Home / Urban / Pewaris Naga Majapahit / Bab 3. PENCULIKAN

Share

Bab 3. PENCULIKAN

Author: MN Rohmadi
last update Last Updated: 2024-12-03 13:09:10

Bab 3. PENCULIKAN

      Keesokan harinya seperti biasa Jaka berangkat kuliah dengan penuh semangat, seakan musibah yang menimpanya kemarin saat di lokasi konstruksi bukanlah sesuatu yang perlu dianggap serius.

     Tubuh Jaka tampak bugar, tubuhnya tidak terlihat ada luka luar maupun luka dalam setelah tertimpa ribuan batu bata dari ketinggian gedung lantai dua puluh.

      Saat jam istirahat kuliah, Jaka pergi ke kantin untuk mengisi perutnya.

      Di kantin terlihat banyak mahasiswa yang sedang makan sambil berbincang dengan rekan-rekan mereka.

      Kehadiran Jaka tidaklah langsung menarik perhatian mahasiswa wanita yang sedang duduk bergerombol.

      Sedangkan mahasiswa pria tampak tidak terlalu memperdulikan Jaka yang baru saja datang memasuki kantin.

     “Bu Minten, minta bakso satu sama kupat.”

     “Baik mas, tunggu sebentar ya?”

Bu Minten yang merupakan salah satu pedagang  yang berjualan di kantin tersenyum dengan ramah kearah Jaka.

     Di Kantin kampus ada puluhan UMKM yang bekerjasama dengan pihak kampus untuk berjualan di kantin sehingga para mahasiswa bisa makan dengan banyak pilihan makanan dengan harga merakyat dan murah untuk para mahasiswa.

      Hanya saja di kantin kampus para pedagang tidak diperbolehkan menjual rokok maupun minuman beralkohol.

      Jaka kemudian mencari meja yang kosong, akan tetapi karena sekarang bertepatan dengan jam istirahat maka semua meja sudah penuh, membuat Jaka tampak menghela nafas berat.

    “Jaka duduk di sini saja.”

Terdengar seorang wanita memanggil Jaka sambil melambaikan tangannya.

      Jaka segera menoleh ke arah sumber suara, ternyata yang memanggilnya adalah satu mahasiswa wanita yang cantik dan sedang tersenyum ke arahnya sambil melambaikan tangan.

     Jaka tampak malu untuk menuruti ajakan mahasiswa wanita itu, bagaimanapun juga dia merasa tidak pantas untuk duduk bersanding dengan wanita secantik Intan Warsito yang merupakan idola baru di Universitas Matrix.

      Intan Warsito adalah teman seangkatan Jaka di Fakultas ekonomi di Universitas Matrix, Intan Warsito sendiri berasal dari keluarga konglomerat yang ada di Jakarta.

     Apalagi Jaka sangat tahu kalau Intan berasal dari keluarga kaya sehingga Jaka merasa tidak pantas bergaul serta berdekatan dengannya meskipun mereka satu kelas yang sama.

      Kembali ke kantin, pada saat ini Jaka Kelud hanya bisa cengar-cengir saja seperti monyet di tulup ketika mendapat ajakan dari Intan Warsito.

      Rasa rendah dirinyalah yang membuatnya tidak berani menerima ajakan Intan untuk duduk di meja yang sama dengannya.

      Jaka Kelud menyadari siapa dirinya yang hanya anak gunung yang miskin, karena hal inilah Jaka tidak segera menuruti panggilan Intan Warsito.

     “Jaka kemarilah, ayo duduk bersamaku.”

       Bukannya mendekat kearah Intan, sebaliknya Jaka langsung pergi menjauh sambil membawa semangkuk Bakso pesanannya yang sudah tersaji menuju sudut kantin dan duduk di dekat tangga.

      Ekspresi wajah Intan tampak menjadi buruk begitu melihat apa yang dilakukan Jaka yang mengabaikan niat baiknya.

      Sementara itu Jaka sedang memakan Bakso di tangannya dengan lahap, dalam sekejap satu mangkuk Bakso sudah berpindah tempat ke perutnya.

     “Aagh..”

Tanpa disadari Jaka bersendawa yang langsung menjadi pusat perhatian semua mahasiswa yang ada di kantin ini.

     “Dasar orang kampung, benar-benar tidak sopan bersendawa begitu keras.”

