentuh pangkal paha Jaka, tante Isabella malah terlihat tersenyum semakin lebar melihat tingkah Jaka yang wajahnya sudah memerah. “Memangnya kenapa? Memangnya kamu tidak suka sama tante?” “Bu… bu… bukan begitu tante, hanya saja saya merasa kurang nyaman jika tangan tante berada di paha saya.” Isabella semakin berbinar saat mendengar pembelaan Jaka, senyumnya bertambah lebar saja melihat tingkah Jaka. “He he he he… sepertinya kamu belum tahu, pekerjaan apa yang saya tawarkan untuk kamu ya?” Jaka hanya menganggukkan kepalanya saja dengan pelan sambil menatap wajah tante Isabella di depannya dengan penuh tanya tergambar jelas di ekspresi wajahnya. “Kamu ingin tahu pekerjaan apa yang akan tante berikan padamu? Baiklah sekarang kamu pejamk
Bab 152. PULANG KAMPUNG 2 Jaka menatap wajah tua di hadapannya yang dipenuhi dengan garis-garis kesusahan dengan tatapan penuh kasih sayang. Sebuah senyuman terlihat diwajah tua Suminten ketika mendengar perkataan anak kesayangannya ini. “Kamu pulang sama siapa? Tadi emak seperti mendengar suara mobil, apa kamu sewa taksi untuk sampai ke rumah?” kata Suminten sambil mengedarkan pandangannya ke halaman untuk melihat mobil siapa yang mengantar Jaka Kelud pulang. “Saya pulang sendiri Mak, oh iya Mak, Jaka bawa banyak oleh-oleh untuk Mamak. Tunggu sebentar biar Jaka turunkan oleh-olehnya.” Dengan senyum gembira, Jaka Kelud kembali keluar dari rumah untuk mengambil oleh-oleh yang dibeli dari Jakarta saat di perjalanan pulang. “Jaka…. ini mobil siapa? Bagaimana kamu bisa naik mobil sebagus ini? Mana sopirnya? Suruh dia masuk kerumah, biar Emak buatkan kopi,” dengan ekspresi gugup Suminten tampak panik melihat mobil yang begitu bagus terparkir di halaman ru
Bab 151. PULANG KAMPUNG “Tidak apa-apa, saya merasa senang ternyata acara makan malam ini membuatmu bahagia,” kata Melati Sugiri pada akhirnya sambil menelan kejengkelan kepada Rustam Buwono yang tidak peka dengan apa yang sedang dibicarakan. “Baguslah, kalau kamu merasa senang. Saya juga senang dengan makan malam ini. Eh…. ngomong-ngomong, ada hubungan apa antara Jaka kelud dengan Intan Warsito? Sepertinya mereka cukup dekat, apakah Rustam Warsito sudah tahu hubungan mereka?” Rustam Buwono tiba-tiba saja teringat dengan kedua anak muda yang sudah meninggalkan Cafe Bintang. “Entahlah, biarkan saja itu menjadi urusan kedua anak muda itu,” kata Melati Sugiri yang sudah tidak semangat lagi untuk menceritakan kecurigaannya pada Jaka kelud. Sementara itu Jaka Kelud yang sudah berada di perjalanan menuju rumahnya, juga merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya ketika dia berdekatan dengan kedua orang tua itu. “Kenapa ya? Perasaanku seperti berada di tengah-tengah
