Home / Urban / Pewaris Naga Majapahit / Bab 3. PENCULIKAN

Share

Bab 3. PENCULIKAN

Author: MN Rohmadi
last update Last Updated: 2024-12-03 13:09:10

Bab 3. PENCULIKAN

      Keesokan harinya seperti biasa Jaka berangkat kuliah dengan penuh semangat, seakan musibah yang menimpanya kemarin saat di lokasi konstruksi bukanlah sesuatu yang perlu dianggap serius.

     Tubuh Jaka tampak bugar, tubuhnya tidak terlihat ada luka luar maupun luka dalam setelah tertimpa ribuan batu bata dari ketinggian gedung lantai dua puluh.

      Saat jam istirahat kuliah, Jaka pergi ke kantin untuk mengisi perutnya.

      Di kantin terlihat banyak mahasiswa yang sedang makan sambil berbincang dengan rekan-rekan mereka.

      Kehadiran Jaka tidaklah langsung menarik perhatian mahasiswa wanita yang sedang duduk bergerombol.

      Sedangkan mahasiswa pria tampak tidak terlalu memperdulikan Jaka yang baru saja datang memasuki kantin.

     “Bu Minten, minta bakso satu sama kupat.”

     “Baik mas, tunggu sebentar ya?”

Bu Minten yang merupakan salah satu pedagang  yang berjualan di kantin tersenyum dengan ramah kearah Jaka.

     Di Kantin kampus ada puluhan UMKM yang bekerjasama dengan pihak kampus untuk berjualan di kantin sehingga para mahasiswa bisa makan dengan banyak pilihan makanan dengan harga merakyat dan murah untuk para mahasiswa.

      Hanya saja di kantin kampus para pedagang tidak diperbolehkan menjual rokok maupun minuman beralkohol.

      Jaka kemudian mencari meja yang kosong, akan tetapi karena sekarang bertepatan dengan jam istirahat maka semua meja sudah penuh, membuat Jaka tampak menghela nafas berat.

    “Jaka duduk di sini saja.”

Terdengar seorang wanita memanggil Jaka sambil melambaikan tangannya.

      Jaka segera menoleh ke arah sumber suara, ternyata yang memanggilnya adalah satu mahasiswa wanita yang cantik dan sedang tersenyum ke arahnya sambil melambaikan tangan.

     Jaka tampak malu untuk menuruti ajakan mahasiswa wanita itu, bagaimanapun juga dia merasa tidak pantas untuk duduk bersanding dengan wanita secantik Intan Warsito yang merupakan idola baru di Universitas Matrix.

      Intan Warsito adalah teman seangkatan Jaka di Fakultas ekonomi di Universitas Matrix, Intan Warsito sendiri berasal dari keluarga konglomerat yang ada di Jakarta.

     Apalagi Jaka sangat tahu kalau Intan berasal dari keluarga kaya sehingga Jaka merasa tidak pantas bergaul serta berdekatan dengannya meskipun mereka satu kelas yang sama.

      Kembali ke kantin, pada saat ini Jaka Kelud hanya bisa cengar-cengir saja seperti monyet di tulup ketika mendapat ajakan dari Intan Warsito.

      Rasa rendah dirinyalah yang membuatnya tidak berani menerima ajakan Intan untuk duduk di meja yang sama dengannya.

      Jaka Kelud menyadari siapa dirinya yang hanya anak gunung yang miskin, karena hal inilah Jaka tidak segera menuruti panggilan Intan Warsito.

     “Jaka kemarilah, ayo duduk bersamaku.”

       Bukannya mendekat kearah Intan, sebaliknya Jaka langsung pergi menjauh sambil membawa semangkuk Bakso pesanannya yang sudah tersaji menuju sudut kantin dan duduk di dekat tangga.

      Ekspresi wajah Intan tampak menjadi buruk begitu melihat apa yang dilakukan Jaka yang mengabaikan niat baiknya.

      Sementara itu Jaka sedang memakan Bakso di tangannya dengan lahap, dalam sekejap satu mangkuk Bakso sudah berpindah tempat ke perutnya.

     “Aagh..”

Tanpa disadari Jaka bersendawa yang langsung menjadi pusat perhatian semua mahasiswa yang ada di kantin ini.

     “Dasar orang kampung, benar-benar tidak sopan bersendawa begitu keras.”

