Bab 3. PENCULIKAN
Keesokan harinya seperti biasa Jaka berangkat kuliah dengan penuh semangat, seakan musibah yang menimpanya kemarin saat di lokasi konstruksi bukanlah sesuatu yang perlu dianggap serius.
Tubuh Jaka tampak bugar, tubuhnya tidak terlihat ada luka luar maupun luka dalam setelah tertimpa ribuan batu bata dari ketinggian gedung lantai dua puluh.
Saat jam istirahat kuliah, Jaka pergi ke kantin untuk mengisi perutnya.
Di kantin terlihat banyak mahasiswa yang sedang makan sambil berbincang dengan rekan-rekan mereka.
Kehadiran Jaka tidaklah langsung menarik perhatian mahasiswa wanita yang sedang duduk bergerombol.
Sedangkan mahasiswa pria tampak tidak terlalu memperdulikan Jaka yang baru saja datang memasuki kantin.
“Bu Minten, minta bakso satu sama kupat.”
“Baik mas, tunggu sebentar ya?”
Bu Minten yang merupakan salah satu pedagang yang berjualan di kantin tersenyum dengan ramah kearah Jaka.
Di Kantin kampus ada puluhan UMKM yang bekerjasama dengan pihak kampus untuk berjualan di kantin sehingga para mahasiswa bisa makan dengan banyak pilihan makanan dengan harga merakyat dan murah untuk para mahasiswa.
Hanya saja di kantin kampus para pedagang tidak diperbolehkan menjual rokok maupun minuman beralkohol.
Jaka kemudian mencari meja yang kosong, akan tetapi karena sekarang bertepatan dengan jam istirahat maka semua meja sudah penuh, membuat Jaka tampak menghela nafas berat.
“Jaka duduk di sini saja.”
Terdengar seorang wanita memanggil Jaka sambil melambaikan tangannya.
Jaka segera menoleh ke arah sumber suara, ternyata yang memanggilnya adalah satu mahasiswa wanita yang cantik dan sedang tersenyum ke arahnya sambil melambaikan tangan.
Jaka tampak malu untuk menuruti ajakan mahasiswa wanita itu, bagaimanapun juga dia merasa tidak pantas untuk duduk bersanding dengan wanita secantik Intan Warsito yang merupakan idola baru di Universitas Matrix.
Intan Warsito adalah teman seangkatan Jaka di Fakultas ekonomi di Universitas Matrix, Intan Warsito sendiri berasal dari keluarga konglomerat yang ada di Jakarta.
Apalagi Jaka sangat tahu kalau Intan berasal dari keluarga kaya sehingga Jaka merasa tidak pantas bergaul serta berdekatan dengannya meskipun mereka satu kelas yang sama.
Kembali ke kantin, pada saat ini Jaka Kelud hanya bisa cengar-cengir saja seperti monyet di tulup ketika mendapat ajakan dari Intan Warsito.
Rasa rendah dirinyalah yang membuatnya tidak berani menerima ajakan Intan untuk duduk di meja yang sama dengannya.
Jaka Kelud menyadari siapa dirinya yang hanya anak gunung yang miskin, karena hal inilah Jaka tidak segera menuruti panggilan Intan Warsito.
“Jaka kemarilah, ayo duduk bersamaku.”
Bukannya mendekat kearah Intan, sebaliknya Jaka langsung pergi menjauh sambil membawa semangkuk Bakso pesanannya yang sudah tersaji menuju sudut kantin dan duduk di dekat tangga.
Ekspresi wajah Intan tampak menjadi buruk begitu melihat apa yang dilakukan Jaka yang mengabaikan niat baiknya.
Sementara itu Jaka sedang memakan Bakso di tangannya dengan lahap, dalam sekejap satu mangkuk Bakso sudah berpindah tempat ke perutnya.
“Aagh..”
Tanpa disadari Jaka bersendawa yang langsung menjadi pusat perhatian semua mahasiswa yang ada di kantin ini.
“Dasar orang kampung, benar-benar tidak sopan bersendawa begitu keras.”
“Betul sekali, dasar orang miskin.”
“Eh… lihat, bukankah itu Jaka, sang Kuli Konstruksi itu?”
“Yups… ternyata yang bersendawa itu Jaka, pantas saja tidak punya sopan santun.”