     “Betul sekali, dasar orang miskin.”

     “Eh… lihat, bukankah itu Jaka, sang Kuli Konstruksi itu?”

     “Yups… ternyata yang bersendawa itu Jaka, pantas saja tidak punya sopan santun.”

Beberapa mahasiswa di kantin yang sedang menikmati makanan mereka tampak bergunjing membicarakan Jaka.

       Sementara itu Jaka yang sudah terbiasa dan kebal dengan gunjingan para mahasiswa di kampusnya sama sekali tidak peduli.

       Bagaimanapun juga apa yang mereka gunjingkan adalah sesuatu yang nyata, dialami Jaka sebagai orang miskin dari kampung dan pekerja Konstruksi setelah pulang kuliah.

***

     Sorenya sepulang kuliah, Jaka yang tidak punya kegiatan karena diliburkan dari lokasi konstruksi tampak sedang jalan - jalan menyusuri trotoar kota Jakarta tanpa tujuan.

     Hanya satu yang ingin dilakukan Jaka yaitu lebih mengenal wilayah Jakarta dengan lebih baik.

      Hingga tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, ketika Jaka sedang berjalan di jalan bisnis yang dipenuhi hotel serta Cafe dan Club malam besar.

     “Kurang ajar, pergi, lepaskan aku…!”

      Saat Darko lewat di depan Cafe dan Club yang cukup mewah dan besar, tiba-tiba Jaka mendengar suara seorang wanita yang sedang berteriak seakan sedang mengusir seseorang.

     “Ha ha ha ha… cantik, kamu jangan terlalu jual mahal kepada kami, saya tahu kamu ini sedang mencari om-om untuk menghiburnya. Jadi kamu jangan terlalu jual mahal kepada kami, begini-begini kami masih bisa membayarmu setelah membuat kami berempat terhibur dengan layananmu, ha ha ha ha….”

Suara tawa beberapa pria juga terdengar setelah suara wanita yang berteriak untuk mengusirnya terdengar di telinga Jaka.

      Seketika itu juga Jaka menghentikan langkahnya dan mencari sumber suara.

      Ketika jaka melihat wanita itu wajahnya langsung berubah, begitu melihat dengan jelas sosok wanita yang sedang diganggu keempat pria dengan tampang mesum.

     “Intan…? Bukankah itu Intan? Kenapa dia ada di tempat ini malam-malam?”

Jaka langsung menggumam yang hanya didengar dirinya sendiri dengan tatapan tidak percaya melihat kearah wanita yang ada di kejauhan itu.

      Intan adalah teman kuliahnya yang selalu bersikap baik kepadanya berbeda dengan teman-teman wanita yang lainnya.

      Meskipun Intan berasal dari keluarga konglomerat, tapi hatinya sangat baik dan tidak pernah memandang rendah orang yang lebih miskin darinya.

     “Pergi… atau saya akan berteriak minta tolong, biar kalian dihajar petugas keamanan!”

Dengan ekspresi panik dan suara sedikit melantur Intan membentak keempat pria yang menghalangi jalannya.

     “Ha ha ha ha… lihatlah wanita ini terlihat semakin cantik saja saat marah, sepertinya dia akan membuat kita puas saat di ranjang.”

     “Betul… betul… betul sekali, ayo kita tangkap dan masukkan jalang ini kedalam mobil, jangan sampai ada orang yang mencampuri dan mengganggu kesenangan kita.”

      Begitu mendengar saran salah satu rekannya, ketiga pria ini langsung bergerak merangsek ke arah Intan dengan lebih agresif dan langsung memegangi kedua tangan Intan dengan kuat.

     “Lepaskan…! Kurang ajar, brengsek, lepaskan aku…!”

Intan berontak dengan sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari pegangan kedua preman yang memegangi kedua tangannya.

      Sekuat apapun Intan berusaha melepaskan diri, tetap saja tenaganya tidak sebanding dengan kekuatan empat pria yang langsung memegangnya dan menyeretnya memasuki sebuah mobil SUV besar berwarna hitam yang terparkir tak jauh dari tempat mereka beraksi.

     Jaka yang melihat kejadian ini segera berlari untuk menyelamatkan Intan yang akan dimasukkan kedalam mobil SUV.