     “Betul sekali, dasar orang miskin.”

     “Eh… lihat, bukankah itu Jaka, sang Kuli Konstruksi itu?”

     “Yups… ternyata yang bersendawa itu Jaka, pantas saja tidak punya sopan santun.”

Beberapa mahasiswa di kantin yang sedang menikmati makanan mereka tampak bergunjing membicarakan Jaka.

       Sementara itu Jaka yang sudah terbiasa dan kebal dengan gunjingan para mahasiswa di kampusnya sama sekali tidak peduli.

       Bagaimanapun juga apa yang mereka gunjingkan adalah sesuatu yang nyata, dialami Jaka sebagai orang miskin dari kampung dan pekerja Konstruksi setelah pulang kuliah.

***

     Sorenya sepulang kuliah, Jaka yang tidak punya kegiatan karena diliburkan dari lokasi konstruksi tampak sedang jalan - jalan menyusuri trotoar kota Jakarta tanpa tujuan.

     Hanya satu yang ingin dilakukan Jaka yaitu lebih mengenal wilayah Jakarta dengan lebih baik.

      Hingga tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, ketika Jaka sedang berjalan di jalan bisnis yang dipenuhi hotel serta Cafe dan Club malam besar.

     “Kurang ajar, pergi, lepaskan aku…!”

      Saat Darko lewat di depan Cafe dan Club yang cukup mewah dan besar, tiba-tiba Jaka mendengar suara seorang wanita yang sedang berteriak seakan sedang mengusir seseorang.

     “Ha ha ha ha… cantik, kamu jangan terlalu jual mahal kepada kami, saya tahu kamu ini sedang mencari om-om untuk menghiburnya. Jadi kamu jangan terlalu jual mahal kepada kami, begini-begini kami masih bisa membayarmu setelah membuat kami berempat terhibur dengan layananmu, ha ha ha ha….”

Suara tawa beberapa pria juga terdengar setelah suara wanita yang berteriak untuk mengusirnya terdengar di telinga Jaka.

      Seketika itu juga Jaka menghentikan langkahnya dan mencari sumber suara.

      Ketika jaka melihat wanita itu wajahnya langsung berubah, begitu melihat dengan jelas sosok wanita yang sedang diganggu keempat pria dengan tampang mesum.

     “Intan…? Bukankah itu Intan? Kenapa dia ada di tempat ini malam-malam?”

Jaka langsung menggumam yang hanya didengar dirinya sendiri dengan tatapan tidak percaya melihat kearah wanita yang ada di kejauhan itu.

      Intan adalah teman kuliahnya yang selalu bersikap baik kepadanya berbeda dengan teman-teman wanita yang lainnya.

      Meskipun Intan berasal dari keluarga konglomerat, tapi hatinya sangat baik dan tidak pernah memandang rendah orang yang lebih miskin darinya.

     “Pergi… atau saya akan berteriak minta tolong, biar kalian dihajar petugas keamanan!”

Dengan ekspresi panik dan suara sedikit melantur Intan membentak keempat pria yang menghalangi jalannya.

     “Ha ha ha ha… lihatlah wanita ini terlihat semakin cantik saja saat marah, sepertinya dia akan membuat kita puas saat di ranjang.”

     “Betul… betul… betul sekali, ayo kita tangkap dan masukkan jalang ini kedalam mobil, jangan sampai ada orang yang mencampuri dan mengganggu kesenangan kita.”

      Begitu mendengar saran salah satu rekannya, ketiga pria ini langsung bergerak merangsek ke arah Intan dengan lebih agresif dan langsung memegangi kedua tangan Intan dengan kuat.

     “Lepaskan…! Kurang ajar, brengsek, lepaskan aku…!”

Intan berontak dengan sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari pegangan kedua preman yang memegangi kedua tangannya.

      Sekuat apapun Intan berusaha melepaskan diri, tetap saja tenaganya tidak sebanding dengan kekuatan empat pria yang langsung memegangnya dan menyeretnya memasuki sebuah mobil SUV besar berwarna hitam yang terparkir tak jauh dari tempat mereka beraksi.

     Jaka yang melihat kejadian ini segera berlari untuk menyelamatkan Intan yang akan dimasukkan kedalam mobil SUV.