Beberapa mahasiswa di kantin yang sedang menikmati makanan mereka tampak bergunjing membicarakan Jaka.
Sementara itu Jaka yang sudah terbiasa dan kebal dengan gunjingan para mahasiswa di kampusnya sama sekali tidak peduli.
Bagaimanapun juga apa yang mereka gunjingkan adalah sesuatu yang nyata, dialami Jaka sebagai orang miskin dari kampung dan pekerja Konstruksi setelah pulang kuliah.
***
Sorenya sepulang kuliah, Jaka yang tidak punya kegiatan karena diliburkan dari lokasi konstruksi tampak sedang jalan - jalan menyusuri trotoar kota Jakarta tanpa tujuan.
Hanya satu yang ingin dilakukan Jaka yaitu lebih mengenal wilayah Jakarta dengan lebih baik.
Hingga tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, ketika Jaka sedang berjalan di jalan bisnis yang dipenuhi hotel serta Cafe dan Club malam besar.
“Kurang ajar, pergi, lepaskan aku…!”
Saat Darko lewat di depan Cafe dan Club yang cukup mewah dan besar, tiba-tiba Jaka mendengar suara seorang wanita yang sedang berteriak seakan sedang mengusir seseorang.
“Ha ha ha ha… cantik, kamu jangan terlalu jual mahal kepada kami, saya tahu kamu ini sedang mencari om-om untuk menghiburnya. Jadi kamu jangan terlalu jual mahal kepada kami, begini-begini kami masih bisa membayarmu setelah membuat kami berempat terhibur dengan layananmu, ha ha ha ha….”
Suara tawa beberapa pria juga terdengar setelah suara wanita yang berteriak untuk mengusirnya terdengar di telinga Jaka.
Seketika itu juga Jaka menghentikan langkahnya dan mencari sumber suara.
Ketika jaka melihat wanita itu wajahnya langsung berubah, begitu melihat dengan jelas sosok wanita yang sedang diganggu keempat pria dengan tampang mesum.
“Intan…? Bukankah itu Intan? Kenapa dia ada di tempat ini malam-malam?”
Jaka langsung menggumam yang hanya didengar dirinya sendiri dengan tatapan tidak percaya melihat kearah wanita yang ada di kejauhan itu.
Intan adalah teman kuliahnya yang selalu bersikap baik kepadanya berbeda dengan teman-teman wanita yang lainnya.
Meskipun Intan berasal dari keluarga konglomerat, tapi hatinya sangat baik dan tidak pernah memandang rendah orang yang lebih miskin darinya.
“Pergi… atau saya akan berteriak minta tolong, biar kalian dihajar petugas keamanan!”
Dengan ekspresi panik dan suara sedikit melantur Intan membentak keempat pria yang menghalangi jalannya.
“Ha ha ha ha… lihatlah wanita ini terlihat semakin cantik saja saat marah, sepertinya dia akan membuat kita puas saat di ranjang.”
“Betul… betul… betul sekali, ayo kita tangkap dan masukkan jalang ini kedalam mobil, jangan sampai ada orang yang mencampuri dan mengganggu kesenangan kita.”
Begitu mendengar saran salah satu rekannya, ketiga pria ini langsung bergerak merangsek ke arah Intan dengan lebih agresif dan langsung memegangi kedua tangan Intan dengan kuat.
“Lepaskan…! Kurang ajar, brengsek, lepaskan aku…!”
Intan berontak dengan sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari pegangan kedua preman yang memegangi kedua tangannya.
Sekuat apapun Intan berusaha melepaskan diri, tetap saja tenaganya tidak sebanding dengan kekuatan empat pria yang langsung memegangnya dan menyeretnya memasuki sebuah mobil SUV besar berwarna hitam yang terparkir tak jauh dari tempat mereka beraksi.
Jaka yang melihat kejadian ini segera berlari untuk menyelamatkan Intan yang akan dimasukkan kedalam mobil SUV.
Tanpa di sadari Jaka itu sendiri, tubuhnya melesat dengan sangat cepat seperti angin ke arah Intan.
Saking cepatnya jarak seratus meter yang membentang dari tempat Jaka berdiri hingga ke tempat parkir Club malam itu dicapai hanya kurang dari satu detik.
Plak… plak… plak… plak
“Berhenti….!”