     Tanpa di sadari Jaka itu sendiri, tubuhnya melesat dengan sangat cepat seperti angin ke arah Intan.

     Saking cepatnya jarak seratus meter yang membentang dari tempat Jaka berdiri hingga ke tempat parkir Club malam itu dicapai hanya kurang dari satu detik.

     Plak… plak… plak… plak

    “Berhenti….!”

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 4. MENYELAMATKAN INTAN

    Bab 4. MENYELAMATKAN INTAN Jaka berteriak dengan lantang setelah menampar kelima pria yang akan memasukkan Intan kedalam mobil SUV. Tubuh kelima pria itu langsung jatuh menghantam tanah dengan cepat, untungnya Jaka menampar tidak terlalu keras sehingga keempat pria ini tidak sampai mati. Meskipun tidak sampai mati, tapi dari keempat panca indera mereka berempat mengeluarkan darah yang membuat keempat pria ini langsung tak sadarkan diri tanpa tahu siapa orang yang memukul mereka. “Kamu tidak apa-apa?”Jaka segera menanyai Intan yang sedang shock melihat keempat pria yang akan menculiknya tiba-tiba jatuh terkapar begitu saja dan tiba-tiba juga di sampingnya sudah berdiri pria miskin yang dikenalnya. “Jaka….”Sepasang mata indah Intan tiba-tiba berkabut setelah mengamati dengan jelas sosok pria yang menolongnya. Jaka hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya dengan pelan sebagai tanda mengiyakan pertanyaan Intan. “Jaka…. saya benar-benar tidak tahu a

    Last Updated : 2024-12-03
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 5. DIUSIR

    Bab 5. DI USIR “Non Intan anda sudah pulang?”Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara orang yang menyapa Intan dari balik jeruji pintu gerbang. “Eh pak Danang, cepat buka pintu gerbangnya.”Bukannya menjawab sapaan penjaga rumahnya, Intan malah menyuruh Danang untuk membuka pintu gerbangnya. Segera saja pintu gerbang besi itu terbuka dari dalam, kemudian Intan masuk ke halaman Mansion keluarga Warsito sambil tangannya menggandeng tangan Jaka. Pemandangan ini tentu saja membuat Danang penasaran dengan pria yang di bawa pulang nona mudanya. “Siapa pemuda itu? Apakah dia pacar baru Non Intan?”Danang hanya bisa membatin dalam hatinya, melihat pemandangan yang tidak biasa. Setahu Danang, Intan sama sekali belum mempunyai pacar karena selama ini dia sama sekali tidak melihat ada teman pria yang datang mengunjungi Intan. Dengan sangat ramah, Intan menarik tangan Jaka memasuki Mansion tiga lantai milik keluarganya. Jaka yang terbiasa hidup di gubuk

    Last Updated : 2024-12-03
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 6. SALAH PAHAM

    Bab 6. SALAH PAHAM “Intan saya pulang dulu.” “Jaka tunggu, jangan pergi biar pak sopir mengantarmu pulang.” “Tidak perlu, saya naik taksi saja,” sahut Jaka yang sudah mulai berjalan keluar dari ruang tamu Mansion keluarga Warsito. Intan yang melihat Jaka pergi begitu saja dari rumahnya merasa sangat bersalah dan akan menyusul keluar, tapi langkahnya terhenti karena tangannya di pegang dengan kuat oleh Rustam yang menatapnya dengan mata memerah karena marah. “Diamlah, biarkan orang miskin itu pergi. Apa kamu tahu siapa kamu dan siapa dia? Lihatlah keluarga kita, apa pantas putri keluarga Warsito bergaul dengan pria miskin seperti itu?” “Ayah, ayah tidak tahu siapa Jaka itu? Kenapa ayah begitu kasar kepadanya? Apa ayah tahu kalau tidak ada Jaka yang datang menolong Intan mungkin Intan malam ini tidak bisa pulang menemui ayah. Ayah sudah memalukan Intan… hiks hiks hiks…”Intan berteriak sambil berusaha melepaskan tangannya yang dicengkram dengan erat oleh Ru

    Last Updated : 2025-01-17
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 7. PENGHINAAN DUA WANITA CANTIK