     Tanpa di sadari Jaka itu sendiri, tubuhnya melesat dengan sangat cepat seperti angin ke arah Intan.

     Saking cepatnya jarak seratus meter yang membentang dari tempat Jaka berdiri hingga ke tempat parkir Club malam itu dicapai hanya kurang dari satu detik.

     Plak… plak… plak… plak

    “Berhenti….!”

***

Related chapters

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 4. MENYELAMATKAN INTAN

    Bab 4. MENYELAMATKAN INTAN Jaka berteriak dengan lantang setelah menampar kelima pria yang akan memasukkan Intan kedalam mobil SUV. Tubuh kelima pria itu langsung jatuh menghantam tanah dengan cepat, untungnya Jaka menampar tidak terlalu keras sehingga keempat pria ini tidak sampai mati. Meskipun tidak sampai mati, tapi dari keempat panca indera mereka berempat mengeluarkan darah yang membuat keempat pria ini langsung tak sadarkan diri tanpa tahu siapa orang yang memukul mereka. “Kamu tidak apa-apa?”Jaka segera menanyai Intan yang sedang shock melihat keempat pria yang akan menculiknya tiba-tiba jatuh terkapar begitu saja dan tiba-tiba juga di sampingnya sudah berdiri pria miskin yang dikenalnya. “Jaka….”Sepasang mata indah Intan tiba-tiba berkabut setelah mengamati dengan jelas sosok pria yang menolongnya. Jaka hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya dengan pelan sebagai tanda mengiyakan pertanyaan Intan. “Jaka…. saya benar-benar tidak tahu a

    Last Updated : 2024-12-03
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 5. DIUSIR

    Bab 5. DI USIR “Non Intan anda sudah pulang?”Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara orang yang menyapa Intan dari balik jeruji pintu gerbang. “Eh pak Danang, cepat buka pintu gerbangnya.”Bukannya menjawab sapaan penjaga rumahnya, Intan malah menyuruh Danang untuk membuka pintu gerbangnya. Segera saja pintu gerbang besi itu terbuka dari dalam, kemudian Intan masuk ke halaman Mansion keluarga Warsito sambil tangannya menggandeng tangan Jaka. Pemandangan ini tentu saja membuat Danang penasaran dengan pria yang di bawa pulang nona mudanya. “Siapa pemuda itu? Apakah dia pacar baru Non Intan?”Danang hanya bisa membatin dalam hatinya, melihat pemandangan yang tidak biasa. Setahu Danang, Intan sama sekali belum mempunyai pacar karena selama ini dia sama sekali tidak melihat ada teman pria yang datang mengunjungi Intan. Dengan sangat ramah, Intan menarik tangan Jaka memasuki Mansion tiga lantai milik keluarganya. Jaka yang terbiasa hidup di gubuk

    Last Updated : 2024-12-03
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 6. SALAH PAHAM

    Bab 6. SALAH PAHAM “Intan saya pulang dulu.” “Jaka tunggu, jangan pergi biar pak sopir mengantarmu pulang.” “Tidak perlu, saya naik taksi saja,” sahut Jaka yang sudah mulai berjalan keluar dari ruang tamu Mansion keluarga Warsito. Intan yang melihat Jaka pergi begitu saja dari rumahnya merasa sangat bersalah dan akan menyusul keluar, tapi langkahnya terhenti karena tangannya di pegang dengan kuat oleh Rustam yang menatapnya dengan mata memerah karena marah. “Diamlah, biarkan orang miskin itu pergi. Apa kamu tahu siapa kamu dan siapa dia? Lihatlah keluarga kita, apa pantas putri keluarga Warsito bergaul dengan pria miskin seperti itu?” “Ayah, ayah tidak tahu siapa Jaka itu? Kenapa ayah begitu kasar kepadanya? Apa ayah tahu kalau tidak ada Jaka yang datang menolong Intan mungkin Intan malam ini tidak bisa pulang menemui ayah. Ayah sudah memalukan Intan… hiks hiks hiks…”Intan berteriak sambil berusaha melepaskan tangannya yang dicengkram dengan erat oleh Ru

    Last Updated : 2025-01-17
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 7. PENGHINAAN DUA WANITA CANTIK