***
Bab 4. MENYELAMATKAN INTAN Jaka berteriak dengan lantang setelah menampar kelima pria yang akan memasukkan Intan kedalam mobil SUV. Tubuh kelima pria itu langsung jatuh menghantam tanah dengan cepat, untungnya Jaka menampar tidak terlalu keras sehingga keempat pria ini tidak sampai mati. Meskipun tidak sampai mati, tapi dari keempat panca indera mereka berempat mengeluarkan darah yang membuat keempat pria ini langsung tak sadarkan diri tanpa tahu siapa orang yang memukul mereka. “Kamu tidak apa-apa?”Jaka segera menanyai Intan yang sedang shock melihat keempat pria yang akan menculiknya tiba-tiba jatuh terkapar begitu saja dan tiba-tiba juga di sampingnya sudah berdiri pria miskin yang dikenalnya. “Jaka….”Sepasang mata indah Intan tiba-tiba berkabut setelah mengamati dengan jelas sosok pria yang menolongnya. Jaka hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya dengan pelan sebagai tanda mengiyakan pertanyaan Intan. “Jaka…. saya benar-benar tidak tahu a
Bab 5. DI USIR “Non Intan anda sudah pulang?”Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara orang yang menyapa Intan dari balik jeruji pintu gerbang. “Eh pak Danang, cepat buka pintu gerbangnya.”Bukannya menjawab sapaan penjaga rumahnya, Intan malah menyuruh Danang untuk membuka pintu gerbangnya. Segera saja pintu gerbang besi itu terbuka dari dalam, kemudian Intan masuk ke halaman Mansion keluarga Warsito sambil tangannya menggandeng tangan Jaka. Pemandangan ini tentu saja membuat Danang penasaran dengan pria yang di bawa pulang nona mudanya. “Siapa pemuda itu? Apakah dia pacar baru Non Intan?”Danang hanya bisa membatin dalam hatinya, melihat pemandangan yang tidak biasa. Setahu Danang, Intan sama sekali belum mempunyai pacar karena selama ini dia sama sekali tidak melihat ada teman pria yang datang mengunjungi Intan. Dengan sangat ramah, Intan menarik tangan Jaka memasuki Mansion tiga lantai milik keluarganya. Jaka yang terbiasa hidup di gubuk
Bab 6. SALAH PAHAM “Intan saya pulang dulu.” “Jaka tunggu, jangan pergi biar pak sopir mengantarmu pulang.” “Tidak perlu, saya naik taksi saja,” sahut Jaka yang sudah mulai berjalan keluar dari ruang tamu Mansion keluarga Warsito. Intan yang melihat Jaka pergi begitu saja dari rumahnya merasa sangat bersalah dan akan menyusul keluar, tapi langkahnya terhenti karena tangannya di pegang dengan kuat oleh Rustam yang menatapnya dengan mata memerah karena marah. “Diamlah, biarkan orang miskin itu pergi. Apa kamu tahu siapa kamu dan siapa dia? Lihatlah keluarga kita, apa pantas putri keluarga Warsito bergaul dengan pria miskin seperti itu?” “Ayah, ayah tidak tahu siapa Jaka itu? Kenapa ayah begitu kasar kepadanya? Apa ayah tahu kalau tidak ada Jaka yang datang menolong Intan mungkin Intan malam ini tidak bisa pulang menemui ayah. Ayah sudah memalukan Intan… hiks hiks hiks…”Intan berteriak sambil berusaha melepaskan tangannya yang dicengkram dengan erat oleh Ru
Bab 7. PENGHINAAN DUA WANITA CANTIK Sementara itu Jaka yang ada di dalam taksi tampak tersenyum masam mengingat perlakuan orang tua Intan kepadanya. Sebelumnya dia memang sudah menolak untuk masuk kedalam Mansion keluarga Warsito yang terlihat begitu megah, karena dia yang sudah terbiasa akan hinaan dari orang-orang yang lebih kaya darinya sudah menyadari apa yang akan terjadi pada dirinya jika masuk kedalam rumah yang begitu mewah. Dan kenyataan ini benar-benar terjadi, membuat Jaka hanya bisa menghela nafas berat mengingat kejadian pahit di rumah Intan. Akhirnya taksi yang dinaiki Jaka sampai juga di gang yang menuju kontrakannya, setelah membayar ongkos taksi Jaka keluar dengan tak lupa mengucapkan terimakasih kepada sopir taksi. Kontrakan Jaka terletak dalam sebuah gang, maklumlah Jaka hanya mampu menyewa rumah di tempat ini yang harga sewanya cukup murah, yaitu satu juta rupiah satu bulannya dengan kamar mandi didalam dan listrik membayar sendiri.