Bab 150. RENCANA YANG TIDAK SESUAI DENGAN HARAPAN Rustam Buwono hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum tetap menatap kearah penolongnya. “Ternyata…. ternyata acara makan malam ini merupakan makan malam yang sangat membahagiakan bagi kita. Ternyata nak Jaka kelud adalah penolong suami saya, mari kita memesan makanan untuk merayakan pertemuan membahagiakan dan ucapan terimakasih kita kepada anda,” kata Melati Sugiri sambil berdiri dengan ekspresi bahagia menghiasi wajahnya. Kemudian Melati Sugiri melambaikan tangannya ke arah pelayan yang sedang berdiri di dekat meja resepsionis untuk melakukan pemesanan. “Pelayan siapakan makanan terenak di Cafe ini, apapun yang terenak hidangkan semuanya,” perintah Melati Sugiri kepada pelayan yang berdiri di depannya sambil membawa kertas nota dan pena. “Baik bu, mohon tunggu sebentar. Kami akan segera menyiapkan semua pesanan anda.” Pelayan Cafe segera pergi meninggalkan meja Melati Sugiri untuk menyiapka
Bab 149. KETERKEJUTAN INTAN WARSITO DAN MELATI SUGIRI Tentu saja perkataan Intan Warsito mengejutkan Melati Sugiri dan Rustam Buwono, mereka berdua sama sekali tidak menyangka kalau kedua pasangan muda yang mereka anggap sebagai pasangan kekasih, ternyata mempunyai kebiasaan aneh ketika berkencan. Intan hanya menunduk sambil tersenyum kecut mendengar perkataan Melati Sugiri, dia berdiri diam seperti orang bodoh, hingga Melati Sugiri mempersilahkannya untuk duduk. “Duduklah, mari kita tunggu Jaka kelud. Apa kamu mau memesan makanan terlebih dahulu?” kata Melati Sugiri sambil menatap kearah Intan Warsito dengan pandangan ramah. “Nanti saja tante, saya akan menunggu Jaka Kelud.” “Baiklah kalau begitu, sebentar lagi pasti Jaka Kelud akan datang,” kata Melati Sugiri sambil melihat waktu di ponselnya. Sementara itu Jaka Kelud yang sedang berada di perjalanan menuju Cafe Bintang, berulang kali membunyikan klaksonnya untuk menyingkirkan kendaraan di depannya, a
Bab 148. MAKAN MALAM SURPRISE Intan Warsito segera balas melambai ke arah wanita yang melambaikan tangannya, Jaka Kelud mengikuti arah pandangan Intan dan dia juga melihat seorang wanita di dalam mobil MPV mewah berwarna putih itu. Setelah melihat keberadaan wanita paruh baya itu, sambil tetap memegang ponselnya, Intan segera mengajak Jaka Kelud untuk mendatangi wanita itu. “Jaka, temani aku menemui tante Melati,” ucap Intan Warsito sambil menggandengan tangan Jaka Kelud, sebagai tanda kalau dia tidak ingin ajakannya ditolak. Dengan tanpa daya Jaka kelud mengikuti langkah Intan Warsito menuju mobil MPV mewah yang terparkir di luar kampus. Wanita paruh baya yang ada di dalam mobil MPV mewah tampak senang melihat Intan Warsito datang ke arahnya bersama Jaka Kelud. “Tante, tidak biasanya tante bermain ke kampus Intan,” ucap Intan Warsito sambil sungkem menjabat tangan Melati Sugiri sambil mencium punggung tangannya. “Iya, kebetulan saja tante lewa
Bab 147. RASA PENASARAN MELATI SUGIRI Tubuh ketiga preman ini berputar seperti gasing setelah terkena tamparan tangan Jaka Kelud. Kemudian dari mulut ketiga preman ini menyembur darah segar, disertai gigi yang hancur. Sebuah aura transparan segera melindungi tubuh Jaka Kelud dari semburan darah yang menyembur dari ketiga preman itu. Setelah berputar beberapa saat, ketiga preman ini terjatuh mencium bumi dengan kepala penuhi bintang-bintang yang berputar. Rasa sakit yang mereka rasakan, akibat tamparan Jaka Kelud, tertunda oleh rasa pusing yang melanda kepalanya setelah tubuh mereka berputar seperti gasing. Jaka menatap ketiga preman ini dengan tatapan tajam, perlahan dia berjalan mendekat dan menginjak kaki salah satu preman. Krak…! “Argh….” Kemudian saat ketiga preman itu masih dalam keadaan pusing akibat tubuh mereka berputar, tiba-tiba saja rasa pusing itu menghilang ketika salah satu kakinya berderak, memperdengarkan suara tulang yang