    Bab 7. PENGHINAAN DUA WANITA CANTIK Sementara itu Jaka yang ada di dalam taksi tampak tersenyum masam mengingat perlakuan orang tua Intan kepadanya. Sebelumnya dia memang sudah menolak untuk masuk kedalam Mansion keluarga Warsito yang terlihat begitu megah, karena dia yang sudah terbiasa akan hinaan dari orang-orang yang lebih kaya darinya sudah menyadari apa yang akan terjadi pada dirinya jika masuk kedalam rumah yang begitu mewah. Dan kenyataan ini benar-benar terjadi, membuat Jaka hanya bisa menghela nafas berat mengingat kejadian pahit di rumah Intan. Akhirnya taksi yang dinaiki Jaka sampai juga di gang yang menuju kontrakannya, setelah membayar ongkos taksi Jaka keluar dengan tak lupa mengucapkan terimakasih kepada sopir taksi. Kontrakan Jaka terletak dalam sebuah gang, maklumlah Jaka hanya mampu menyewa rumah di tempat ini yang harga sewanya cukup murah, yaitu satu juta rupiah satu bulannya dengan kamar mandi didalam dan listrik membayar sendiri.

    Last Updated : 2025-01-17
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 8. PERMINTAAN MAAF

    Bab 8. PERMINTAAN MAAF Pedagang bubur ayam tampak tersenyum masam melihat tingkah laku kedua wanita cantik ini. “Ternyata kecantikan tidak bisa membuat kedua wanita ini bersikap baik kepada orang lain, tapi kecantikannya malah di gunakan untuk menghina orang lain. Sepertinya mereka belum mendapat karma dari apa yang mereka ucapkan,” gumam pedagang bubur ayam sambil mencuci mangkuk kotor di tangannya. Tentu saja pedagang bubur ayam tidak berani menghentikan perkataan kedua wanita cantik itu yang menghina Jaka, karena dia juga orang kecil dan sedang berdagang, jadi tidak elok jika membuat keributan di tempat kerjanya. Jaka yang pergi meninggalkan lapak bubur ayam, segera berjalan dengan cepat menuju rumah kontrakannya. Jaka sudah kebal dengan segala ejekan dari orang-orang disekitarnya sehingga dia sama sekali tidak marah, yang bisa dilakukannya hanyalah menahan semua emosinya dalam hati. Waktu berjalan dengan cepat, saat ini Jaka sudah berangkat kuliah sepe

    Last Updated : 2025-01-17
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 9. ISABELLA

    Bab 9. ISABELLA “Apa? Kaos polos seperti ini saja harganya lima ratus ribu rupiah? Tulisannya juga cuma sebuah simbol kecil, benar-benar mahal pakaian di tempat ini.”Jaka menghela nafas sambil menggeleng-gelengkan kepalanya setelah melihat harga yang tercantum pada setiap pakaian pria yang di pajang. Sebenarnya harga yang tercantum di setiap pakaian yang dipajang sangatlah wajar, karena pakaian yang di jual di Mall ini merupakan barang kelas menengah keatas. Berbeda dengan pakaian yang dikenakan Jaka yang dibeli dengan harga murah di pasar tradisional yang ada di desanya, yang dibuka dua kali dalam satu minggu. Jaka melihat kearah pakaian yang dikenakannya, senyumnya tampak masam setelah melihat pakaian yang dikenakannya. “Ternyata pakaianku sangatlah jelek dan sepertinya tidak pantas di pakai di tempat seperti ini,” gumam Jaka setelah melihat pakaian yang dikenakannya dari atas hingga bawah dan melihat sepatunya yang sudah butut. Rasa malu seketika

    Last Updated : 2025-01-18
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 10. TAWARAN KERJA MENGGIURKAN

    Bab 10. TAWARAN KERJA MENGGIURKAN Isabella kembali tersenyum mendengar pertanyaan Jaka, kemudian menatap Jaka dengan tatapan sendu dan matanya memerah menahan nafsunya yang mulai naik keubun-ubun setelah berdekatan dengan Jaka. Fantasi Isabella sudah mengembara kemana-mana membayangkan apa yang akan terjadi jika dia bisa menaklukkan Jaka dan bisa bermain di atas tempat tidur dengannya. “Pekerjaan yang tante tawarkan sangat mudah dan menyenangkan, jika kamu menerima tawaran ini tante bisa membelikan sepeda motor, baju bagus dan uang yang banyak.” Isabella berkata dengan senyuman penuh dengan kegembiraan menghiasi wajahnya. Jaka yang mendengar tawaran Isabella menatapnya dengan ekspresi bodoh, dalam hati dia tidak mengerti. Pekerjaan apa yang akan di berikan wanita di depannya, masa iya ada pekerjaan yang mudah dan menyenangkan dengan bayaran yang cukup menggiurkan bagi Jaka yang masih lugu ini. Otak Jaka terus bekerja memikirkan pekerjaan apa