Bab 8. PERMINTAAN MAAF Pedagang bubur ayam tampak tersenyum masam melihat tingkah laku kedua wanita cantik ini. “Ternyata kecantikan tidak bisa membuat kedua wanita ini bersikap baik kepada orang lain, tapi kecantikannya malah di gunakan untuk menghina orang lain. Sepertinya mereka belum mendapat karma dari apa yang mereka ucapkan,” gumam pedagang bubur ayam sambil mencuci mangkuk kotor di tangannya. Tentu saja pedagang bubur ayam tidak berani menghentikan perkataan kedua wanita cantik itu yang menghina Jaka, karena dia juga orang kecil dan sedang berdagang, jadi tidak elok jika membuat keributan di tempat kerjanya. Jaka yang pergi meninggalkan lapak bubur ayam, segera berjalan dengan cepat menuju rumah kontrakannya. Jaka sudah kebal dengan segala ejekan dari orang-orang disekitarnya sehingga dia sama sekali tidak marah, yang bisa dilakukannya hanyalah menahan semua emosinya dalam hati. Waktu berjalan dengan cepat, saat ini Jaka sudah berangkat kuliah sepe
Bab 1. MAHASISWA MISKIN "Hai Kuli, cepat kemari!”Terdengar mahasiswa senior memanggil seorang pemuda yang sedang berjalan di selasar Universitas Matrix. Mahasiswa yang dipanggil kuli tentu saja tidak menoleh, dia tetap terus berjalan menelusuri Selasar menuju kantin. Kemudian empat orang mahasiswa Senior langsung menghadang langkah Jaka dengan senyum penuh dengan hinaan terlukis di wajah mereka. Jaka Kelud langsung berhenti dan menatap keempat mahasiswa senior yang menghadangnya dengan tatapan tidak suka. Meskipun Jaka merupakan orang miskin, dia tetap tidak suka jika ada orang yang bersikap kasar kepadanya. Jaka masih bisa mentoleransi orang yang menghina kemiskinannya, akan tetapi jika ada yang berniat mengganggunya maka rasa takut dan rendah dirinya akan menghilang seketika itu juga. Jaka Kelud sendiri merupakan mahasiswa semester dua, sedangkan mahasiswa senior dan teman-temannya yang menghadang Jaka merupakan mahasiswa semester enam dan
Bab 2. MUSIBAH YANG MENGEJUTKAN Hujan batu bata itu secara tidak sengaja tepat jatuh di atas kepala dan tubuh Jaka membuat debu berterbangan di sekitarnya yang membuat semua orang di lokasi konstruksi menjerit histeris sambil berteriak seakan tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Sementara itu Jaka yang tertimpa hujan batu bata yang berjumlah ribuan seakan tidak merasakan apa yang menimpa kepala dan tubuhnya. Hingga debu yang sangat padat memenuhi sekelilingnya barulah Jaka menyadari apa yang terjadi di sekelilingnya. Pada saat ini Jaka hanya merasakan tubuh dan kepalanya seperti terkena butiran air hujan dari langit, dia sama sekali menghiraukan teriakan kepanikan semua rekan kerjanya di tempat konstruksi. Seperti tidak sadar dengan apa yang baru saja terjadi pada dirinya, Jaka malahan mengebutkan tangannya di pakaian yang berdebu setelah terkena ribuan batu bata yang jatuh dari lantai dua puluh. Jaka malahan masih asik merapikan batu bata yan
Bab 8. PERMINTAAN MAAF Pedagang bubur ayam tampak tersenyum masam melihat tingkah laku kedua wanita cantik ini. “Ternyata kecantikan tidak bisa membuat kedua wanita ini bersikap baik kepada orang lain, tapi kecantikannya malah di gunakan untuk menghina orang lain. Sepertinya mereka belum mendapat karma dari apa yang mereka ucapkan,” gumam pedagang bubur ayam sambil mencuci mangkuk kotor di tangannya. Tentu saja pedagang bubur ayam tidak berani menghentikan perkataan kedua wanita cantik itu yang menghina Jaka, karena dia juga orang kecil dan sedang berdagang, jadi tidak elok jika membuat keributan di tempat kerjanya. Jaka yang pergi meninggalkan lapak bubur ayam, segera berjalan dengan cepat menuju rumah kontrakannya. Jaka sudah kebal dengan segala ejekan dari orang-orang disekitarnya sehingga dia sama sekali tidak marah, yang bisa dilakukannya hanyalah menahan semua emosinya dalam hati. Waktu berjalan dengan cepat, saat ini Jaka sudah berangkat kuliah sepe