    Bab 7. PENGHINAAN DUA WANITA CANTIK Sementara itu Jaka yang ada di dalam taksi tampak tersenyum masam mengingat perlakuan orang tua Intan kepadanya. Sebelumnya dia memang sudah menolak untuk masuk kedalam Mansion keluarga Warsito yang terlihat begitu megah, karena dia yang sudah terbiasa akan hinaan dari orang-orang yang lebih kaya darinya sudah menyadari apa yang akan terjadi pada dirinya jika masuk kedalam rumah yang begitu mewah. Dan kenyataan ini benar-benar terjadi, membuat Jaka hanya bisa menghela nafas berat mengingat kejadian pahit di rumah Intan. Akhirnya taksi yang dinaiki Jaka sampai juga di gang yang menuju kontrakannya, setelah membayar ongkos taksi Jaka keluar dengan tak lupa mengucapkan terimakasih kepada sopir taksi. Kontrakan Jaka terletak dalam sebuah gang, maklumlah Jaka hanya mampu menyewa rumah di tempat ini yang harga sewanya cukup murah, yaitu satu juta rupiah satu bulannya dengan kamar mandi didalam dan listrik membayar sendiri.

    Last Updated : 2025-01-17
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 8. PERMINTAAN MAAF

    Bab 8. PERMINTAAN MAAF Pedagang bubur ayam tampak tersenyum masam melihat tingkah laku kedua wanita cantik ini. “Ternyata kecantikan tidak bisa membuat kedua wanita ini bersikap baik kepada orang lain, tapi kecantikannya malah di gunakan untuk menghina orang lain. Sepertinya mereka belum mendapat karma dari apa yang mereka ucapkan,” gumam pedagang bubur ayam sambil mencuci mangkuk kotor di tangannya. Tentu saja pedagang bubur ayam tidak berani menghentikan perkataan kedua wanita cantik itu yang menghina Jaka, karena dia juga orang kecil dan sedang berdagang, jadi tidak elok jika membuat keributan di tempat kerjanya. Jaka yang pergi meninggalkan lapak bubur ayam, segera berjalan dengan cepat menuju rumah kontrakannya. Jaka sudah kebal dengan segala ejekan dari orang-orang disekitarnya sehingga dia sama sekali tidak marah, yang bisa dilakukannya hanyalah menahan semua emosinya dalam hati. Waktu berjalan dengan cepat, saat ini Jaka sudah berangkat kuliah sepe

    Last Updated : 2025-01-17
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 9. ISABELLA

    Bab 9. ISABELLA “Apa? Kaos polos seperti ini saja harganya lima ratus ribu rupiah? Tulisannya juga cuma sebuah simbol kecil, benar-benar mahal pakaian di tempat ini.”Jaka menghela nafas sambil menggeleng-gelengkan kepalanya setelah melihat harga yang tercantum pada setiap pakaian pria yang di pajang. Sebenarnya harga yang tercantum di setiap pakaian yang dipajang sangatlah wajar, karena pakaian yang di jual di Mall ini merupakan barang kelas menengah keatas. Berbeda dengan pakaian yang dikenakan Jaka yang dibeli dengan harga murah di pasar tradisional yang ada di desanya, yang dibuka dua kali dalam satu minggu. Jaka melihat kearah pakaian yang dikenakannya, senyumnya tampak masam setelah melihat pakaian yang dikenakannya. “Ternyata pakaianku sangatlah jelek dan sepertinya tidak pantas di pakai di tempat seperti ini,” gumam Jaka setelah melihat pakaian yang dikenakannya dari atas hingga bawah dan melihat sepatunya yang sudah butut. Rasa malu seketika

    Last Updated : 2025-01-18
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 10. TAWARAN KERJA MENGGIURKAN

    Bab 10. TAWARAN KERJA MENGGIURKAN Isabella kembali tersenyum mendengar pertanyaan Jaka, kemudian menatap Jaka dengan tatapan sendu dan matanya memerah menahan nafsunya yang mulai naik keubun-ubun setelah berdekatan dengan Jaka. Fantasi Isabella sudah mengembara kemana-mana membayangkan apa yang akan terjadi jika dia bisa menaklukkan Jaka dan bisa bermain di atas tempat tidur dengannya. “Pekerjaan yang tante tawarkan sangat mudah dan menyenangkan, jika kamu menerima tawaran ini tante bisa membelikan sepeda motor, baju bagus dan uang yang banyak.” Isabella berkata dengan senyuman penuh dengan kegembiraan menghiasi wajahnya. Jaka yang mendengar tawaran Isabella menatapnya dengan ekspresi bodoh, dalam hati dia tidak mengerti. Pekerjaan apa yang akan di berikan wanita di depannya, masa iya ada pekerjaan yang mudah dan menyenangkan dengan bayaran yang cukup menggiurkan bagi Jaka yang masih lugu ini. Otak Jaka terus bekerja memikirkan pekerjaan apa