    Last Updated : 2025-01-18
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 11. TANTE GIRANG

    Bab 11. TANTE GIRANG “Lihat tuh, ada tante Girang yang baru saja menemukan mangsanya.” “Iya, lihat juga tuh. Pria itu memang ganteng. Tapi lihat pakaian yang dikenakannya terlihat sangat jelek.” “Benar sekali, pantas saja pria itu mau dengan tante Girang itu setelah melihat pakaian yang dikenakannya.” “Maklumlah jaman sekarang sudah banyak yang meninggalkan norma-norma yang diajarkan agama.” “Memang benar, jaman ini memang jaman edan kalau tak edan tidak akan mendapatkan apa yang diinginkannya.” Darko yang sedang berjalan dengan Isabella, entah mengapa bisa mendengar bisikan pengunjung Mall yang sedang membicarakan dirinya. Awalnya Jaka tidak menyadari kalau yang sedang mereka bicarakan adalah dirinya, akan tetapi setelah mendengar tentang pria yang memakai pakaian jelek barulah dia tahu siapa yang sedang menjadi bahan pergunjingan. Saat itu juga Jaka tahu kalau yang sedang mereka bicarakan adalah dirinya, perlahan dia memandang ke sekeliling

    Last Updated : 2025-01-19

Latest chapter

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 60. BERTEMU SAINGAN CINTA

    Bab 60. BERTEMU SAINGAN CINTA Dalam perjanjian itu dia hanya akan berbohong dengan teman-temannya Intan saja, akan tetapi sekarang dia di tanya seorang pria paruh baya yang penampilannya sangat sederhana, sehingga Jaka bingung untuk menjawabnya. Pada saat Jaka ingin menceritakan dengan jujur penyebab kedatangannya di Mansion ini, tiba-tiba ada orang yang memanggil namanya. “Jaka, kenapa kamu di luar? Masuklah, saya mencari-cari kamu.” Jaka segera menoleh ke arah sumber suara, seketika wajahnya berubah ketika tahu siapa yang memanggil namanya. Segera saja Jaka berdiri dan berkata kepada pria tua yang sedang duduk santai di halaman rumah sambil merokok, “Paman, temanku sudah memanggil. Maaf saya meninggalkan paman.” “Pergilah, nikmati pesta ulang tahun anakku,” ucap pria paruh baya ini sambil melambaikan tangannya. Jaka segera pergi meninggalkan pria paruh baya yang diajaknya mengobrol, Jaka sama sekali tidak menyadari kalau pria paruh baya yang

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 59. PACAR BOHONGAN

    Bab 59. PACAR BOHONGAN Jaka yang menjadi pusat perhatian tampak cuek saja, perlahan dia berjalan kepinggir dan mengambil segelas jus jeruk yang sudah dihidangkan. Apa yang dilakukan Jaka langsung menjadi pusat perhatian dan menjadi bahan pergunjingan di antara mereka. “Lihat pria yang di bawa Intan, apakah kamu mengenalnya?” “Tidak tahu, tapi ganteng juga tampangnya.” “Mari kita tebakan, apakah pemuda itu dari keluarga kaya atau keluarga miskin.” “Walah, paling juga berasal dari keluarga biasa, hanya tampang dan penampilannya saja yang keren.” “Mari kita tanyakan pada Intan, siapa pria yang datang bersamanya.”Setelah saling menebak tentang Jaka, para gadis segera berjalan mendekat kearah Intan yang sedang asik ngobrol dengan Cecilia. “Hai Intan, tumben kamu datang bersama cowok. Apa kamu tidak ingin memberitahukan kami, siapa orang yang kamu bawa itu?” ucap salah satu teman Intan yang datang mendekatinya. “Owh itu Jaka, dia teman satu kampus