Bab 146. HUKUMAN BAGI PARA PREMAN Tap…. Kepalan tangan preman itu di pegang dengan kuat oleh tangan Jaka kelud yang telah menghadang tinjunya. “Eh… apa yang kamu lakukan? Cepat lepaskan tanganku, atau kamu akan mati!” bentak preman yang di pegang kepalan tangannya oleh Jaka Kelud. Sebenarnya perkataan preman ini sangat lucu, bagaimana mungkin dia bisa menggertak Jaka Kelud, ketika tangannya dipegang dengan kuat oleh orang yang dia gertak. Sementara itu Jaka Kelud yang sudah mengunci kepalan tangan preman itu, menatapnya sambil tersenyum sinis. “Apa katamu? Kamu mengancam membunuhku? Ha ha ha ha… sepertinya kamu tidak tahu apa yang sedang kamu hadapi. Baiklah kalau begitu, sebaiknya kamu saya kirim ke neraka agar dunia ini lebih aman dari orang-orang seperti kalian,” kata Jaka datar. Setelah itu dia mengangkat tubuh preman itu melalui tangan yang di pegangnya dan melemparnya sejauh lima puluh meter hingga terhenti ketika tubuhnya menghantam
Bab 145. ANITA TEMAN SEMASA SMA “Apakah orang yang kamu ceritakan itu, pria dan sopirnya yang tertabrak mobil SUV putih di jalan dekat jembatan layang?” kata Jaka sambil menatap wajah cantik Intan yang duduk di depannya. “Ternyata kamu tahu juga tentang kecelakaan itu?” “Tentu saja tahu, kan sekarang apapun yang terjadi di mana-mana akan cepat masuk ke berita online,” kata Jaka Kelud diplomatis. Tentu saja Jaka Kelud membuat alasan ini untuk menghindari kecurigaan Intan, kalau dia menceritakan pengalamannya secara jujur, kalau yang menolong pria itu adalah dia, maka kemungkinan besar Intan malah akan menuduhnya yang menabrak mobilnya, alih-alih memuji dirinya. Hal ini tentu saja tidak dikehendaki Jaka Kelud. Setelah berbicara mengenai suami dari wanita yang bertemu dengan mereka di lobi Cafe, akhirnya pesanan mereka dihidangkan diatas meja. Mereka makan dalam diam, menikmati makan malamnya, hingga tak lama kemudian diatas meja yang terlihat hanya piring
Bab 144. KENANGAN SEORANG WANITA PARUH BAYA Pemilik sepasang mata ini adalah seorang wanita paruh baya yang sebelumnya pernah melihat Jaka Kelud di Cafe Bintang saat sedang berkumpul bersama teman sosialitanya. “Bukankah ini pemuda yang sebelumnya pernah saya lihat di Cafe? Jadi pemuda ini namanya adalah Jaka Kelud .” “Ternyata pemuda ini adalah seorang mahasiswa yang berprestasi dan mengharumkan nama bangsa Indonesia di kancah Internasional.” “Tapi yang membuat saya heran, kenapa wajahnya sangat mirip dengan wajah mas Rustam semasa masih muda? Apakah… apakah… jangan-jangan dia adalah Rangga Buwono anakku yang hanyut di sungai dua puluh tahun yang lalu? Tapi namanya Jaka kelud, itu bukan seperti nama anakku? Sebenarnya apa yang terjadi pada dunia ini? Apakah mas Rustam punya saudara di kampung selain yang pernah saya kenal? Ataukah mas Rustam diam-diam bermain api di belakangmu dan berselingkuh dengan wanita lain?” Wanita paruh baya yang mempunyai wajah cant