    Last Updated : 2025-01-18
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 11. TANTE GIRANG

    Bab 11. TANTE GIRANG “Lihat tuh, ada tante Girang yang baru saja menemukan mangsanya.” “Iya, lihat juga tuh. Pria itu memang ganteng. Tapi lihat pakaian yang dikenakannya terlihat sangat jelek.” “Benar sekali, pantas saja pria itu mau dengan tante Girang itu setelah melihat pakaian yang dikenakannya.” “Maklumlah jaman sekarang sudah banyak yang meninggalkan norma-norma yang diajarkan agama.” “Memang benar, jaman ini memang jaman edan kalau tak edan tidak akan mendapatkan apa yang diinginkannya.” Darko yang sedang berjalan dengan Isabella, entah mengapa bisa mendengar bisikan pengunjung Mall yang sedang membicarakan dirinya. Awalnya Jaka tidak menyadari kalau yang sedang mereka bicarakan adalah dirinya, akan tetapi setelah mendengar tentang pria yang memakai pakaian jelek barulah dia tahu siapa yang sedang menjadi bahan pergunjingan. Saat itu juga Jaka tahu kalau yang sedang mereka bicarakan adalah dirinya, perlahan dia memandang ke sekeliling

    Last Updated : 2025-01-19

Latest chapter

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 112. DIAN UTAMI

    Bab 112. DIAN UTAMI Ekspresi Jaka tetap datar, namun dari sinar matanya bang Jago bisa melihat, kalau di tatapan pemuda di depannya ini ada cahaya kematian yang terpancar. Akhirnya sampai juga Jaka di depan bang Jago dan jarak mereka hanya sisa dua meter lagi. “Sepertinya kalian sudah sering membuat masalah dan mengganggu masyarakat kecil. Hmmm… sebaiknya kamu sebagai pemimpin mereka diapakan ya?” gumam Jaka sambil mengusap dagunya yang mulus, sambil tersenyum sinis ke arah bang Jago. “Ampun, tolong ampuni saya. Kami tidak akan berbuat onar lagi,” pinta bang Jago sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada. Dakh… “Argh….” Tiba-tiba sebuah tendangan kilat mengenai perut bang Jago yang mau berlutut kepadanya sebagai bentuk permintaan maaf. Jaka yang tidak menyukai ada orang yang berlutut kepada sesama manusia. Apalagi kepada dirinya, segera saja dia mengayunkan kakinya yang tepat mengenai perut bang Jago. Tendangan kilat itu

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 111. SERANGAN MAUT MENYELESAIKAN MASALAH

    Bab 111. SERANGAN MAUT MENYELESAIKAN MASALAH Orang yang merupakan pemimpin para preman ini segera turun dari motornya dan berjalan ke arah Jaka dengan langkah tegap dan tatapan penuh dengan penghinaan memandang kearah Jaka. “Hei keparat, apakah kamu yang sudah berani melukai anak buahku?” gertak bang Jago begitu turun dari motornya. Jaka tidak menjawab pertanyaan bang Jago, dia tetap duduk dengan santai, tapi bola matanya berputar dan ekspresi wajahnya penuh dengan ejekan. “Kurang ajar, apa kamu tidak tahu sekarang sedang berada dimana? Cepat kamu berikan uang pengobatan untuk anak buahku, kalau tidak kamu akan saya hajar lebih parah dari anak buahku!” Jaka tetap diam, dia sangat malas beradu argumen dengan para preman yang sukanya membuat onar terhadap masyarakat. “Kurang ajar, sepertinya kamu orang bisu yang perlu diberi pelajaran, agar tahu kamu sedang berhadapan dengan siapa. Kamu, kamu, dan kamu hajar keparat ini dan suruh dia berlutut di hadapa