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 58. PESTA ULANG TAHUN

    Bab 58. PESTA ULANG TAHUN “Apa? Kamu membawa mobil sendiri?” Intan berteriak tanpa sadar begitu mendengar jawaban Jaka. “Kenapa kamu berteriak? Memangnya salah kalau saya membawa mobil sendiri?” “Tidak-tidak salah, apa benar kalau kamu membawa mobil sendiri? Saya tidak percaya.” “Kenapa tidak percaya? Saya tidak berbohong. Kalau tidak percaya ayo kita pergi ke mobil saya.” Mata Intan menatap bibir Jaka yang sedang berbicara, dia menggelengkan kepalanya pelan, seakan tidak percaya dengan apa yang barusan dikatakannya. “Sudahlah, hari sudah semakin malam, sebaiknya kita segera pergi ke rumah temanku.” Menghiraukan keengganan Jaka, Intan segera menarik tangan Jaka untuk berjalan lebih cepat ke arah mobilnya. Dengan tanpa daya, akhirnya Jaka duduk di mobil mewah Intan di samping kursi pengemudi. Tentu saja yang pegang kemudi adalah Intan, karena dia belum percaya kalau Jaka bisa mengemudi, apalagi mempunyai mobil seperti perkataannya.

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 57. BERUBAH PENAMPILAN

    Bab 57. BERUBAH PENAMPILAN Jaka menatap wajah Intan yang berada disampingnya dengan tatapan penuh selidik, seakan sedang mengetahui kejujuran yang tersimpan di benaknya. “Apa kamu tidak percaya dengan diriku? Percayalah, hanya kamu yang ada dalam pikiranku dan akan menemaniku ke acara ulang tahun temanku.” Akhirnya Jaka menghela nafas berat, sebenarnya dia tidak ingin menemani Intan ke acara ulang tahun itu. Akan tetapi ketika melihat wajah Intan yang terlihat memelas dan penuh dengan permohonan, pada akhirnya Jaka menerima ajakan Intan. Waktu berlalu dengan cepat, malamnya Jaka menunggu Intan di depan sebuah Mall yang cukup besar di kota Jakarta ini, sesuai dengan perjanjian yang siang tadi mereka lakukan. Tentu saja ada alasan kenapa Intan meminta Jaka menunggu di Mall besar ini, pertama dia belum berani membawa Jaka ke rumahnya, meskipun orang tuanya sudah memahami kesalahpahaman sebelumnya. Akan tetapi Intan masih belum berani terang-terangan di

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 56. PAHLAWAN UNIVERSITAS

    Bab 56. PAHLAWAN UNIVERSITAS Dalam sekejap tubuh Jaka sudah dikelilingi puluhan mahasiswa, kemudian beberapa mahasiswa mengangkat tubuh Jaka dan melemparkannya ke atas berulang kali sambil berteriak mengelu-elukan Jaka. Jaka yang di kelilingi para mahasiswa dan dielu-elukan tentu saja hanya bisa diam dan membiarkan mereka mengangkat tubuhnya dan mengaraknya masuk ke dalam auditorium Universitas Matrix. Jaka sama sekali tidak menyangka kalau dirinya begitu dielu-elukan ketika masuk ke kampus, banyak bunga dan kertas yang sudah disobek kecil-kecil di semprotkan ke atas tubuh Jaka, yang membuat suasana semakin ramai saja. Sesampainya di auditorium suasana semakin riuh, bahkan dosen Saras dan dosen yang lainnya juga sudah datang ketika mendengar keramaian di halaman kampus. Ternyata hari ini di auditorium Universitas Matrix sudah di dekorasi sedemikian rupa untuk menyambut kemenangan Jaka dalam pertandingan Silat persahabatan antar Universitas se kota Jakarta

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 55. SITUASI YANG MEMBINGUNGKAN