Bab 7. PENGHINAAN DUA WANITA CANTIK Sementara itu Jaka yang ada di dalam taksi tampak tersenyum masam mengingat perlakuan orang tua Intan kepadanya. Sebelumnya dia memang sudah menolak untuk masuk kedalam Mansion keluarga Warsito yang terlihat begitu megah, karena dia yang sudah terbiasa akan hinaan dari orang-orang yang lebih kaya darinya sudah menyadari apa yang akan terjadi pada dirinya jika masuk kedalam rumah yang begitu mewah. Dan kenyataan ini benar-benar terjadi, membuat Jaka hanya bisa menghela nafas berat mengingat kejadian pahit di rumah Intan. Akhirnya taksi yang dinaiki Jaka sampai juga di gang yang menuju kontrakannya, setelah membayar ongkos taksi Jaka keluar dengan tak lupa mengucapkan terimakasih kepada sopir taksi. Kontrakan Jaka terletak dalam sebuah gang, maklumlah Jaka hanya mampu menyewa rumah di tempat ini yang harga sewanya cukup murah, yaitu satu juta rupiah satu bulannya dengan kamar mandi didalam dan listrik membayar sendiri.
Bab 6. SALAH PAHAM “Intan saya pulang dulu.” “Jaka tunggu, jangan pergi biar pak sopir mengantarmu pulang.” “Tidak perlu, saya naik taksi saja,” sahut Jaka yang sudah mulai berjalan keluar dari ruang tamu Mansion keluarga Warsito. Intan yang melihat Jaka pergi begitu saja dari rumahnya merasa sangat bersalah dan akan menyusul keluar, tapi langkahnya terhenti karena tangannya di pegang dengan kuat oleh Rustam yang menatapnya dengan mata memerah karena marah. “Diamlah, biarkan orang miskin itu pergi. Apa kamu tahu siapa kamu dan siapa dia? Lihatlah keluarga kita, apa pantas putri keluarga Warsito bergaul dengan pria miskin seperti itu?” “Ayah, ayah tidak tahu siapa Jaka itu? Kenapa ayah begitu kasar kepadanya? Apa ayah tahu kalau tidak ada Jaka yang datang menolong Intan mungkin Intan malam ini tidak bisa pulang menemui ayah. Ayah sudah memalukan Intan… hiks hiks hiks…”Intan berteriak sambil berusaha melepaskan tangannya yang dicengkram dengan erat oleh Ru
Bab 5. DI USIR “Non Intan anda sudah pulang?”Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara orang yang menyapa Intan dari balik jeruji pintu gerbang. “Eh pak Danang, cepat buka pintu gerbangnya.”Bukannya menjawab sapaan penjaga rumahnya, Intan malah menyuruh Danang untuk membuka pintu gerbangnya. Segera saja pintu gerbang besi itu terbuka dari dalam, kemudian Intan masuk ke halaman Mansion keluarga Warsito sambil tangannya menggandeng tangan Jaka. Pemandangan ini tentu saja membuat Danang penasaran dengan pria yang di bawa pulang nona mudanya. “Siapa pemuda itu? Apakah dia pacar baru Non Intan?”Danang hanya bisa membatin dalam hatinya, melihat pemandangan yang tidak biasa. Setahu Danang, Intan sama sekali belum mempunyai pacar karena selama ini dia sama sekali tidak melihat ada teman pria yang datang mengunjungi Intan. Dengan sangat ramah, Intan menarik tangan Jaka memasuki Mansion tiga lantai milik keluarganya. Jaka yang terbiasa hidup di gubuk