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 110. GENG BANG JAGO

    Bab 110. GENG BANG JAGO Kening Jaka berkerut ketika mendengar perkataan kedua preman di depannya, dalam hati dia berkata, “Sepertinya ada orang yang ingin mati, berani membuat masalah denganku.” Semangat Jaka kini sudah berubah setelah tahu, kalau dia memiliki kekuatan yang sangat hebat warisan dari Naga Majapahit yang sedang bertapa. “Terus apa mau kalian? Kalau kalian tidak menerima uang sepuluh ribu ini, maka uang ini akan saya masukkan ke dalam kantong lagi,” kata Jaka sambil mengambil uang yang tergeletak di atas meja. Brakk…. Melihat keberanian Jaka, seketika kedua preman ini langsung menggebrak meja dengan keras, membuat pemilik warung nasi goreng ketakutan. Jaka tampak tidak peduli dengan kemarahan kedua preman di depannya, dia menatap kedua preman itu dengan tatapan sinis. “Kamu melawan perintah kami? Apa kamu mau mati?” bentak salah satu preman yang berdiri di belakang temannya sambil menyodorkan tinjunya kearah Jaka. “Pergilah,

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 109. AJIAN LAMPAH LANGIT

    Bab 109. AJIAN LAMPAH LANGIT Saking senangnya Jaka melompat begitu saja keatas, dan tanpa sadar lompatannya sangatlah tinggi hingga melewati genteng rumahnya yang berlantai tiga. Wuss… Tentu saja Jaka sangat panik ketika tubuhnya tiba-tiba saja melesat ke atas dengan sangat cepat melewati atap rumahnya dan terus naik hingga ketinggian seratus meter. Jaka segera mengatur nafas dan emosinya untuk mengontrol gerakan tubuhnya yang melayang di udara. Setelah nafasnya kembali normal dan menghilang rasa kagetnya, dengan perlahan Jaka berusaha mempraktekkan ilmu Ajian Lampah Langit yang membuatnya bisa melayang di udara hampa. Setelah menghentikan daya lontar tubuhnya, Jaka berusaha menapakkan kakinya di atas udara dan ajaibnya, seketika itu juga udara yang di injak kakinya langsung memadat. “Wah hebat, ternyata ilmu yang diberikan guru Naga sangat hebat,” ucap Jaka sambil berjalan-jalan di atas udara kosong sambil menari. Saking senangnya bisa berjal

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 108. MENGELUARKAN KEMAMPUAN TERSEMBUNYI

    Bab 108. MENGELUARKAN KEMAMPUAN TERSEMBUNYI Sebenarnya Jaka bisa langsung memerintahkan Rektor Agus untuk langsung menerimanya masuk kelas bersama teman-temannya. Akan tetapi Jaka tidak melakukan itu, karena dia ingin saat dia diterima masuk kelas, tidak ada pelanggaran hukum dan kedisiplinan. Karena itulah Jaka berusaha menaklukan jiwa dan pikiran Rektor Agus dengan lembut, sehingga dia bisa berpikir secara logis dan tidak langsung menerima begitu saja bisikan yang masuk ke otaknya. “Begini saja, terima Jaka masuk ke kelas yang sama dengan temannya, tapi beri dia ujian susulan kenaikan semester tiga. Dan satu lagi, cabut beasiswanya sebagai hukuman atas ketidak disiplinannya selama ini.” Bisikan itu kembali masuk ke otaknya bersamaan dengan rasa sakit yang menyerang kepalanya. “Siapa kamu? Kenapa kamu bisa masuk ke pikiranku,” kata Rektor Agus dalam benaknya. “Aku? Aku adalah jiwa bersih dan jiwa baik yang ada di dalam tubuhmu, atau yang lebih dikenal

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 107. AJIAN PENAKLUK JIWA

    BAB 107. AJIAN PENAKLUK JIWA Mahasiswa itu terus memperhatikan Jaka dan Intan yang menghiraukan mereka dan terus berjalan menuju kantor dosen. Tak lama kemudian Jaka dan Intan sampai juga di kantor dosen Saras. Begitu sampai di kantor dosen, orang yang mereka cari sepertinya belum berangkat, sehingga Intan mengajak Jaka menunggunya. “Jaka, sebaiknya kita menunggu bu Saras terlebih dahulu. Bagaimanapun juga kamu juga tidak tahu akan masuk kelas ke semester tiga atau mengikuti mata kuliah semester satu bersama mahasiswa baru,” ucap Intan yang mencari kursi untuk duduk menunggu kedatangan dosen Saras yang ada di luar kantor. Sambil menunggu kedatangan dosen Saras, Intan menanyakan apa sebenarnya yang terjadi dengan Jaka, hingga tiba-tiba saja menghilang tidak ada kabar berita selama tujuh bulan lamanya. Dengan terus terang, Jaka menceritakan apa yang terjadi. Meskipun berterus terang, Jaka tidak menceritakan pertemuannya dengan mbah Marijan di dimensi Le