    Bab 55. SITUASI YANG MEMBINGUNGKAN Tubuh Jaka melenggak lenggok seperti sedang menari ketika menghindari pukulan beruntun satpam ini, kemudian Jaka yang sudah kesal dengan apa yang dilakukan satpam ini segera menampar wajah satpam di depannya hingga terpelanting dan jatuh menghantam lantai. Satpam ini sepertinya terluka cukup parah, karena pipinya langsung bengkak di giginya hancur terkena tamparan Jaka. Pemandangan ini tentu saja mengejutkan semua orang yang melihat keributan ini, sementara itu Sulistina yang sebelumnya masih duduk di kursinya, segera berdiri dan berjalan keluar Cafe untuk menghentikan keributan ini. Sebelum keluar dari Cafe, Sulistina membayar makanannya terlebih dahulu ke meja kasir, baru pergi menemui Jaka. “Boss, sebaiknya kita pergi dari tempat ini untuk menghindari masalah yang lain lagi,” bisik Sulis yang sudah berada di dekat Jaka. “Sebentar, biar saya bayar makanan kita terlebih dahulu.” “Tidak perlu Boss, saya sudah

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 54. SATPAM TAK TAHU DIRI

    Bab 54. SATPAM TAK TAHU DIRI “Pak, pak pak Satpam tolong lerai mereka,” ucap Sulistina begitu kedua satpam sudah sampai di depan mejanya. “Ini ada apa bu? Kenapa ada keributan seperti ini?” salah satu satpam membalas pertanyaan Sulistina dengan ekspresi tidak senang terlihat di raut wajahnya. “Itu yang berbaju merah mengganggu makan malam kami, dan Boss saya mengajak pria yang berbaju merah untuk pergi ke halaman untuk duel agar tidak merusak tempat ini. Pak satpam tolong hentikan mereka,” bujuk Sulistina dengan tatapan penuh harap. “Baiklah, kami akan melerai mereka. Apalagi ini adalah cafe dan mereka dilarang membuat keributan di tempat ini, meskipun di halaman Cafe.” “Baik, ibu harap tunggu disini agar tidak terluka.” Setelah menyanggupi permintaan Sulistina, kedua Satpam bergegas pergi ke halaman untuk melerai Jaka dan Edo. Sementara itu Jaka dan Sulistina yang sudah sampai di halaman Cafe sudah dalam posisi siaga untuk melakukan pertarungan.

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 53. SEBUAH TAMPARAN

    Bab 53. SEBUAH TAMPARAN Tangan Jaka menggenggam erat telapak tangan pria yang memegang bahunya dan menjauhkan dari bahunya, bukan hanya itu genggaman tangan Jaka yang seperti jepit besi langsung meremukan jari jemari tangan pria yang sok Jago ingin mengintimidasi Jaka. Kratak…. “Auuu www…” jeritan pria itu sangat mengerikan ketika telapak tangannya hancur digenggam Jaka. Kejadian ini tentu saja mengejutkan Edo dan Sulistina serta pengunjung Cafe, semua orang memusatkan pandangannya ke arah pria yang baru saja berteriak kesakitan seperti kambing di sembelih. Jaka melepaskan genggaman pada telapak tangan temannya Edo, kemudian melanjutkan makannya, seakan tidak pernah terjadi apapun di sekitarnya. Sementara itu temannya Edo yang telapak tangannya hancur tampak melompat-lompat sambil memegangi tangannya dengan keringat dingin membasahi tubuhnya. Rasa takut seketika menghantui dirinya setelah telapak tangannya hancur setelah di pegang tangan Jaka. “

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 52. MEMBERI HUKUMAN

    Bab 52. MEMBERI HUKUMAN Jaka yang sedang berjalan menuju mobilnya, tentu saja mendengar percakapan kedua satpam meskipun mereka berbicara dengan berbisik. Jaka segera menghentikan langkahnya, kemudian melambaikan tangan ke arah mereka berdua. “Kalian berdua kemarilah.” Kedua Satpam yang sedari tadi membicarakan kedua petinggi perusahaan ekspresi wajahnya langsung berubah. “Cepat, kemarilah!” sekali lagi Jaka memerintahkan kedua Satpam untuk menghampirinya. Sementara itu Sekretaris Sulis yang berjalan di belakang Jaka, tampak kebingungan dengan apa yang sebenarnya terjadi. Dalam hati dia bertanya-tanya, “Kenapa Boss Jaka memanggil kedua satpam yang sedari tadi diam saja? Apakah mereka telah melakukan kesalahan?” Dengan ekspresi panik, kedua satpam segera berlari mendekati Jaka. Mereka berdua segera membungkuk memberi hormat, meskipun dengan wajah bingung dan tidak mengerti kenapa mereka dipanggil. “Apa kalian tahu untuk apa kalian saya panggil?”

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status