Bab 4. MENYELAMATKAN INTAN Jaka berteriak dengan lantang setelah menampar kelima pria yang akan memasukkan Intan kedalam mobil SUV. Tubuh kelima pria itu langsung jatuh menghantam tanah dengan cepat, untungnya Jaka menampar tidak terlalu keras sehingga keempat pria ini tidak sampai mati. Meskipun tidak sampai mati, tapi dari keempat panca indera mereka berempat mengeluarkan darah yang membuat keempat pria ini langsung tak sadarkan diri tanpa tahu siapa orang yang memukul mereka. “Kamu tidak apa-apa?”Jaka segera menanyai Intan yang sedang shock melihat keempat pria yang akan menculiknya tiba-tiba jatuh terkapar begitu saja dan tiba-tiba juga di sampingnya sudah berdiri pria miskin yang dikenalnya. “Jaka….”Sepasang mata indah Intan tiba-tiba berkabut setelah mengamati dengan jelas sosok pria yang menolongnya. Jaka hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya dengan pelan sebagai tanda mengiyakan pertanyaan Intan. “Jaka…. saya benar-benar tidak tahu a
Bab 3. PENCULIKAN Keesokan harinya seperti biasa Jaka berangkat kuliah dengan penuh semangat, seakan musibah yang menimpanya kemarin saat di lokasi konstruksi bukanlah sesuatu yang perlu dianggap serius. Tubuh Jaka tampak bugar, tubuhnya tidak terlihat ada luka luar maupun luka dalam setelah tertimpa ribuan batu bata dari ketinggian gedung lantai dua puluh. Saat jam istirahat kuliah, Jaka pergi ke kantin untuk mengisi perutnya. Di kantin terlihat banyak mahasiswa yang sedang makan sambil berbincang dengan rekan-rekan mereka. Kehadiran Jaka tidaklah langsung menarik perhatian mahasiswa wanita yang sedang duduk bergerombol. Sedangkan mahasiswa pria tampak tidak terlalu memperdulikan Jaka yang baru saja datang memasuki kantin. “Bu Minten, minta bakso satu sama kupat.” “Baik mas, tunggu sebentar ya?”Bu Minten yang merupakan salah satu pedagang yang berjualan di kantin tersenyum dengan ramah kearah Jaka. Di Kantin kampus ada puluhan UMKM
Bab 2. MUSIBAH YANG MENGEJUTKAN Hujan batu bata itu secara tidak sengaja tepat jatuh di atas kepala dan tubuh Jaka membuat debu berterbangan di sekitarnya yang membuat semua orang di lokasi konstruksi menjerit histeris sambil berteriak seakan tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Sementara itu Jaka yang tertimpa hujan batu bata yang berjumlah ribuan seakan tidak merasakan apa yang menimpa kepala dan tubuhnya. Hingga debu yang sangat padat memenuhi sekelilingnya barulah Jaka menyadari apa yang terjadi di sekelilingnya. Pada saat ini Jaka hanya merasakan tubuh dan kepalanya seperti terkena butiran air hujan dari langit, dia sama sekali menghiraukan teriakan kepanikan semua rekan kerjanya di tempat konstruksi. Seperti tidak sadar dengan apa yang baru saja terjadi pada dirinya, Jaka malahan mengebutkan tangannya di pakaian yang berdebu setelah terkena ribuan batu bata yang jatuh dari lantai dua puluh. Jaka malahan masih asik merapikan batu bata yan
Bab 1. MAHASISWA MISKIN "Hai Kuli, cepat kemari!”Terdengar mahasiswa senior memanggil seorang pemuda yang sedang berjalan di selasar Universitas Matrix. Mahasiswa yang dipanggil kuli tentu saja tidak menoleh, dia tetap terus berjalan menelusuri Selasar menuju kantin. Kemudian empat orang mahasiswa Senior langsung menghadang langkah Jaka dengan senyum penuh dengan hinaan terlukis di wajah mereka. Jaka Kelud langsung berhenti dan menatap keempat mahasiswa senior yang menghadangnya dengan tatapan tidak suka. Meskipun Jaka merupakan orang miskin, dia tetap tidak suka jika ada orang yang bersikap kasar kepadanya. Jaka masih bisa mentoleransi orang yang menghina kemiskinannya, akan tetapi jika ada yang berniat mengganggunya maka rasa takut dan rendah dirinya akan menghilang seketika itu juga. Jaka Kelud sendiri merupakan mahasiswa semester dua, sedangkan mahasiswa senior dan teman-temannya yang menghadang Jaka merupakan mahasiswa semester enam dan