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 106. KEMBALI KE KAMPUS

    Bab 106. KEMBALI KE KAMPUS “Betul, ini adalah ide yang bagus untuk mendapatkan saran dari Intan tentang apa yang terjadi dalam tujuh bulan ini.” Kemudian menekan tombol panggil pada ponselnya, segera saja panggilannya sudah ada yang menerimanya. “Hallo… ini siapa?” terdengar suara lembut dari seorang wanita yang menjawab panggilan telepon Jaka. “Hallo, ini Jaka,” sahut Jaka dengan penuh semangat, dia sangat mengenali suara Intan meskipun dia sudah tidak bertemu selama tujuh bulan, menurut tanggalan di dunia fana. “Jaka?... Apa?... kamu Jaka… Jaka Kelud?” teriak Intan dari seberang ponselnya. Pagi ini Intan sedang mengemudikan mobil kesayangannya menuju kampus Universitas Matrix, ketika tiba-tiba saja ada panggilan masuk kedalam ponselnya. Awalnya Intan merasa terkejut melihat nama orang yang meneleponnya, dengan rasa penasaran dia menerima panggilan telepon Jaka. Begitu dia mendengar suara Jaka yang sudah lama tidak terdengar seketika memb

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 105. MENYADARI APA YANG TERJADI

    Bab 105. MENYADARI APA YANG TERJADI Sambil mengemudi, Jaka mulai membaca pesan-pesan yang masuk ke ponselnya. Seketika matanya membelalak lebar seakan tidak percaya dengan apa yang dibacanya. Karena dalam catatan pesan yang masuk, ada pesan yang masuk ke ponselnya sejak satu bulan, dua bulan, tiga bulan hingga banyak yang tujuh bulan yang lalu, sesuai dengan dokumen pengiriman pesan serta panggilan telepon yang masuk ke ponselnya. “Gila, ini benar-benar gila. Sebenarnya ponselku yang salah dan error atau memang saya yang lupa tidak pernah membuka pesan yang masuk? Tapi tidak mungkin, bukankah kemarin saya berkunjung ke desa wisata Suramadu baru semalaman saja? Dan ponselku kebetulan lowbat, tapi kenapa catatan waktu di ponsel tertulis kalau pesan yang masuk memang itu adanya?” Ciiit…. Dalam bingungnya, Jaka segera melihat waktu serta tanggal dan bulan yang muncul secara otomatis di ponselnya. Seketika mata Jaka membelalak sangat lebar dan tan

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 104. KEMBALI KE RUMAH

    Bab 104. KEMBALI KE RUMAH Sambil mengemudi pikiran Jaka kembali ke tempat aneh yang bernama desa Suramadu dan bertemu dengan mbah Marijan. Jaka sangat tahu kalau tempat yang baru saja dia datangi bukanlah mimpi, tapi sebuah tempat yang merupakan desa wisata, itu yang ada dalam pikiran Jaka. Jaka tidak menyadari kalau dia sudah berada di dimensi lelembut itu selama tujuh hari lamanya, Jaka menganggap baru sebentar saja, padahal tujuh hari di dimensi lelembut sama dengan tujuh bulan di dimensi manusia fana. Jaka tentu saja belum menyadari hal ini, dia mengemudikan mobilnya untuk pulang. Tak lama kemudian sampailah Jaka di depan pintu gerbang rumahnya, sepasang mata Jaka membelalak tidak percaya melihat apa yang ada di depannya. “Aneh, kenapa rumahku ditumbuhi banyak sekali rumput liar? Apakah saya salah mendatangi rumahku?” gumam Jaka saat akan membuka pintu gerbang rumahnya. Jaka tidak jadi membuka pintu gerbang rumahnya, dia mengedarkan pandangannya ke se

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status